Naruto © Masashi Kishimoto
Office Lover © OKKO/Arithmetic
Summary : [AU] Mata Tenten melebar, Ino pasti punya ide aneh dikepalanya. "Besok hari promosimu 'kan? Akhirnya kau jadi sekretaris. Bagaimana kalau nantinya, bosmu itu orang yang menarik? Seperti di novel – novel." Urainya antusias, Tenten bersumpah ia melihat binar di mata aquamarine Ino dan ingin rasanya ia membenturkan kepalanya ke pohon sakura terdekat.
Warning : Sangat mungkin OOC, typo, dan kesalahan – kesalahan pemula lainnya.
"Sampai besok, ya!" Salam perpisahan itu diikuti dengan sedikit lambaian tangan dari dua perempuan muda yang berdiri di antara pohon – pohon sakura yang bermekaran.
"Rasanya lucu, ya. Melihat mereka. Yang satu energik dan nyaris tidak bisa diam, sementara yang satu, dia tidak pernah tertarik pada apapun sebelumnya." Kata salah seorang dari mereka, ia pun bergegas mengumpulkan sisa makanan dan barang – barang mereka.
Temannya tertawa kecil mendengar komentar itu, "Itu pertama kalinya Shika benar – benar mendengarkan seseorang. Kau tau 'kan sikap seenaknya itu, entah apa yang Temari lakukan sampai Shika takluk seperti itu." Yamanaka Ino menyibakkan poninya sebelum merapikan lipatan tikar yang mereka gunakan untuk Hanami. Kedua sahabat mereka baru saja mengumumkan kalau mereka berpacaran. Hal yang sebenarnya bisa ditebak dari gerak – gerik mereka, tapi jika melihat lebih jauh, kepribadian mereka sangat bertolak belakang. "Kau sendiri Ten, kapan?" Tanyanya pada sahabat berambut cokelatnya yang sudah selesai mengemasi barang – barangnya.
Sepasang mata beriris cokelat berkedip berulang kali. Pemiliknya agak kaget karena ditanyai tiba – tiba, ditambah lagi hal yang ditanyakan itu bisa dikatakan jarang singgah dipikirannya. "Eeeh? Itu….. Mungkin nanti." Jawabnya menggantung. Ia mengangguk kecil dan mulai beranjak dari bawah pohon sakura tempat mereka duduk beberapa waktu yang lalu. "Ayo pulang." Ajaknya pada sahabatnya yang berperawakan bak Barbie.
Ino menggembungkan pipinya, gemas dengan jawaban Tenten yang ambigu. "Mendapatkan gosip tentangmu itu susah, ya." Ia menggamit lengan Tenten sementara satu tangannya menjinjing tas berisi tikar sambil menyesuaikan langkahnya dengan perempuan yang sedikit lebih tinggi darinya itu.
Tenten hanya bisa mengacak poni Ino saat mendengar itu. Gadis itu benar – benar suka mendengar informasi, baik yang diperlukan atau pun yang dikatakan sebagai gossip, dengan syarat, berita itu sudah dikonfirmasi terlebih dahulu. Hal yang aneh menurut Tenten. Semenjak berkenalan hingga akhirnya dekat seperti ini, ia tahu kalau Ino penasaran dengannya. Ino sering menyebutnya Tenten-yang-normal dan Tenten-in-work-mode, karena Tenten yang pemalu namun murah senyum bisa berubah menjadi perempuan dingin tanpa ekspresi saat bekerja. Satu sentakan keras membuatnya berhenti, "ada apa Ino? Kau melupakan sesuatu." Ia menyelidiki ekspresi di wajah cantik itu, susah diartikan.
Ia menggoyang – goyangkan lengan Tenten dengan penuh semangat. "Aku tahu!" Suaranya seolah bertambah satu oktaf. Mata Tenten melebar, Ino pasti punya ide aneh dikepalanya. "Besok hari promosimu 'kan? Akhirnya kau jadi sekretaris. Bagaimana kalau nantinya, bosmu itu orang yang menarik? Seperti di novel – novel." Urainya antusias, Tenten bersumpah ia melihat binar di mata aquamarine Ino dan ingin rasanya ia membenturkan kepalanya ke pohon sakura terdekat.
'There she goes…..' Batin Tenten.
Mereka bekerja di perusahaan yang sama, K Fashion. Mereka sudah saling mengenal sejak SMP, namun perjumpaan mereka di hari pertama bekerja yang membuat mereka sedekat ini. Meski melamar di posisi yang berbeda, Tenten untuk posisi sekretaris sementara Ino sebagai desainer, mereka selalu bertemu di jam istirahat –atas permintaan Tenten yang sempat merasa tidak nyaman di lingkungan barunya-. Besok adalah genap setahun mereka resmi masuk ke perusahaan itu, dan seperti senior – senior mereka, promosi jabatan akan dilakukan. Selama ini Tenten bekerja untuk kesekretariatan, sambil membantu Shiranui Genma, sekretaris utama Pak Presiden. Sementara Ino, dia dipromosikan lebih cepat karena saat itu divisi desain kekurangan orang.
Tenten melanjutkan langkahnya, kali ini agak pelan. Otaknya mencerna keadaan sekarang. "Itu kurang mungkin, Ino." Ujarnya pelan dengan senyum yang ia sendiri tahu tidak natural. Tenten belum tahu dia akan ditempatkan dimana. Ya, semua eksekutif di perusahaan itu sudah memiliki sekretarisnya masing – masing, jadi kemungkinannya adalah ia akan bekerja langsung untuk Pak Presdir atau dipindahkan ke perusahaan lain yang bernaung dibawah K-Group.
Langkah mereka berhenti di halte bus. "Hmm, kau tahu, Ten. Aku berharap kau ditempatkan di divisi desain. Kau tahu 'kan Sai-Buchou tidak punya sekretaris tetap." Ino bersuara penuh harap. Sai, hanya Sai, manajer divisi desain itu tidak pernah menyebutkan nama belakangnya. Ia selalu muncul dengan senyum yang seolah – olah terukir di bibirnya, yang jujur saja, tak jarang membuat Ino ketakutan.
Tenten sendiri merinding ketika mendengar nama itu disebutkan. Sai adalah jenius yang perfeksionis dalam hal desain, ia terkenal cermat dan sangat peduli dengan detail. Tegas dan menurut desas – desus yang beredar, kurangnya tenaga di divisi desain terjadi karena beberapa karyawan tidak mampu mengikuti instruksinya.
"Ah Ten, bus ku sudah datang. Terima kasih ya untuk browniesnya, enak lho. Sampai besok, ya." Belum sempat Tenten merespon, Ino sudah pamit seraya memberikan pelukan singkat kemudian berlalu di balik pintu bus. Tenten hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Ino mungkin cerewet dan selalu ingin tahu, tapi ia sahabat yang baik. Melangkahkan kakinya, Tenten memutuskan untuk singgah di toserba sebelum pulang.
Baru saja ia melangkah masuk dan mengambil keranjang belanjaan, tiba – tiba terdengar suara keras dari arah pintu masuk. Seorang lelaki dengan langkah terhuyung masuk dan langsung menuju ke lorong tempat minuman diletakkan. Menenangkan detak jantungnya, Tenten segera menuju ke sesi makanan ringan. Setelah memindahkan sejumlah bungkusan ke keranjangnya, ia berniat membeli sejumlah bumbu dapur ketika keributan kedua terjadi. lelaki yang sebelumnya dicurigai mabuk, mengamuk, memarahi kasir dengan suara keras, membuat seorang anak terlonjak dan menangis.
"Diam!" Bentak lelaki itu pada pelanggan lain di sekelilingnya, membuat tangis anak kecil itu makin keras, walaupun ibunya sudah menggendong dan berusaha menenangkannya. Satu kepalan mendarat di meja kasir sebelum lelaki itu berbalik ke arah ibu dari anak yang menangis itu, matanya benar – benar menampakkan kemarahan. Sebelum orang itu benar – benar menyentuh ibu itu, yang terlalu ketakutan untuk bergerak, kaki Tenten seperti bergerak sendiri, membawa tubuhnya untuk menghalangi lelaki itu.
"Ibu, tolong bawa anaknya keluar dari sini." Tenten baru saja menyelesaikan kalimatnya ketika ia merasakan hantaman keras di bahunya, membuatnya kehilangan keseimbangan. 'Sial!' Dari sudut matanya ia melihat si ibu membawa anaknya keluar dari toko bersama sejumlah pelanggan yang pulih dari ketakutan mereka.
"Aaah, sok jadi pahlawan ya." Katanya dengan seringai mengerikan. "Sayang sekali, padahal kau cukup manis, lho. Kalau saja kau tidak sok, aku tidak akan menyakitimu." Tangan besarnya terulur ke arah wajah Tenten dan disambut dengan satu pukulan dari gadis itu. Walaupun sebentar, ia pernah mempelajari bela diri. "Masih punya nyali, ya." Ia menggeram dan bergerak maju, hanya untuk disambut satu tendangan dari Tenten, membuatnya terlempar.
'Sedikit lagi. Entah kemana para satuan pengamanan di wilayah sini.' Batin Tenten, bahunya benar – benar terasa nyeri. Tenten melihat perempuan di belakang meja kasir pergi dengan terburu – buru. 'Oh tidak.' Rasa nyeri membuatnya bergerak lebih lambat, sementara ia melihat lawannya memecahkan satu botol sirup, dan melihat ke arahnya dengan tatapan buas.
"Habis kau…" Tenten berusaha sebisa mungkin berkelit dari pecahan botol yang dihujamkan ke arahnya. Hingga satu tangan, seseorang menahan lengan lelaki itu di udara, mencengkeramnya keras hingga pecahan botol itu terlepas dari tangannya.
"Aku percaya itu bukan cara yang baik untuk memperlakukan wanita." Satu suara memecah ketegangan di dalam toko itu. Pemiliknya adalah seorang lelaki yang masih bisa dikatakan muda, ia mengenakan setelan jas hitam dengan rambut cokelat panjang yang diikat rapi. Lelaki pembuat onar itu Nampak ketakutan setelah melihat matanya.
"M-maafkan aku. Aku hanya ingin membeli minuman, namun mereka berkeras kalau disini tidak menyediakan minuman seperti itu." Ia memohon dengan terbata – bata.
Lelaki berambut panjang, yang Tenten perhatikan memiliki mata sewarna dengan lavender, mengangkat satu alisnya skeptis. "Maaf, Tuan. Saya tetap harus menyerahkan anda pada pihak keamanan." Saat itu juga, dua orang berseragam masuk dan membekuk lelaki itu. "Oh ya, semenjak seminggu yang lalu, semua toserba yang berada di bawah naungan Hyuuga Corp tidak lagi menjual alkohol di toko mereka." Jelasnya sebelum mengisyaratkan kalau lelaki itu boleh dibawa pergi.
Saat melihat Tenten, lelaki bermata aneh itu tersenyum tipis, yang jika Tenten tidak memperhatikan dengan seksama, ia hanya akan melihat wajah tanpa ekspresi.
"Terima kasih." Tenten membungkuk di depan lelaki itu.
"Tak apa, nona. Jangan membungkuk seperti itu." Suara tenang itu menyahuti perkataan Tenten, ia kemudian berjalan ke arah tas Tenten yang tadi terabaikan, dan membawakan tas beserta belanjaan Tenten. "Kau harus mengompres bahumu." Ujarnya, melihat wajah Tenten yang berjengit saat menegakkan badannya. Saat memberikan tas Tenten, satu benda terjatuh. "Kau bekerja untuk K-Fashion?" tanyanya, menatap Tenten dengan seksama, ID Card Tenten berada di tangannya.
Tenten hanya mengangguk, kemudian mengambil barang miliknya dan berterima kasih sekali lagi.
"Tak apa. Cederamu itu harus segera pulih. Aku rasa kita akan bertemu lagi, dan saat itu, kau harus sudah pulih." Ia bicara dengan pelan sebelum berlalu, mengangkat tangannya sebelum menghilang dari pandangan Tenten.
Mata yang seperti tak memiliki iris, postur dan gerak – gerik yang elegan, entah kenapa Tenten merasa pernah melihat lelaki misterius itu sebelumnya.
Halo semuanya, terima kasih sudah membaca fic saya yang aneh ini.
Maaf kalau fic ini menyakitkan mata atau membunuh tata bahasa. ;)
Fic ini terinspirasi dari game Office Lover, karena menurut saya karakter Kagaya Go dan Hyuuga Neji hampir sama.
