Sudah jelas, kan? Naruto milik Masashi Kishimoto-sensei. Bukan punya saya. Saya hanya meminjam untuk keperluan cerita dan plot.
Hope u like it ^^
Warn : Gaje, aneh, garing, abal, gak fluffy. OOC-ness, AR, Miss Typo berserakan.
Note : huuuhhhhh...jadi juga fic untuk keperluan exchange ini. Agak bingung juga buatnya. Tapi.. Enjoy it!^^ semoga yang memberi tema ini merasa enchanted dengan saya(?) loh, semoga seperti yang diharapkan!
A Tale Of Enchantment
.
.
Angin berhembus dengan damainya, langit biru menunjukkan kekuasaannya dimana awan tak satu pun terlihat dari desa Konoha. Matahari memancarkan sinarnya dengan egois. Mereka –kedua sahabat itu—bercengkrama disana, melipat kedua tangannya ke kepala mereka, berbaring dibawah pohon besar yang menawarkan kesejukan.
"Ku rasa, kau jatuh cinta Sasuke. Pada Gadis berambut merah jambu itu." Pemuda berambut spike emas, memulai pembicaraan.
"Tidak mungkin." Jawab seorang pemuda bermata onyx-yang ia panggil Sasuke- yang terbaring di sebelahnya. Memejamkan kedua matanya.
"Kenapa tidak mungkin? Baru kali ini aku melihat mu membicarakan seorang gadis dengan serius." Si rambut spike bangun. Menatap sahabatnya yang masih memejamkan mata, menikmati udara yang sejuk-kehangatan.
"Jangan sok tahu. Aku membicarakannya, karena dia...gadis itu, maksudku suara gadis itu. Sepertinya familiar di telingaku." Sasuke membuka matanya, bangun. Melihat ke arah si rambut spike.
"Aku tidak pernah mengurusi hal seperti itu," Sambungnya.
"Tapi, mungkin kau harus mencobanya. Kau tidak merasa kesepian?" Si rambut spike sedikit kecewa, ia mengharapkan jawaban lebih dari sahabatnya itu, seperti kata "terpesona" pada gadis yang baru saja bertemu dengannya.
" Aku tidak akan kesepian kalau kau terus mengganggu hidupku, Naruto." Sasuke terkekeh.
"Ayolah Sasuke!"
"Hn?"
"Cobalah untuk mencintai seseorang. Dengan begitu hidup mu akan lebih berkesan."
Sasuke tertawa kecil. "Bodoh." Ia mengacak rambut spike milik sahabatnya. Lalu tersenyum. "Hidup ku akan lebih berkesan, jika aku sudah melampaui Itachi."
.
.
Sasuke terbangun dari tidurnya di kamarnya yang gelap. Untuk yang kesekian kalinya. Ia teringat kembali pada gadis itu—gadis berambut pink dan bermata hijau berkilauan—berkeliling di pikirannya, semenjak itu...
Flashback.
Saat matahari mulai turun dari singgasananya, Sasuke berjalan di tengah keramaian desa Konoha. Memikirkan sesuatu. Berkelut dengan pikirannya sendiri. Sampai-sampai, ia tidak memperhatikan jalan serta orang-orang di sekitarnya, dan..
BRUK!
Dia menabrak seseorang.
"Ah..maaf," Ucap gadis itu.
Buku-buku yang gadis itu bawa, berhamburan kemana-mana. Ia mencoba membereskannya. Sasuke yang merasa bahwa ia yang telah menabraknya pun tidak tinggal diam.
"Maaf," Ucapnya datar. Sambil ikut melakukan kegiatan yang sama seperti gadis itu lakukan.
Lalu gadis itu tersenyum. "Terima kasih."
"Kau akan bawa kemana buku-buku sebanyak itu?" Sasuke bertanya, sambil menunjuk tumpukan buku yang sekarang ada di tangan gadis itu.
"Ah..aku di suruh membacanya. Jadi akan aku bawa ke rumah ku," Ucapnya, tetap dengan senyuman.
"Mau ku bantu?" sebuah pertanyaan yang jarang sekali terucap di bibir Sasuke, kini terucap dengan mudahnya. Ia menatap mata gadis itu-yang berwarna hijau terang yang berkilau-.
"Ah..tidak usah. Aku bisa sendiri, terima kasih. Jya!" Ia tersenyum lagi, membalik badannya, dan berjalan menjauh.
Sasuke menatap punggung gadis yang menjauh. Ia menatapnya terus. Sampai gadis itu menghilang di kejauhan.
Lalu ia berjalan kembali. Dengan kemelut pikiran yang berbeda dari sebelumnya.
End Of Flashback.
Sasuke Menggeliat di atas tempat tidurnya. Meregangkan ototnya dan menguap. Di lihatnya jam diatas meja lampunya. Pukul 03.00. terlalu pagi untuk bangun. Tapi Sasuke tak berniat untuk memejamkan matanya lagi. Ia bangun dari tempat tidurnya. Menuju rak bukunya yang tersusun rapi, di susurinya setiap punggung buku-buku disana. Lalu terhenti di suatu punggung buku berjudul Rosary Murderer. Ia menuju meja belajarnya. Lalu membuka halaman buku itu. Ia menguap. Membuka halaman demi halaman dengan cepat. Lalu menutupnya lagi. Ia tidak mengantuk, tidak juga mau membaca buku. Lalu, untuk apa ia bangun?
Sasuke memejamkan matanya. Dan selalu...pancaran sinar yang keluar dari mata emerald gadis itu yang berkilau. Seolah menerangi pikirannya yang tertekan. Hei.. tunggu dulu. Jangan bilang kalau...Naruto benar ? bahwa... Seorang Sasuke Uchihajatuh cinta.
Pertemuan singkat itu, menghasilkan magnet kuat di pikiran Sasuke. Pikiran yang terbelenggu oleh berjuta tekanan yang ia buat. Bahwa ia harus, melampaui Itachi Uchiha.
Ambisi dan obsesi yang sangat besar. Rasa iri terhadap kakaknya sendiri membuatnya menarik diri dari dunia luar. Membuatnya menjadi seseorang yang tertutup, dingin, dan jenius. Berhari-hari ia tidak tidur untuk berlatih. Dan berhari-hari pula, ia membaca setiap inci buku tebal yang pernah di baca oleh kakaknya. Agar ia bisa melampauinya.
Namun sekarang, setelah bertemu dengan gadis itu—terutama pancaran kedua bola mata indahnya-memasuki pikirannya. Bahkan ke alam bawah sadarnya. Senyuman yang ia kembangkan, ucapan yang ia lontarkan, serta kedua bola mata indah yang mampu membius Sasuke untuk menjadi seseorang yang lain.
Sasuke menggaruk kepalanya perlahan, menguap. Dan meregangkan ototnya. Setelah melamun yang cukup panjang. Membuat ia lelah dan memutuskan untuk tidur kembali. Ia lirik jam di kamarnya, pukul 04.00. ia mengurut belakang lehernya perlahan, lalu berbaring kembali. Ia pejamkan matanya, lalu ia buka lagi. Terus begitu. Hingga seseorang di luar sana, mengetuk pintu kamarnya.
Sasuke bangun, langkah gontai mengiringi langkahnya. Ia memegang kenop pintu, lalu menekannya, menarik kenop itu sampai seseorang yang mengetuk tadi terlihat, dan... seseorang itu...
"Maaf... Nii-san...eh?" seseorang itu terkesiap. "A..aku salah ketuk ya" ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Maaf...aku melihat nama keluarga Uchiha, ku kira Itachi Nii-san." Ia berbalik, bermaksud untuk pergi setelah melihat wajah Sasuke yang terkejut.
Sasuke tahu betul, dan Sasuke hapal betul suara, gaya bicara, rambut pink-nya, serta mata itu. Walaupun hanya pertemuan singkat. Itu adalah... gadis yang ia temui kemarin.
"Tunggu..,"Ucap Sasuke. Gadis itu berhenti, lalu menoleh.
"Ya?"
"Ada perlu apa dengan Itachi?"
"Eh? A..aku ingin meminjam beberapa buku," jawab nya di selingi tawa kecil.
"Pagi sekali.." Mata onyx nya menatap gadis itu. Membuat gadis itu sedikit canggung dan menunduk.
"Eh? Tidak terlalu pagi kok, ini sudah jam 9," Jawabnya tersenyum. "Maaf jika aku membangunkanmu, dan aku salah orang...ng...—" gadis itu melirik papan nama yang ada di sebelah kanan kamar Sasuke. "Sasuke-kun," ucapnya dengan mantap. Persis sekali, seperti suara yang selalu terngiang di alam bawah sadar Sasuke.
"Tidak,tidak. Aku sudah bangun dari pagi. Dan..buku apa yang ingin kau pinjam? Nampaknya kakak tidak pulang sejak semalam."
"Oh ya? Em...nanti saja, terima kasih." Gadis itu membelakangi Sasuke, bersiap untuk pergi lagi.
"Tu..Tunggu.."
Gadis itu menoleh lagi "Ada apa Sasuke-kun?"
"Siapa nama mu?"
"Sakura, Sakura Haruno."
"Baiklah, akan ku sampaikan bahwa kau mencari Kakak." Sasuke tersenyum.
"Ne, Jya!" Gadis itu berbalik lagi, melangkah sambil melambaikan tangan pada Sasuke.
Sakura Haruno. Namanya...Sakura Haruno.
.
.
Sakura membawa setumpuk buku di tangannya. Sesekali ia mengeluh, tapi ini perintah Nona Tsunade yang menginginkan ia lebih memahami pelajaran. Aku memang suka membaca, tapi tidak sebanyak ini. Ugh berat sekali.
BRUKK!
Dia ditabrak atau lebih tepatnya menabrak seseorang karena tumpukan buku yang menghalangi pandangannya.
"Ah..maaf," Ucap Sakura pada seseorang yang telah ia tabrak.
Buku-buku yang gadis itu bawa, berhamburan kemana-mana. Ia mencoba membereskannya. Seseorang yang telah ia tabrak—yang merasa bahwa ia yang telah menabraknya—pun tidak tinggal diam.
"Maaf," Ucapnya datar. Sambil ikut melakukan kegiatan yang sama seperti Sakura lakukan.
Lalu Sakura tersenyum. "Terima kasih."
"Kau akan bawa kemana buku-buku sebanyak itu?" Seseorang itu bertanya, sambil menunjuk tumpukan buku yang sekarang ada di tangan Sakura.
"Ah..aku di suruh membacanya. Jadi akan aku bawa ke rumah ku," Ucap Sakura, tetap dengan senyuman.
"Mau ku bantu?" Ujar seseorang itu-yang bermata onyx dan berwajah tampan-begitulah sakura melihat orang itu.
"Ah..tidak usah. Aku bisa sendiri, terima kasih. Jya!" Sakura tersenyum lagi, membalik badannya, dan berjalan menjauh.
Sakura berjalan, dengan wajah yang berseri, apa tadi...manusia? kenapa bisa setampan itu. Dan..matanya yang datar serta dingin itu, memancarkan kesan bahwa pemiliknya adalah seseorang yang tangguh dan jenius.
Sakura sampai di depan rumahnya, rumah sederhana berwarna pucat. Ia membuka pintu dan masuk ke rumahnya. Terlihat ibunya yang sedang menonton sebuah drama di layar kaca. Tersusun rapi dua sofa tamu dan satu meja tamu di sana. Ibunya menempati salah satu sofa itu.
"Aku pulang." Ucap Sakura sambil menaruh tumpukan buku tersebut di atas meja ruang tamunya.
"Membawa bertumpuk buku lagi? Apa kau tidak lelah setiap hari begitu?" Ibunya menoleh,
"Ini sudah kewajiban ku, Bu."
"Jangan terlalu dipaksakan," Ujar ibunya sambil tersenyum, dan kembali menghadap ke layar kaca.
"Ya, tentu. Tak usah khawatir," Jawab Sakura, tersenyum ke arah ibunya.
Sakura menghela nafasnya. Duduk di bangku ruang tamunya. Dan terngiang lagi, suara itu...
Maaf
Mau kubantu?
Sakura menggeleng cepat. Kenapa aku memikirkan seseorang yang baru saja ku temui tadi?
Tiba-tiba telpon berdering. Ia melangkah kesana. Menerima telpon itu.
"Halo, Sakura?" terdengar suara familiar di seberang sana.
"Ah? Nona Suzune? Ada apa?"
"Sakura, rumahmu dekat dengan asrama, bukan?"
"Ya, kenapa?"
"Bisakah kau temui Itachi, meminjamkan beberapa buku untuk-ku?. Daftarnya akan aku kirimkan."
"Itachi..Itachi Uchiha?"
"Ya..benar. Bisa?"
"Ah...tentu saja."
"Baiklah, terima kasih Sakura. Jya!"
"Jya!"
Sambungan pun terputus. Sakura menguap. Ia kembali mengambil tumpukan buku-buku di sana.
"Siapa?" tanya Ibunya yang tak menoleh.
"Nona Suzune"
Melangkah ke kamar, Sakura membawa tumpukan buku itu. Suasana kamar yang didominasi warna pucat, teronggok beberapa peralatan di sana, lemari, sebuah meja belajar, dan rak buku yang tersusun rapi, serta satu tempat tidur empuk single milik Sakura. Di kamar ini, Sakura banyak menghabiskan waktunya dengan membaca. Suasana sepi rumahnya membuatnya cepat terlarut dari bacaan. Hanya suara tawa Ibunya yang sesekali terdengar.
Setelah membaca hampir semalaman. Sakura berbaring, menghela nafas beberapa kali. Matanya tertutup rapat. Ia mengantuk sekali. Tapi entah kenapa ia tidak bisa tidur. ia melirik jam yang ada di dinding kamarnya. Pukul 03.00. Argh! Sudah hampir pagi. Tapi pikiran ini tidak mau luntur juga. Aku mengantuk. Tak usah terlalu peduli dengan apa yang dilihat siapa pemuda itu. Kenapa kau harus peduli? Bukankah tujuan hidup mu adalah, menjadi seorang ahli pengobatan? Tak ada waktu memikirkan hal itu, Sakura. Sadarlah.
Sakura bangun, duduk di atas tempat tidurnya. Lalu teringat saat itu, saat dimana sahabatnya memperingatkan bahwa, suatu saat, hal ini pasti akan terjadi.
Flashback
Suatu hari...di pagi yang cerah.
Ino masuk kedalam kelas dengan wajah yang tak karuan. Sakura tahu, ada sesuatu yang menimpa sahabatnya itu.
"Pagi-pagi begini, tampangmu sudah kusut. Ada apa?" tanya Sakura sambil menoleh ke arah Ino yang terduduk di sebelahnya.
"Sai...aku bertengkar dengannya," jawab Ino yang masih memasang tampang kusut.
"Ada apa lagi kalian?" Sakura menanggapi.
"Entahlah, mungkin kami sudah tidak cocok, Sakura. Sudah, sudah..jangan bahas Sai lagi," Ino menghela nafas. Menyenderkan tubuhnya ke bangku.
"Sudah kubilang,kan? Pacaran itu merepotkan. Kau—"
Ino menyela kata-kata Sakura, "Ya, Sakura. Kau sudah bilang hal itu beberapa kali. Tapi..cobalah bermain sedikit. Jangan terlalu serius. Sampai-sampai matamu di penuhi oleh kantung mata." Ino terkekeh.
"Jangan mulai lagi!" suara Sakura meninggi "Aku tidak punya waktu untuk bermain," Ucapnya sambil merebahkan kepalanya di meja.
Ino tertawa kecil "Suatu saat nanti, aku yakin kau akan merasakan yang namanya Jatuh Cinta. Pasti, Sakura."
Sakura terdiam, lalu mengangkat kepalanya. "Tapi, saat aku jatuh cinta. Aku tidak mau seperti kau dan Sai yang selalu bertengkar," Sakura terkikik. Wajah Ino kembali kusut.
End of Flashback.
Sakura menghela nafas. Melirik jam lagi. Pukul 05.00 pagi. Ia menguap, meregangkan ototnya. Mengambil nafas sedalam-dalamnya, lalu menghembuskannya lagi.
Ia bangun dari duduknya. Menuju ke kamar mandi, bersiap untuk pergi ke asrama, menemui Itachi Uchiha.
.
Sakura melangkah kesana, menuju asrama. Setelah sarapan dan membantu Ibunya, ia bergegas.
Ia sampai di depan asrama, mencari papan nama Itachi Uchiha. Ia terhenti di suatu kamar, bertuliskan Uchiha. Mengetuknya,
"Maaf... Nii-san...eh?" Sakura terkesiap.
Terlihat sesosok pemuda yang...
...ia temui kemarin. Yang membuatnya merasakan hal aneh di perasaannya, membuat pikirannya melanglang buana. Walau pertemuan singkat, ia hapal betul gaya rambutnya, bola mata nya yang datar dan dingin itu. Itu dia..
"A..aku salah ketuk ya?" ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Maaf...aku melihat nama keluarga Uchiha, ku kira Itachi Nii-san." Ia berbalik, bermaksud untuk pergi setelah melihat wajah seseorang itu yang terkejut.
"Tunggu..,"Ucap Seseorang itu. Sakura berhenti, lalu menoleh.
"Ya?"
"Ada perlu apa dengan Itachi?"
"Eh? A..aku ingin meminjam beberapa buku," jawab Sakura di selingi tawa kecil.
"Pagi sekali.." Mata onyx nya menatap Sakura. Membuat Sakura sedikit canggung dan menunduk.
"Eh? Tidak terlalu pagi kok, ini sudah jam 9" Jawabnya tersenyum. "Maaf jika aku membangunkanmu, dan aku salah orang...ng—" Sakura melirik papan nama yang ada di sebelah kanan kamar pemuda itu. "Sasuke-kun," ucapnya dengan mantap.
"Tidak,tidak. Aku sudah bangun dari pagi. Dan..buku apa yang ingin kau pinjam? Nampaknya kakak tidak pulang sejak semalam."
"Oh ya? Em...nanti saja, terima kasih." Sakura membelakangi Pemuda itu, bersiap untuk pergi lagi.
"Tu..Tunggu.."
Sakura menoleh lagi "Ada apa Sasuke-kun?"
"Siapa nama mu?"
"Sakura, Sakura Haruno."
"Baiklah, akan ku sampaikan bahwa kau mencari Kakak." Pemuda itu—yang ternyata bernama Sasuke—tersenyum. Senyum yang lebih indah dari bunga, senyum yang lebih hangat dari matahri. Senyuman seorang Uchiha yang luar biasa.
"Ne, Jya!" Sakura berbalik lagi, melangkah sambil melambaikan tangan pada Sasuke.
Degup jantung Sakura menjadi cepat. Terpoleskan semburat merah di wajahnya.
Namanya...Sasuke...Sasuke Uchiha.
Ia tersenyum, gembira. hatinya berbunga-bunga. Entah ini suatu kebetulan atau apa? Ia bisa tahu nama pemuda itu. Pemuda yang berhasil membawanya ke dunia bernama cinta.
.
.
Akankah kita bertemu lagi?
Sebuah harapan yang sama terucap di hati Sasuke dan Sakura.
.
.
note: wew, kayaknya saya bikin cerita ini gak berhenti-henti deh. mau sampe berapa? yang penting two-shot ya. gak mau panjang-panjang. hehehe. hope this story will satisfied u..Applebumb :) and sorry. hahaha...
