Dislaimer : Harry Potter is belong to J. K. Rowling

A/N : Hai, Perie balik lagi nih. tapi maaf ya bukan bawa fics yang satunya. tapi masih aku next kok;) aku bawa cerita baru, yang semoga kalian juga menyukainya. Awas Typo, EYD berantakan, OOC, gaje mungkin, dll. mohon di maafkan ya readers. jangan lupa untuk review, follow, atau fav ya!


Chapter 1 : Prolog

Jeritan wanita itu menggema di sebuah ruangan berdinding batu yang disusun rapi. Lilin lilin yang cahayanya minim tersebut menerangi ruangan tersebut. Seorang wanita tampak resah di ruangan tersebut seiring dengan jeritan wanita yang berada di kasur yang berada di samping ia berdiri. Matanya memancarkan cahaya antara khawatir, dan marah, yang sangat sulit di tebak oleh siapapun kecuali seorang pria yang tampak khawatir berdiri di sampingnya.

Jeritan wanita tersebut semakin menggema seiring dengan rasa sakit yang menjalar ditubuh-nya. Seorang penyembuh mencoba membantu wanita yang sekarang sedang berperang melawan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Wanita tersebut memegang apa saja yang bisa menjadi tumpuannya. Raut muka seorang pria yang berdiri di samping kasur tersebut begitu takut dan khawatir, tangan pucat miliknya nampak bergetar seiring dengan jeritan wanita itu.

Tangisan seorang bayi pecah di ruangan tersebut. Hembusan nafas lega dari pria berambut pirang tersebut terdengar bahwa dirinya telah menjadi seorang ayah. Pancaran rasa ketakutan dan kekhawatiran muncul di wajah aristokrat wanita berambut pirang dan hitam yang berada di samping pria tersebut.

"Madam Malfoy, apa yang-" ucapan penyembuh tersebut terpotong saat mendengar suara dingin milik wanita berambut pirang dan hitam tersebut. "bersihkan dia," Narcissa Malfoy, wanita yang memiliki rambut berwarna hitam dan pirang tersebut memberi perintah kepada si penyembuh. "baik, madam." penyembuh tersebut membawa seorang bayi yang berlumuran darah untuk dibersihkan di sebuah ruangan yang di ikuti oleh Narcissa di belakangnya.

Pria berambut pirang yang melihat ibunya menjauh tersebut kemudian mendekati wanita yang kelelahan di kasur tersebut. Mata kelabu-nya mengarahkan pendangan-nya pada wajah kelelahan wanita tersebut. Kelopak mata wanita tersebut kemudian terbuka, dan ia melihat sosok yang berambut pirang di ruangan yang cahayanya minim tersebut, "co.." ucap wanita tersebut lemah. Seakan mengerti pria tersebut menganggukan kepalanya.

"Aku disini, Hermione."

"Draco,"

"Ya?"

"aku takut." kata-kata yang paling ditakuti pria tersebut saat kata kata tersebut keluar dari wanita yang sangat ia cintai. Draco juga takut. Takut sebentar lagi akan ada sebuah peristiwa dimana ia harus kehilangan orang yang paling ia cintai. Pipi wanita itu basah karena air mata mengalir begitu saja di pipi miliknya. Pria tersebut mengusap pipi wanita itu menghapus air mata yang masih mengalir.

Wanita tersebut paham dengan hanya melihat raut muka pria yang ada di hadapannya ini. Draco kemudian duduk di pinggir ranjang yang di tiduri oleh Hermione. Ia kemudian memeluk wanita tersebut lembut. Tangisan Hermione semakin pecah dengan perlakuan lembut Draco kepada dirinya. Hermione mencoba menahan agar ia tak menangis namun, air mata itu terus saja mengalir di pipi miliknya.

Narcissa Malfoy masuk kembali dengan membawa buntalan yang berada di lengannya. Draco kemudian melepaskan pelukan-nya dari Hermione dan berdiri ke arah wanita berambut pirang dan hitam tersebut.

"Ibu-"

"Draco, kau tahu. Tidak ada seorang Malfoy yang berdarah campuran, My Draco." ucapan Narcissa yang begitu dingin begitu menusuk hati Draco dan Hermione. Narcissa kemudian menyerahkan buntalan tersebut kepada Draco. Draco menerima buntalan tersebut dengan tangan bergetar. Narcissa tersenyum getir melihat putranya membawa seorang bayi yang sebentar lagi akan pergi dari kehidupannya.

Mata Draco melihat gumpalan yang berada di tangannya, sosok mungil berambut coklat itu membuat hatinya runtuh. Draco merasakan matanya memanas, Draco tidak boleh menangis, tidak. Draco mencoba tersenyum menatap bayi mungil yang ada di gendongannya ini. Kenapa nasib buruk datang kepada seorang bayi mungil yang tidak bersalah ini? Draco kemudian menatap Hermione dan memberikannya senyuman lembut.

Hermione tahu tatapan itu, tatapan terluka dan hancur. Hermione juga dapat merasakan kehancuran yang datang kedalam dirinya. Melukai jiwanya yang saat ini rapuh. Draco kemudian berjalan kearah Hermione sambil membawa bayi mungil tersebut. Hermione mencoba tersenyum kearah Draco, memperlihatkan bahwa dirinya adalah seorang wanita yang kuat, bukan seorang wanita yang rapuh karena terluka dan hancur.

"Dia sangat tampan, Mione."

Draco menyerahkan bayi tersebut kepada Hermione untuk digendong-nya. Hermione tidak bisa menahan air matanya saat melihat wajah tampan bayi yang ada digendongannya tersebut. Air matanya begitu saja meleleh tidak berhenti. Matanya melihat sosok mungil yang saat ini ada digendongan-nya, terbesit rasa kasihan menjalar di dada Hermione, apa yang akan terjadi selanjutnya?

Narcissa benci ini semua. Kelakuan kedua pasangan tersebut sangat memalukan, mereka bukannya seorang suami istri. Namun, mereka telah memiliki seorang bayi yang lahir di luar sebuah pernikahan. Apa yang akan dikatakan keluarga keluarga darah murni lainnya jika mengetahui ini semua? Mereka sungguh memalukan, Narcissa harus menutupi semua ini hingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali mereka.

"Miss Granger,"

Merasa dipanggil Hermione menoleh ke asal suara dingin yang begitu menyuramkan itu. Pandangan Hermione dari putranya dialihkan kepada Narcissa Malfoy, ibu dari Draco pria yang sangat di cintainya.

"aku tahu bagaimana perasaanmu saat ini. Tapi ku mohon kau mengerti."

Hermione kemudian menatap putra-nya tersebut dan menarik nafas, "Biarkan aku yang merawatnya, Mrs. Malfoy. Sendiri. Tanpa Draco aku tidak masalah."

Draco terkejut mendengar ucapan Hermione yang mendadak seperti itu. Raut muka Narcissa berubah menjadi takut, dan cemas. Draco kemudian menatap Hermione dengan tatapan yang begitu Khawatir, "Mione."

"Miss Granger, kita sudah sepakat sebelumnya. Kau akan menyerahkan sepenuhnya putramu ke dalam panti asuhan Muggle. Kau juga sudah sepakat tidak akan pernah menjenguknya selama ia hidup."

"Tapi, dia tidak bersalah apa-apa. Biarkan aku yang merawatnya," tangisan Hermione pecah di dalam rungan tersebut. Draco kemudian menatap ibunya dengan harapan memohon membiarakan Hermione merawat putranya sendiri. Tanpa dirinya, tanpa seorang ayah yang seharusnya berada saat dia tumbuh nanti.

"Tidak bisa Miss Granger. Kita sudah bersepakat sebelumnya," ucap Narcissa disertai dengan senyuman kemenangan.

Hermione kemudian membiarkan air matanya mengalir dipipinya. Ditatapnya bayi mungil yang berada di gendongannya. Bayi tersebut tersenyum dalam tidurnya yang tenang. Hermione kemudian mencium kening bayi mungil tersebut penuh dengan kasih sayang untuk yang pertama kalinya.

"Maafkan ibu sayang."

Hermione kemudian memberikan bayi mungil tersebut kepada Draco. Draco menerima bayi mungil tersebut dengan tangan bergetar. Draco kemudian menatap Hermione dengan tatapan lembut dan seakan berkata 'jangan menangis'. Hermione semakin tidak kuat jika harus seperti ini, meninggalkan anaknya yang tidak bersalah dirawat kepada orang yang bahkan Hermione tidak tahu.

"Bawa dia pergi, Draco."

Draco kemudian mengangguk sambil mengeratkan pelukannya kepada bayi mungil yang ada di gendongannya itu. Draco kemudian keluar dari ruangan tersebut sembari membawa bayi mungil tersebut. Setelah kepergian Draco, Hermione menangis semakin kencang merasa sebagian jiwanya telah hilang dan tidak akan pernah kembali. Sebagian cahaya hidupnya telah redup tidak membuat cahaya hidupnya semakin terang.

"Terima kasih, Miss Granger."


Draco setelah keluar kamar tersebut langsung berjalan menuju keluar bagunan tersebut. di luar sana hujan datang begitu deras sehingga Draco harus memakai mantelnya untuk melindungi dirinya dan bayi mungil yang ada digendongannya tersebut. Setelah siap dia menglangkah kaki nya keluar bangunan tersebut dan ber-apparated.

'Pop'

Suara alami Apparated bercampur dengan suara petir saat hujan begitu menggetarkan para penyihir yang saat itu berada di dalam bengunan tersebut. Draco Malfoy berdiri di sebuah panti asuhan tua yang berada jauh dari Malfoy Manor, maupun dari para penyihir. Dilihatnya sekelilingya adakah seseorang yang berada di sekitar dirinya. Setelah merasa aman Draco kemudian berjalan ke arah pintu depan panti asuhan yang tertutup rapat tersebut.

Di bukanya mantelnya menampakkan bayi mungil yang terlelap dalam tidurnya. Suara petir yang besar saat itu karena sepertinya hujan menguyur seluruh kota london membuat bayi mungil yang berada di gendongannya menangis. Draco kemudian menepuk nepuk pelan punggung bayi tersebut mencoba untuk tenang, namun sepertinya sia sia saja karena suara hujan tersebut masih saja menggagu tidur nyaman-nya.

Draco kemudian menatap bayi mungil tersebut yang sedang menangis. Matanya terasa memanas, air matanya mengalir begitu saja di pipi pucat miliknya. Draco kemudian mencari sebuah kertas yang sebelumnya telah ia beri sebuah kalimat di dalam kertas tersebut. Setalh menemukan kertas tersebut, kemudian Draco selipkan kertas tersebut kedalam kain yang membukus putra-nya itu.

Kemudian Draco mencium kening bayi mungil yang berada di gendongannya tersebut. Dibisikan sebuah kelimat penuh kasih sayang kepada bayi itu, "Maafkan Ayah. Ayah mencintaimu sayang."

Air mata draco masih saja mengalir di pipinya. Ia tidak berniat menghapus air mata kesedihannya itu. Di tatapnya sekali lagi bayi mungil yang sedang menagis itu untuk terakhir kalinya. Kemudian Draco meletakkan bayi tersebut di depan pintu panti asuhan tersebut, kemudian Draco mengetuk pintu panti asuhan tersebut kencang. Setelah itu Draco menjauh pergi dari panti asuhan tersebut dan ber-apparated

Tolong jaga bayi ini hingga ia dewasa. Berikan dia nama Fuscous Manger.


A/N : Terima kasih sebelumnya sudah mau menyempatkan membaca fics ini. terima kasih juga udah mau baca fics saya yang satunya. jangan lupa review ya readers untuk chapter perdananya ini;) next chapter : Fuscous Manger.

Love,

Periewinkle