Don't Fail me (AGAIN)
Rating : Teen
Genre : Romance/Friendship
Pairing : Hun (Seme) Kai (Uke) hehehe, ETC You'll see^^
WARNING : ABAL, GAJE, OOC, AU, Typo(s), Chara Death, NO FLAME, (Perubahan Marga) (GS/Maybe?)
Disclaimer : All Chara Belongs to God, Their Family, And Their Agency
Story Belongs To me..
All Hail To Hunkai Shippers! *LOL
GAK SUKA GAK USAH BACA! NO BASHING CHARA
Mention to my Lovely readers, who asks for HUNKAI's Love Story:)
Summary :
Jongin hanya seorang remaja yang kesepian yang selalu menutupi rasa sedihnya dengan keceriaannya. Ia selalu mendambakan kasih sayang keluarganya. Termasuk ibunya yang tidak pernah mengharapkannya. Dan Kyungsoo, seorang remaja yang terjebak diantara cinta segi empat bersama teman-teman masa kecilnya. 'apa yang diketahui seorang bayi yang baru lahir, senior? Apa mereka tahu kesalahan apa yang mereka buat karena kelahiran mereka?'—Kim Jongin. 'Bukan sebagai seorang teman masa kecil mu yang cengeng itu. katakan pada ku bagaimana caranya untuk menjadi orang yang kau sukai'—Kyungsoo
.
.
.
"seharusnya hyung tidak menyusul ku"
Namja mungil dengan mata bulat itu mendongak sebentar, meskipun kedua tangannya masih membalut tangan yang ia pegang dengan sebuah perban. Bau khas obat menyeruak menusuk hidung, ringisan di bibir tebal cherry itu sudah tidak terdengar lagi setelah namja mungil itu menghentikan kegiatannya.
Hujan masih cukup deras di luar sana, angin yang bertiup kencang membuat suasana malam semakin dingin dan menyeramkan. "dan membiarkan mu mati kedinginan? Begitu?" Namja bermata bulat itu bertanya, menusuk sekali. Mata bulatnya menatap tajam seseorang yang sudah ia anggap adik kandungnya sendiri.
"kau adalah adik ku Kim Jongin, bagaimana bisa aku membiarkan mu terluka seperti ini" Kyungsoo, namja yang lebih tua menunjuk balutan perban di tangan kanan Jongin. Bibirnya bergetar menatap namja yang lebih tua, otaknya masih mencerna darimana sosok bermata bulat itu berasal? Hati Kyungsoo terlalu baik, dan selalu menolong siapapun yang dibutuhkan. "bolehkah aku menganggap hyung seorang angel?" tanya nya, polos.
Senyum di bibir heartshape itu meneduhkan, cukup membuat Jongin bisa melihat bahwa ia masih memiliki figure seorang kakak yang penyayang seperti Kyungsoo—meskipun nyatanya mereka bukan saudara kandung.
"itu terlalu berlebihan, aku ini manusia. Sama seperti mu" kata Kyungsoo. Jongin adalah juniornya di sekolah, sosok manis, dan ceria. saat dimana para siswa akan mem-bully nya, Kyungsoo akan selalu ada untuk melindungi namja bermarga Kim itu.
...
Ting..Tong...
Senyum terulas di bibirnya begitu melihat 3 manusia yang hendak bertandang ke rumahnya. Ada Baekhyun, Zitao, dan Chanyeol yang menyapanya dari layar monitor yang tersedia khusus untuk tamu-tamu yang datang ke rumah besarnya itu.
Tak lama pintu pun terbuka, wajah cerah 3 namja itu membuat senyum di bibir Kyungsoo semakin lebar. "kalian datang" katanya. Ini hari sabtu, pukul 8 pagi masih terlalu awal bagi 3 orang namja yang pada dasarnya malas sekali bangun pagi. Kyungsoo hapal bagaimana sahabat-sahabatnya itu.
"bagaimana keadaannya? Lukanya tidak parah kan?" tanya Chanyeol, dari ketiganya tampaknya dia yang paling khawatir dengan keadaan Jongin.
Baekhyun menyipitkan matanya, "kau khawatir sekali, yeol"
Zitao yang sedang berdiri di samping Baekhyun pun mengusap lembut bahu namja mungil itu sambil berkata lembut, "itu wajar, Baekie. Dia yang menemukan Jongin di tengah hujan dengan luka-luka di tangannya"
"tapi Kyungsoo kan yang menyusul dan merawatnya, seharusnya yang khawatir itu Kyungsoo. Benarkan, soo?" Baekhyun ngotot, mengarahkan pandangannya ke arah sahabatnya—Kyungsoo.
"kami semua khawatir, Baek. Kau sendiri juga khawatir kan?" Kyungsoo menengahi, kasihan sekali jika Baekhyun terus memojokan Chanyeol yang memiliki rasa pada adik kelas tahun kedua itu. dengan tawa kecil di bibirnya, membuat Baekhyun akhirnya menyerah dan menyodorkan sekeranjang buah-buahan ke tangan Kyungsoo.
"ayo masuk! Aku sudah membuat pasta saus tiram pagi ini" ajak Kyungsoo, tapi ku kira, tanpa mempersilahkan tamunya masuk. Ketiga tamu itu sudah seenaknya saja masuk ke rumah Kyungsoo dan bertingkah seolah rumahnya sendiri.
Baekhyun terperengah saat mendapati tak ada paman Do yang sering duduk di meja makan sambil membaca Koran pagi harinya dan secangkir kopi. "dimana ayah mu, Soo?" tanya Baekhyun. Biasanya paman Do selalu menyapa ramah teman-teman Kyungsoo yang sering datang ke rumah mereka.
"Daddy? Uh, daddy harus berangkat ke Daegu selama 3 minggu ini" Kyungsoo mem-poutkan bibirnya lucu—tanpa ia sadari. Kedua sahabatnya sudah duduk di masing-masing kursi menanti makanan yang dibuat Kyungsoo datang.
"Chanyeol dimana?" Mata bulat Kyungsoo mengedar, mencari sosok jangkung yang tidak Nampak sama sekali di sana. Baekhyun menghela napas pelan, sementara kekasihnya—Zitao, dia malah asyik dengan roti bakar buatan Kyungsoo.
"dia pasti menyusul Jongin, kan" Baekhyun memperhatikan Kyungsoo yang tengah asyik menata makanan di meja makan. Kyungsoo terkekeh pelan, Chanyeol memang sangat perhatian pada adik kelas mereka itu. dan tentu saja baik Baekhyun maupun Zitao, sering menggodanya.
"sepertinya dia benar-benar menyukai Jongin" celetuk Zitao, "thanks, Kyungsoo" ucapnya, begitu Kyungsoo menuangkan jus jeruk ke dalam gelasnya. "ku rasa juga begitu" Baekhyun menyahut. Kyungsoo terdiam, menggigit pipi bagian dalamnya.
"tapi kalau benar juga tidak apa-apa kan" Baekhyun masih terus berbicara. Zitao yang melihat Kyungsoo seolah terpaku di atas lantai sambil memeluk teko bening berisi jus jeruk itu pun mencolek bahu kekasihnya. "apa sih?" tanya Baekhyun, sebal. Karena secara tidak langsung Zitao sudah mengganggu acara makannya.
Zitao menunjuk Kyungsoo dengan dagunya, seolah meminta Baekhyun menoleh sebentar ke arah Kyungsoo. "Hey, soo.. kenapa melamun?" tanya Baekhyun, masih belum mengerti.
...
"Ungg" Jongin melenguh ketika sinar mentari menerpa wajah manisnya. Mata nya yang tertutup pun terbuka perlahan-lahan—membiasakan diri dengan sinar mentari yang terkontak langsung ke arah wajahnya.
"mau sampai kapan kau tidur?" sosok Jangkung berdiri di samping jendela dengan gordein yang terbuka. Tersenyum langsung ke arah Jongin yang saat ini tertidur di kamar milik Kyungsoo. "Cha..Chanyeol hyung"
Jongin menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sosok Kyungsoo yang sejak semalam mengurus dirinya yang demam. "Soo hyung?"
"dia sudah bangun, sudah masak lagi" jawab Chanyeol, melangkahkan kedua kakinya ke arah ranjang. Jongin jadi merasa tidak enak hati dengan Kyungsoo yang notabene tuan rumah, tapi harus memperlakukan Jongin layaknya seorang raja. Sungguh, dia ingin sekali membantu Kyungsoo memasak di dapur tapi tubuhnya terasa lemas sekali.
"eh, jangan bangun dulu, Jongin!" Kyungsoo yang sudah berada di depan pintu kamar pun melarang Jongin yang hendak beranjak dari tempat tidur. "kau mau ku bawakan makanannya kemari?" tanya Kyungsoo, kembali menyelimuti tubuh Jongin yang masih sedikit hangat. "tidak perlu, hyung" Jongin menolak halus.
Kyungsoo meletakan punggung tangannya ke dahi Jongin yang masih ditempeli selembar plester demam. "demam nya sudah reda kan?" tanya Chanyeol, dia tetap berdiri di samping ranjang dan memperhatikan Kyungsoo yang begitu telaten mengurus Jongin.
"sudah lebih baik dari semalam" Kyungsoo menjawab. "terimakasih, hyung" ucap Jongin. Chanyeol duduk di samping Kyungsoo dan mengusap rambut Jongin, penuh kasih sayang. "kau masih tidak mau bicara ya soal semalam"
Jongin menundukan kepalanya, meremas selimut putih Kyungsoo yang menutupi tubuhnya. Dia yang hanya bisa bersandar pada headbed ranjang queen size milik Kyungsoo pun benar-benar merasa tidak enak hati. Terlebih, ia juga tidak mau mengatakan hal yang menimpanya sebelum Chanyeol menemukannya di tengah hujan.
"tidak apa-apa, kau bisa beristirahat sekarang" Kyungsoo mengusap lembut genggaman tangan Jongin pada selimut. Jongin mengangguk pelan, mungkin dengan ini Chanyeol bisa meninggalkannya seorang diri dan tidak memaksanya untuk bercerita.
"sebaiknya kita keluar saja, yeol" Kyungsoo menarik lengan Chanyeol yang kelihatan tidak rela meninggalkan Jongin.
"sarapan datang sebentar lagi" kata Kyungsoo, sambil mengedipkan matanya lucu.
.
.
.
.
"ku mohon jangan menangis lagi, Taeminie" ucap Minho, mengusap sayang rambut Taemin. Namja cantik itu terus menangis dengan wajah yang ia sembunyikan diantara kakinya yang saling menekuk. Sesekali memanggil nama adiknya yang saat ini entah berada dimana.
"b..bagaimana aku bisa berhenti menangis hyung? Sementara adik ku tidak tahu dimana ia sekarang" sahut Taemin.
Pertengkaran ayah dan ibu mereka, dengan Jongin yang hendak menengahi dan menjadi korban lemparan vas bunga oleh sang ibu. Taemin yang hendak membantu Jongin pun malah nyaris terkena pukulan pemukul baseball di tangan sang ibu.
'kau anak yang tidak ku ingin kan, pergi saja sana' sampai ucapan menyakitkan yang keluar dari bibir sang ibu, membuat Jongin membulatkan matanya dan meneteskan liquid bening di sela-sela mata sempitnya. Jongin segera berlari menghiraukan panggilan Taemin menembus rintik-rintik hujan di malam hari.
Taemin hendak mengejarnya, namun cekalan tangan sang ibu menahannya. Dan begitu ia membuka mata, di pagi harinya ia tidak menemukan satu pun anggota keluarganya termasuk ayahnya yang entah pergi kemana. Saat itulah timbul niatan Taemin untuk menghubungi Minho, kakak kelasnya sekaligus sahabat masa kecilnya.
"aku janji akan membantu mencari Jongin, tapi jangan seperti ini lagi, okay?"
Taemin menoleh ke arah sahabatnya, lelehan air mata masih membasahi pipinya. "T..tapi aku tidak tahu Jongin dimana" dia berkata. Minho menggeleng, diusapnya basahan air mata di pipi Taemin. "kita belum mencarinya, mustahil kita tahu. maka dari itu kita harus mencoba mencarinya kan"
.
.
.
.
Sehabis sarapan, Zitao dan Baekhyun memutuskan untuk pulang lebih dulu dengan alasan hendak pergi mengunjungi rumah nenek Byun. Tapi baik Kyungsoo maupun Chanyeol sudah hapal betul bagaimana sifat kedua sahabatnya itu.
Mereka adalah pasangan terserasi di sekolah, meskipun terkadang mereka sering bertengkar dan mengucapkan kata putus. Baik Zitao dan Baekhyun pasti tidak akan pernah betah berlama-lama tanpa satu sama lain.
Dan soal pergi mengunjungi nenek? Itu hanya omong kosong belaka. Mereka pasti akan menghabiskan seharian penuh waktu weekend mereka dengan berkencan di taman.
"apa kau yakin mereka pergi mengunjungi nenek Byun?" Chanyeol memecah keheningan di antara mereka. Kyungsoo itu orang yang canggung kalau harus berada di situasi seperti ini. sementara Chanyeol? keheningan itu sama sekali bukan tipe nya.
Kyungsoo yang sedang mengayunkan ayunan yang ia duduki pun menoleh, menghentikan gerakan berayunnya dengan satu kaki di tahan di tanah. "kalau pun mereka berkencan juga itu wajar kan" sahutnya. Kemudian melanjutkan gerakan berayunnya.
Ayah Kyungsoo adalah orang yang senang memanjakan putranya, dengan membangun sebuah taman di halaman belakang dilengkapi dengan ayunan dan perosotan. Kyungsoo dan teman-temannya sering menghabiskan waktu bersama di sini.
Seperti saat ini juga, mereka memang tengah berada di taman milik Kyungsoo sambil menaiki ayunan yang tersedia di sana. Ini memang terlalu childish, tapi Kyungsoo suka ayunan yang berayun membawa tubuh mungilnya dengan angin yang terus menerpa wajahnya lembut.
"aku penasaran dengan kejadian yang menimpa Jongin semalam"
Spontan Kyungsoo menghentikan ayunannya, dan menoleh cepat ke arah Chanyeol. "bukankah dia meminta mu untuk tidak membahas itu lagi?"
Chanyeol mengangguk pelan, memang benar Jongin meminta Chanyeol untuk tidak memaksanya bercerita. "apakah kau tidak penasaran? Maksud ku, apakah kau tidak merasa jika hidup Jongin itu terlalu complicated?" tanya nya. maniks hitam dan bulat Chanyeol kelihatan gelisah, berharap Kyungsoo tidak menggodanya seperti yang sering dilakukan Baekhyun dan Zitao terhadapnya.
"dia sedang berada di situasi yang rumit, Chan. tingkahnya yang membatasi diri itu seharusnya bisa membuat kita sadar bahwa dia tidak mau kita mengganggunya" jawab Kyungsoo. Tak bisakah teman sekelasnya itu bersikap rational saja? "mungkin aku terlalu jahat, tapi tak bisakah kau bertingkah bahwa semuanya baik-baik saja? Jongin meminta ku untuk mengatakan hal ini pada mu"
Lantas Chanyeol beranjak dari ayunannya dan menatap tajam Kyungsoo. "Jangan pernah membawa nama Jongin, soo! Dia meminta kita untuk tidak membantunya, tapi apa jadinya kalau tadi malam aku tidak menemukan dirinya? Dia bisa mati!" Chanyeol mulai emosi.
"kau seperti ini karena kau menyukai nya kan?" tanya Kyungsoo, masih dalam keadaan tenang.
"ya, aku menyukainya.. kenapa? masalah untuk itu?"
Kyungsoo menggeleng pelan, Chanyeol menatapnya yang masih duduk di atas ayunan. "tidak, kau berhak untuk menyukai nya" dia berkata, senyum manis terpatri di wajahnya.
.
.
.
.
"ceritanya kalian menuduhku menculik Kim Jongin, ya?" Sehun menatap tak suka Minho dan Taemin yang bertandang ke rumahnya hanya untuk mempertanyakan dimana keberadaan Jongin pada namja berkulit putih pucat itu.
Siapa pun pasti akan menuduh Sehun telah menculik Jongin, karena sikapnya yang amat membenci namja berparas manis itu. semanis apapun Jongin, sepolos apapun Jongin, itu belum cukup untuk membuat Oh Sehun jatuh hati pada sosok bungsu keluarga Kim itu.
"b..bukan begitu. Maksud ku, kau adalah orang yang paling membenci Kim Jongin. A..aku kan hanya bertanya" Taemin ketakutan menatap mata Sehun yang menatap tajam ke arahnya.
Sehun lantas berdecak kesal, "lalu kau menuduhku menculik dan membunuh adik mu? Tak sudi"
"jangan berkata seperti itu, Hun!" seru Minho.
"kenapa? kau menyukai nya?" Sehun bertanya sarkatis.
"Kau tidak pantas berkata seperti itu, Jongin adik ku!" Maki Taemin. Sepertinya keputusan mencari Jongin di rumah Sehun itu salah besar. Karena yang ada Sehun pasti akan menghina Jongin habis-habisan seperti ini.
"kau kakaknya? Kau bahkan tidak membelanya saat semua murid di sekolah menghinanya"
Deg
Minho mengepalkan tinjunya dan hendak meninju wajah namja pucat di hadapannya ini. "kau—"
"itu benar" Taemin bercicit pelan.
"Taemin"
"aku benarkan? Hey, Choi Minho..apa lagi yang harus kau bela?"
.
.
.
.
Senin pagi mengawali hari, Kyungsoo dan Jongin berangkat bersama ke sekolah dengan Chanyeol yang meminjamkan baju seragamnya di tahun pertama pada Jongin. Memang masih agak kebesaran, karena mengingat tubuh Chanyeol yang tumbuh cepat dibandingkan anak remaja lainnya.
Diantar oleh paman Noh, orang kepercayaan ayah Kyungsoo yang selalu mengantar Kyungsoo pergi kemana pun sejak usianya masih kanak-kanak. Matahari pagi bersinar cerah, secerah senyum Kyungsoo dan Jongin yang terus bercanda hingga tiba di sekolah.
"lho, Jongin kau sudah masuk sekolah?" Baekhyun dan Zitao baru saja turun dari motor sport milik Zitao menyapa dua orang itu yang juga baru saja tiba di tempat parkir. "sudah tidak sakit kan?" tanya Zitao, melingkarkan tangannya di pinggang Baekhyun.
"tidak kok..tidak..aku kan sudah cukup istirahatnya. Dan lagi, Soo hyung juga merawat ku dengan baik" kata Jongin, tersenyum manis.
Baekhyun melirik Kyungsoo dan tertawa pelan. "Kyungsoo umma memang hebat!" puji Baekhyun, memanggil Kyungsoo dengan sebutan umma. bias kemerahan di wajah Kyungsoo menambah kesan imut di mata siapapun yang melihatnya.
"Oh, iya..apa kemarin Taemin ke rumah mu? Dia Nampak cemas mencari Jongin" tanya Baekhyun. Byun Baekhyun pula lah yang memberitahukan Taemin dimana keberadaan adiknya berada. "iya, dia ke rumah ku tapi waktu itu Jongin kan masih sakit" jawab Kyungsoo.
"Itu Chanyeol!" Baekhyun menunjuk sosok jangkung yang sedang berjalan bersama sosok jangkung lain berambut pirang. "Ooi Park Chanyeol!" seru Baekhyun. Chanyeol menoleh, dan mengajak namja jangkung itu berjalan ke arah mereka.
"oh, kau sudah sembuh, Jong?" tanya Chanyeol, meletakan punggung tangannya ke kening Jongin. "ne, hyung..Soo hyung merawat ku dengan baik" Jongin menjawab riang. Tak satupun yang menyembunyikan senyum mereka ketika Jongin tersenyum. Termasuk Wu Yifan, namja jangkung di samping Chanyeol.
"Kyungsoo itu memang hebat, dia seperti seorang umma" Baekhyun menyenggol bahu Kyungsoo yang terlihat canggung sekali.
"hem, ayo masuk ke kelas" ajak Baekhyun.
"ayo" serentak Zitao menarik tangan Baekhyun, sementara Chanyeol melingkarkan tangannya ke bahu Jongin. Kyungsoo hendak menyusul, namun tangan besar itu lebih dulu menariknya dan menghentikan langkah Kyungsoo.
"ada yang harus kita bicarakan!"
...
"senior tunggu!"
Sehun menghentikan langkahnya dan berbalik. Menatap kesal namja yang tengah tersenyum manis berdiri di belakangnya. Sedari tadi Jongin terus mengekornya. Mungkin sudah menjadi hobi seorang pengagum Sehun yang mengekor terus di belakang namja tampan berkulit putih pucat itu.
Bukan pertama kalinya bagi Jongin yang terus mengekor Sehun, sudah berkali-kali bahkan setiap hari Jongin melakukan itu. "mau mu itu apa?" kerutan di keningnya terlihat, Sehun tidak habis pikir dengan namja di hadapannya ini.
Jongin menggigit bibir bawahnya, "aku tidak mau apa-apa" menggelengkan kepalanya lucu. Sehun menatap tak suka namja manis sok polos ini. "kau akan bilang kau menyukai ku kan?" tanya nya, sedikit meninggi.
"tapi aku tidak menyukai mu" Sehun nyaris berteriak, namun masih mencoba menahannya. Seakan tidak takut dengan reaksi Sehun, Jongin malah menyodorkan kotak bekal ke arah Sehun. Dengan senyum manis terpatri Jongin berkata, "ini untuk senior. Tadi pagi Kyungsoo hyung membantu ku membuat ini"
Sehun geram, andai saja ia bukan sosok Casanova yang penuh imej-imej semperna. Pasti sudah ia hajar sosok berkulit tan di hadapannya. Menurut Sehun, Jongin itu merepotkan dan sangat menyebalkan.
"kau ingin aku memakannya?" Tanya Sehun, Jongin mengangguk. Sehun segera mengambilnya dan membuang kotak bekal itu ke tong sampah. "anggap saja aku sudah memakannya!" seru Sehun, berlalu meninggalkan Jongin seorang diri.
Jongin diam di tempat, namja tan itu masih terlalu terkejut dengan respon Sehun kali ini. hingga ia tidak menyadari sosok lain datang setelah memungut tas kecil berisi kotak bekal Jongin dari tong sampah.
"ini enak"
Jongin menoleh dan mendapati Chanyeol yang sedang memakan kimbap—hasil comotan dari kotak bekal Jongin di tangannya. "h..hyung itu kan sudah kotor! Kau ini jorok sekali" Jongin berdecak kesal. Tangannya ia lipat di depan dada.
"tapi tidak membuat ku mati kan?" tanya Chanyeol.
Seperti biasa, Jongin pasti akan merenggut tak suka dengan bibir yang mengerucut lucu. "Hey, jangan ngambek! Bekalnya enak lho" hibur Chanyeol.
Jongin menoleh, kemudian menahan tawa melihat tampang Chanyeol yang sangat lucu sambil mengunyah kimbab di mulutnya. Tanpa mereka sadari, sosok lain menatap sendu ke arah keduanya sambil berusaha menahan sesak di dadanya.
.
.
.
.
Kantin sekolah di jam pulang memang terlihat sepi, Nampak Kyungsoo dan sosok jangkung yang bukan Chanyeol sedang duduk saling berhadapan di sebuah meja.
"aku tidak tahu kalau kau akan kembali hari ini" kata Kyungsoo, kecanggungan menyelimuti suasana keduanya. Yang lebih tinggi pun terdiam, dan masih sibuk dengan sup cream yang ia pesan.
Tapi kemudian, "tapi sekarang kau tahu aku kembali kan?" Yifan, si namja jangkung itu pun bertanya. Senyum di wajah tampannya mengundang Kyungsoo untuk tersenyum.
"kalau tahu begitu, aku akan menjemput mu di bandara"
Yifan tertawa pelan, "tidak perlu. Aku kan ingin membuat kejutan"
Kyungsoo lantas mencibir ulah Yifan yang sok suprize itu. "memangnya kau tidak senang aku pulang?" Yifan bertanya. Helaan napas terdengar dari bibir Kyungsoo yang mendengar pertanyaan Yifan. "menurut mu?"
"jangan balik bertanya begitu, aku kan tidak tahu persaan mu. Kau lupa ya? Aku ini bukan peramal" Yifan menyahut diiringi tawa.
"Kyungsoo-ah" Yifan menyebut sosok mungil yang tengah melamun itu. menyentuh lembut tangan mungil Kyungsoo, dan menggenggamnya. "Ah..iya?" Kyungsoo buru-buru menyahut.
Yifan tidak suka melihat sosok bermata bulat di sampingnya itu terdiam dengan wajah sendu seperti ini. "kau tahu apa yang ku benci, Kyungsoo?"
Kyungsoo menggeleng, entah mengapa ia merasa tatapan Yifan terlalu mengintimidasi nya. "b..bukankah ada banyak yang tidak kau sukai?" kyungsoo balik bertanya.
Seharusnya Kyungsoo tidak bertanya seperti itu, karena Yifan benci bagaimana melihat Kyungsoo-nya terdiam saat ia mulai berbicara. "melihat orang yang ku cintai tersakiti, adalah hal yang sangat ku benci" Yifan berkata, mengepalkan tangannya di bawah meja.
.
.
.
Sehun berlari tergesa-gesa menghampiri sahabatnya Kim Moonkyu. Sepanjang jalan yang terus mengumpat kakak kandungnya yang kerap kali membuatnya kesulitan seperti ini. karena kakaknya, Sehun harus terlambat mengikuti kegiatan dance nya bersama teman sekelas sekaligus sahabatnya.
"30 menit, terimakasih Oh Sehun!" Moonkyu menyindirnya. Benarkan? Moonkyu langsung saja menyindir Sehun yang baru saja tiba di ruang dance setelah latihan mereka sudah di mulai.
Sehun memutar bola mata, bosan. Menunggu kakaknya yang sedang mengurus kepindahan saja itu cukup membuatnya lelah. Apalagi harus meladeni Moonkyu? Mereka diam dan memperhatikan anak-anak yang lain mulai menari.
"Sehun kau tahu tidak? Park Chanyeol menitipkan ini untuk mu" Moonkyu menyerahkan kotak bekal milik Jongin ke arahnya. Sehun berdecak pelan, kemarin ia sudah menolak bekal buatan Jongin. Namun kali ini Jongin lebih memilih menitipkan makanannya kepada Chanyeol—teman sekelasnya, sekaligus rival Sehun di segala bidang.
"makan saja kalau kau mau" kata Sehun.
"Mwo? Benarkah?" Moonkyu tidak akan menolak makanan bukan? Apalagi sejak pagi perutnya sudah kelaparan bukan main.
Sehun membenci Jongin entah karena apa, maka dari itu ia tak akan sudi memakan makanan buatan Jongin. "kau tahu? sebenarnya Jongin itu manis dan pintar memasak. Cuma saja sifatnya yang kelewat ceria itu sering membuat anak yang lain muak, termasuk diri mu" Moonkyu berkata, dan mulai menikmati Okonomiyaki buatan Jongin.
'kruyukk..'
Moonkyu menghentikan kunyahannya, Sehun menelan ludah kasar. Tawa Moonkyu pecah begitu melihat tampang Sehun yang sedang menahan lapar.
"kau mau tidak?"
Sehun menggeleng pelan, tampang serius menutupi egonya. "harga diri mu itu hanya akan membunuh mu kalau kau mau tahu" ujar Moonkyu. "buka mulut mu!" titah Moonkyu. Sehun menggeleng, menolak menerima suapan okonomiyaki dari sumpit yang di pegang Moonkyu.
"sudah makan saja, dasar sok jaim!" seru Moonkyu.
Mau tak mau Sehun pun memakannya, dan mulai mengunyahnya. "bagaimana enak kan?" tanya Moonkyu.
'ini enak sekali'
.
.
.
.
"Apa malam ini kau akan memasak lagi?"
Jongin lantas menghentikan gerakan memotong sayurnya saat mendengar suara rendah ayahnya dari arah pintu dapur. Mendapati sosok tampan sang ayah yang sedang menatap sendu ke arahnya. "ah, n..ne" Jongin menyahut gugup.
"semalam kau menunggu ku untuk makan malam ya? Maaf, aku pulang telat tadi malam" ucap tuan Kim, ia sudah berdiri tepat di depan putranya. Tuan Kim mengusap sayang rambut putranya dengan senyum di wajah tampannya.
"tapi kau tenang saja! Taemin dan aku menghabiskannya tadi malam. Rasanya enak sekali" puji tuan Kim.
Jongin mengangguk lucu, "apa appa mau ku buatkan sup rumput laut? Kyungsoo hyung bilang, Tofu yang dibeli di toko Chwe itu lembut dan nikmat. Ku rasa sangat cocok untuk dijadikan bahan sup rumput laut"
Meskipun tuan Kim masih merasa canggung, namun sebenarnya ia sangat menyayangi sosok Kim Jongin, putranya yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari istrinya, yang saat ini entah berada di mana Yeoja itu.
"bagaimana dengan ayam gingseng? Kyungsoo hyung pernah mengajari ku juga"
"apapun itu, pasti akan appa makan selama itu kau yang memasaknya" Tuan Kim berkata.
Andai ini sebuah mimpi, Jongin pun rela tertidur selamanya jika kebahagian ini tidak akan pernah lenyap dari hidupnya..
'karena yang aku inginkan hanya kebahagiaan, yang ada kasih sayang serta sebuah cinta'
.
.
.
Jongin berangkat pagi-pagi sekali ke sekolah. Keinginannya hanya satu, segera memberikan kotak bekal buatannya pada Sehun. Kemarin ia terlambat bangun, jadi dia harus menitipkan bekal tersebut pada Chanyeol hyung, yang menawarkan diri menjadi seorang kurir.
Ia berjalan dengan senyum di wajah manisnya, sampai-sampai semua siswa yang berjalan berpas-pas'an dengannya di lorong pun menganggap Jongin adalah namja yang aneh.
"aduh" Jongin memekik pelan ketika bahunya ditabrak keras oleh sosok tegap di depannya. Ia mendongakan kepalanya, dan menemukan sosok Sehun berdiri menatap tajam ke arahnya.
"aku tahu ini gila" namja itu membuka suara. Jongin memiringkan kepalanya, menatap penuh tanya kakak kelasnya ini.
Suara Sehun yang mengintrupsi moodnya di pagi hari membuat semburat merah itu menghiasi wajah manis Jongin. Jujur saja, Jongin sangat menyukai tatapan tajam Sehun yang penuh intimidasi itu. kesannya memang sombong, tapi Jongin menyukainya.
"ah, aku memang sudah gila rupanya" gumam Sehun.
Gila? Apa maksudnya?
"Senior?"
"berikan bekalnya sekarang!" Sehun menarik tas kecil berisi kotak bekal buatan Jongin dari namja tan itu.
Jongin menatap horror tingkah Sehun yang tiba-tiba saja menjadi super menyebalkan dari biasanya. "err—senior"
"sudah jangan banyak bicara! Aku lapar!"
"hehehehe"
...
"mwo? Dia menerima bekal mu?" –Zitao
"benarkah?"—Baekhyun
"syukurlah, chukae Jongin-ah"—Kyungsoo
Jongin terkekeh pelan mendapati reaksi para seniornya begitu ia menceritakan kisahnya tadi pagi mengenai Sehun, namja incarannya. Apalagi reaksi Baekhyun, namja cantik itu paling kelihatan kaget sampai-sampai matanya yang sempit itu membulat lebar.
Ketiganya sedang berada di kamar Kyungsoo, bermain-main sepulang sekolah di rumah Kyungsoo memang sudah menjadi kegiatan rutin mereka yang tidak akan pernah absen.
Dan oh, jangan lupakan makanan-makanan buatan Kyungsoo atau snack-snack yang dibeli Kyungsoo itu memang sangat menjanjikan perut. Maka dari itu mereka selalu betah bermain di rumah Kyungsoo. Menemani namja mungil itu yang kini sedang berada di rumah sendirian untuk 3 minggu ke depan.
"tapi kan Sehun sudah memiliki Krystal. Bagaimana bisa?"
Jongin terlihat berpikir, benar juga apa yang dikatakan Baekhyun. Sehun bahkan sudah memiliki Krystal. Lalu bagaimana bisa ia membuatkan bekal setiap hari untuk seorang namja yang sudah memiliki kekasih?
Melihat wajah sedih Jongin, Zitao pun menyikut pinggang kekasihnya untuk berhenti bicara yang tidak-tidak. Baekhyun melirik ke arah Jongin, dia jadi merasa bersalah. Kyungsoo yang sedari tadi diam pun menghela napas pelan, Baekhyun ini bukan anak yang menyebalkan sebenarnya, Cuma saja mulutnya yang ember itu memang menyakitkan terkadang.
"apa sebaiknya aku berhenti saja ya?" Jongin mulai bermonolog seorang diri. Tiba-tiba saja bayang-bayang penolakan seorang Oh Sehun mulai menari-nari di pikirannya. Awan mendung terlihat jelas di wajah manis Jongin, sehingga baik Baekhyun maupun Kyungsoo—atau malah Zitao sendiri pun serba salah harus berbuat apa.
"kau tahu? keajaiban itu 99% adalah usaha. Kalau kau sudah menyerah duluan, bagaimana kau tahu keberhasilan mu itu ada dimana" Kyungsoo berkata santai.
"Kau harus berjuang! Kau pasti bisa!" Zitao ikut menyemangati.
Baekhyun si biang perkara pun ikut ber-pose victory, seolah menyetujui perkataan Kyungsoo dan kekasihnya, Zitao. Jongin yang murung pun mendongak, tertawa pelan begitu melihat para hyung nya mulai berpose layaknya orang bodoh.
.
.
.
.
Sebentar lagi libur musim panas akan segera tiba, banyak orang-orang yang merencanakan hendak kemana mereka akan pergi. Kemarin Baekhyun bercerita, ia dan Zitao hendak berlibur ke daerah Jinan bersama nenek Byun. Sementara Jongin? Dia bilang dia tetap akan stay di rumah karena tak ada satu pun yang berniat mengajaknya berlibur.
Kyungsoo rasa dia juga akan stay di rumah, menikmati libur musim panasnya tahun ini. Karena ayah nya sendiri pun menelpon dan mengatakan bahwa ia tidak akan pulang sampai libur musim panas berlangsung. Itu tandanya Tuan Do tidak akan menemani Kyungsoo pergi berlibur.
"Kyungsoo-ah" Bibi Zhang, pemilik toko Chwe itu menegur Kyungsoo yang sedari tadi hanya melamun tanpa menyentuh kue beras pesanannya. Bibi Zhang sudah mengenal akrab Kyungsoo, karena namja mungil itu termasuk langganan setia nya.
"Bibi" Kyungsoo menyahut, tersenyum ramah pada bibi Zhang. Toko ini adalah milik mendiang suami bibi Zhang yang meninggal 20 tahun yang lalu. Mereka hanya dikaruniai seorang anak laki-laki yang saat ini sudah menjadi seorang dokter spesialis.
Suara kursi yang digeser pun terdengar saat bibi Zhang menggeser kursi itu ke dekat meja dimana Kyungsoo berada. "kau melamun terus, ada masalah?" tanya mantan penyandang marga Choi itu. Bibi Zhang menikahi laki-laki asal Changsa yang telah membangun toko khusus makanan sekaligus kedai masakan oriental yang terletak di pinggir kota Seoul.
"ani, aku hanya sedang memikirkan daddy" jawab Kyungsoo, tidak sepenuhnya bohong. Karena dia pun juga memikirkan ayahnya yang entah sedang apa di Daegu sana. Bibi Zhang tersenyum, kerut di wajahnya menandakan bahwa ia sudah tidak muda lagi.
"ahh..begitu rupanya. Ku pikir kue berasnya tidak enak, soo-ah"
"ani, kue beras buatan bibi itu selalu enak!" Kyungsoo buru-buru memakan kue berasnya.
Bibi Zhang yang melihat itu pun tak sanggup menahan tawa, Kyungsoo ini memang lucu dan sangat menggemaskan. "Yixing sudah terlalu tua untuk ku beri seorang adik" kata bibi Zhang, seraya mencubit gemas pipi Kyungsoo yang gembil itu.
"ku rasa bibi harus segera memiliki seorang cucu" canda Kyungsoo.
"kau benar..eh, tapi Yixing masih 25 tahun, soo"
.
.
.
.
"Jadi?"
"jadi?"
Keduanya saling bertatapan, lalu yang lebih kecil pun tertawa pelan demi memutus rasa kikuk diantara keduanya. "kau habis darimana malam-malam begini?" tanya yang lebih tinggi. Mengabaikan situasi kikuk yang sering tercipta di antara keduanya.
"ke kedai Bibi Zhang, membeli kue beras" jawab Kyungsoo. "dan kau?"
Chanyeol menaikan satu alisnya, "aku? kenapa?" Kyungsoo menggigit pipi bagian dalamnya. Apa tadi dia salah bicara ya? Melihat wajah bersalah Kyungsoo, Chanyeol pun buru-buru menjawab pertanyaan namja bermata bulat itu. "aku habis jalan-jalan saja"
Kyungsoo ber'oh' begitu mendapati jawaban dari bibir Chanyeol. "apa kau selalu seperti ini? maksud ku, pergi sendirian tanpa seorang teman?" Kyungsoo bertanya lagi. dan, Oh ia harus merutuki bibir heartshape nya yang tiba-tiba saja melontarkan pertanyaan seperti itu pada Chanyeol.
Apa salahnya dengan sendiri? Kita lahir sendiri, kecuali anak-anak yang memang pada dasarnya kembar sih. tapi mau semirip apapun atau bahkan anak kembar sekalipun, kalau mati juga nanti sendiri. Tidak mungkin mengajak kembar yang satunya kan?
Chanyeol sudah terbiasa sendirian, maksudnya, begini. Dia ini anak kost, ia menyewa satu kamar kost sementara ayah dan ibunya yang berduit itu sibuk bekerja. Dia anak yang bertanggung jawab kalau mau tahu. uang yang dikirim ayah maupun ibunya pun ia tabung.
"memangnya aku harus mengajak siapa?" Chanyeol malah balik bertanya, menertawai nasib status Jomblo nya.
"andai aku tahu nomor ponsel mu aku bisa mengajak mu pergi ke kedai Bibi Zhang bersama kan?" Chanyeol menoleh ke arah Kyungsoo yang sejak tadi terus memperhatikan dirinya.
Langkah yang di ambil Chanyeol saat ini sebenarnya bukan arah ke tempat rumah sewa nya, lho kalau mau tahu. dia sengaja mengantar Kyungsoo ke rumah gedongnya itu dan memastikan teman nya itu pulang dengan selamat. "sudah lama sekali kita tidak ke sana bersama kan?" Seolah meminta pendapat Kyungsoo mengenai pergi ke kedai bibi Zhang bersama.
"ah, itu sudah lama sekali" Kyungsoo berhenti hanya untuk tertawa dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"tapi mungkin kita juga bisa mengajak Jongin dan pasangan lem itu" ujar Chanyeol.
Seketika tawa di wajah Kyungsoo lenyap begitu saja..
.
.
.
.
Jongin bahkan tidak berani menatap atau bahkan hanya untuk sekedar melirik Oh sehun yang sedang duduk di sampingnya itu. tadi, kira-kira 5 menit yang lalu Sehun menarik Jongin ke atap sekolah, tempat favourite namja Oh itu beristirahat begitu bel tanda istirahat sudah berbunyi.
Sebagai ganti Jongin malah mengalihkan pandangannya ke arah pagar pembatas dimana pepohonan yang tinggi, serta lapangan outdoor sekolah mereka bisa terlihat dari sini.
Jantungnya berdegup kencang, Sehun selalu bisa membuatnya seperti ini. tapi kalau mengingat Sehun yang sudah memiliki seorang kekasih mungkin hanya akan menyakiti nya saja.
"apa kau selalu memasak makanan seperti ini?" Sehun bertanya, basa-basi karena sedari tadi Jongin tidak mau menoleh ke arahnya. Jongin mengangguk pelan sebagai jawabannya. Raut wajah gembira berusaha untuk menutupi kemungkinan rasa sakit yang akan ia alami setelah ini.
"senior, apa tidak apa-apa?" Jongin yakin, jika Krystal mengetahui kekasihnya yang ia tunggu sedang bersama Jongin saat ini. pasti yeoja cantik itu akan merasa sakit hati sekali. Dan Jongin benci jika ia harus menyakiti seseorang, terutama seorang Yeoja.
"apanya?" Sehun bertanya. Oh Tuhan, demi apapun Sehun ini tidak peka sama sekali dengan perasaan Jongin yang ketar-ketir, bagaimana menghadapi Krystal bilamana yeoja cantik itu tahu. tapi Jongin tidak mau membuat orang yang ia cintai itu merasa kesal.
Sehun itu orang yang temperamental, mood nya itu sulit sekali di tebak. Jadi Jongin bertanya dengan sangat hati-hati. "Hey"
"kalau Krystal-ssi tahu, aku harus bilang apa"
Mendengus pelan, Sehun itu benci sekali kalau mood baiknya harus diubah seperti ini. apalagi dengan Jongin, notabene adalah namja yang sangat ia benci. "tolong jangan membahas yeoja itu, aku sedang malas" sahut Sehun, dia tidak bohong soal perasaannya itu.
Bagaimana ia tidak merasa malas kalau kemarin malam itu ia habis memergoki kekasihnya sedang bercumbu dengan orang lain? Sementara Krystal berjanji akan menemui Sehun di restoran tempat mereka berkencan. Moonkyu benar, ternyata orang secantik Krystal belum tentu memiliki hati yang murni seperti namanya itu.
Jongin diam, tidak berani bertanya meskipun pertanyaan 'mengapa' terus berputar di kepalanya. Itu sungguh mengganggu sekali, kalau mau tahu.
"kau menyukai ku kan? seharusnya kau senang saat aku mau memakan bekal ini" Sehun berkata sinis, dan mengembalikan kesadaran Jongin. "ah, n..ne" Jongin mengangguk cepat. Apa keputusannya untuk menyukai Sehun itu salah?
...
"Kyungsoo bilang kau menemui Sehun di atap sekolah saat istirahat ya?" Chanyeol bertanya, berjalan berdampingan di samping Jongin. Orang yang selalu ada baik dipikirannya maupun di hatinya.
Mereka kini sedang berjalan pulang, dengan Chanyeol yang berniat mengantar Jongin pulang ke rumahnya. "Kyungsoo hyung bilang begitu?" Jongin mengerucutkan bibirnya lucu. Seharusnya Kyungsoo bisa merahasiakan ini dari Chanyeol kan?
Dan sifat kepo Chanyeol itu terkadang sering membuat Jongin kesal. Tapi mau bagaimana lagi? Chanyeol itu adalah teman pertamanya saat pertama kali Jongin di SMA.
"pantas saja" Chanyeol bergumam.
Tidak pelan juga, karena Jongin masih sanggup mendengarnya. "kenapa?" Jongin bertanya, tampang polos yang membuat Chanyeol tidak pernah bisa marah pada namja manis itu. sekesal apapun dirinya dengan Jongin, amarah itu seolah akan terminimalisir oleh rupa Jongin yang polos dan manis itu.
"tidak, hanya saja kau kelihatan bahagia dari biasanya" tukas Chanyeol. Si Park tidak sepenuhnya berbohong, karena wajah Jongin ini memang terlihat lebih bersinar dari biasanya. Ya, mau bagaimana lagi? orang yang sedang jatuh cinta itu memang bawaannya selalu bahagia kan? bohong kalau tidak, Jongin itu memang polos, terkesan naive malah. Tapi soal perasaan admire nya ke Sehun itu, apa masih dibilang polos?
"itu, hehehe" tawanya, bahkan sleepy eyes-nya yang menyipit, mampu membuat otot bibir Chanyeol tertarik membentuk senyum. Jongin ini memang childish. "aku kan sedang jatuh cinta" katanya lagi.
"Cinta? Seperti kau tahu saja cinta itu apa" celetuk Chanyeol, diiringi tawa kecil dan membuat Jongin tertawa lagi. Rupanya mereka sudah sampai di depan pagar rumah Jongin, tidak terasa rupanya. "Kata Soo hyung cinta itu saat dua insan saling berbagi perasaan yang meletup-letup" ujar Jongin, sepertinya dia salah kaprah dengan apa yang dijelaskan Kyungsoo soal cinta beberapa waktu yang lalu.
Chanyeol mengangkat satu alisnya, sok keren, tapi memang keren. Ya mau bagaimana lagi? memang begitu lah pembawaan namja dengan nama lengkap Park Chanyeol itu. "meletup-letup? Pop corn?" tanya Chanyeol, asal.
"hyung~"
"sudah sana masuk! Kau harus segera mandi, belajar, dan tidur" Chanyeol mengacak rambut Jongin. Anak bungsu keluarga Kim itu menghela napas panjang. Hal yang akan ia lakukan ketika sudah terlanjur malas menghadapi tingkah menyebalkan sosok jangkung di depannya ini.
"hyung menyebalkan" dengus Jongin sebal.
Keduanya masih berdiri di depan pagar tinggi rumah keluarga Kim. Rumah yang besar itu terlihat sepi, mungkin saja ayah atau Taemin—kakaknya belum tiba di rumah meski hari sudah menjelang sore. Itu wajar untuk ayahnya, karena biasanya namja dewasa itu pulang di malam hari sampai-sampai Jongin musti menghangatkan lagi makanan yang sudah ia masak. Kalau ingat hubungan Jongin dan kakaknya yang kurang dekat itu, Jongin jadi tidak pernah tahu kemana Taemin pergi sehabis pulang sekolah karena Jongin memang tidak berani bertanya lebih pada sang kakak.
"libur musim panas sebentar lagi tiba" Chanyeol mengusap pelan pipinya yang terasa agak berkeringat. Jujur saja, Chanyeol ingin sekali mengajak Jongin pergi berlibur atau melakukan aktivitas yang menyenangkan di luar rumah berdua saja. tapi melihat tingkah Jongin yang seolah biasa saja dengan liburan musim panas pun membuat Chanyeol memilih bungkam dan mengurungkan niatnya.
"iya, hyung hendak kemana?" tanya Jongin, sambil menjentikan jari dengan senyum manisnya.
Jongin ini memang manisnya bukan main, sampai Chanyeol enggan buru-buru pulang ke kost'an nya dan segera mengerjakan tugas yang diberikan guru Shim selama libur musim panas nanti. Apa-apaan itu? libur musim panas nya harus dibatasi oleh banyaknya PR yang menanti untuk dikerjakan.
"Tidak tahu..kau sendiri?"
Kim Jongin Nampak berpikir, benar juga, selama liburan ini ia hendak kemana ya? Tapi kalau dipikir ulang ke tahun-tahun sebelumnya, Jongin juga tidak pergi kemana-mana. Hanya di rumah, mengerjakan PR, dan menjaga rumah besar mereka yang selalu sepi. Ayahnya pekerja yang sibuk, ibunya? Seorang yeoja karir yang selalu dinas keluar negeri. Hyung nya? tidak, hubungan mereka saja jauh dari kata brothership.
"sepertinya di rumah saja, seperti tahun kemarin. Atau mungkin aku akan mengikuti jejak Soo hyung yang akan bekerja Part time selama liburan" jawab Jongin. Dibanding Taemin kakak kandungnya, Jongin jauh lebih akrab dengan Kyungsoo yang notabene hanya sebatas senior dan junior di sekolah.
Ah, Kyungsoo memang selalu menghabiskan masa liburannya dengan bekerja paruh waktu di toko-toko maupun di sebuah kedai. Dia punya hobi memasak, jadi ia akan memilih belajar memasak sambil bekerja di kedai-kedai tradisional di pinggir kota. "tapi aku tak punya bakat memasak seperti Soo hyung" Jongin melengkungkan bibirnya ke bawah.
Banyangkan saja! bagaimana kalau nantinya Jongin hanya bisa mengacau dan berakhir di pecat di hari pertama bekerja?
"tapi setidaknya kau punya kemauan. Lagipula kimbab yang waktu itu enak kok" Chanyeol memang paling pintar menghibur.
"akan aku pikirkan" Jongin mengangguk cepat. "aku masuk dulu ya, hyung" pamitnya.
.
.
.
.
.
Dan scene pun berganti, nampak seorang namja tengah sibuk mengocok adonan tepung terigu, baking soda, gula, telur, dan macam-macam bahan membuat kue lainnya. membuat kue di sore hari mungkin tidak buruk juga selama tak ada satu pun makhluk menyebalkan yang menghancurkan moodnya.
Ya, kecuali seorang namja bertubuh jangkung yang sedang duduk di meja makan sambil membaca Koran yang tergeletak begitu saja di meja makan. Koran itu masih rapih, nampaknya Kyungsoo (si pemilik rumah) hanya meletakan Koran tersebut ke atas meja makan tanpa berniat membacanya.
"aku terkadang bingung"
Kyungsoo yang sudah meletakan adonan ke dalam cetakan muffin kecil pun menoleh ke arah meja makan. Dimana sosok jangkung Yifan masih senantiasa memperhatikan gerak-geriknya membuat muffin raspberry yang akan ia sajikan untuk ayahnya besok.
"bingung?" Kyungsoo memandang penuh tanya sosok jangkung itu.
"ada yang membicarakan kalau adik ku itu berubah menjadi adik yang menyebalkan. Padahal menurutku itu tidak sama sekali"
Kyungsoo manggut-manggut, paham apa yang dimaksud dengan topic pembicaraan kali ini. "menurut mu adik ku itu bagaimana, soo?"
"menurut ku?" namja mungil itu malah balik bertanya. Ia fokus sekali men-setting timer pada oven dimana muffin-muffin cantiknya berada. "dia tampan, tinggi, pandai menari, dan terkenal"
Yifan menggeleng cepat, "tidak, bukan begitu"
"oh, atau adik mu yang memiliki instrumen kecerdasaan Logika-matematik? Atau kecerdasaan Kinestetik?" senyum terpatri di wajah cantik Kyungsoo. Yifan tidak sanggup menyembunyikan tawanya, Kyungsoo ini memang lucu kadang. "kau ini terlalu sering membaca buku Theory of Multiple rupanya" sahut Yifan.
"tidak juga, soalnya buku resep masakan bibi Noh itu jauh lebih keren sih" Kyungsoo mendudukan bokongnya di salah satu kursi yang berhadapan langsung dengan Yifan. "bukannya kau dulu pernah bilang mau jadi Psikolog? Sudah pindah cita-cita nih"
Menimpalinya dengan senyum, Kyungsoo memang pernah bilang jika ia ingin lebih memahami kepribadian orang lain. Maka dari itu ia sering membaca buku-buku yang berbau psikologis manusia dari yang dewasa sampai yang anak-anak. "menurut ku cita-cita itu bisa berubah kapan pun, karena begitulah manusia" ujar Kyungsoo.
Yifan berdehem pelan, "jadi umpama diri mu yang berubah begitu?"
"berubah jadi agak gendut" Yifan menahan tawa, Kyungsoo paling anti sekali kalau dibilang gendut. "mwo, enak saja!" serunya, tidak terima.
Lalu Yifan tampak berpikir sejenak, kemudian berkata "banyak sekali yang berubah, termasuk dirimu. Tapi ku rasa itulah kehidupan"
Orang bilang, tidak ada yang lebih bodoh kecuali melihat pria bijak yang jatuh cinta. Mungkin kini Yifan mengerti bagaimana ada disituasi yang kita sebut dengan yang namanya Fallin' In Love. Ah, bicara soal cinta, Yifan yakin tidak akan pernah cukup untuk dibicarakan.
Kyungsoo itu teman Yifan sejak masih kecil, kira-kira saat pertama kali Yifan pindah ke Korea dan memiliki seorang teman bertubuh mungil dengan mata bulatnya yang menggemaskan. Mereka bersahabat, dekat sekali, lalu ada Chanyeol, dan seorang namja bernama Kim Junmyeon yang saat ini sedang berada di Italia.
"kau juga berubah, lebih tinggi dari sebelumnya, lebih dewasa, dan mahir berbahasa inggris"—senyum di bibir hati Kyungsoo terulas begitu saja saat ia memuji Yifan. Dulu Yifan itu anak yang culun, dan tingginya pun tidak beda jauh dari Kyungsoo. Tapi sekarang? Yifan tumbuh tinggi, sangat tinggi malah.
"apa hanya aku yang tidak tinggi?" Kyungsoo bergumam pelan. Yifan terkekeh pelan,memang benar, setiap tahun manusia itu memang berubah. Bukan karena usianya yang dewasa, tapi juga pola pikir selain fisiknya. Kemudian Yifan berpikir, meski fisik dan usianya sudah berubah, tapi apa perasaannya juga berubah? Setelah sekian lama ia pendam perasaan ini. perasaan bodoh yang sempat Yifan tepis dengan segenap usaha yang ia miliki. Sebuah perasaan yang sering disebut cinta.
Hingga pada akhirnya ia mengakui jika ia memang mencintai sahabat masa kecilnya sendiri, Do Kyungsoo..
.
.
.
.
"kau tahu, yeol? Kau tidak bisa berpikiran waras seperti orang bijak saat kau jatuh cinta" bibi Zhang berkata.
Chanyeol sedang membantu bibi Zhang menutup kedai nya karena hari sudah mulai malam. Bibi Zhang sempat menolak, akan tetapi Chanyeol memaksa. Bibi Zhang pun tentu saja tidak bisa menolak bukan? Lagipula hari ini kedai sangat ramai, jadi berkat bantuan namja jangkung itu bibi Zhang jadi bisa sedikit beristirahat di teras kedai.
Tawa khas seorang remaja memecah keheningan malam. Bibi Zhang adalah satu-satunya wanita paruh baya yang selalu menjadi tempat Chanyeol bercerita mengenai masalahnya. Chanyeol bukan orang yang mudah percaya dengan orang lain. Tapi Bibi Zhang ini termasuk yeoja yang jarang berinteraksi dengan orang banyak, selain pelanggan dan karyawannya. Jadi resiko rahasia yang bocor pun sangat sedikit kemungkinannya.
Orang bilang cinta itu tak harus memiliki, tapi jujur saja. saat melihat orang yang dicintainya memilih orang lain rasa sakit itu terasa begitu menusuk. "aku mencoba mengajarkan hatiku untuk tidak menginginkan apa yang tidak bisa ku miliki, bi" kata Chanyeol, sambil mengusap peluh.
"kau bergurau? Bagaimana bisa kau mengikhlaskan dia bersama yang lain" Bibi Zhang menyahut, sambil menyeruput teh hijau hangat miliknya.
"jujur saja ya bi, itu menyakitkan. Aku memang tidak punya kata-kata yang bisa membuatnya merasa berada di musim semi. Tapi aku memiliki punggung yang siap kapan saja memberikannya pelukan, ibu jari yang akan menghapus air matanya, serta telinga lebar yang akan mendengar semua curahan hatinya. Dan aku punya hati—"
"yang bisa mencintainya setulus hati" sela bibi Zhang. Chanyeol terbelalak kaget mendengar bibi Zhang yang mengetahui apa yang hendak ia katakan. Tapi Bibi Zhang malah menjawab santai, "Kyungsoo selalu bilang seperti itu"
"siapa? Kyungsoo? Kenapa jadi Kyungsoo?"
Bibi Zhang terkekeh geli melihat wajah bingung Chanyeol. itu lucu sekali, karena Chanyeol Nampak seperti orang bodoh. "kadang kita tidak tahu dimana cinta sejati berada cukup dekat karena kita terlalu sibuk mencari cinta yang lain"
"maksud bibi?"
"tidak ada maksud. Oh iya, ngomong-ngomong apa kau bisa mengantar ku pulang? Yixing sedang lembur malam ini" sahut bibi Zhang. Senyum belum juga luntur di wajah paruh bayanya itu.
.
.
.
.
TBC
.
.
Hello, Hunkai Shippers. Mungkin baru liat nama baru yang mulai bergabung di Fandom ini. Oke, saya memang pendatang baru buat di Fandom ini. meskipun sering baca FF screenplays, tapi gak pernah nyoba buat bikin FF. Tapi suatu hari ada Lovely Readers yang minta saya buat nyoba bikin ff screenplays. Dan karena sekarang lagi jamannya Crack Pair, dia pun ngasih saran buat bikin HUNKAI yang katanya lagi Booming di FF. Ciyeee, bahasanya. Saya sering cari refrensi dari author-author Hunkai sendiri, dan ternyata memang banyak, dan keren-keren sekali karya nya. saya suka, dan terciptalah suatu karya absurd ini. dan ya, buat sekedar menambah list Hunkai Love stories di FF dan menghibur para Hunkai Shippers. Kalau ditanya saya termasuk shippers apa, saya rasa saya shippers dari semua shippers Hehehe.. Terimakasih buat para readers yang sudah bersedia mampir dan membaca, mungkin setelah menulis FF ini saya mulai berani membuat FF rating M buat Fandom ini. Mohon dukungannya ya:*
Chu Basah dari Jyo's
