Dia menatap tajam.
Benar-benar sulit untuk dipercaya.
Seakan-akan hatinya menolak untuk mempercayainya.
Seakan-akan dirinya tidak mau menyakini kebenaran yang telah ditangkap oleh kedua matanya.
Benar-benar tidak masuk akal,
Bahkan hal ini melebihi imajinasi terliarnya.
Namun, keduanya matanya sama sekali tidak berbohong.
–Karena apa yang ada dihadapnya sekarang adalah kebenaran yang pahit.
Seorang gadis.
Seorang gadis, berbalut gaun yang diselimuti oleh aura jahat, melayang tepat di hadapannya.
Sorot matanya sangat dingin, gelap, dan tak bercahaya.
"Kau—"
Diiringi suara beratnya, gadis itu memberi tatapan membunuh layaknya seekor singa yang ganas.
Keberadaan gadis itu layaknya racun yang menggotori udara, tanah, maupun air.
Seperti limbah industry yang merusak ekosistem laut.
Sosoknya bagaikan tirani yang tak kenal ampun.
Seakan-akan jiwa dan raganya bukan lagi manusia.
Begitu gelap, kejam, dan tak berperasaan.
Gaun tempur yang Ia kenakan didominasi oleh warna ungu gelap dengan menampakan bagian perut serta belahan dadanya yang terlihat seksual.
Rok yang Ia kenakan memancarkan cahaya, namun bukanlah keindahan yang Pemuda itu rasakan.
Tapi justru keburukanyang tertangkap oleh mata batinnya.
Meskipun kecantikan yang dimiliki oleh gadis itu sangatlah natural—dalam artian yang sebenarnya.
Rambut panjangnya yang berwarna hitam, kedua matanya—yang sekali lagi—memiliki warna yang aneh, dan sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Sosoknya mampu membuat iri seorang Dewi tercantik sekalipun,
Namun, sekali lagi…
Bukan kebajikan dan kebijaksanaan yang gadis itu pancarkan.
Justru hanya ada kedengkian, kebencian, amarah, iri dengki dan berbagai macam emosi negative lainnya yang dapat Pemuda itu lihat dari penglihatannya.
"Sasuke, bisakah kau membawa Kakashi-sensei dan lainnya pergi dari tempat ini?"
Lelaki bernama Sasuke itu membulatkan kedua bola matanya tak percaya. Sangat jarang sahabat terbaiknya itu menggunakan panggilan 'Sasuke' mengingat bahwa mereka berdua sudah terbiasa saling memanggil dengan panggilan sayang.
"Dobe, jangan bilang kau—"
"—Aku sudah memutuskannya. Kali ini Aku akan membayar lunas semua dosa yang telah kulakukan di masalalu."
Dengan penuh keyakinan, Naruto menjawab keraguan Sasuke tanpa memalingkan matanya ke belakang. Iris sapphire miliknya juga tidak berkedip walau hanya sesaat. Lelaki itu tidak ingin lagi salah langkah dan mengulangi kegagalan-kegagalan yang telah Ia terima semenjak kepergian Dirinya.
"Dobe! Aku tau kalo kau bodoh. Tapi Aku tak menyangka bahwa Kau lebih bodoh daripada yang kukira." Umpat Sasuke sambil menggutuk kebodohan Naruto yang sama sekali tidak berubah bahkan setelah lulus dari akademi ninja 12 tahun yang lalu.
"Sasuke!"
"Bahkan jika kita menggabungkan kekuaran Indra dan Asura, kita masih bukan tandingannya—"
"Cukup! Aku tidak ingin lagi mendengar omong kosong mu lagi, Sasuke!" Pemuda bermarga Uchiha itu kembali terdiam, sepertinya Naruto telah kehilangan kesabarannya.
"Dengar! Misi kita yang sebenarnya adalah memastikan bahwa semua jalan masuk yang menghubungkan antara dunia kita dengan dunia lain telah tertutup. Jika kita gagal, bukan hanya kita saja yang mati. Tapi semua orang di bumi akan mati akibat kegagalan kita."
"Dobe…"
"Benar apa yang dikatakannya, Sasuke. Situasi kita saat ini sedang sulit, jika kita tidak bisa menyelesaikan misi kita tepat waktu maka seluruh umat manusia di bumi akan mati."
Kakashi menepuk pelan punggung lebar pemuda itu. Pria itu sangat memahami perasaan muridnya itu, namun misi tetaplah misi.
Tidak ada waktu untuk bersedih.
Tidak ada waktu untuk meratapi takdir.
Dan tidak ada waktu untuk berputus asa.
Biarlah Ia yang mengakhiri lingkaran takdir pilu itu.
Karena Pemuda itu lebih tau apa yang terbaik bagi mereka semua, termasuk Dia.
"Oke, Aku akan membawa mereka pergi lebih dulu. Baru setelah itu Aku akan balik lagi menjemputmu."
"Arigatou, Sasuke. Aku berhutang kepadamu."
Walaupun dirinya tidak bisa melihat wajah sahabatnya, namun Sasuke yakin bahwa Naruto saat ini sedang tersenyum.
Sebuah senyuman yang tak akan Ia perlihatkan lagi selamanya.
"Ma-matte!"
"Hinata, kita tak punya banyak waktu lagi. Kita harus bergegas pergi dari dimensi ini." ucap Sakura kepada gadis yang tengah Ia gendong dipunggungnya. Sepertinya gadis itu baru saja memperoleh luka yang cukup serius sehingga dirinya tidak dapat menggerakan anggota tubuhnya sendiri.
"TIDAK! Kita tidak boleh pergi! Naruto-kun masih—"
PAKK
Sebuah tamparan yang cukup keras berhasil mendarat di atas pipi kanan Hinata. Memang cukup sakit, tapi bukan itu yang jadi masalahnya.
"Sasuke-kun, kenapa kau menampar Hinata—"
"Jangan menyelaku, Sakura." Potong Sasuke dengan sedikit membentak.
Sepasang manik onix miliknya menatap tajam Hinata, namun itu tak berlangsung lama karena teringat janji yang telah Ia buat bersama sahabatnya.
"Jangan jadikan penggorbanannya Naruto terbuang sia-sia." Kata Sasuke dengan intonasi yang agak lemah dari biasanya.
Bukannya marah, Hinata justru terteguh sambil menitikan air mata. Dirinya menangis, menangis sejadi-jadinya tak kala orang yang Ia cintai harus menanggung takdir kelam yang menyiksanya selama ini.
Apakah kau juga merasakan penderitaannya, Kusanagi-san.
Ketika Sasuke hendak mengaktifkan teknik jikkukan ninjutsu untuk membuka poltal menuju dunia asal mereka, tiba-tiba saja langit berubah menjadi hitam dengan kilatan-kilatan petir yang menyambar-nyambar. Udara di sekeliling mereka berhembus keras bagaikan badai—yang tak tau asalnya darimana—langsung memporak-porakan semua yang berada di dekatnya tanpa terkecuali.
"Tak akan kubiarkan kalian lolos."
Gadis misterius itu mengacuhkan senjatanya ke atas langit. Bersama dengan ketiadaan yang diselimuti oleh awan hitam, munculah singgasana yang seolah turun dari atas langit.
Mereka berlima hanya bisa menatap horror jadian abnormal itu.
Kekuatan gadis itu benar-benar sulit untuk dipercaya. Siapa sangka di balik tubuhnya terbilang kecil itu, gadis itu menyimpan energy penghancur yang sangat luar biasa, bahkan serangan gabungan dari kesembilan bijuu pun masih kalah jika dibandingkan dengan miliknya.
'Ini benar-benar buruk,' kata Nuruto sambil berbisik dalam hati.
"MINNA! CEPAT KELUAR DARI SINI!" teriak Naruto kepada teman-temannya.
Terlambat, gadis itu telah menebaskan serangan terkuatnya kepada mereka. Tidak ada waktu untuk menghindar dan tidak ada cela untuk melarikan diri.
'Kuso!'
Naruto menyatukan kedua telapak tangannya sambil memasang pose untuk bertarung.
Pemuda itu bermaksud untuk mengurulkan waktu sebanyak mungkin, Dia sadar akan perbedaan kekuatan diantara mereka. Namun sekali lagi, Naruto menyakinkan hatinya dan berpasrakan diri sepenuhnya kepada Sang Maha Kuasa.
Karena, Dia tak akan meninggalkan hamba-Nya dalam kesulitan.
"Sasuke! Aku serahkan sisanya kepadamu."
Menggerti akan permintaan sahabatnya, Sasuke langsung melindungi rekan-rekannya dengan menggunakan Sussan'o. Sosok humanoid berhujud astral milik Sasuke itu dengan cepat membungkus tubuh mereka bertiga ke dalam tubuhnya.
Dan setelah itu, waktu berlalu begitu cepat. Kala cahaya menyilaukan menghalangi penglihatan mereka, Hinata. Gadis yang telah menggagumi Naruto sejak kecil itu dapat melihat punggung pemuda yang Ia cintai itu.
Tak ada sepatah katapun yang lelaki ucapkan,
Dan tak ada sepatah katapun yang Hinata ucapkan.
Mereka berdua terdiam dengan perasaan dan keegoisan mereka masing-masing.
Seandainya, waktu dapat diputar kembali…
"Arigatou, Sayonara…"
"NARUTO- KUN!"
Sesaat sebelum tebasan dasyat itu berhasil menggenal targetnya, 19 pasang tangan muncul dari ketiadaan. Tangan-tangan itu berselimutkan api hitam membara yang luar biasa panasnya, bahkan melebihi panasnya api terpanas yang ada di dunia ini.
Tak ada jalan untuk pulang,
Dan tak ada jalan untuk kembali,
Kala dunia telah menerima azab-Nya,
Tak ada seorangpun yang dapat melawan-Nya.
Dan kelak, mereka yang telah mati itu akan dikumpulkan,
Bersama kebaikan dan keburukan mereka.
Dan,
Barang siapa yang merugi di hari itu,
Mereka akan dilemparkan ke dalam api yang membara,
Yang dijaga oleh malaikat-malaikat kejam,
Yang tak berbelas kasih & tak kenal sayang.
Mereka menyiksa siapapun yang telah berbuat jahat,
Sebagai balasan atas perbuatan mereka sendiri.
Maka, adakah yang masih mendustakannya?
"Mukujizato [ Miracles]: —"
Naruto yang mulai kehilangan kesadarannya, Ia berubah menjadi makhluk menggerikan dengan gigi-gigi tajam seperti tanduk sapi, wajah yang terbakar seperti disiram air asam, dan kedua sudut mata yang bagaikan sedang menangis darah. Dan diantara kesadarannya tersisa itu, Naruto melantunkan lanjutan dari kalimat itu dengan sangat lirih.
"—Juku-Ri no Kao no Zabania [Nineteen Faces of Zabania]."
…
A/N: Konichiwa Minna-san di manapun kalian berada :)
Balik lagi bersama si Author ganteng bin ajaib 100% tanpa pemanis buatan #LOL
Okay, kali ini Ane Publist fic baru lagi nih.
Sebelumnya Ane mau terima kasih kepada AOU-Spirit & The Spirit Of Lightnhing yang udah kasih saran sama Ane soal pairing di fic Ane yang satunya :)
Kayanya benar deh, pairing umum yang dipake oleh kebanyakan fans di fandom Naruto itu seperti Naruto x Girl, Naruto x Girls, atau mungkin Naruto x boy #No Comment (-_-)
Karena ini agak mendadak dan juga daft juga belum selesai dibuat. Ane gak bisa janji bisa Update 2 minggu sekali. Tapi kalo sebulan sekali sih masih bisa.
Do`a kan Ane aja biar bisa tamatin fic ini.
Oh iya, kalo ada yang bingung sama jurus Naruto yang Ia keluarin di bagian akhir prolog ini—nama teknik ini murni hasil pemikiran Ane sendiri—kalian bisa berkunjung ke fic Ane yang satunya yang berjudul Secret Past Chp 3.
Disana, Bolt sempat menyinggung tentang teknik rahasia dari keluarga Namikaze yang bernama Mukuzijato.
Soal Pairing... belum ditentukan. Soalnya Ane mau fokus dulu sama si MC.
Kalo kalian maunya gimana? Dibikin singel pairing atau harem pairing?
Okay yang mau review silahkan, yang mau muji silahkan, yang mau kasih saran dan kritik silahkan, yang mau flame pun juga silahkan—Paling Ane anggap angin lalu.
Ane mohon pamit dulu,
Bye2
