Disclaimer :

Detektif Conan = Gosho Aoyama, Dia Milikku = Yovie n Nuno

Catatan Penulis :

Fic kali ini agak beda dari fic-fic sebelumnya soalnya aku memakai bahasa yang nggak baku biar kesannya lebih santai. Fic ini merupakan request dari Lionel Sanchez Kazumi. Semoga para pembaca sekalian bisa menikmatinya.

Buat Rosaline Phantomhive yang suka dengan karya-karyaku (terima kasih banyak), tentang Shiho yang terkesan murahan dalam serial Demi Waktu, itu karena aku sering membaca fic-fic karangannya orang barat jadi mungkin gaya hidup mereka yang tertuang dalam cerita mereka sangat berpengaruh dalam cerita-cerita yang kutulis dan dalam fic mereka, ciuman adalah hal yang biasa. Apalagi Shiho sejak kecil tinggal di Amrik dan jadi anggota organisasi kejahatan macam BO sehingga kupikir dia bukanlah cewek yang kolot meskipun bukan berarti dia murah. Emang sih, nggak sesuai dengan budaya timur but please bear with me, okay? Bikin akun aja biar kita bisa ngobrol kalau ada yang nggak sreg.

Lalu kalau ada yang bertanya-tanya kenapa ceritanya tidak sesuai dengan syair lagu di atasnya, itu karena syair lagunya kubuat sebagai pembatas cerita, ho ho ho. Tapi pokoknya keseluruhan cerita menggambarkan isi lagunya.

Selamat membaca dan selamat berkomentar!


Dia Milikku

By Enji86

Bagian Satu

Semula ku tak tahu

Engkau juga kan ingin memilikinya

Bukankah ku lebih dulu

Bila engkau temanku

Sebaiknya tak mengganggu

Semua berawal sesaat setelah pengumuman kelulusan ujian masuk perguruan tinggi. Shiho yang jenius berhasil masuk jurusan Kedokteran Universitas Tokyo. Dia pun berhasil mendapatkan beasiswa sehingga biaya kuliahnya gratis. Sementara itu, Shinichi dan Heiji berhasil masuk sekolah detektif bertaraf internasional yang letaknya tak jauh dari Universitas Tokyo. Sore itu, mereka bertiga duduk-duduk di ruang tamu rumah profesor Agasa sambil melihat-lihat brosur apartemen yang ada di sekitar Universitas Tokyo. Mereka bertiga akrab karena mereka bertiga membentuk usaha grup detektif sejak mereka kelas 3 SMA. Tentu saja mereka menghasilkan uang dari usaha ini karena mereka ingin jadi detektif profesional. Walaupun Heiji SMA-nya di Osaka, usaha mereka berjalan relatif lancar soalnya mereka menjalankan usahanya secara online dan karena Shiho tidak seimajinatif Shinichi dan Heiji dalam mengungkap kasus, dia dapat tugas mengurusi data, website dan keuangan mereka.

"Kok biaya sewa apartemen ini nggak ada yang murah sih?" celetuk Shiho sambil meletakkan brosur-brosur di tangannya di meja.

Shinichi mengalihkan perhatiannya dari brosur di tangannya ke brosur-brosur yang diletakkan Shiho di meja. Setelah mengamati brosur-brosur itu sejenak, dia langsung menampilkan wajah 'oi oi'-nya pada Shiho.

"Ya, iyalah. Orang yang kamu lihat cuma apartemen-apartemen mahal doang. Dasar cewek gaje!" ucap Shinichi.

Belum sempat Shiho menyahut ucapan Shinichi, Heiji sudah ngomong duluan.

"Aku udah nemu beberapa yang murah nih," ucap Heiji sambil menyodorkan brosur-brosur di tangannya.

"Coba aku lihat," ucap Shiho sambil mengambil brosur yang ada di tangan Heiji.

Setelah membaca sebentar, Shiho langsung melempar brosur itu kembali ke atas meja.

"Lho, kok dilempar?" tanya Heiji.

"Hattori-kun, kamu udah baca brosurnya belum sih. Fasilitasnya bikin ilfil. Udah tempatnya kecil, nggak ada kamar mandi dalamnya lagi. Emangnya kamu mau kalau ke kamar mandi harus ngantri dulu," omel Shiho.

"Ya maaf. Katanya tadi cari yang murah, jadi yang kulihat cuma harga sewanya aja," ucap Heiji menggerutu.

"Coba lihat ini," ucap Shinichi sambil meletakkan brosur di tangannya ke meja supaya Heiji dan Shiho bisa melihat isi brosur itu.

Heiji dan Shiho pun langsung memusatkan perhatian mereka pada brosur yang ditunjukkan Shinichi.

"Ada kamar mandi, dapur, ruang tamu, ruang tengah, cleaning service dan laundry. Lokasinya juga strategis. Gimana? Oke kan, Shiho-sama?" ucap Shinichi setengah menggoda Shiho.

"Oke sih, tapi lihat tuh harganya," ucap Shiho sinis.

"Waduh, mahal amat. Ortuku bisa bangkrut nih. Gaji polisi kan nggak banyak, nggak kayak ortumu yang penulis novel bestseller," ucap Heiji.

"Nah, aku belum selesai. Apartemen ini dilengkapi tiga kamar tidur dan emang didesain untuk para mahasiswa yang ingin tinggal rame-rame," ucap Shinichi.

"Jadi maksudmu kita bertiga tinggal bareng?" tanya Shiho.

"Ya gitu deh. Kalau biaya sewanya ditanggung bertiga kan jadi nggak mahal," jawab Shinichi.

"Tapi Shiho kan cewek, masa' dia tinggal sama kita?" protes Heiji. Yah, maklumlah Heiji orangnya agak lugu dan kolot soalnya keluarganya tradisional banget.

"Kalau cewek dingin kayak Shiho sih, nggak masuk hitungan ce..." Shinichi tidak bisa meneruskan ucapannya karena dia langsung menerima tatapan membunuh dari Shiho.

"Aku sih nggak keberatan tinggal bareng kalian asal aku bisa tinggal di apartemen yang nyaman dengan harga terjangkau selama aku kuliah," ucap Shiho.

"Secara dua orang detektif mesum ini adalah cowok-cowok yang polos jadi mereka pasti nggak bakalan macem-macem," pikir Shiho.

"Shiho bilang nggak masalah tuh, gimana Hattori?" tanya Shinichi pada Heiji.

"Ya udah, kalau gitu aku ikut deh," ucap Heiji.

"Sip! Sekarang aku mau nelpon agen pemasarannya dulu. Shiho, aku pinjam telponnya ya?" ucap Shinichi.

"Ya, pakai aja, asal tagihan bulan ini kamu yang bayar," sahut Shiho.

"Oi, oi," ucap Shinichi lalu beranjak menuju telpon.

Beberapa saat kemudian, Shinichi kembali ke ruang tamu untuk memberitahu teman-temannya bahwa apartemennya masih tersedia beberapa unit dan besok mereka diundang untuk melihat-lihat.

"Ya udah, berarti besok kita kesana jam 10. Kita ngumpul di sini dulu terus berangkat sama-sama," ucap Shinichi.

"Oke," sahut Heiji dan Shiho.

"Waduh, udah jam segini. Ayo Hattori. Mereka pasti udah nunggu lama," seru Shinichi setelah melihat jam tangannya.

"Mereka siapa?" tanya Heiji bingung. Dia udah PW duduk di sofa ruang tamu profesor Agasa sehingga dia malas beranjak dari situ.

"Ya Ran sama Toyama-san lah. Mereka kan ngajak kita jalan sore ini," jawab Shinichi setengah kesal setengah geli soalnya Heiji kelihatannya bener-bener lupa sama acara mereka hari ini.

"Oh iya ya. Aku lupa. Mereka pasti udah nunggu lama," ucap Heiji tapi dia tidak bangkit dari sofa.

"Udah tahu kok masih duduk-duduk santai di situ sih," ucap Shinichi yang kesal pada tingkah laku Heiji.

"Mau gimana lagi. Aku udah PW nih. Kayaknya ini sofa ada lemnya deh," ucap Heiji asal.

"Nih anak kok jadi ikut-ikutan gaje kayak Shiho sih," batin Shinichi.

"Udah pergi sana. Kasihan kan cewek-cewek itu udah nunggu dari tadi," ucap Shiho.

"Tuh Hattori, udah diusir tuh sama tuan rumahnya. Tahu diri dikit dong," ucap Shinichi.

"Oke, oke. Aku ngerti," ucap Heiji sambil bangkit dengan enggan dari sofa.

Heiji masih memandangi sofa yang didudukinya tadi selama beberapa saat sehingga Shiho menatapnya dengan geli.

"Hattori-kun, itu sofa nggak ada lemnya kok. Suer deh," ucap Shiho.

"Bukan begitu. Kayaknya aku jatuh cinta deh sama sofa ini," ucap Heiji.

"Jatuh cinta kok sama sofa. Sama cewek dong!" seru Shinichi. "Udah ayo berangkat," ucap Shinichi sambil menyeret Heiji.

"Ya udah. Kalau kamu segitu cintanya sama sofa ini, ntar habis kencan kamu boleh main kesini lagi kok. Kalau mau tidur di sofa itu malam ini juga boleh," ucap Shiho.

"Serius?" tanya Heiji dengan mata berbinar-binar.

Shiho mengangguk.

"Asyik!" seru Heiji.

"Gaje," ucap Shinichi dan Shiho serempak dalam hati.

Setelah itu mereka berdua berpamitan dan sekarang giliran Heiji yang menyeret Shinichi agar mereka segera sampai ke tujuan.

Dia untukku

Bukan untukmu

Dia milikku

Bukan milikmu

Pergilah kamu

Jangan kau ganggu

Biarkan aku

Mendekatinya

Seminggu sebelum perkuliahan dimulai, mereka bertiga sudah mulai sibuk mendekorasi tempat tinggal mereka yang baru. Karena diantara mereka bertiga, Shiho yang paling bagus seleranya, maka Shiho yang jadi desainer interiornya. Kemudian tiga hari sebelum masuk kuliah, mereka sudah menempati apartemen mereka yang baru.

Malam itu, Shiho duduk sendirian di sofa di ruang tengah apartemennya sambil nonton TV. Shinichi dan Heiji lagi keluar cari angin dan Shiho yang bisa memperkirakan bahwa mereka bakalan ketemu mayat di jalan tidak mau ikut serta soalnya dia lagi malas ketemu mayat. Saat itu, Shiho hanya memakai tank top dan hotpants soalnya udaranya lagi gerah sehingga tubuhnya yang seksi jadi kelihatan jelas. Shiho duduk dengan menjulurkan kakinya di atas meja yang ada di depan sofa, merasa sangat nyaman dengan tempat tinggal barunya ini.

Ketika Shinichi dan Heiji pulang, mereka masuk ke ruang tengah dan langsung membatu di tempat melihat pemandangan di depannya. Mata mereka berdua terpaku pada sepasang kaki yang sangat indah yang terjulur di atas meja. Hormon cowok mereka pun langsung bereaksi, menyebabkan jantung mereka berdetak nggak karuan, nafas terasa berat, keringat mulai membanjir dan wajah menjadi merah. Selain itu, muncul dorongan kuat untuk menyentuh sepasang kaki yang indah itu. Akhirnya semua misteri terpecahkan, misteri kenapa Shiho memanjangkan rok seragamnya saat SMA sehingga dia kelihatan seperti cewek yankee, misteri kenapa Shiho selalu memakai celana panjang atau celana tiga perempat dan paling anti sama rok mini, celana pendek dan bikini. Ternyata itu semua karena dia mempunyai sepasang kaki yang sangat berbahaya.

Shiho yang menyadari tatapan mesum teman-teman serumahnya itu segera menurunkan kakinya dari meja kemudian bangkit dari sofa sehingga pandangan Shinichi dan Heiji beralih ke tubuh bagian atas Shiho yang cuma ditutupi secuil kain bernama tank top yang sangat ketat sehingga memperlihatkan bodinya yang aduhai. Hormon mereka pun semakin menjadi-jadi. Satu lagi misteri terpecahkan, misteri kenapa Shiho selalu memakai jas lab kemana-mana kecuali saat sekolah karena seragam sekolahnya dilengkapi blazer. Itu karena dia mempunyai tubuh yang sangat berbahaya.

Shiho mematikan TV kemudian berbalik membelakangi mereka.

"Dasar cowok-cowok mesum," ucap Shiho sebelum melangkah menuju kamarnya.

Ucapan Shiho langsung membuyarkan fantasi-fantasi yang tercipta di benak Shinichi dan Heiji. Wajah mereka berdua berubah menjadi kesal namun belum sempat mereka melontarkan pembelaan diri, Shiho sudah menghilang ke kamarnya sehingga mereka hanya bisa menghela nafas. Mereka baru sadar bahwa selama ini mereka hang out dengan cewek paling berbahaya yang pernah ada dan sekarang mereka malah tinggal bersama cewek tersebut.

"Sepertinya malam ini aku harus mandi air dingin," pikir Shinichi dan Heiji.

Setelah kejadian itu, Shiho tidak pernah lagi memakai pakaian minimalis di apartemennya. Memang, dua orang detektif itu adalah cowok-cowok polos, tapi tetap saja mereka itu cowok-cowok mesum.

Kamu

Tak akan mungkin

Mendapatkannya

Karena dia

Berikan aku

Pertanda cinta

Janganlah kamu banyak bermimpi...ohh

Dia untuk aku

Di suatu malam minggu yang dingin, Shinichi dan Heiji pulang dalam keadaan basah kuyup dan menggigil kedinginan. Shiho yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya di depan TV segera menghampiri mereka berdua.

"Kalian kenapa? Kok pada basah kuyup?" tanya Shiho.

"Ini semua gara-gara pencuri sialan itu," jawab Shinichi kesal.

"Pencuri sialan?" tanya Shiho bingung.

"Itu tuh, Kaitou KID," jawab Heiji.

"Aku heran. Dia kok semakin lama semakin licin ya?" ucap Shinichi.

"Ntar aja mikirnya. Mending sekarang kalian berdua mandi. Aku mau bikin wedang jahe dulu," ucap Shiho.

"Apa tuh wedang jahe?" tanya Heiji penasaran.

"Itu minuman herbal untuk menghangatkan badan. Udah ke kamar mandi sana, kalian bikin lantai jadi basah nih," ucap Shiho.

"Ya ya. Hattori, aku duluan ya," ucap Shinichi sambil mulai melangkah ke kamar mandi tapi langkahnya terhenti karena Heiji menahannya.

"Nggak bisa gitu. Aku tadi kan jatuhnya duluan jadi aku duluan yang ke kamar mandi," ucap Heiji.

"Pokoknya aku duluan, aku udah kedinginan banget nih," ucap Shinichi maksa.

"Nggak, pokoknya aku yang duluan," ucap Heiji ikut-ikutan maksa.

Mereka berdua terus berdebat sampai pintu kamar mandi dan berebutan masuk ke dalam. Shiho pun langsung mengambil tindakan dengan mendorong mereka berdua masuk ke kamar mandi soalnya kalau nggak cepat-cepat mandi, mereka bisa masuk angin.

"Berdua aja mandinya," ucap Shiho yang langsung diprotes oleh Shinichi dan Heiji.

"Masa' kami disuruh mandi berdua," protes Shinichi.

"Iya nih, kita kan udah gede. Lagian bahaya kalau sesama cowok saling melihat. Ntar kita bisa jadi slash," protes Heiji.

"Ya kalau kalian nggak mau saling melihat, kan showernya ada tirainya. Salah satu bisa pakai bathtube, yang lain bisa pakai shower. Beres kan?" ucap Shiho.

"Bener juga, ya udah, aku bathtube, kamu shower ya, Hattori," ucap Shinichi.

"Enak aja. Aku juga mau berendam air hangat," ucap Heiji.

Dan mereka pun berdebat lagi.

Shiho yang sudah nggak sabar melihat tingkah mereka berdua akhirnya beranjak ke dapur untuk membuat wedang jahe dan meninggalkan Shinichi dan Heiji yang masih berdebat.

"Katanya udah gede, tapi mau mandi aja masih bertengkar kayak anak kecil," batin Shiho.

Sambil menunggu airnya mendidih, Shiho membereskan buku-buku dan laptopnya yang ada di ruang tengah dan membawanya ke kamarnya.

Setelah wedang jahenya jadi, Shiho membawanya ke ruang tengah. Kemudian dia kembali lagi ke dapur untuk membuat bubur instan buat mereka berdua supaya makanannya bisa lebih cepat dicerna. Sesudah buburnya jadi, Shiho juga membawanya ke ruang tengah dan menemukan Shinichi dan Heiji yang sudah tepar di sana dengan hanya mengenakan selembar handuk untuk menutupi bagian pinggang sampai lutut. Dari wajah mereka yang merah, Shiho sudah bisa menduga bahwa mereka benar-benar masuk angin.

Shiho menghela nafas kemudian meletakkan bubur yang dibawanya di meja dan menghampiri mereka berdua.

"Kudo-kun, Hattori-kun, jangan tidur di sini dong. Ayo ke kamar!" ucap Shiho lembut.

"Maunya sih gitu tapi kepalaku pusing banget," ucap Shinichi mengeluh.

"Aku juga," sahut Heiji.

"Ya, aku ngerti. Tapi kalian nggak boleh tidur di sini. Nanti masuk anginnya tambah parah lho," ucap Shiho membujuk.

Akhirnya mereka berdua bangkit dengan susah payah sambil berpegangan pada Shiho lalu Shiho membawa mereka berdua ke kamar Heiji dengan susah payah juga karena kedua cowok itu berat banget. Shiho membawa mereka berdua ke kamar Heiji karena kamar itu yang paling dekat dari ruang tengah. Untung saja Shiho selalu bisa mengatur emosi dan hormonnya dengan baik sehingga dia nggak begitu terpengaruh walaupun dirangkul sama dua orang cowok keren yang berada dalam kondisi hampir telanjang. Ternyata pelatihan yang diberikan Organisasi Hitam ada manfaatnya juga.

Setelah mereka berdua naik ke tempat tidur, Shiho menyelimuti mereka berdua dan herannya walaupun mereka bilang kepala mereka pusing, mereka masih sempat tarik-menarik selimut sehingga Shiho hanya bisa geleng-geleng kepala melihat mereka berdua.

"Kayaknya selain piyama, aku juga harus mengambil selimut dari kamar Kudo-kun," pikir Shiho sambil keluar dari kamar Heiji untuk menuju kamar Shinichi.

Bersambung...