Title: Truly Madly Deeply
Rating: T
Pairing: HenryxZhoumi (ZhouRy) XD
Warning: Shonen-ai, YAOI. buat yg g suka yaoi mending jangan baca deh..
Disclaimer: the story is mine, but the casts are not (ony zhoumi is mine kyahaha *plakk*)
Fic ini terinspirasi dari tugas bacaan yang dikasih sama guru bahasa english.
Sungmin's POV
Namaku Lee Sungmin, umurku saat ini masih delapan belas tahun. Hari ini, orangtuaku menjual, Henry, dongsaengku yang lebih muda setahun dariku pada seorang namja yang bahkan tidak pernah kukenal.
Aku berdiri di balik pintu, lebih tepatnya bersembunyi. Kudengarkan pembicaraan kedua orangtuaku dengan tiga orang yang belum pernah kutemui. Sesekali aku menyeka airmata yang menggenang di pelupuk mataku. Salah satu dari mereka adalah calon suami atau istilah kasarnya majikan dari dongsaengku. Aku tidak suka melihat penampilannya, tubuh tinggi menjulang, wajahnya memang tampan, tapi terlihat pervert dan rambutnya berwarna orange kemerah-merahan.
Namja itu membawa banyak sekali hadiah untuk orangtuaku. Ia membawa banyak minuman beralkohol yang mahal, kain sutra, perhiasan emas, dan lain-lain. Appa dan eomma tampak senang. Lalu, namja itu menyerahkan sebuah koper pada appa, appa membuka koper itu, isinya adalah uang! Banyak sekali hingga koper itu penuh. Appa tampak bahagia hingga tubuhnya gemetaran, sementara eomma tersenyum gembira.
Airmataku semakin mengalir, sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak mengeluarkan suara. Kurasakan seseorang memelukku dari belakang dan menarikku menjauh dari tempatku berdiri.
"Sungmin-ah, uljima... Aku tahu perasaanmu, bahkan aku merasakan hal yang sama denganmu..."
"Siwon-hyung, kenapa eomma dan appa tega menjual Henry pada namja seperti itu? Apa mereka nggak sadar kalau dunia sudah maju?" Aku terisak di pelukannya.
"Appa dan eomma selalu berusaha mempertahankan tradisi keluarga kita. Aku juga nggak paham dengan pemikiran mereka. Menurutku mereka hanya ingin mempertahankan kekayaan, namja yang datang tadi adalah putra dari keluarga kaya raya."
Siwon-hyung adalah putra tertua di keluarga kami, aku adalah putra kedua, dan Henry adalah yang paling kecil. Sejak kecil, kami bertiga sangat akrab dan menyayangi satu sama lain. Selalu bersama, itulah kami.
Saat ini, Henry sedang bersekolah di sebuah sekolah elit yang mengharuskan para siswanya tinggal di dorm. Henry tidak tahu kalau sebentar lagi masa sekolahnya akan berakhir. Dia tidak tahu kalau masa remajanya akan berubah tragis sebentar lagi. Ia tidak tahu jika sebentar lagi ia akan dinikahkan pada seorang namja yang bahkan belum pernah ia temui. Henry tidak tau apa-apa!
Keesokan harinya...
Eomma sedang duduk di sofa ruang tamu sambil membaca buku. Aku menghampirinya. Kuberanikan diriku untuk bertanya padanya tentang Henry.
"Eomma..." Panggilku.
"Ne.. Minnie.."
"Eomma kenapa tega sekali?"
Eomma meletakkan bukunya dan memandangku bingung.
"Apa maksudmu, Minnie?"
"Kenapa eomma dan appa tega menjual Henry pada namja seperti itu?"
PLAKKK
Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku. Rasa sakit menjalar ke seluruh wajahku, bahkan sampai telinga.
"Jaga bicaramu, Minnie-ah! Kami nggak menjual Henry, kami menjodohkannya!"
"Kalau dijodohkan kenapa namja itu sampai memberikan banyak uang dan barang mahal?"
"Dengar, Minnie! Keluarga mereka hanya menunjukkan rasa hormat saja pada kami! Namja itu sangat kaya! Masa depan Henry pasti lebih terjamin bersamanya!"
"Itu nggak masuk akal! Mana bisa Henry menikahi orang yang belum pernah ia temui! Terlebih lagi, mereka sama-sama namja!"
"Zhoumi-ssi menginginkan seorang namja yang lebih muda sebagai pendamping hidupnya!"
Ooh jadi namanya Zhoumi. Aku hanya bisa diam, tidak ada gunanya melawan eomma jika ia sudah serius seperti ini.
"Pikirkanlah baik-baik! Mungkin sebentar lagi giliranmu akan tiba!"
Siwon's POV
"Siwon, jemputlah Henry di dormnya dan bawa dia pulang!"
Appa menyuruhku membawa Henry pulang, dengan alasan sebentar lagi Henry akan dinikahkan. Aku tidak sanggup melakukannya.
"Andwae, appa, aku menolak."
"Apa alasanmu untuk menolak?"
"Aku tidak setuju dengan tindakan appa dan eomma yang menjual Henry. Dia masih harus menyelesaikan pendidikannya, bukan malah menikah seperti ini. Henry masih tujuh belas tahun. Aku rasa Henry harus memilih calon pendampingnya sendiri. Sebagai seorang hyung aku ingin yang terbaik untuknya."
"Itu urusan kami! Bukan urusanmu! Henry itu anak kami!" Jawab appa emosi.
Aku diam, di dalam hati aku mengutuki oarangtuaku yang hanya mementingkan harta.
"Jadi kamu mau pergi apa nggak?" Lanjut appa.
"Ani.. Aku tidak akan pergi membawanya pulang!"
"Ya sudah kalau itu maumu! Appa akan pergi menjemputnya sendiri!"
Appa marah, dia menyambar kunci mobilnya dan pergi menjemput Henry.
Beberapa jam kemudian appa datang bersama Henry. Sudah setengah tahun kami tidak bertemu dengannya. Henry semakin dewasa dan tampan, tapi wajahnya masih tetap manis seperti dulu.
"Hyungdeul! Bogoshippeo!"
Henry memelukku dan Sungmin yang menyambut kedatangannya di halaman rumah. Dia tersenyum gembira. Sepertinya appa belum memberitahunya apa tujuannya pulang ke rumah.
"Appa bilang dia menjemputku karena kangen aku. Kalian pasti kangen aku juga kan? Hehehe"
Aku tersenyum pahit, kulihat Sungmin menggigit bibirnya, menahan tangisannya.
"Ne, Henry-ah, kita kangeeeen banget sama kamu!" Aku memeluk Henry dan mengacak-acat rambutnya.
"Kalian bertiga ayo masuk ke dalam. Ada hal penting yang ingin appa bicarakan."
Perasaanku mulai tidak enak. Ya Tuhan, semoga Henry bisa tabah dan menerima keputusan appa dan eomma.
Kami sekeluarga duduk di sofa ruang tamu. Aku duduk di sebelah Sungmin, sementara Henry duduk di sofa seberang kami.
"Henry... Tiga hari lagi kamu tinggal di rumah milik Zhoumi-ssi ya? Dia namja yang baik, mau kan, chagi?" Eomma angkat bicara.
"Wae? Siapa itu Zhoumi-ssi?"
"Dia adalah putra teman appa, dia ingin menikahimu." Jawab eomma.
"M-mwo? Menikah? Aku menikah? Andwae! Aku masih belum cukup umur."
"Nggak apa-apa, kamu coba jalani saja. Kami sudah menyetujui permintaan Zhoumi-ssi."
"Andwae! Aku nggak mau! Aku nggak akan menikah! Zhoumi-ssi itu namja! Aku nggak bisa menikah dengannya!"
"Kamu akan tetap pergi, Henry! Orangtuanya sudah memberikan banyak barang mahal dan uang pada appa! Mau ditaruh dimana muka appa kalau sampai membatalkan perjanjian!" Bentak appa.
Henry menangis, tangisannya terdengar sangat pilu. Aku sangat kecewa pada appa dan eomma. Sungmin sudah menangis di sebelahku. Aku menepuk pundaknya agar dia lebih tenang. Eomma mulai menangis, tapi aku yakin dia hanya berpura-pura sedih, karena eomma tersenyum gembira saat menerima harta dari Zhoumi. Dia bahkan menggunakan mereka dengan senang hati.
'Airmata buaya!' Batinku.
"Jadi appa menjualku?"
"Iya, appa sudah menjualmu pada keluarga Zhoumi-ssi."
Perkataan appa semakin membuatku emosi. Kalau saja dia bukan appaku, pasti sudah aku pukuli habis-habisan. Aku memeluk Sungmin yang tangisannya semakin pecah.
"Wa-wae? Aku salah apa pada kalian? Kenapa kalian menjualku?"
"Kami hanya melakukan yang terbaik. Jadi berhentilah membantah!" Kata appa.
"Henry-ah, semuanya sudah berakhir." Kata eomma.
Setelah itu, appa menarik eomma menjauh dari ruang tamu. Mereka masuk ke dalam kamar, meninggalkan kami bertiga.
Henry menangis sesenggukan sambil berlutut di lantai. Aku dan Sungmin menghampirinya. Sungmin langsung memeluknya mereka menangis bersama. Mau tidak mau aku juga ikut menangis, aku memeluk mereka berdua.
"Henry, kamu masih punya aku dan Sungmin. Kita akan selalu menyayangimu."
"Hyungdeul... Setelah ini aku akan jarang bertemu kalian"
"Ne, aku juga sedih, tapi kita harus sering-sering kontak lewat telepon ya." Kata Sungmin.
Kami beranjak berdiri. Menuju kamar kami bersama. Kami memutuskan untuk istirahat, melupakan sejenak masalah ini.
3 hari kemudian...
Sungmin's POV
Hari ini acara pernikahan Henry dan Zhoumi digelar. Tempat pernikahan adalah hotel bintang lima paling termewah di Seoul. Banyak orang penting yang diundang, mulai dari pemerintah sampai artis papan atas. Zhoumi-ssi memang sangat kaya, orangtuanya pemilik banyak mall, hotel mewah, dan sekolah elit. Dengar-dengar pemilik sekolah Henry adalah orangtua Zhoumi. Zhoumi-ssi sendiri disuruh menangani salah satu mall milik orangtuanya. Dia adalah CEO di mall itu.
Aku masuk ke dalam ruang tunggu pengantin wanita. Ya, pengantin wanita, Henry sebagai mempelai wanita sementara Zhoumi sebagai mempelai pria. Tidak lucu kalau dua namja menikah dan disaksikan banyak tamu penting.
Kulihat Henry sedang duduk termenung di meja rias. Ia memakai wedding dress putih, wajanya sudah di rias. Henry terlihat sangat cantik. Orang-orang pasti tidak berpikir kalau dia sebenarnya adalah seorang namja. Di kepalanya terpasang tudung pengantin *author g tau namanya apa* yang menutupi wajahnya. Sungguh seorang pengantin yang sempurna.
"Henry..." Aku menepuk pundaknya.
"Eh.. Sungmin-hyung."
"Ayo, sebentar lagi acaranya dimulai."
"Ne, hyung."
Aku menemani Henry menuju gedung pernikahan. Di sana ada Siwon-hyung yang akan mendampingi Henry menemui mempelai pria. Seharusnya, Henry didampingi oleh appa, seperti mempelai wanita pada umumnya, tetapi Henry tidak mau, jadilah Siwon-hyung yang menggantikan.
"Kamu cantik sekali, Henry." Kata Siwon-hyung.
"Gomawo, hyung." Jawab Henry.
Henry's POV
"Mari kita sambut sang mempelai wanita"
Terdengar suara dari dalam gedung diikuti oleh tepuk tangan riuh dari para undangan. Setelah itu pintu gedung dibuka.
Aku menghela nafas, lalu mengaitkan tanganku pada lengan Siwon-hyung. Kami berjalan masuk, Sungmin-hyung mengikuti kami dari belakang dan menuju tempat duduknya. Di depan meja altar, kulihat namja berambut merah mengenakan jas hitam, itu pasti Zhoumi-ssi.
Siwon-hyung duduk di barisan depan, di sebelah Sungmin-hyung setelah aku sudah sampai di altar, di sebelah Zhoumi-ssi. Tepuk tangan mulai berhenti ketika sang pastor berbicara.
"Zhoumi-ssi, apakah anda bersedia untuk selalu mendampingi istri anda di dalam kondisi apapun?"
"Ne, saya bersedia"
Sang pastor saat ini pindah memandangku.
"Henry-ssi, apakah anda bersedia untuk mendampingi suami anda di salam kondisi apapun?"
"N-ne... Saya bersedia." Jawabku dengan berat hati.
Setelah itu seorang yeoja membawa sebuah nampan dengan dua kotak cicin di dalamnya. Itu cincin pernikahan kami.
"Silahkan pasangkan cicin pada mempelai pria setelah itu pada mempelai wanita." Kata pastor itu lagi.
Dengan tangan gemetaran, aku mengambil salah satu cincin, lalu meraih tangan Zhoumi-ssi. Aku memasangkan cincin itu dengan sangat hati-hati.
Zhoumi-ssi tersenyum padaku. Ia mengambil cincin satunya dan memasangkannya ke jari manisku. Penonton kembali tepuk tangan.
"Saatnya mempelai pria memberi wedding kiss pada mempelai wanita."
Jantungku seperti berhenti berdetak. Wedding kiss? Itu berarti aku harus merelakan ciuman pertamaku direbut oleh namja yang sama sekali belum kukenal.
Zhoumi-ssi membuka tudung pengantinku dan menjilat bibirnya sekilas, lalu ia memeluk pinggangku dan mencium bibirku. Mataku terbelalak karena kaget. Aku menutup mataku agar terlihat formal, tapi aku tidak membalas ciumannya. Setelah beberapa saat dia melepas ciumannya.
Zhoumi-ssi menggandeng tanganku dan berjalan menuju meja dimana teman-temannya berkumpul. Ia menyuruhku duduk di sebelahnya. Beberapa temannya menggodaku, aku hanya tersenyum sopan. Kudengar Zhoumi-ssi berbicara dengan bahasa mandarin dengan teman-temannya, sepertinya dia berasal dari China, kebetulan aku juga punya darah China, jadi aku mengerti apa yang mereka katakan.
"Henry-ah, hati-hati ya, Zhoumi ini orangnya yadong. Bisa-bisa besok pagi kamu nggak bisa jalan"
Aku langsung merinding mendengar perkataan teman Zhoumi-ssi. Selama aku duduk, Zhoumi-ssi mengacuhkanku, dia terus mengobrol dengan teman-temannya. Aku hanya diam memperhatikan mereka.
Pesta pernikahan sudah selesai, saat ini aku ada di mobil pengantin. Zhoumi-ssi yang menyetir, aku duduk di depan, sementara Sungmin-hyung duduk di kursi belakang. Appa dan eomma menyuruh Sungmin-hyung untuk menemaniku di rumah Zhoumi-ssi selama seminggu agar aku bisa dibantu untuk beradaptasi.
Beberapa menit kemudian, kami sampai di rumah Zhoumi-ssi. Rumahnya sangat besar dan mewah seperti hotel. Zhoumi-ssi membawa kami masuk ke dalam rumahnya.
Zhoumi-ssi sangat dingin, ia tidak pernah tersenyum padaku. Dia menyuruhku untuk masuk ke kamarnya, tapi aku menolak dan masuk ke kamar tamu bersama Sungmin-hyung. Ia terlihat sedikit kesal.
"Aku mandi dulu" Katanya, lalu ia membanting pintu kamar kami.
Aku dan Sungmin-hyung bergegas untuk membersihkan diri. Setelah itu, kami memutuskan untuk tidur. Aku tidur di sebelah Sungmin-hyung. Seandainya saja aku tidak harus dinikahkan seperti ini... Aku pasti bisa menghabiskan lebih banyak waktuku dengan kedua hyungku.
Saat aku sudah mulai akan tertidur, pinti kamar dibuka dengan kasar. Kami berdua kaget dan terbangun. Kulihat Zhoumi-ssi masuk ke dalam. Ia menghampiriku dan menarikku dari tempat tidur.
"Ayo sini! Ke kamarku!"
"ANDWAE!"
"Kamu istriku! Ini malam pertama kita!"
"Bukan! Kamu bukan suamiku!"
Sungmin-hyun memandang pertengkaran kami, ia tampak takut.
"Apa maksudmu hah? Aku sudah membayar! Jadi kamu milikku sekarang!"
"Kamu nggak membayar padaku! Aku nggak sudi jadi istri namja sepertimu!"
"Sejak kapan pembayaran diberikan kepada pengantin itu sendiri?"
"Zhoumi! Apa-apaan kamu ini? Malam pertama sudah bertengkar?"
Appa Zhoumi-ssi sudah berdiri di depan pintu kamar. Mungkin ia mendengar suara teriakkan kami karena dari tadi pintunya terbuka.
"Tidak, pa. Cuma masalah kecil." Jawab Zhoumi-ssi.
"Mana ada masalah kecil sampai berteriak begitu? Perlakukan dia dengan baik! Caramu tadi bukanlah cara memperlakukan seorang istri dengan baik!"
Setelah berkata begitu appa Zhoumi-ssi pegi keluar. Aku, Sungmin-hyung, dan Zhoumi-ssi diam. Sungmin-hyung tampak akan mennagis.
Saat appa Zhoumi-ssi sudah pergi cukup jauh, Zhoumi-ssi mengangkat tubuhku dengan paksa dan membawaku ke kemarnya.
"Sungmin-hyung!"
"Jangan bawa Henry!"
Aku berusaha meronta-ronta dan Sungmin-hyung berusaha menahanku. Tapi tidak berhasil. Zhoumi-ssi jauh lebih kuat daripada yang kukira, padahal tubuhnya sangat kurus.
Zhoumi-ssi menurunkanku saat kami sudah ada di dalam kamarnya. Ia mengunci pintu agar aku tidak bisa keluar. Aku berjalan mundur saat Zhoumi-ssi mendekat ke arahku, aku takut sekali. Sialnya, setelah beberapa langkah aku menabrak tempat tidurnya dan jatuh diatasnya.
Zhoumi-ssi menyeringai, lalu ia mendekatkan wajahnya. Posisinya sekarang ada di atasku. Aku semakin gemetaran karena takut. Tanpa basa-basi ia melumat bibirku dengan ganas.
"Mmmphhhh..."
Aku berusaha melepaskannya, aku memukul-mukul dadanya tapi dia tidak bergeming. Ia terus menciumku. Lidahnya mulai berusaha masuk ke mulutku, tapi aku merapatkan bibirku. Zhoumi-ssi tidak menyerah, ia menggigit bibirku sehingga aku kesakitan dan terpaksa membuka mulut dan ia dengan mudahnya memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Lidahnya bergerilya di dalam, tapi aku tetap diam, aku semakin gemetar ketakutan. Ciuman kami berubah menjadi french kiss yang liar dan ganas. Kurasakan tangannya mulai meraba-raba tubuhku, lalu masuk ke dalam t-shirt yang kukenakan.
Aku menangis dan mendorongnya dengan sekuat tenaga. Zhoumi-ssi sedikit terdorong ke belakang.
"Apa-apaan ka..."
Zhoumi-ssi hendak membentakku, tapi niatnya terhenti karena melihatku yang sudah menangis. Ia menghela nafasnya lalu membaringkan dirinya di sebelahku.
"Sesukamu sajalah." Katanya.
Setelah itu, dia menyelimuti dirinya sendiri dan tidur membelakangiku. Aku sedikit lega karena dia berhenti menyerangku.
"Aku nggak akan melakukan itu sampai kamu siap. Kamu nggak perlu takut, jadi awas kalau kamu berani kabur dari kamarku waktu tidur!"
"Ne, xie xie, Zhoumi-ssi."
"Panggil aku Zhoumi-ge. Kamu istriku, jangan bersikap terlalu formal. Sekarang tidurlah! Pakai selimutnya!"
Aku menuruti perintahnya. Kupakai selimutnya dan tidur di sebelahnya. Di dalam hati aku berdoa agar aku bisa bertahan disini.
Aku terbangun dari tidurku. Ini bukan kamarku, oh iya, aku ada di rumah suamiku. Kurasakan sesuatu melingkar di bagian atas tubuhku. Aku penasaran dan memutuskan untuk mencari tahu apa itu. Kuraba benda(?) itu.
"Hah? Tangan? Punya siapa?" Pikirku dalam hati.
Aku menoleh ke samping, mataku yang awalnya masih setengah terbuka karena masih mengantuk langsung terbuka lebar saat melihat Zhoumi-ge tertidur sambil memelukku.
"HWAAAAA"
Aku mendorong tubuhnya sekuat tenaga hingga tubuhnya jatuh dari ranjang. Sepertinya sakit karena bunyi jatuhnya cukup keras. Sebelum ia terjatuh menyentuh lantai, dahi bagian kanannya sempat terbentur ujung meja di sebelah tempat tidur.
"AW"
Zhoumi-ge terduduk sambil memegangi dahinya, lalu ia memandangku dengan tatapan membunuh. Aku sukses mematung di tempat.
"YA! Kamu mau bunuh aku? GILA YA KAMU? Awww…"
Zhoumi-ge terlihat sangat kesakitan, ia melepaskan tangannya dari kepalanya. Kulihat darah segar mengalir dari lukanya.
"D-dui bu qi! Tadi aku kaget jadi reflek!"
Aku menghampirinya dengan tergopoh-gopoh. Kucoba menyentuh lukanya, tapi ia langsung menepis tanganku. Zhoumi-ge berdiri lalu pergi keluar kamar, lalu pintu kamar dibanting olehnya. Mati aku, dia marah!
Setelah mandi dan ganti baju, aku keluar dari kamar. Di bawah sudah ada kedua mertuaku, Sungmin-hyung, dan Zhoumi-ge di meja makan. Aku ingin duduk di sebelah Sungmin-hyung tetapi aku sedang sial karena hanya ada satu kursi yang tersisa, dan itu di sebelah Zhoumi-ge. Dengan terpaksa aku duduk di sebelahnya, Zhoumi-ge memberiku sebuah deathglare. Kepalanya sudah di perban.
"Henry, bagaimana malam pertamamu? Bisa tidur kan?" Tanya eomma Zhoumi-ge.
"Bisa kok, eomma." Jawabku sambil tersenyum.
"Bagaimana? Apa kalian sudah melakukannya?" Kali ini appa Zhoumi-ge yang bertanya.
Wajahku langsung memerah, sementara Zhoumi-ge yang sedang minum air langsung tersedak.
"Lho kenapa?" Tanya eomma Zhoumi-ge lagi.
"Jangan harap kalian bisa dapat cucu jika istriku sangat konyol dan menyedihkan sepertinya." Jawab Zhoumi-ge sambil menunjukku, lalu ia berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
Kata-kata Zhoumi-ge sangat menyakitnya. Aku merasa sangat bodoh. Baru saja satu hari aku menikah sudah membuat masalah. Bagaimana kalau nanti mereka mengembalikanku pada keluargaku? Appa da eomma pasti akan menghajarku habis-habisan. Perasaanku sangat kacau. Yang paling membuatku sakit adalah perkataan Zhoumi-ge barusan. Aneh, aku tidak mencintainya, seharusnya aku cuek saja, tapi kenapa aku jadi stress begini? Bulir-bulir airmata mulai membasahi pipiku, isakan-isakan kecil mulai terdengar. Kedua mertuaku kaget melihatku menangis, sementara Sungmin-hyung langsung menghampiriku dan memelukku.
"Henry, ada apa? Kalian bertengkar?"
"Ani.. eomma, ini memang salahku."
"Kamu kenapa? Apa dia melakukan sesuatu padamu tadi malam?" Tanya Sungmin-hyung.
"Aku mendorongnya hingga jatuh dan terluka tadi pagi karena ia memelukku."
"Zhoumi memang begitu, selalu kasar."
Tak lama kemudian, Zhoumi-ge keluar dari kamarnya. Ia sudah selesai mandi. Setelan jas kerja hitam sudah dikenakannya. Saat ia berjalan melewati meja makan, orangtuanya menegurnya.
"Zhoumi! Sudah appa bilang jangan kasar pada istrimu!"
"Biar saja, aku benci padanya. Dia hanyalah seorang penganggu! Benar-benar nggak bisa mengjargai suami!"
Zhoumi-ge menatapku sinis, lalu ia keluar rumah danpergi kerja dengan mobilnya. Aku semakin sakit hati. Gagal sudah aku untuk mematuhi perintah orangtuaku untuk menjadi istri yang baik. Aku hanya membuat malu keluarga. Zhoumi-ge, Mianhae…
TBC
annyeong~~~
Fic ini aku buat waktu bosan belajar buat UAS. bikinya agak sembunyi-sembunyi dan tergesa-gesa biar gak ketauan kalo gak belajar nyahhahaha. Mian ya kalo jelek. Buat yang request fic ke aku, mian kalo aku belum bisa nepatin janji, soalnya tadi belum punya ide, malah kepikiran untuk bikin cerita ini. Sekali lagi aku mohon maaf.
Fic ini terinspirasi dari tugas bahasa inggris yang dikasih sama guru.
Gimana? Apa fic ini layak untuk dilanjutin?
Lastly, review please^^
