rizdyo12 proudly present...

©Side Story of The Letter (ChanBaek ver)

GENDERSWITCH | AU | OOC | THREESHOT | TYPO(S) | DON'T LIKE DON'T READ | NO PLAGIAT

Romance, Drama, Friendship, Family

Rate: T

Summary:

Ini adalah kisah sederhana Chanyeol dan Baekhyun yang bermula dari insiden hampir tabrakan yang dilanjutkan dengan perkenalan, lalu mereka berdua semakin dekat setelah makan malam pertama, ditambah lagi dengan undangan makan malam untuk Chanyeol dari ayah Baekhyun yang semakin membuat keduanya dekat

Warning: All cast here isn't mine, but this story absolutely mine!

Note: FF ini adalah Side Story dari The Letter, jadi ini berhubungan dengan The Letter. Oleh karena itu, sangat perlu membaca FF The Letter dulu sebelum membaca FF ini^^

This is the 1st chapter [1/3]

- First Meet -

ENJOY THIS STORY!


Hari ini adalah hari pertama Park Chanyeol berangkat ke tempat kerjanya lagi setelah kemarin ia dan tiga sahabatnya resmi bermigrasi ke apartment Kyungsoo sesuai dengan wasiat Yifan.

Sebagai sahabat yang super baik, Chanyeol dan ketiga sahabatnya tentu menyanggupi permintaan terakhir Wu Yifan itu. Lagipula Chanyeol dan tiga sahabatnya—Kim Joonmyeon, Kim Jongin, dan Oh Sehun—amat sangat merasa bersalah karena mereka tak bisa menghadiri pemakaman Yifan—dan bahkan tak tahu bahwa Yifan meninggal. Mereka semua bersahabat sejak mereka masih dalam usia dini, tapi mereka berempat malah tak bisa melihat Yifan untuk kali terakhir. Empat sahabat itu sungguh dihantui oleh rasa bersalah.

Tinggal di apartment Kyungsoo agar bisa menjaga istri mendiang Yifan itu sepertinya tak cukup untuk menebus rasa bersalah keempat sahabat. Jika bisa, mereka ingin memutar waktu agar mereka setidaknya bisa melihat Yifan untuk terakhir kalinya.

Tapi sang waktu rupanya tak bersedia untuk melangkah mundur. Sang waktu tetap berjalan maju meskipun ada banyak jiwa yang merasa tersiksa oleh rasa bersalah dan penyesalan.

Namun yang namanya penyesalan memang selalu datang terakhir. Yang namanya penyesalan memang selalu mengejar dari belakang. Menghantui jiwa-jiwa dengan rasa bersalah dan ketakutan akan masa lalu.

Tak ada gunanya meratapi dan menyesali semua hal yang telah terlewati jika kita memang tak ingin terlalu lama dihantui oleh hal yang bahkan sudah berlalu. Lebih baik memulai hari baru dengan komitmen untuk melakukan hal yang lebih baik dari hari yang telah berlalu.

Mungkin itu adalah pandangan dan prinsip seorang Park Chanyeol yang saat ini tampak sangat bersemangat memasuki gedung tempatnya bekerja, YG Entertainment. Pemuda bertelinga lebar itu sepertinya berniat untuk memulai hidup baru dengan lebih baik. Pemuda bermarga Park itu rupanya tak merasa lelah maupun pegal walaupun ia harus menyetir cukup lama untuk sampai di tempat kerjanya itu. Jarak dari apartment Kyungsoo menuju gedung YG sangat jauh, tapi Chanyeol rupanya ikhlas-ikhlas saja menjalani harinya.

Pria bertubuh jangkung itu kini sedang sangat bersemangat melangkahkan kaki jenjangnya menyusuri sebuah koridor di lantai dua. Hari ini ia sepertinya akan menghabiskan waktunya di studio rekaman karena ia sedang memiliki sebuah proyek baru. Sebuah proyek yang belakangan ini menyita waktunya—termasuk membuatnya menjadi tak bisa melihat Yifan untuk kali terakhir.

Langkah kaki Chanyeol yang penuh semangat tiba-tiba terhenti ketika ia hampir saja bertabrakan dengan seorang gadis cantik yang baru saja keluar dari ruang latihan vokal. Untung saja refleks Chanyeol bagus sehingga ia bisa segera mengerem langkah kakinya dan sedikit memundurkan badannya.

Si Gadis yang hampir menabrak Chanyeol kini mengelus dadanya pelan karena kaget, sekaligus ia bersyukur karena tidak jadi bertabrakan dengan Chanyeol. "M—maaf karena hampir menabrakmu. Aku tidak sengaja," gadis itu berkali-kali membungkukkan badannya ke arah Chanyeol.

Chanyeol mengangkat sebelah alisnya sembari memandangi gadis asing di depannya dari atas ke bawah. Rambut gadis itu dicat warna coklat muda, panjangnya sepunggung, dan sedikit ikal. Kulit gadis itu putih bersih, matanya yang sipit dihiasi oleh eyeliner tebal, dan tinggi badannya mungkin hampir sama dengan Kyungsoo.

Sepertinya Chanyeol belum pernah melihat gadis itu sebelumnya. Ia yakin bahwa ini adalah pertemuan pertama mereka, jadi ia memutuskan untuk bertanya. "Ehm...kau siapa?"

Si gadis kini memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya untuk menatap Chanyeol, selanjutnya ia membuka suara. "A—ah, Byun Baekhyun ibnida. Aku baru hari ini mulai bekerja sebagai pelatih vokal untuk para trainee."

"Oh! Jadi kau yang bernama Byun Baekhyun itu? Kukira kau lebih tinggi," Chanyeol tertawa garing. Menertawai ucapannya sendiri yang sepertinya nyontek sebuah dialog di televisi. "Ah, iya. Harusnya aku memperkenalkan diriku juga, ya? Namaku Park Chanyeol. Aku komposer disini."

Baekhyun sebenarnya merasa agak aneh dengan pria di depannya. Apalagi tadi pria itu tertawa garing sendiri atas leluconnya yang sangat tidak lucu. Meskipun faktanya Chanyeol itu tampan, tapi tetap saja di mata Baekhyun, Chanyeol itu aneh.

Tapi Baekhyun berusaha tetap sopan pada pria yang baru saja berkenalan dengannya itu. "Senang bertemu denganmu, Chanyeol-ssi. Atau, haruskah aku memanggilmu dengan sebutan sunbae?" tanyanya.

Chanyeol terkekeh geli sebelum menjawab pertanyaan Baekhyun. "Kemarin aku sedikit membaca identitasmu dari berkas yang dibawa oleh Park Bom noona, dan aku tahu bahwa kita seumuran, hanya saja usiamu sedikit lebih tua dariku. Jadi kurasa kita sebaiknya bersikap non formal saja."

Baekhyun mengangguk paham. Park Bom adalah pelatih vokal senior di YG, dan tentu saja Baekhyun tahu mengenai seniornya itu. Park Bom adalah senior sekaligus mentornya, jadi otomatis ia akan sering berurusan dengan wanita berwajah barbie itu.

Baekhyun sendiri baru diberi kesempatan untuk melatih para trainee muda yang usianya masih sangat belia. Untuk trainee yang lebih senior ataupun untuk artis-artis yang sudah debut, biasanya agensi memberi kepercayaan pada Park Bom sebagai pelatihnya. Baekhyun pun merasa tak masalah dengan hal itu. Ia memang ingin meretas karier dari bawah, dan melatih para anak muda yang penuh determinasi bukanlah hal buruk.

"Ya sudah kalau begitu. Aku juga lebih senang bersikap informal padamu, Chanyeol-ah. Kurasa kau adalah orang yang menyenangkan," akhirnya Baekhyun menimpali perkataan Chanyeol tadi dengan sebuah pujian yang menyertainya.

Chanyeol tersenyum bangga mendengar pujian Baekhyun itu. "Mereka memberiku julukan happy virus bukan tanpa alasan."

"Mereka? Siapa mereka yang kau maksud? Dan apa artinya happy virus?"

Chanyeol tak menjawab pertanyaan Baekhyun, tapi ia malah langsung melingkarkan lengannya di pundak Baekhyun, dan menyeret gadis yang baru saja dikenalnya itu untuk berjalan bersamanya. Baekhyun tentu saja kaget karena ulah dadakan Chanyeol. Bisa dibilang, Chanyeol itu lancang, tapi entah mengapa Baekhyun tak bisa marah padanya. "Kita lanjut mengobrol di ruanganku saja, ya? Sepertinya kau juga orang yang menyenangkan."

Baekhyun sedikit merona karena ulah lancang Chanyeol itu, tapi ia kini hanya bisa pasrah mengikuti langkah panjang Chanyeol—dengan sedikit diseret oleh Chanyeol.


Saat bekerja di gedung YG, Chanyeol memang lebih sering menempati salah satu studio rekaman yang berada disana. Studio rekaman itu hanyalah seperti studio rekaman biasa, dimana di dalamnya terdapat peralatan rekaman dan juga berbagai jenis alat musik.

Chanyeol sudah terbiasa dengan beberapa monitor yang ada disana, dan juga pada tombol-tombol yang entah apa fungsinya. Ia juga tentunya sudah sangat terbiasa dengan berbagai jenis alat musik yang ada disana. Chanyeol menguasai beberapa alat musik, dan tak jarang ia memainkan alat-alat musik di ruangan itu ketika ia sedang bosan.

Baekhyun terlihat cukup takjub dengan ruang studio itu. Matanya yang sipit berkelana di seluruh bagian ruangan saat pantatnya sudah bersentuhan dengan sebuah kursi putar warna hitam yang bersebelahan dengan kursi tempat duduk Chanyeol.

"Ekspresimu terlihat sama seperti ekspresi keponakanku saat pertama kali aku mengajaknya mengunjungi Lotte World," perkataan Chanyeol itu membuat Baekhyun menghentikan kegiatan touring yang dilakukan oleh mata cantiknya.

"Dengan kata lain, kau menganggapku seperti anak kecil? Begitu?" Baekhyun memicingkan matanya ke arah Chanyeol yang kini sedang tertawa terbahak.

Si pria bertelinga lebar kini mengambil gitar kesayangannya, kemudian meletakkan gitar itu di atas pangkuannya. "Ambil sisi positifnya saja. Kalau kau seperti anak kecil, berarti kau imut dan lucu. Benar, 'kan?"

Ekspresi kesal Baekhyun kini tergantikan oleh ekspresi malu-malu kucing. Secara tidak langsung, Chanyeol baru saja memujinya, 'kan? Entah mengapa Baekhyun merasa senang karena pujian itu.

Padahal itu bukan kali pertama Baekhyun disebut sebagai gadis yang imut dan lucu—karena itu memang fakta, tapi sepertinya pujian Chanyeol tadi terdengar berbeda di telinga Baekhyun. Membuat bibirnya sangat ingin terkembang lebar membentuk lengkung senyuman.

Tapi Baekhyun tentu gengsi untuk menunjukkan raut bahagianya itu. Jadi, ia memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan saja. "Kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi tentang siapa mereka yang memberimu panggilan happy virus, dan apa maksud dari sebutan itu?"

Chanyeol mengalihkan pandangannya dari gitar di pangkuannya untuk menatap Baekhyun. Alisnya saling bertaut seolah ia sedang berpikir keras. "Tunggu dulu. Aku sedang berpikir, kira-kira aku harus menceritakan tentang hal itu padamu atau tidak, ya?" Chanyeol mulai mengembangkan senyum jahil di wajahnya, dan senyuman itu membuahkan pukulan di lengannya oleh Baekhyun. Gadis itu sepertinya sudah jengah karena Chanyeol terus menggodanya. "Haha, baiklah. Aku akan bercerita padamu. Tapi sebelumnya, bisakah kau melepaskan lenganku dulu? Aku tidak akan lari darimu, Nona Byun."

Baekhyun dengan segera mengalihkan pandangannya sedikit ke bawah, dan saat itulah ia baru sadar bahwa tangannya yang tadi bergerak brutal untuk memukuli lengan Chanyeol, kini justru bertengger manis di lengan kekar itu. Segera saja Baekhyun menarik tangannya dan berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya. "M—maaf. Sekarang kau bisa bercerita."

Chanyeol hanya bisa menahan senyumnya karena ekspresi lucu Baekhyun. Chanyeol adalah pria normal, dan ia tak memungkiri kecantikan Baekhyun. Di mata Chanyeol, kecantikan Baekhyun berada satu level dengan kecantikan Kyungsoo. Hanya saja, Kyungsoo lebih imut dan manis di mata Chanyeol. Kyungsoo, selalu punya kelebihan di mata Chanyeol walaupun ia juga baru kemarin bisa berkomunikasi secara dekat dengan istri mendiang Yifan itu.

"Mereka yang aku maksud tadi adalah para sahabatku. Aku memiliki empat orang sahabat, hanya saja..." Chanyeol menggantungkan ucapannya, dan ekspresinya berubah menjadi sedih padahal beberapa menit lalu ia masih bisa senyum-senyum sendiri karena tingkah lucu Baekhyun.

Baekhyun sendiri merasa bingung karena Chanyeol menggantungkan ucapannya, dan raut wajahnya pun berubah. Baekhyun bahkan sempat berpikir bahwa Chanyeol memiliki kepribadian ganda. Memiliki dua kutub yang dengan mudahnya bertukar posisi. Tapi sebisa mungkin Baekhyun menepis pemikiran negatifnya itu, dan ia pun akhirnya bertanya pada Chanyeol. "Hanya saja apa, Chanyeol-ah?"

Chanyeol sebisa mungkin mengontrol ekspresinya supaya ia tak terlalu terlihat menyedihkan. Alhasil, satu senyuman yang terkesan dipaksakan ia berikan untuk Baekhyun. "Hanya saja, sekarang jumlah sahabatku itu sudah berkurang satu. Satu sahabatku beberapa hari lalu meninggal dunia," rasanya Chanyeol ingin menangis saat mengatakan hal itu. Ia seperti baru saja menggali luka yang baru saja ia kubur dalam-dalam.

Di lain sisi, Baekhyun sekarang tampak kebingungan dan juga tidak enak hati. Ia merasa bersalah karena sudah mengingatkan Chanyeol akan kepergiaan sahabatnya. "Maaf," pada akhirnya hanya satu kata itu yang sanggup diucapkan oleh Baekhyun. Tapi meskipun hanya satu kata maaf, Baekhyun mengucapkannya dengan sangat tulus dan dipenuhi oleh rasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Semua itu bukan salahmu," Chanyeol mencoba menghibur Baekhyun karena ia tahu bahwa pasti Baekhyun merasa bersalah. "Aku hanya menyesal karena aku tidak bisa melihat sahabatku itu untuk kali terakhir. Aku benar-benar sahabat yang buruk."

Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan sedih. Pemuda tinggi di sebelahnya kini menundukkan kepalanya dalam-dalam. Memandangi gitar coklat yang hingga kini masih bertengger di atas pahanya tanpa ia mainkan sama sekali. Padahal jika Chanyeol sudah bermain gitar, maka bisa dipastikan semua wanita akan tersihir dan seketika bertekuk lutut di hadapannya.

Baekhyun merasa ikut sedih hanya karena melihat Chanyeol bersedih. Ingin rasanya ia mendekap Chanyeol. Mengatakan pada pria itu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi Baekhyun sadar diri. Ia bukan siapa-siapa yang bisa menghibur Chanyeol. Mereka berdua baru hari ini saling kenal, dan Baekhyun belum tahu banyak tentang Chanyeol. Tentu akan terasa sangat aneh apabila ia tiba-tiba memeluk Chanyeol dan bersikap seolah mereka sudah lama saling kenal.

Tapi Baekhyun rupanya memiliki ide lain untuk menghibur Chanyeol—atau setidaknya, mengalihkan perhatian Chanyeol. Tanpa permisi ia akhirnya mengambil gitar Chanyeol dari pangkuan sang empunya, kemudian ia menempatkan gitar coklat itu di atas pangkuannya sendiri. "Aku hanya bisa bermain piano, dan aku selalu ingin belajar bermain gitar. Bisakah kau mengajariku?" keputusan akhir Baekhyun adalah mengalihkan pembicaraan supaya kesedihan Chanyeol tidak berlarut-larut.

Chanyeol akhirnya mendongakkan kepalanya, dan ia menatap Baekhyun dengan tatapan penuh tanda tanya. "Kau ingin...belajar bermain gitar?" Baekhyun menjawab pertanyaan itu dengan anggukan kepala, dan hal itu membuat Chanyeol bisa tersenyum kembali. Mood pemuda tampan itu sepertinya begitu mudah membaik jika ia sudah dihadapkan pada alat musik, khususnya gitar. Baekhyun harus mencatat fakta itu baik-baik.

Dengan segera Chanyeol berdiri dari kursinya, selanjutnya ia berjalan ke belakang kursi Baekhyun. Pria happy virus itu selanjutnya memeluk Baekhyun dari belakang untuk mengajari gadis itu bermain gitar. Sebenarnya bukan benar-benar memeluk. Hanya saja, Chanyeol menempatkan diri di belakang Baekhyun supaya ia bisa mengajari gadis itu dengan baik.

Tubuh Baekhyun sempat menegang karena kontak fisik mereka yang sangat tiba-tiba. Tangan kanan Chanyeol kini memegangi tangan kanan Baekhyun dan menggerakkan tangan itu untuk memetik senar gitar. Kepala Chanyeol kini berada tepat di samping kanan kepala Baekhyun. Kedekatan itu membuat jantung Baekhyun berdegub kencang. Sensasi skinship mereka juga membuat Baekhyun merinding hebat. Alhasil, Baekhyun terus menerus salah tingkah sepanjang acara belajar mereka berdua.

Walaupun tak dapat dipungkiri bahwa Baekhyun merasa senang, namun rupanya perasaan gugup lebih mendominasi dirinya kala itu. Jadi, acara belajar mereka pun tidak berjalan optimal karena Baekhyun tidak bisa fokus hingga akhir.


Tak terasa sudah satu minggu lamanya Baekhyun bekerja di YG Entertainment. Selama satu minggu ini Baekhyun menikmati pekerjaannya sebagai sang pelatih vokal untuk para trainee.

Pegawai-pegawai lain di YG begitu baik meskipun ia baru seumur jagung bekerja disana. Para trainee maupun para artis disana juga bersikap baik pada Baekhyun. Mereka menghargai Baekhyun meskipun Baekhyun hanyalah anak baru yang kurang berpengalaman disana. Bahkan para trainee pun menghormati Baekhyun meskipun Baekhyun merupakan pelatih muda yang masih baru.

Tapi dari sekian banyak orang yang baik pada Baekhyun, Chanyeol sepertinya yang paling mendapat penilaian positif dari Baekhyun. Selama seminggu ini Baekhyun berteman dekat dengan Chanyeol. Mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk sekedar mengobrol ataupun makan siang bersama. Mereka juga tak sungkan untuk bercanda layaknya mereka sudah bersahabat lama, dan hal itu membuat Baekhyun merasa sangat senang.

Baekhyun sekarang sudah cukup bisa mengenal Chanyeol lebih dalam. Chanyeol mendapat julukan happy virus dari sahabat-sahabatnya karena Chanyeol dinilai selalu bisa menebarkan virus-virus kebahagiaan untuk orang lain. Bicara tentang sahabat-sahabat Chanyeol, Baekhyun tidak mendapat cukup informasi tentang itu karena ia sendiri berusaha menahan diri untuk tidak bertanya pada Chanyeol. Ia mengerti bahwa Chanyeol masih dirundung duka sekaligus luka karena kepergian satu sahabatnya.

Hari ini Baekhyun memiliki jadwal untuk melatih para trainee seperti biasanya. Latihan para trainee benar-benar menguras tenaga. Untuk latihan vokal saja mereka memiliki jadwal lima sampai enam jam dalam sehari. Belum lagi mereka juga harus berlatih dance ataupun jenis latihan para trainee lainnya. Menjadi trainee tentu harus siap untuk menghadapi hari-hari yang ekstra berat.

Saat ini Baekhyun sedang melangkah dengan riang di koridor lantai dua. Gadis cantik itu memang memiliki kepribadian yang periang dan aktif. Ia begitu murah senyum dan juga lucu, jadi tak heran jika ia mudah sekali akrab dengan orang lain. Karakteristiknya itu sedikit banyak mirip dengan Chanyeol. Barangkali hal itulah yang membuat mereka mudah sekali menjadi dekat.

Saat sedang asyik berjalan dengan sedikit bersenandung, mata Baekhyun tiba-tiba menangkap sesosok tubuh yang belakangan ini cukup familiar di matanya. Meskipun hanya dari belakang, tapi Baekhyun yakin bahwa pemilik tubuh itu adalah...

"Chanyeol-ah!"

...suara panggilan Baekhyun tadi memberitahu kita bahwa sosok pemilik tubuh yang dilihat oleh Baekhyun adalah Park Chanyeol—sebenarnya ia sedikit kaget saat melihat Chanyeol karena hari ini seharusnya pria itu mendapat jatah libur.

Tapi Chanyeol tak sendirian. Ia berjalan berdua dengan seorang gadis yang tak dikenal oleh Baekhyun. Chanyeol dan gadis di sebelahnya akhirnya berhenti berjalan dan membalikkan badan mereka ke arah Baekhyun.

Baekhyun akhirnya berlari kecil untuk mendekati Chanyeol, masih dengan senyuman manis yang tak pernah luntur dari wajah ayunya. Sepertinya tersenyum merupakan hobi Baekhyun. Senyumnya yang sedikit menyerupai bentuk persegi panjang itu memang menjadi ciri khasnya.

"Halo, Baekhyun noona," Chanyeol menyapa Baekhyun sambil memamerkan cengiran lebar andalannya.

Namun Baekhyun malah mendengus mendengar sapaan Chanyeol. Lagi-lagi pria itu menggodanya dengan memanggilnya noona. Ini bukan pertama kalinya Chanyeol memanggilnya begitu. "Bukankah aku sudah berkata padamu untuk menanggalkan sebutan 'noona', huh? Lagipula, disini aku berstatus sebagai hoobae-mu."

Baekhyun memutar bola matanya, dan saat itulah ia baru menyadari bahwa Chanyeol sedang menggenggam tangan seorang wanita. Saat itulah Baekhyun merasa dadanya nyeri dan perih. Ia menjadi sulit bernafas untuk beberapa saat. Rasanya ia seperti tercekik dan begitu sakit hingga ia akhirnya menghilangkan senyuman dari wajahnya.

Baekhyun tak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan pada Chanyeol. Yang ia tahu hanyalah, ia merasa sangat nyaman dengan Chanyeol. Ia terus bersikeras bahwa itu hanyalah perasaan biasa antar teman dan ia tak memiliki perasaan lebih pada si pria.

Tapi yang Baekhyun tidak tahu adalah...cinta bisa hadir karena adanya rasa nyaman.

Mungkin setelah ini Nona Byun harus belajar lebih dalam mengenai cinta supaya ia bisa mendefinisikan perasaannya sendiri.

"Baiklah, Baekhyun-ah," seperti biasa, Chanyeol selalu mengalah jika Baekhyun sudah memarahinya. "Ngomong-ngomong, ini adalah Do Kyungsoo. Dan Kyungsoo, ini adalah Byun Baekhyun. Ia adalah pelatih vocal disini sejak satu minggu yang lalu," Chanyeol mengenalkan Baekhyun dengan wanita yang bernama Kyungsoo. Wanita yang bergandengan tangan dengan Chanyeol.

Baekhyun dan Kyungsoo akhirnya saling berjabat tangan. Tinggi badan Kyungsoo dan Baekhyun ternyata hampir sama. Mungkin akan terlihat lucu jika dua manusia itu berjalan bersama. Bisa jadi mereka akan dikira kembar karena mereka sama-sama cantik dan postur tubuh mereka pun mirip.

Dua wanita cantik itu kini saling melempar senyum canggung. Apalagi Baekhyun. Rasanya ia sangat canggung karena harus berkenalan dengan wanita yang dekat dengan Chanyeol. Apalagi Baekhyun kini menyadari bahwa perut Kyungsoo sedikit membuncit. Ia jadi bertanya-tanya, siapa ayah dari bayi yang dikandung oleh Kyungsoo?

Benar-benar terbesit rasa tidak nyaman dan tidak aman saat ia berjabat tangan dengan Kyungsoo. Ia merasa bahwa Kyungsoo itu adalah...saingannya. Entah saingan dalam hal apa, Baekhyun sendiri juga tidak tahu kenapa ia bisa berpikiran seperti itu. Ia tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba memiliki pemikiran seperti tokoh antagonis dalam drama yang biasa ia tonton saat sedang tidak bekerja.

"Kami baru mengenal selama satu minggu, tapi kami sudah langsung dekat dan akrab. Karakter kami sangat mirip soalnya," Chanyeol kembali bicara sambil terkekeh. Mungkin ia membayangkan kembali hari-harinya selama seminggu belakangan ini yang ia lewatkan bersama Baekhyun. Kegilaan-kegilaan keduanya memang bisa membuat orang lain tertawa.

"Benarkah? Menurutku Chanyeol oppa serasi sekali dengan Baekhyun-ssi," suara Kyungsoo akhirnya terdengar setelah sekian lama wanita itu terdiam dan setia menjadi pendengar.

Blush. Baekhyun merona tanpa bisa dicegah. Pipinya terasa panas, dan ia menggerak-gerakkan kakinya secara random—tanda bahwa ia sedang gugup. "A—ah, kau bisa saja, Kyungsoo-ssi," meskipun Baekhyun gugup dan salah tingkah, tapi sedikit banyak ia merasa lega karena sepertinya Chanyeol tidak memiliki hubungan yang istimewa dengan Kyungsoo. Jika mereka memiliki hubungan, tentu Kyungsoo tidak akan melontarkan godaan seperti itu. "Kurasa aku harus pergi. Aku ada jadwal melatih para trainee sekarang. Sampai jumpa, Kyungsoo-ssi," Baekhyun akhirnya berpamitan karena ia takut rona merah di pipinya akan terlihat semakin jelas.

"Ya! Kau hanya berpamitan pada Kyungsoo saja, huh? Tidak berpamitan denganku?" Chanyeol tak terima karena Baekhyun seolah melupakan kehadirannya. Padahal tentu saja Baekhyun tak melupakan kehadiran Chanyeol. Kehadiran Chanyeol itu justru sangat berperan pada tingkah aneh Baekhyun sekarang. Hanya saja, Chanyeol tidak peka untuk melihat tingkah itu. Kehadiran Kyungsoo di sisinya membuat dunia Chanyeol seperti terfokus hanya pada wanita itu.

"Aku sudah bosan melihat wajahmu, Park. Jadi kurasa aku tak perlu berpamitan padamu dan harus segera pergi dari sini. Bye," Baekhyun berlari dengan lincah meninggalkan Chanyeol dan Kyungsoo. Sesekali wanita mungil berparas cantik itu menolehkan kepalanya ke belakang dan menjulurkan lidah ke arah Chanyeol.

Baekhyun terlihat seperti seseorang yang baru saja lolos dari kandang buaya. Rasanya ia begitu lega karena bisa pergi dari hadapan Chanyeol. Sungguh, ia tak tahu kenapa ia bisa merasa sangat gugup dan salah tingkah hanya karena digoda oleh Kyungsoo.

Tapi, berkat godaan Kyungsoo itulah Baekhyun jadi menyadari sesuatu. Sesuatu yang belakangan ini ia bantah secara mentah-mentah...

Sepertinya, ia sedang jatuh cinta.

Di lain sisi, Chanyeol dan Kyungsoo sama-sama masih memandangi punggung sempit Baekhyun yang semakin menghilang dari pandangan keduanya.

"Padahal wanita itu usianya beberapa bulan lebih tua dariku, tapi kenapa tingkahnya bisa begitu menggemaskan, ya?" Chanyeol menggumam lirih karena ia memang hanya berniat untuk bicara dengan dirinya sendiri. Bukan dengan orang lain.

Tapi rupanya Kyungsoo mendengar gumaman itu. Telinga Kyungsoo terlalu peka, dan Chanyeol harus hati-hati dalam berbicara. "Oppa menyukainya?" tanya Kyungsoo.

Chanyeol sontak melebarkan matanya karena kaget. Ia kaget karena ternyata Kyungsoo mendengar gumamannya, dan ia juga kaget karena pertanyaan yang diajukan oleh Kyungsoo. "A—apa? Me-menyukainya? Tentu tidak, Kyungsoo! Kami bahkan belum lama saling kenal."

"Cinta tidak mengenal waktu, oppa," Kyungsoo melepas genggaman tangan Chanyeol dan ia membalik badannya untuk lanjut berjalan. Lama-lama ia merasa risih bergandengan tangan dengan Chanyeol. Ia tak ingin ada orang yang salah paham, termasuk Baekhyun tadi. Tapi tadi ia sengaja tidak melepas genggaman tangannya dengan Chanyeol karena ia ingin melihat reaksi Baekhyun. Dan sepertinya Kyungsoo sudah dapat mengambil kesimpulan dari kegiatan observasinya tadi.

Chanyeol kini sebenarnya kecewa karena Kyungsoo melepaskan genggaman tangan mereka. Ia merasa hangat dan nyaman bergandengan tangan dengan Kyungsoo. Tapi ia bisa apa jika Kyungsoo tak berkehendak bergandengan tangan dengannya? Pada akhirnya ia hanya bisa pasrah dan menyusul langkah Kyungsoo.

Chanyeol pada akhirnya juga harus pasrah untuk memendam perasaannya terhadap Kyungsoo. Mereka baru satu minggu saling kenal, dan tak mungkin Chanyeol mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya pada Kyungsoo.

Cinta...kadang harus menunggu...

..

..

TBC


rizdyo12's note:

Annyeong~ side story ChanBaek akhirnya hadir walaupun butuh waktu yang lama banget. harap maklum ya soalnya aku belakangan ini emang lagi lumayan sibuk jadinya gak sempet ngetik dan mikir FF :(

ini bakal ada 3 chapter lagi ya sama kayak yang SuLay. aku bakal usahain buat fast update.

oh iya, kalo yang beberapa hari lalu sempet liat aku posting FF The Sasaeng, FF itu emang aku hapus, terus sekarang ada di laman WP aku. kalian bisa cek disana kalo mau. banyak FF ku lamaku yang aku hapus dari FFN, tapi ttp ada di WP. aku emang sengaja soalnya WP kan laman milikku sendiri, jadi aku lebih bebas disana^^

mind to review?

salam sayang, rizdyo12 :*