Siang itu, koridor rumah sakit sungguh ramai, ditengah-tengah keramaian dan kepanikan para perawat dan pasien, seorang laki-laki bersurai orange melangkah dengan riang ditemani senandung-senandung lagu yang pernah hinggap dimemorinya.
"Ramai sekali ya.." gumamnya, dia memperhatikan tiap-tiap aktivitas disekitarnya, terlihat menarik, begitulah menurutnya.
"Ah, Chuuya!" Panggil seorang dokter laki-laki, dia melangkah tergopoh-gopoh kearah Chuuya, lalu sedikit membungkuk guna menyamakan tingginya, "Jangan berkeliaran dong! dimana suster Naomi?" ujar dokter dihadapannya, rautnya tampak khawatir bercampur kesal.
"Uhm..." Chuuya nyengir, berusaha memikirkan seribu satu alasan untuk melarikan diri dari ruang serba putih, jarum suntik dan makanan hambar yang sudah menjadi kesehariannya sejak setahun yang lalu. Tanpa pikir panjang, dokter itu menggandeng lengan mungil Chuuya, menyeretnya kearah ruang 304, lantai 5.
"Ah, aku udah sehat, dok! Suster Naomi yang bilang begitu," rengek Chuuya, tangannya yang bebas berusaha melepaskan genggaman yang mencengkram erat lengan mungilnya,
"Bohong lagi?" ucap dokter yang kini tengah menyeretnya, dia menghela napas gusar, belum habis pekerjaannya, sudah ditambah lagi mengurusi satu bocah nakal yang sudah berpuluhan kalinya kabur dari ruangannya,
"Kalau begitu, kita cek tekanan darahmu, kapan terakhir kalinya? ah ya, 2 bulan yang lalu, begini saja, aku janji kalau tekanan darahmu 100/60, kamu akan kuizinkan bermain seharian," ucap dokter yang berhasil membuat wajah Chuuya berbinar sekaligus cemas, khawatir jika tekanan darahnya tidak meningkat sedikitpun yang justru malah menurun. Salahnya yang selalu diam-diam membuang menu pilihan suster Naomi dengan tiga alasan klise, bosan, tidak enak, dan aromanya yang tidak sedap.
~~~~~~~~
BSD milik Asagiri Kafuka dan Harukawa Sango
Aku hanya meminjam karakter dari pencipta BSD untuk penulisan FF ini.
~~~~~~~~
Anak bersurai orange itu duduk diatas kursi yang berhadapan dengan seorang dokter. Lengan kanan seragam rumah sakit miliknya digulung tinggi-tinggi— tangan pucat milik Chuuya terlihat jelas, yang kemudian dilingkari sebuah kain yang selanjutnya dikencangkan lilitannya.
"Doakan ya dokter Mori," ujar Chuuya pelan, dia nyengir kuda, dokter Mori hanya tersenyum kecil, tangannya langsung menggenggam alat pengukur tekanan darah yang terlihat seperti balon, lalu meremasnya beberapa kali, sebuah benda berwarna merah meluncur naik bersamaan dengan mengencangnya lilitan kain dilengan atas Chuuya— lalu turun kembali, dokter Mori menghela napas, lalu melepaskan kain yang melilit lengan anak dihadapannya,
"Rumah sakit ini gak kaya, loh," ucapan dokter Mori disambut dengan Chuuya yang mengerjap kebingungan,
"Sudah berapa banyak jus buah bit yang kamu tuang di pot tanaman koridor, hm?"
Chuuya nyengir lagi, kini perasaan bersalah menyergap dirinya, dia menunduk lalu mengelus tengkuknya,
"250..?"
Dokter Mori menghela napas untuk kesekian kalinya, dia merapikan peralatan medis dimeja, dirinya ingin marah, tapi yang duduk dihadapannya hanyalah anak kecil berusia 7 tahun yang jahil, tak lebih dari itu. Dokter Mori berdehem,
"Dengar ya Chuuya, kamu sudah dirawat disini selama setahun, pasti orang tuamu mengeluarkan uang yang tidak sedikit, jadi tolong pikirkan orang tuamu sedikit," ucap dokter Mori, matanya dibuat sendu, berusaha membujuk anak kecil dihadapannya yang kini hanya merengut, "Hn.." Chuuya mengangguk kecil, lalu melompat turun dari kursi, bergegas meninggalkan ruangan.
~~~~~~~~
Chuuya menghentak-hentakkan kakinya ke lantai, menjadikannya pelampiasan kekesalan yang kini tengah memenuhi hatinya, marah akan dokter Mori yang dianggapnya mencampuri urusan dan juga terhadap keputusan orang tuanya yang mengurungnya di gedung berbau obat ini selama setahun. Dia terus melangkahkan kakinya, sampai didepan sebuah ruang inap yang pintunya terbuka, niatnya untuk tidak peduli dikalahkan oleh sebuah suara laki-laki yang terdengar dari dalam, "Ah~ langitnya indah!"
Chuuya melangkah pelan, menyembulkan kepalanya dari bingkai pintu, matanya mencari sosok yang bicara barusan, kedua matanya melebar tatkala menangkap sosok anak laki-laki berambut cokelat yang tengah berusaha menaikkan satu kakinya keatas bingkai jendela, Chuuya tanpa berpikir panjang langsung berlari sekencangnya, menarik tubuh pria itu kebelakang,
yang terpenting menjauh dari jendela!
Keduanya pun terjatuh kebelakang membentur lantai yang dingin, Chuuya meringis, ditatapnya anak yang tengah terbaring disebelahnya
"A—apa yang kamu lakukan?!" teriak Chuuya meminta penjelasan, "tadi itu berbahaya!"
Anak itu pun bangkit duduk, matanya mengerjap, menatap kedua mata anak yang barusan menyelamatkannya, dahinya berkerut,
"Sial, kenapa kamu menyelamatkanku?" tanya anak itu pelan, nyaris tidak terdengar. Chuuya menatapnya kosong,
"DUH HARUSNYA BILANG MAKASIH DONG!!" teriak Chuuya kesal, tangannya menjitak kepala bersurai cokelat dihadapannya, si pemilik kepala meringis pelan, mengusap daerah kepala yang barusan dijitak, "sakit.."
"Sudahlah, lebih baik aku tidur daripada mengurus orang aneh!" ujar Chuuya, lalu bangkit, tapi sebuah tangan menahan ujung bajunya, dengan sangat terpaksa, Chuuya berhenti dan menoleh, "Apa sih?" tanya Chuuya kesal
"Aku Dazai Osamu," ujar anak bersurai cokelat dihadapannya yang kini tengah duduk diatas lantai dingin berwarna putih.
"siapa yang tanya...?"
"Kalau kamu?" lanjut Dazai, kini dia bangkit, genggamannya semakin erat, alhasil tubuh Chuuya terhuyung karena tarikannya, kini dia bingung, untuk apa memberi tahu namanya pada orang asing..?
Akhirnya Chuuya menghela napas pasrah karena Chuuya yang terganggu akan anak bersurai cokelat dihadapannya yang terus menatapnya intens.
"Nakahara Chuuya,"
Dazai tersenyum simpul, "Namamu lucu, salam kenal, Chuuya!"
Bersambung...
Hai hai! ini FF kedua aku untuk BSD, dapat ide untuk FF ini sungguh membuatku senang XD
Maaf kalau ceritanya gak menarik ya~ dan tolong koreksinya kalau ada kesalahan bahasa atau sejenisnya.
Aku cuma berharap FF ini bisa menghibur kalian.
kalau boleh di vote dan review yak wkwk.
Maacih!~
