ini dia, fict peleas stress yang sangat ringan, hhehheheeee... mudah-mudahan kalian suka yah, chapternya pendek kok, cuma 2 atau 3 chapter...

She's Him And He's Her

Disclaimer :Naruto itu selalu milik Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Humor, Family

Rated: M

Dibelahan dunia manapun pasti akan terdapat beberapa golongan untuk orang-orang yang tinggal dimanapun, ada yang menjadi golongan orang kaya, miskin, pintar, bodoh, jelek, cantik, tampan, dan juga golongan-golongan lainnya. Coba sekarang kita lihat pada gadis- ehm, lebih tepatnya lagi nona muda, anak dari pejabat pemerintahan ini. Sakura Haruno namanya, berumur 16 tahun, siapa yang tidak mengenali gadis muda cantik nan menawan ini, bersekolah di Konoha Academy yang terkenal dengan prestasi dan kalangan elitnya. Sakura sangat cantik, namun siapa sangka dibalik kecantikan dan kelembutan yang sellau ditunjukannya ini pada orang tuanya ternyata dia adalah anak yang.

Nakal.

Suka menindas orang.

Berbuat seenaknya di sekolah.

Memeras uang anak-anak yang lemah.

Mengancam guru kalau mereka mengadukannya pada orang tua Sakura, karena orang tuanya adalah salah satu pendiri Konoha Academy itu.

Dibalik kenakalannya itu, Sakura tetap saja dipuja oleh banyak laki-laki, karena yang laki-laki lihat dari Sakura adalah.

Kecantikannya.

Kekayaannya.

Tubuh sexy nya.

Dia memiliki genk disekolahnya yang dijuluki oleh seluruh sekolahan yaitu, "The Royalty genk" yang beranggotakan Yamanaka Ino, gadis berambut pirang yang tak kalah cantiknya dari Sakura, anak dari designer terkenal. Hinata Hyuuga, sama cantiknya dengan mereka berdua, anak dari direktur perusahaan 'Hyuuga', wajahnya sangat polos, namun dia sering menggunakannya untuk memanfaatkan laki-laki yang suka padanya, seperti meminta tolong membelikan sesuatu, membawakan tasnya yang sama sekali tidak bisa dibilang berat.

Nah, cukup perkenalan untuk pihak golongan orang-orang kaya, sekarang mari kita lihat ke golongan kaum-kaum biasa.

Di Konoha Academy ini, tidak semuanya berasal dari kalangan elit, ada beberapa orang yang bisa masuk ke Academy itu berkat kemampuan mereka, seperti otak yang cerdas, mahir dalam ber olahraga, sehingga mereka mendapatkan beasiswa dari pihak Academy, mari kita menuju ke aula lapangan basket Indoor ini.

"KYAAAAA!"

"SASUKEEEE!"

"SASUKE AKU CINTA KAMUUU!"

Itulah yang kalian dapat dengan dari lapangan itu, teriakan demi teriakan yang sangat histeris dalam pelajaran olah raga basket, pemuda bernama Sasuke Uchiha… tampan, keren, kalem, pintar, juga sangat mahir bermain basket, namun sedikit senang melakukan perkelahian diluar sekolah. Semua siswi disekolah itu tertarik pada ketampanannya, bahkan Ino dan Hinata pun mengakui keberadaan pemuda bermata onyx itu, namun tidak bagi seorang nona muda seperti Sakura Haruno.

Kenapa?

Sudah jelas, karena Sasuke Uchiha adalah salah satu orang yang berhasil masuk dengan mengandalkan beasiswa, dia juga miskin, rumahnya di apartemen sempit dan kotor. Bagaimana kita bisa tahu? Karena salah satu bodyguard yang disuruh Ino pernah megnintainya.

Namun Sasuke tidak rendah diri, dia memang dingin pada orang, tapi saat ada yang meminta pertolongannya mengenai pelajaran atau olahraga, dia tidak segan-segan membantunya, dan itu makin membuat semua siswi bahkan siswa di Academy itu meleleh.

"Buta," gumam nona muda itu saat pelajaran olahraga dimulai.

"Heh?" dan gumamannya itu membuat kedua sahabatnya itu menoleh padanya.

"Buta, mereka semua buta! Apa bagusnya dari Sasuke Uchiha itu? Sudah miskin, tidak punya apa-apa, wajahnya saja yang tampan! Tapi kalau kencan dengannya tidak bisa makan di restoran mahal!" lanjut Sakura.

"Tapi dia lumayan loh untuk dijadikan gandengan ke mall, Sakura," ucap Ino dengan maksud bercanda.

"Apa? Kamu mau jalan dengan dia? Hiii aku sih tidak mau! Dari pada dia aku lebih memilih Lee si anak musisi terkenal itu," kata Sakura sambil mengkipas-kipaskan kipas berbentuk babi itu ketubuhnya.

"Ahahaa, jangan dia juga lah Sakura, selera mu aneh," ujar Hinata tertawa geli.

"Eh tapi lihat deh, tubuh Sasuke sangat sexy," tunjuk Ino saat Sasuke melakukan lay up.

"Hah! Aku bahkan malas memandangnya, sudah ah aku kembali ke kelas saja, aku malas keringetan, daaah," Sakura melambaikan tangannya dan kembali menuju kelas, tidak ada guru yang berani menegurnya kalau masih ingin mengajar disitu, lebih baik biarkan Sakura Haruno itu berbuat semaunya.

Saat Sakura membuka pintu olahraga itu, Sasuke yang sedang mengatur nafasnya menatap gadis itu dari belakang dengan tatapan lembut, dan hei! Adegan itu dipergoki oleh Ino dan Hinata. Mereka berdua kemudian saling tatap dan…

"O.M.G," ucap mereka berdua seolah mengerti apa maksud dari tatapan Sasuke itu, dengan bergegas Hinata dan Ino berlari menyusul Sakura.

"Huhuhu, kenapa aku mempunyai murid seperti mereka," gumam guru olah raga di pojokan ketika melihat ketiga muridnya itu meninggalkan pelajarannya dengan seenaknya.

.

.

.

Selesai pelajaran olahraga, Sasuke duduk di lantai dengan nafas ngos-ngosan, dia masih terus berlatih sendirian disana, demia pertandingannya yang akan datang nanti dia hasru mati-matian melatih fisiknya, namun pikirannya kembali pada gadis yang tadi membicarakannya dengan suara kencang, bukannya kesal, Sasuke malah terkekeh kecil.

"Dasar nona muda," gumam Sasuke sambil tersenyum.

Dikelas.

"Semuanya, besok kita akan berkunjung ke kuil untuk mendoakan para pahlawan dan orang-orang yang kita kasihi, harap bawa bekal karena mungkin kita akan sekalian piknik bersama," ucap sang guru bermasker itu.

"Ah! Kenapa harus piknik sih pak! Kenapa kita tidak menyewa restoran disana saja," protes Sakura, "aku yakin Academy ini sanggup menyewanya."

Ino dan Hinata mengangguk mendengar protesan Sakura, mereka itu sekelas, dan pasti menuruti apa yang diucapkan oleh Sakura, membayangkan harus piknik dan menggelar kain di rumput sudah membuat mereka bertiga merinding, Sakura membayangkan kalau-kalau nanti ada ular atau ulat bulu yang datang padanya.

"Au tidak mauuu!" teriak Sakura.

"Sudah, sudah! Ini diputuskan oleh ayahmu, Sakura," kata guru yang bernama Kakashi itu.

"Ayah?"

"Ya, dia yang meminta sekolahan untuk pergi kesana dan piknik bersama," ucap Kakashi sekali lagi.

Oke, Sakura merasa dirinya seperti dihantam meteor yang jatuh ke bumi.

Malam harinya.

BRAAAK!.

"AYAAAAAAH!"

Sakura membuka pintu ruang kerja di kediaman Haruno itu dengan keras dan nada suara yang sedikit lantang namun masih terdengar lembut.

"Kenapa ayah memutuskan hal itu pada sekolahan?" tanya nona muda itu sambil berlutut dan menempelkan dagunya di paha sang ayah.

"Ayah hanya ingin Sakura merasakan jalan-jalan ketempat yang biasa orang-orang kunjungi bersama teman-teman Sakura," jawab sang ayah sambil membelai rambut soft pinknya yang panjang sepinggang itu.

"Tapi, tapi…"

"Oh~ anak ayah kenapa jadi melawan seperti ini? Biasanya anak ayah selalu menuruti apa yang ayah ucapkan," ucapan ayahnya itu membuat Sakura kembali pada sifat dasarnya.

"Ah! Maafkan Sakura ayah, baiklah Sakura akan menuruti keinginan ayah," jawab Sakura dengan lembut.

"Oh iya, besok jangan lupa les pianonya, lalu pertemuan makan malam bersama keluarga Mizunashi, tolong wakilkan ayah yah, dan juga jangan lupa, perusahaan ayah yang satu lagi tolong kamu handle, kamu kan pintar memutar saham," pinta sang ayah.

"…" Sakura sedikit terdiam lalu tersenyum lembut pada ayahnya, "Baik ayah, jangan lupa istirahat yaaah."

Sakura menutup pintu ruang kerja dengan sangat pelan, terlihat ada beberapa pelayan yang sedang berlalu lalang dirumah megah itu sambil membungkuk ketika berhadapan dengan Sakura, tangga besar yang melingkar keatas diruang tengah dan langsung menghadap kepintu luar, lalu terdapat lukisan wanita cantik berambut panjang yang mempunyai warna rambut yang sama dengannya, laki-laki yang sangat tampan dan anak kecil yang sedang tersenyum bahagia, lukisan itu adalah dirinya bersama orang tuanya.

Ayah Sakura sangat rajin mencari uang, dan dia sangat menyayangi Sakura bahkan memanjakannya, begitu pula dengan sang ibu, sang ibu menjadi sekertaris pribadi ayahnya maka dari itu mereka berdua selalu sibuk dan pergi-pergi meninggalkan Sakura seorang diri dirumah yang sangat megah itu.

Sakura melangkahkan kakinya kebelakang rumahnya yang terdapat pemandangan kolam renang yang sangat besar, serta batu-batuan yang terukir bentuk binatang kura-kura dan ada petungnya yang berbentuk mermaid ditengah-tengah kolam tersebut.

"Hhhhhh," Sakura menghela nafas dan berlari menaiki tangga yang besar itu lalu menuju kamar tidurnya.

Bagaimana bentuk kamar tidurnya?

Tidak usah ditanya, itu adalah kamar tidur tuan putri, kasur dengan ukuran queen size, meja rias yang besar, ada satu pintu khusus untuk Sakura yaitu pintu lemari, memang terlihat kecil tapi begitu memasuki pintu itu terlihat pakaian Sakura yang sangat banyak menggantung disana, dikelilingi cermin yang besar dan sepatu-septu, topi, belt, hingga syal pun ada disana. Kamar mandi pribadi Sakura pun terdapat bath tub dan shower terpisah, ada jakuzi kecil didalamnya.

Sakura merebahkan tubuhnya dan mencoba untuk tidur, agar besok dia bisa bersenang-senang bersama Ino dan Hinata.

.

.

.

"Kak Sasuke, sudah matang beluuum? Kami lapaaar~" gerutu seorang anak kecil berambut pirang dan memiliki kumis di pipinya.

"Sabar yah Naruto, sebentar lagi karenya matang kok," jawab Sasuke.

Kali ini mari kita lihat suasana rumah pemuda itu.

Apartemen yang kecil, tidak ada kamarnya, sempit, sedikit kotor, dan… ditempati oleh tiga orang.

"Kak, apa hari ini isi kare tersebut ada dagingnya?" tanya anak kecil satu lagi yang sedang bermalas-malasan.

"Tidak ada Shikamaru, maaf yah, hari ini isinya Cuma tomat, kakak belum gajian," jawab Sasuke.

Kedua adiknya itu masih berumur 7 dan 5 tahun, karena Shikamaru yang berumur 7 tahun, makanya dia sering menjahili Naruto hingga menangis.

"Nah, sudah matang," ucap Sasuke membawa kare nya ketengah-tengah mereka.

Ditengah-tengah acara makan malam mereka, Shikamaru menatap kakaknya itu dengan penasaran, lalu…

"Kak, kapan kita jadi orang kaya?" tanya Shikamaru tiba-tiba.

"Hah? Nanti yah, kalau kakak sudah kerja dan mendapatkan uang banyak, kita akan pindah kerumah yang lebih besar," jawab Sasuke.

"Aku bosan, tiap hari di tindas dan diperas oleh kakak kelas," dumal Shikamaru

"Diperas? Siapa orangnya? Biar kakak hajar dia!"

"Jangan! Nanti dikira aku tukang ngadu, aku tidak mau!"
"Memangnya, kak Sasuke kerja apa?" tanya Naruto sambil menarik lengan Sasuke.

"Akku membantu pelatihku, yah Cuma dapat sedikit sih," jawab Sasuke.

"Tapi nanti kalau kak Sasuke menang pertandingan basket itu, kakak akan mendapat hadiah uang yang banyak kan?" tanya Shikamaru dengan semangat,

"Iya! Makanya aku harus menang, kalian dukung aku yah, doakan aku juga."

"Pasti, kak!"

.

.

.

Keesokan harinya saat wisata ke kuil.

"Aduuuh lama sekali sih orang itu! Panas tahu!" gerutu Sakura.

"Namanya juga orang miskin Sakura, tidak ada kendaraan untuk berangkat kesekolah jadinya harus jalan kaki atau lari kesini," ucap Ino.

"Ah, itu Sasuke sudah datang," tunjuk Hinata pada Sasuke yang sedang berlari menuju dimana bus sedang menunggunya.

Begitu Sasuke tiba, Sakura menghampirinya dan memarahinya.

"Kau tahu tidak! Hanya karena kamu keberangkatan kita tertunda! Disini tuh panas! Lihat aku keringetan! Mana guru bilang aku tidak boleh menaiki jaguarku! Harus satu bus pula dengan orang miskin yang bau keringat sepertimu!" bentak Sakura.

"Hei Sakura! Kau keterlaluan," bisik Ino.

Sasuke menatap Sakura dengan wajah datarnya dan menghampiri gadis itu sehingga wajah mereka sdikit dekat, "Jangan kau pikir karena kau orang kaya lalu bisa menginjak-injak kami!"

Setelah mengatakan itu, Sasuke pergi meninggalkannya… Sakura pun hanya menjulurkan lidahnya meledek Sasuke dari belakang, lalu dengan satu perintah dari guru mereka, akhirnya mereka menaiki bus itu dengan tertib, dan bisa kalian tebak juga siapa yang memegang suasana tersebut.

"Hei!" panggil Sakura pada gadis berambut cepol, "Siapa namamu?"

"Aku, Tenten," memang dasar Sakura, teman sekelasnya pun dia malas mengingatnya.

"Oh, kau yang masuk ke Academy itu karena beasiswa di bidang karate yah? Berarti kau bisa dong jadi bodyguard pribadiku?" ejek Sakura dan itu membuat teman-temannya yang sesame elit terkekeh.

"Nanti payungi aku disana yah, ini payungnya," perintah Sakura yang memberikan payung berwarna pink, "Daaah."

"Sasuke, kenapa kau bisa telat?" tanya laki-laki yang duduk disamping Sasuke.

"Aku harus mengantar adikku dulu ke sekolah," jawab Sasuke cuek.

"Makanya, beginilah nasibnya kalau tidak punya apa-apa dan hanya mengandalkan ketampanan saja," ejek Sakura yang berdiri dibelakang Sasuke.

"Bisakah kau diam? Suaramu membuat telingaku sakit," ucap Sasuke sambil memasang headset i-podnya, sebelum berhasil memasangnya, Sakura menyambar headset itu sekaligus dengan i-podnya, "aku pinjam yah," kata Sakura dan meninggalkan Sasuke.

"Hihihihi, kau iseng sekali Sakura," ucap Ino dibelakang.

"Si Sakura itu, sangat keterlaluan yah," kata teman sebangku Sasuke, namun Sasuke hanya diam tidak memperdulikan kejadian tadi.

Sesampainya di kuil, mereka menuruni bus tersebut dengan tertib, satu persatu berbaris dan di absent oleh guru, terlihat Sakura sedang dipayungi oleh gadis yang bernama Tenten itu, namun tidak ada yang berani menegur tindakannya itu.

Sesampainya diatas kuil.

"Harus lempar koin?" tanya Sakura.

"Iya, kalau ingin mengucapkan permohonanan dan berdoa, kita harus melemparkan koin kekotak itu," jelas Hinata.

"Aku tdiak usah melakukan hal itu juga permohonanku pasti akan terkabul semua," ujar Sakura sombong.

"Sudahlah lakukan saja," kata Ino.

Sakura melirik ke kanan dan ke kiri lalu melihat ada perempuan dan gerombolannya yang sedang menyiapkan koin, gerombolan itu juga berasal dari Academy.

"Hei, berikan aku koinmu," ucap Sakura mendatangi mereka.

"Eh? T-tapi…"

"Sudah sini! Kamu berani melawan?" Sakura menyambar dompet koin salah satu dari mereka dan membawanya pergi, karena tidak mengerti caranya, Sakura melemparkan semua koin-koin itu kedalam kotak.

"Jangan semuanya, cukup satu saja," kata suara yang tiba-tiba disampingnya.

"Berani sekali kau mendikte ku," sewot Sakura.

Orang itu adalah Sasuke, dia tidak memperdulikan sewotan Sakura, Sasuke melemparkan koinnya dan berdoa dengan wajah serius, melihat keseriusan wajah tampan Sasuke membuat Sakura sedikit berdebar melihatnya, kemudian Sakura yang menyadari wajahnya memerah itu mengalihkan pandangannya kesuatu benda, benda yang sangat aneh dan sepertinya itu benda pustaka.

Dengan mengendap-endap Sakura menghampiri benda itu dan menyentuhnya sebelum.

"Hei!"

"Hyaaa!" Sakura menoleh, dan orang itu adalah Sasuke yang ternyata mengikutinya, "Apaan sih kau!"

"Mau apa di kuburan seperti ini?" tanya Sasuke melihat benda yang ternyata bau nisan.

"K-kuburan!"

"Iya, ah… kau kan orang kaya yah, mana tahu kuburan orang miskin itu seperti apa," ejek Sasuke.

"Iya! Itu kau mengerti, aku mana tahu kuburan orang miskin seperti kalian itu bagaimana, lagi pula ini tidak layak disebut kuburan! Ini seperti tempat pembuangan sampah!" hina Sakura.

"Jaga bicaramu kalau kau tidak mau kena kutuk!" Sasuke memperingatkan.

"Jangan memerintahku, dasar miskin!"

"Aku sudah sabar dengan ucapan yang kau lontarkan padaku! Setidaknya hargailah mereka yang tidak punya apa-apa, yang bisa kau lakukan hanyalah menghina kami, dan menindas orang-orang seperti kami!"

"Kalian memang pantas di tindas! Siapa suruh tidak melawan!"

Sasuke menarik lengan Sakura dan mendekatkannya pada tubuh Sasuke.

"Jangan kau pikir kami akan diam saja!" geram Sasuke.

"Coba saja!"

Mereka saling bentak satu sama lain, didepan kuburan itu, seolah tidak menghargai arwah yang sedang bersemayam dibalik tumpukkan rumput dan dedaunan itu. Tanpa mereka sadar ada sebuah asap putih yang mengelilingi tubuh mereka.

"Makanya aku sangat benci sama orang miskin sepertimu!"

"Aku juga sangat benci pada nona muda sepertimu yang bisanya Cuma menghabiskan uang ayahnya!"

"Cukup! Hentikan! Kalian berdua memang hebat," ucap Ino yang datang memisahkan mereka dan Hinata yang bertepuk tangan dibelakang Ino.

"Ayo Ino kita pergi," tarik Sakura.

Sakura pergi meninggalkan Sasuke dibelakang, kini mereka berdua sudah melakukan adegan yang tidak sopan didepan makam itu.

~Sakura's POV~

Apa-apaan si miskin itu! Berani-beraninya membentakku! Awas akan kujadikan bulan-bulananku nanti! Dia pertama kali orang yang berani membentakku! Ayah dan ibuku saja tidak pernah membentakku!

Benci!

Aku benci diaa!

~Sasuke's POV~

Aku pikir dia nona muda yang manja tapi sedikit menyenangkan, ternyata dia menyebalkan! Wajahnya memang cantik, menawan dan sexy… tapi image itu telah hancur di benakku! Wanita kok kelakuannya seperti itu!

~Normal's POV~

sepulangnya dari kuil tersebut mereka pulang kerumah masing-masing, karena terlalu lelah, Sakura membuka pakaiannya, mandi berendam dan menggantinya memakai dress tidurnya, langsunglah Sakura terlelap dengan pulas, sedangkan Sasuke, dia tidak sempat untuk mengganti apapun, dia langsung tergeletak di futon yang sudah disiapkan oleh Shikamaru itu, tertidur disamping kedua adiknya.

Keesokan paginya.

Sakura merenggangkan otot-ototnya (ngulet) dengan nikmat.

"Ungh~ hoaaaahm," dia berjalan pelan sambil setengah sadar, mungkin saking lelahnya kemarin sehingga Sakura masih bisa merasakan kantung melanda dirinya, saat akan berjalan kekamar mandi, Sakura merasa dirinya menubruk-nubruk sesuatu, dan akhirnya sampailah pada kamar mandinya.

.

.

Sasuke bangun dari tidurnya, entah mengapa dia tidak pernah merasakan tidur senyenyak ini sebelumnya, dia merasakan kasurnya yang empuk dan udara dingin sejuk serta selimut yang tebal melapisi tubuhnya, Sasuke bangun dengan mata sedikit tertutup dan mencari pintu kamar mandinya, dapatlah gagang pintu tersebut, dan dia mulai memasuki kamar mandinya.

.

.

Rasanya Sakura ingin sekali buang air kecil, tapi begitu dia sadar sepenuhnya, reaksinye begitu shock, karena yang dilihatnya saat ini bukanlah bath tub, shower, closet, maupun jakuzi kesayangannya, melainkan hanya bak mandi dan ember-ember dimana-mana, Sakura sangat bingung, mengapa kamar mandinya berubah menjadi kecil dan sempit begini? Saat Sakura melihat ke cermin kamar mandi itu.

.

.

Sasuke merasa dia salah masuk kamar, karena kamar yang dia masuki itu terdapat baju-baju yang tergantung dimana-mana, sepatu wnaita, topi, syal dan segala macam, hingga saat dia melihat pada ceriman besar dihadapannya.

.

.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

.

.

Kita jelaskan dulu kondisi di tempat Sasuke.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Suara teriakan melengkin yang keluar dari mulut Sasuke membuat kedua adiknya terbangun, dengan cekatan adiknya berlari ke kamar mandi.

"Ada apa kak?" tanya Shikamaru.

"Kyaaa! Siapa kalian? Berasal dari planet mana kalian? Berani-beraninya menculikku!" bentak Sasuke dengan gaya bicara… seperti perempuan dan gelagatnya yang mengepalkan kedua tangannya didepan dada.

Jelas saja itu membuat kedua adiknya bengong, kenapa kakaknya yang jantan itu berubah seperti banci?

.

.

"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Sakura berteriak dengan suaranya yang terdengar nge bass itu.

"Sakura sayang? Ada apa?" tanya sang ibu mengetok pintunya.

"Ha? Ehm…. Tidak apa…ehm…" oke, Sasuke bingung, panggilan apa yang Sakura ucapakan untuk ibunya.

"Ayah dan ibu berangkat sekarang yah," ucap sang Ibu yang bagi Sasuke adalah penjelasan.

"Oke bu, hati-hati dijalan!" teriak Sakura sambil berdiri mengangkang.

"Ya Tuhan! Ada apa ini? Tubuhku? Tubuhku?"

.

.

Kesimpulannya adalah…

Jiwa mereka tertukar, saat ini jiwa Sakura berada di tubuh Sasuke, dan jiwa Sasuke berada di tubuh Sakura.

~Sakura ditubuh Sasuke~

"Kyaaaa! Ini apaa! Huaahaaaa! Tidak mau mengeciiilll!" Sakura berteriak dengan gemulai sambil menunjuk kearah kemaluannya yang memanjang itu.

"Ahahahhaa, kakak kok pagi hari sudah bangun sih," ledek Shikamaru.

"Berisik! Bagaimana cara mengecilkannya! Aku jijiiiik~"

"Jijik? Itukan punya kakak sendiri, masa jijik, kesehariannya sering kakak pegang kalau pipis," jelas Shikamaru yang membuat Sakura makin jijik.

"Kyaaa! Hentikaaan!" Sakura menutup telinganya dan dia melihat ada gayung, lalu dipukulnya gayung kearah kemaluannya itu.

TUK

Shikamaru memejamkan matanya dan sebelah tangannya menutup mata Sasuke

"Kyaaa! Sakiiiiit~"

"Jelas Sakit! Kau memukulnyaa!" ucap Shikamaru.

~Sasuke ditubuh Sakura~

"Oke, tenang… Sasuke kau harus tenang, kenapa aku bisa terperangkap di tubuh ini?"

Sasuke terdiam, dia memandangi tubuh Sakura yang sangat indah ini, perlahan disentuhnya wajah mulus milik Sakura, rambut halusnya, lalu dadanya yang montok itu.

"Ah! Tidak! Tidak boleh, tubuh ini bukan milikku!" Sasuke menghentikan aksinya saat dia mengingat tujuan asli tenangnya itu.

"Tapia pa aku yakin bisa kuat tinggal didalam tubuh sexy ini?" gumam Sasuke yang wajahnya memerah.

"Nona Sakura, sarapan sudah siap," panggil pelayannya dengan sopan.

"Gawat! Aku harus bagaimana? Ah bersikap seperti Sakura biasa saja dulu, nanti disekolah aku akan membicarakannya pada Sakura," gumam Sasuke.

Oke, keputusan itu adalah keputusan yang sangat salah untuk Sasuke, karena dia tidak tahu kalau disekolah dan dirumah, sikap Sakura sangat berbeda 180 derajat!

Sasuke memasuki ruang makan, meja panjang yang dilihat pertama kalinya bagi Sasuke dan ditengah-tengahnya terdapat lilin klasik, Sasuke menempatkan dirinya dikursi yang sudah disiapkan oleh para pelayan.

"Ehm, mana yang lain?" tanya Sasuke sedikit canggung.

"Sudah pergi tadi, oh iya ini jadwal Nona hari ini," sang pelayan memberi selembar kertas dan itu berisikan jadwal Sakura yang sangat padat.

"Apaa! Aku harus melakukan ini semua?" teriak Sasuke yang seolah mengikuti kelakuan Sakura.

"N-Nona? Ada apa? Ini kan kegiatan seminggu sekali anda," ucap pelayan itu dengan heran, kenapa Sakura bisa sekeras itu nada bicaranya.

"Berani menyuruhku? Dasar kalian pelayan tidak berguna! Aku berangkat sekarang saja!" bentak Sasuke menggebrak meja.

"Huahaaaaa," pelayan yang tadi dibentak oleh Sasuke… menangis?

Oke, sekarang Sasuke mulai merasa bersalah, kenapa pelayan itu harus menangis? Bukankah dia seharusnya sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Sakura? Ah! Mungkin itu pelayan baru pikir Sasuke.

Sasuke pergi meninggalkan rumah itu dengan mobil jaguar milik Sakura serta supir pribadinya, ketika sudah pergi, seorang nenek tua memandangi perginya mobil itu dengan tatapan curiga dari dalam rumah.

.

.

"Huhuhuuuu."

"Mau sampai kapan kau menangis? Punyamu juga sudah turun! Seperti bukan kak Sasuke saja!" gerutu Shikamaru.

"Huhuuu.. aku memang bukan Sasuke~ hiks… kenapa aku bisa berada di tubuhnyaaa~" Sakura terus menangis, namun siapa yang percaya pada ucapannya, karena yang dilihat oleh Shikamaru dan Naruto sekarang ini adalah sosok kakaknya yang sedag duduk gemulai merapatkan kedua pahanya dan menangis sendu?

"Tunggu sebentar, memangnya kalau kau bukan kak Sasuke, siapa sebenarnya kamu?" tanya Shikamaru sambil duduk bersila.

Sakura membenarkan duduknya sehingga menekuk kedua kakinya, duduk seperti sedang menghadapi atasan.

"A-aku Sakura Haruno, seharusnya aku berada di kamarku yang nyaman… BUKAN BERADA DI GUDANG SEPERTI INI! HUAAAAAAAAA!" menangis lagi…

"Ck! Merepotkan sekali! Mana bisa kalian bertukar tubuh seperti ini! Memangnya ini komik apa?" ucap Shikamaru.

Sakura menarik baju Shikamaru dan mencengkramnya, "Memangnya siapa juga yang mau berada di tubuh ini! Tubuh kakakmu ini menyedihkan! Lengket! Bau!" teriak Sakura dengan tubuh Sasuke berekspresi pilu?

"Huahahahahhaaa," Naruto malah tertawa melihat ekspresi kakaknya yang seperti perempuan itu.

"Jangan tertawa!" tegur Shikamaru dan Sakura bersamaan.

"Begini saja, kau mandi saja dulu sana, nanti disekolah bicarakan sama kakak," usul Shikamaru.

"Tapi seragamku dirumah," kata Sakura.

"Kau ini sekarang laki-laki! Masa mau pakai seragam perempuan? Mau mempermalukan diri sendiri yah?" sewot Shikamaru.

"Yang malu bukan aku!"
"Tapi kau mencemarkan nama baik kak Sasuke nanti," ucap Naruto menggenggam tangan Sakura dengan lembut.

Ah, Sakura belum pernah merasakan disentuh oleh anak kecil berumur 5 tahun seperti ini, rasanya begitu hangat.

"Cepat! Nanti terlambat!" Shikamaru membentak sosok Sasuke yang berjiwa Sakura itu.

Sakura bergegas bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, untuk memecahkan misteri ini.

Mungkin bisa dibilang ini adalah hari tersial Sakura sepanjang hidupnya, karena selain dia harus mandi di kamar mandi yang 'ngga banget' itu, dia harus berjalan kaki ke sekolah, namun dia menemukan fakta yang membuatnya sedikit terkejut, Sasuke ternyata dikenal didaerah rumahnya, semua orang yang melihat Sasuke pasti menegurnya dengan sopan, dari anak kecil, remaja, orang tua, bahkan kakek dan nenek.

"Pagi Sasuke."

"Pagi kak Sasukeeee!"

"Pagi nak."

"Ah…p-pagi," Sakura menjawab dengan sangat canggung, dari pada ditanya macam-macam Sakura memutuskan untuk berlari menghindari mereka semua.

.

.

Sebuah mobil jaguar berhenti didepan Academy Konoha, dan keluarlah seorang nona muda yang seperti biasa cantiknya dan anggun menawan itu, saat dia sedang menikmati angin segar.

GREB.

"Ikut aku!" geram Sakura yang berada di tubuh Sasuke.

Sakura membawa Sasuke kebelakang gedung sekolah yang dimana disitu ada sebuah taman kecil untuk beristirahat murid-murid. Sesampainya disana, Sakura mengatur nafasnya dan melihat-lihat sekeliling, memastikan tidak ada yang melihat mereka, ketika sudah yakin tidak akan ada yang melihat, Sakura menghampiri Sasuke dengan ekspresi yang bercampur aduk.

"Apa kau menikmatinya? Hah!" tanya Sakura menolak pinggang didepan Sasuke.

"Menikmati apanya? Aku tidak suka tahu berada didalam tubuhmu!" jawab Sasuke.

"Kau pikir aku suka! Apalagi pagi-pagi aku sudah harus berurusan dengan…. 'itu' mu yang tiba-tiba berdiri! Aarrgghhh! Tuhan, ada apa dengan organ tubuhmu, Uchiha!"

"Hoooo, ternyata kau belum terbiasa yah?" ucap Sasuke yang kaget mendengar ucapan Sakura.

"Kau pikir aku wanita macam apa? Dan kau! Kyaaaa, apa yang kau lakukan pada kukukuuuuu!" teriak Sakura saat melihat semua kukunya habis terpotong.

"Oh, aku memotongnya, habis sangat risih mempunyai kuku panjang," jawab Sasuke santai.

"Jangan seenaknya! Dan… mandi? Bagaimana saat mandu? Kyaaaaaa! Kau melihatnya? Tidak bisa dimaafkan!" Sakura memukul-mukul Sasuke tidak terima membayangkan seperti itu.

"Mau bagaimana lagi! Tapi ngomong-ngomong, tubuhmu sangat indah," puji Sasuke.

"Oh, masa? Hehehe, aku merawatnya sejak- AH! Bukan itu! Sampai mana kau melihatnya? Apa kau menyentuhnya?"

"Tenang saja! Aku tidak akan melakukan perbuatan serendah itu," jawab Sasuke berusaha menenangkan Sakura, "Tapi kalau pegang-pegang sedikit sih aku…."

BUG!

"Akh-" Sasuke merintih sangat kesakitan ketika Sakura memukul perutnya, mereka lupa kalau sekarang tubuh mereka sedang tertukar.

"Kyaaa, maafkan aku tubuhku!" ucap Sakura.

Dan lagi, Sakura tidak meminta maaf pada Sasuke? Melainkan pada tubuhnya sendiri.

"tenagaku itu sangat kuat! Jangan sembarangan kau memakainya!" sewot Sasuke.

"Jadi, bagaimana caranya supaya kita bisa kembali normal?" tanya Sakura yang kini duduk dibangku taman dengan kaku rapat tertutup lalu sambil mengibaskan rambutnya.

Jujur saja, tindakan itu membuat Sasuke merinding melihatnya, sedangkan Sasuke sendiri duduk dengan kaki terbuka dan sedikit urakan, diangkat kaki kanannya di diletakkan diatas pahanya sendiri. Sakura yang melihat kelakuan itu langsung menurunkan kaki itu sambil berucap.

"Seorang nona muda tidak begitu tingkah lakunya."

"Aku juga tidak tahu bagaimana caranya agar kita kembali normal," jawab Sasuke sambil berpikir.

…..

…..

…..

"Hhhhhhh," setelah sekian lama berfikir mereka tidak juga menemukan jawabannya, dan akhirnya merek sama-sama menghela nafas.

"Tidak mungkin kan aku kembali kerumah dengan tubuhmu begini," gumam Sakura, "Bisa-bisa jantung ayahku kambuh nanti."

"Yah, aku juga, bisa-bisa tubuhmu ini nanti dijamah adik-adikku."

Mereka saling tatap sekian detik, lalu kembali menghela nafas.

"Hhhhhhh."

"Mau tidak mau," ucap Sakura.

"Kita harus bertukar peran," sambung Sasuke.

"Baiklah, aku akan memberi tahumu apa saja yang kulakukan dirumah dan seperti apa aku disana, serta kehidupan sehari-hariku," ujar Sakura, "Kau juga beri tahuku nanti yah, sepulang sekolah kita bertemu diatap, aku masuk kelas dulu, daaah."

Sakura berlari memakai tubuh Sasuke dengan cara berlarinya seperti perempuan, Sasuke hanya menunduk dan menepuk keningnya ketika melihat gerak tubuhnya sendiri yang gemulai itu.

.

.

.

"Oke, karena aktingku sangat bagus jadi tadi tidak ada yang mencurigaiku, bagaimana denganmu?" tanya Sakura pada Sasuke saat diatap sekolah dan tentu saja seusai jam sekolah.

"Sama denganmu, hanya saja ada satu percakapan yang tidak kumengerti" jawab Sasuke, "Siapa itu Mizunashi Kazuto?"

"…." Sakura terdiam tidak menjawab, namun mau tidak mau dia harus memberi tahu Sasuke, "Dia pacarku."

Mendengar Sakura sudah memiliki pacar, entah kenapa seperti ada sesuatu yang menusuk di dada Sasuke.

"Yah, tapi itu hasil dati perkenalan kedua orang tua kami," lanjut Sakura.

"Apa kamu suka padanya?" tanya Sasuke.

"Bukan urusanmu! Berani sekali kau menanyakan itu padaku!" jawab Sakura yang sifat aslinya keluar.

"Oke, keseharianku itu-"

"Tunggu dulu," potong Sasuke, "Tadi pagi pelayanmu menyerahkan ini padaku."

Diperlihatkannya jadwal seminggu sekali Sakura itu, melihat jadwal itu Sakura menghela napas dan sedikit mempunyai perasaan senang saat ini dia bertukar tubuh dengan Sasuke.

"Selamat mengerjakannya," ucap Sakura lepas tanggung jawab.

"Tapi aku sama sekali tidak bisa bermain piano, lagi pula meeting apa ini? Aku tidak mengerti," jawab Sasuke bingung.

"Sudah ikuti saja alurnya, tidak berat kok, kehadiranmu nanti itu hanya sekedar formalitas, dan jangan lupa pakai baju yang rapih, oh iya aku peringatkan kau! Aku ini kalau dirumah sangat berbeda, aku bukan anak yang kasar, nakal dan apapun sebutannya saat aku disekolah, saat dirumah aku menjadi anka baik, menuruti semua perintah orang tua bahkan bersikap baik pada pelayan-pelayan itu," jelas Sakura.

"Ah! Pantas saja," kata Sasuke.

"Kenapa?"

"Tadi pagi aku meniru gaya bicaramu sehari-hari disini, dan pelayan yang kubentak tadi malah nangis, cih.. cengeng!" gumam Sasuke.

"Jelas saja nangis! Mereka itu temanku dari kecil tahu!" bentak Sakura.

"Maaf, aku tidak tahu…"

"Sudahlah, oh iya… kedua adikmu sudah tahu kalau aku bukan kau," ucap Sakura.

"He? Kenapa bisa tahu?"

"Adikmu yang besar memberi tahuku bagaimana caranya menurunkan 'itu' mu," jawab Sakura malu-malu.

"Oh, begitu," kini Sasuke pun ikut menahan malunya, itu berarti Sakura pun sudah melihat semua tubuhnya.

"Baiklah, sudah mau sore, kita harus pulang," ucap Sakura, "Antarkan aku kerumahmu memakai mobil jaguar itu! Aku tidak mau pulang jalan kaki, dan jemput aku setiap hari!"

"Baik, nona muda," jawab Sasuke.

Sangat aneh melihat gerak-gerik tubuh Sasuke yang tinggi, tegap dan bidang itu menjadi gemulai dan feminine, sedangkan tubuh Sakura yang mungil dan ramping itu jalannya menjadi ngangkang, juga gelagatnya yang menguap tidak ditutup, mengigit jari dan mengacak-acak rambut. Namun mereka berdua harus bertahan sampai jalan keluarnya ketemu, mereka harus hidup sebagai diri yang mereka tumpangi sekarang.


A/N : typo? pasti banyak XD... maaf yah, aku malas ngeditnya... =_=

oh iya, cerita tentang pertukaran tubuhnya aku mengilhami dari film hot chick, ada yang tahu? cuma kalau ceritanya aku bikin sendiri kok, maaf-maaf kalau ternyata sama sama cerita atau film yang lain... hehehehehe