Disclaimer
Ansatsu Kyoushitsu Yuusei Matsui
Saya hanya pinjam karakternya saja
Warn : OOC, typo, Humor receh, slight Karunagi
Pindah
"Haah…" Dahi Karma mengkerut. Mungkin ini saatnya ia menegur Nagisa. Sejak awal mereka memasuki Cafe ini, makhluk biru itu kerjaannya menghela nafas saja. Sebentar-sebentar ia sibuk berkutat dengan ponselnya, berikutnya kembali buang nafas. Begitu terus sampai kiamat. Kan' kasihan puluhan liter udara dibuang sia-sia. Mubazir, tauk.
"Nagisa, plis, aku bisa 'bangun' nih, kalau kamu mendesah seperti itu."
"Kampret, mesum amat." Nagisa manyun. "Siapa yang mendesah coba."
"Ya kamu. Sibuk amat sih kayaknya. Aku pulang aja nih." Karma berdiri, bersiap untuk pulang. Ngambek ceritanya.
"Eits! Jangan gitu, temenin aku ya? Aku traktir strawberry milkshake deh." Bujuk Nagisa setengah merayu. Tergiur dengan tawaran strawberry milkshake gratis, si pemuda merah itu kembali duduk manis. Kadang ia heran juga, kenapa harga dirinya hanya sebatas minuman olahan strawberry?
"Ada apaan sih? Ngajak ketemuan tapi malah obral kacang. Udah kenyang tau." Cerocos Karma dengan tampang bete. Nagisa mengeluarkan berlembar-lembar katalog dari dalam tasnya. Mata merkuri Karma langsung meneliti isi katalog itu.
"Lagi bingung nyari tempat kos-an nih." Karma meng-oooh mengerti. Memang sih, sahabatnya itu pernah bercerita tentang keinginannya untuk tinggal sendiri setelah lulus SMA. Ngakunya sih biar mandiri, tapi ujung-ujungnya demi gengsi. Mungkin ia tidak tahan diledek anak mami saat acara reuni.
"Udah muter-muter nyarinya, tapi nggak ada yang pas." Keluh pemuda mungil itu. Karma menaikkan alisnya heran.
"Emangnya klarifikasi kamu milih kos-an gimana sih?" hening sebentar. Nagisa mengetuk dagu tanda berpikir.
"Mmm… yang nyaman, adem, air lancar, ada AC dan pemanas ruangan, tipe standar 1 LDK, dekat stasiun – "
"Oke, budget kamu berapa?" potong Karma gemas.
"40.000 yen mungkin?"
"Yaelah, mana dapet segitu. Ini Tokyo, broh! Satu LDK aja habis 55.000 yen. Belum lagi kalo lokasinya dekat stasiun. Aku itung-itung, perbulan habis 60.000 yen, deh." Tukas Karma cepat. Raut wajah Nagisa yang awalnya udah lemes sekarang makin melempem. Tak tega, Karma buru-buru mencari solusi demi sobat sehati sejiwanya itu.
"Gini deh, kamu pilih kos-an yang tipe 1 K (1 kamar + 1 kitchen + 1 toilet) aja. Kalo gak salah harganya 30.000 yen.
"Nggak mau!" Nagisa menggeleng kuat. "Aku kan' gak mau setengah-setengah!" Karma mengelus dada. Nih anak, dikasi solusi malah ditolak mentah-mentah.
"Kerja sambilan?"
"Mamaku nggak bakal kasi izin."
Oh, astaga. Sepertinya Nagisa sukses menerima predikat 'anak mami' dari Karma. Pemuda bersurai merah itu mulai putar otak. Agak lama ia berpikir, sampai sebuah ide cemerlang muncul begitu saja.
"Tinggal sama aku aja. Mau nggak?"
"Hai?" Nagisa menelengkan kepalanya bingung.
"Iya, kebetulan aku juga tinggal sendiri. Jadi, kita bayar itu kos-an fifty-fifty. Kamarnya luas kok, ada futon dan kasur. Tinggal pilih. Tempatnya juga nggak jauh sama kampusmu." Wajah Nagisa langsung verah. Digenggamnya kedua tangan Karma dengan sumringah.
"Aku pindah sekarang juga, boleh ya?"
Rebutan
"Udahan belom…?"
"Beloom… eergh"
"Eh, sial. Gak tahan nih… udah mau keluaaar."
"Sabar dong, Kar… aah… akhirnya keluar."
"Cepetan, woooooyyy! Aaaarrrrgh…"
Erangan memilukan berkumandang, disusul dengan suara gedoran pintu. Karma mulai gegulingan di lantai depan toilet sambil memegang perut.
"Salah sendiri, masak kare banyak cabenya. Sama-sama sakit perut, kan." Sahut Nagisa tanpa berperasaan.
"AAAAAAAAAARRRRRRGGGGHHHH"
Beginilah nasib kalo punya temen nge-kos. Toilet bisa jadi rebutan.
Kangen
Karma sedang asyik menyelesaikan soal TTS di Koran yang baru didapatkannya secara gratisan dari supermarket. Lumayan buat hiburan katanya.
"HUWEEEE KARMAAAA…" Baru saja si pemuda tampan itu menuliskan beberapa huruf, Nagisa menghambur masuk ke kamar, lengkap dengan air mata yang mengalir deras di pipi. Karma tampaknya sudah terbiasa dengan tingkah laku super OOC dari sobat birunya. Keadaan begini sering terjadi setiap bualn, mirip wanita yang sedang PMS. Menarik nafas dalam-dalam, ia letakkan Koran dan pensil di meja dan mengalihkan pandangannya ke Nagisa.
"Kenapa? Homesick lagi?" Nagisa mengangguk, masih sesenggukan. Wajahnya memerah lantaran kebanyakan menangis.
"Aku kangen mama… kangen kasurku… kangen teddy… mau pulang, huweeeeeee" Karma menepuk-nepuk kepala Nagisa berusaha menghibur. Yah beginilah, kalau tiba-tiba jauh dari rumah. Ngerasa sepi, kangen, bawaannya pengen pulang aja. Berhubung Karma udah biasa ditinggal sendiri sejak kecil, dia mah gak bakal terserang virus homesick ini. Karma merasa maklum dengan sikap labil Nagisa, tapi yang nggak wajar itu…
"Cupcup, entar kita naik kereta ya, rumahmu kan' jaraknya cuma satu stasiun. Ya?"
Kecoak
"Karma, udah selese mandi belom sih? Nasi gorengnya udah mateng tuh." Nagisa melongokkan kepalanya dari dapur, masih dengan spatula di genggamannya. Merasa janggal karena tidak ada respon, ia menghampiri Karma. Entah mengapa sejak tadi pemuda itu hanya bengong di depan kamar mandi. Mata merkurinya fokus menatap ke dalam.
"Ada apaan sih, Kar?" Nagisa ikutan mengintip ke dalam kamar mandi. Ia langsung mengerti begitu melihat satu objek yang sejak tadi menarik atensi Karma sampai batal mandi.
"Oalaaah… Karma takut kecoak, toh." Celetuk Nagisa. Karma melotot.
"Emangnya kamu nggak takut?!"
"Ya takutlah!" teriak Nagisa tak kalah keras. Dua-duanya langsung mingkem menyadari betapa payahnya mereka. Sama-sama berbatang, tapi bisa takut coro juga. Agak lama mereka diam di depan kamar mandi sembari merapal mantra, siapa tahu bisa mengusir kecoak itu secara batin.
GLEK! Mendadak kecoak itu terbang ke arah mereka.
"HUWAAAAAAAAAAAAA!"
Vape
Merokok pake vape emang sedang nge-trend di kalangan anak muda saat ini. Tak terkecuali Karma, meskipun ia tak pernah menyentuh rokok atau sejenisnya, namanya perasaan ingin mencoba kan' tetap ada. Biarpun waktu zaman SMP dulu Karma itu badboy, paling bantet juga emut lollipop.
"Nagisa… aku pengen coba vape-an deh."
Nagisa yang sedang sibuk menulis tugas literature melirik dengan ekor matanya.
"Vape? Aku punya kok."
"Serius?!" Karma langsung bangkit dari tidurnya di sofa. Nggak nyangka, anak polos macem Nagsia bisa vape-an.
"Dua rius, deh. Bentar, aku ambilin." Beberapa saat Nagisa menghilang kemudian kembali dengan vape di tangannya. Setelah menyerahkannya pada Karma, ia merapikan buku-bukunya dan masuk ke kamar.
"Makan dah tu Vape. Biar mati sekalian." Ucap Nagisa sebelum membanting pintu.
Karma melongo dengan obat nyamuk merk Vape di tangannya.
Iklan
"Tadaima, Karma." teriak Nagisa sambil melepas pantofelnya di teras.
"Okaeri, akhirnya datang juga." Di ruang tamu, Karma terlihat sedang bersantai menonton TV. Jadwal kuliahnya sedang off, jadi ia bisa leyeh-leyeh seharian. Nagisa melenggang masuk dan meletakkan sekantong kresek beraroma sedap di meja makan.
"Nih, ada sushi kiriman mamaku. Kamu udah makan?"
"Aku?"
"Iya, kamu."
"Jadi duta shampoo lain?"
Nagisa facepalm. Ia segera mematikan TV yang sudah menyala seharian.
TBC dulu ya broh
Review please :3
