Disclaimer : I don't own Naruto, all character belong to Masashi Kishimoto. Story written by Biiancast Rodith. Well, I just wanna say : Enjoy reading, guys!
.
.
DIAMOND
.
.
Hujan masih betah turun membasahi seluruh permukaan bumi malam ini. Seluruh wilayah Jepang saat ini sangat basah dan lembab. Memasuki musim penghujan seperti saat ini, memang paling pas menikmati secangkir coklat panas di rumah. Sayangnya, keinginan itu harus dipendam dulu.
Seorang gadis cantik yang memiliki rambut merah muda panjang sepunggung, masih setia memandangi langit yang menghitam dari jendela kaca ruang kerja miliknya. dr. Sakura Haruno. Itulah nama gadis yang memiliki nama yang sama dengan bunga kebanggaan jepang itu saat memasuki ruang kerjanya dan melihat papan nama berbentuk prisma di atas meja kerjanya.
Ia menghela nafas panjang. Sudah satu jam yang lalu jadwalnya selesai setelah mencek keadaan pasien terakhirnya.
Melihat cuacanya terbilang cukup ekstrim, membuatnya tertahan di ruangan bercat putih, yang sudah lebih dua tahun ia tempati. Tidak ada alasan yang khusus sebenarnya, menuntutnya harus pulang terburu-buru malam ini, mengingat ia hanya hidup sendiri di apartemen miliknya.
Alasan terbesarnya untuk segera pulang, cukup sederhana. Ingin istirahat. Karena besok ia masuk shift pagi.
Sekali lagi, ia memandang ke atas langit hitam dan pemandangan yang ia terima masih sama seperti keadaan beberapa menit yang lalu. Tidak alasan lagi untuk tinggal lebih lama. Pikirnya.
Tubuhnya benar-benar sudah lelah dan membutuhkan istirahat jika ingin ke esokan paginya terbangun dengan tubuh yang sangat fit.
Ia mengambil tas jinjing dan kunci mobil yang tergeletak manis di atas meja kerjanya. Sebelum ia keluar dari ruang kerjanya, ia menutup tirai jendela dan memadamkan lampu ruangan itu lebih dulu. Setelahnya, ia mengunci pintunya dan melenggang di koridor rumah sakit.
Dokter bedah itu, memberikan senyum manis dan membalas sapaan, tiap ada perawat atau pasien yang berpapasan dengannya. Gadis berusia 24 tahun ini, memang cukup terkenal dengan sikapnya yang ramah dan periang di rumah sakit ini. Tidak jarang, banyak yang kagum dengannya. Bahkan, banyak yang simpatik dengan kepintarannya. Wajahnya yang cantik dengan sepasang mata emerald, hidung mancung, memiliki kaki jenjang, tubuh langsing bak model papan atas, membuat lelaki langsung jatuh hati pertama kali melihatnya.
Sayangnya, diusianya sudah dewasa, gadis cantik itu lebih memilih hidup sendiri saat ini. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. Ditengah karirnya yang sedang melonjak naik, ia lebih memilih menyendiri saat ini.
Mobil mewah miliknya, membelah jalan raya yang terbilang cukup sepi malam ini. Hujan deras membuat Sakura tidak mengurangi kecepatannya. Itu karena ia ingin segera sampai rumah dan merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya.
Selama ini, Sakura tidak pernah merindukan kasur empuk dan hangat miliknya seperti malam ini. Rasa lelah atau karena memang karena hujan cukup deras, membuat Sakura tidak fokus mengemudikan mobilnya, sampai ia menginjak rem dengan sangat cepat dan kuat, membuatnya sempat terhempas.
"Apa aku menabrak seseorang?" Tanyanya kepada dirinya sendiri.
Sakura memajukkan tubuhnya ke depan dan ingin memastikan kepada dirinya sendiri bahwa yang ada didalam pikirannya tidak benar-benar terjadi. Penglihatannya yang terhalang hujan redas, membuatnya sulit melihat ke depan.
Ia menggelengkan kepalanya yang ditumbuhi surai merah muda miliknya untuk menghilangkan pikiran buruk yang ada dalam pikirannya. Dalam hatinya, ia tidak henti-hentinya memanjatkan doa agar yang didalam pikirannya tidak benar-benar nyata. Sakura keluar dari dalam mobilnya dan berjalan dengan cepat ke depan bamper mobilnya yang masih memberikannya penerangan.
Kedua mata indahnya melebar saat melihat tubuh seseorang tergeletak tak berdaya disana. Sakura ternganga dan bergegas menghampiri tubuh tak berdaya yang menjadi korban tabrakannya. Ia membalikkan tubuh korbannya yang ternyata seorang laki-laki. Tanpa berpikir lagi, Sakura mencek denyut nadi lelaki itu di lehernya. Untuk sekarang, Sakura dapat benafas lega. Lelaki itu masih bernapas.
Sakura segera memapah bobot tubuh lelaki yang memiliki berat dua kali lebih besar dari bobot tubuhnya, masuk kedalam mobilnya. Beruntung saat itu tidak ada yang melihat kejadian itu. Jika ada yang melihat, Sakura bisa diamuk massa dan dibawa kepanjara. Membayangkan itu saja membuat Sakura bergidik ngeri.
Sesaat sebelum Sakura keluar dari rumah sakit, di sebuah night club yang jauh dari pusat kota, terjadi keributan yang membuat club itu seperti diterjang badai. Beberapa lelaki bertubuh besar, mengeluarkan kemampuan bela diri mereka melawan lelaki bertudung hitam yang ada dihadapan mereka.
Sasuke Uchiha namanya lelaki bertudung hitam tersebut. Seorang buronan Internasional, karena mencuri sesuatu yang berharga dari seorang penguasa di Negeri Sakura itu. Di duga, barang berharga itu memiliki harga yang sangat mahal, dan menjadi barang warisan sang penguasa untuk Negara Jepang, sebagai bentuk pengabdiannya di negara ini.
Lelaki bertudung itu, tidak henti-hentinya memberikan pukulan, tendangan, dan lembaran benda untuk melawan pria bertubuh besar dan gagah seperti dirinya. Jika, dilihat dari lawan yang ia hadapi saat ini, sebenarnya sangat tidak sebanding.
Satu melawan lima orang, dan beberapa diantaranya sudah ia habisi. Salah seorang dari lawannya, mengeluarkan sebuah senjata api dan melayangkan tembakan ke arahnya. Lelaki bertudung itu, tidak sempat untuk mengelak. Dan akibatnya, besi panas itu bersarang di lengan kanannya.
Melihat lawannya, semakin bertambah banyak dan mengeluarkan senjatanya ke arahnya, membuatnya harus ikut mengeluarkan senjata dari balik punggungnya. Ia terkepung. Kalau ia semakin lama di ruangan ini, bisa-bisa nyawanya akan teranjam. Mau tidak mau, ia harus segera kabur dari ruangan ini. Terlebih barang berharga yang menjadi barang transaksi mereka sebelumnya, masih aman dalam genggamannya.
Mata sekelam langit malam itu, melihat ada celah dari pintu belakang club itu. Dengan gesit, ia berlari dan menembak beberapa lawan yang berusaha menghalanginya jalannya. Begitu ia berhasil keluar, ia disambut oleh hujan deras. Ia berlari dengan sangat cepat menyelusuri lorong sempit. Sesekali ia melayangkan tembakannya ke belakang untuk melumpuhkan lawannya. Ia berlari ke jalan raya. Melihat dibelakangnya ada seberkas cahaya, lelaki itu memicingkan matanya, dan dengan sengaja berdiri di tengah jalan untuk menghentikan mobil berwarna merah itu.
Seperti dugaannya, sebelum membentur rubuhnya, mobil itu sudah berhenti lebih dulu. Tanpa berpikir lagi, lelaki bertudung itu memainkan perannya. Ia terkulai di atas pasar hitam, seakan ia adalah korban yang tidak sengaja tertabrak. Seperti prediksi sebelumnya, lelaki itu mendapat tumpungan. Sejenak, ia melihat kebelakang mobil yang menjadi tumpangannya. Ia menyeringai saat melihat musuhnya masih mengajarnya, sampai mereka memasuki tikungan. Untuk sesaat ia dapat bernapas lega.
.
.
.
Sakura mengeluh kesal saat merasakan kepalanya sakit setelah ia bangun dari tidurnya. Kepalanya, seakan dihantam palu godam saat ini. Entah kesialan apa lagi yang akan terjadi padanya sekarang. Semalam, setelah pulang dari rumah sakit, kejadian yang tidak ia duga terjadi. Ia menabrak seseorang. Bukannya membawa seseorang yang menjadi korbannya itu ke rumah sakit, ia justru membawanya ke apartemennya. Entah keputusannya membawa lelaki itu ke apartemennya itu benar, saat itu ia benar-benar tidak perduli akan hal itu. Selagi ia masih dapat mengobati sang korban, kenapa harus di bawa ke rumah sakit. Pikirnya dokter muda itu.
Malam itu yang ada di kelapanya, segera pulang, merawat korbannya dan setelahnya, segera pergi tidur.
Ternyata, niatnya untuk segera tidur, harus ditunda lagi. Ia baru bisa tertidur, saat jam di kamarnya sudah menunjukkan pukul 04:22. Bagaimana ia bisa tertidur, jika korban yang ia tabrak tadi malam, memiliki sebuah luka tembakan di lengannya saat ia membuka jaket lelaki itu agar tidak kedinginan.
Saat itu, Sakura antara yakin dan tidak dengan apa yang ia hadapi malam itu. Segala macam pertanyaan yang berawalan kata 'bagaimana' bermunculan di kepalanya. Bagaimana jika korban ia tabrak adalah penjahat? Bagaimana jika lelaki itu adalah buronan polisi? Dan semua pertanyaan itu, ia tepis jauh-jauh. Bagaimanapun, lelaki itu adalah korbannya dan ia harus lebih dulu mengutaman keselamatan lelaki itu. Pikirnya.
Dengan keahlian yang ia miliki, Sakura merawat lelaki itu dengan telaten. Awalnya, Sakura memang sempat merinding saat ia mengeluarkan besi panas dan lelaki itu meringis kesakitan. Luka yang ada di tubuh lelaki itu, Sakura obati dengan sangat hati-hati. Setelahnya, Sakura baru memasuki kamarnya. Ternyata, hampir satu malam penuh ia gelisah malam itu. Berbagai hal buruk merasuki dirinya.
Sakura terhenyak saat mendengar sesuatu yang berasal dari dapur miliknya. Sakura sebentar melirik ke arah jam digital yang tertata manis di atas nakas di samping tempat tidurnya, sudah menunjukkan jam delapan lewat seperempat. Dengan berat hati, Sakura beranjak dari atas tempat tidurnya.
Gadis bersurai bubble gum itu, terpelongo saat melihat seorang lelaki yang ia tabrak tadi malam, berada di dapurnya sedang memasak, saat ia sudah mencapai pintu dapur.
"Apa yang kau lakukan?"
Lelaki itu tidak menggubris pertanyaan Sakura. Ia justru asik dengan masakannya dan sedikit menunjukkan kemampuan memasaknya, saat membalikkan omelette di atas wajan. Setelah selesai dengan omelettenya, lelaki itu menaruhnya di atas piring datar dan melewati Sakura yang masih terpelongo bawah bingkai pintu.
Lelaki itu duduk di meja makan dengan selesai dan meletakkan masakan terakhirnya di atas meja. Lelaki berambut hitam mencuat itu mulai menikmati masakannya, mengabaikan pemilik rumah yang sudah terlihat kesal dengan sikapnya.
"Apa yang kau lakukan, disini?" Tanya Sakura lagi. Kali ini nada bicaranya terlihat berbeda dengan nada sebelumnya.
"Hn. Memasak."
Sakura mengerutkan keningnya mendengar perkataan lelaki itu. Melihat lelaki berkulit putih itu, membuat Sakura yakin, bahwa lelaki itu tidak mengalami luka yang cukup serius di tubuhnya, kecuali di bagian lengan kanannya. Atau bisa jadi, saat kecelakaan itu, lelaki yang sedang menikmati masakannya itu, mengalami benturan di kepalanya dan membuat lelaki itu geger otak melihat tingkahnya seperti ini.
"Tanpa perlu kau katakan, aku sudah menganggap ini adalah rumahku. Tidak perlu sungkan."
Perkataan lelaki itu, membuat perempatan siku-siku muncul di kepala Sakura. Bagaimana bisa, lelaki ini seenak jidatnya berkata hal demikian dengan nada santai dan seakan tidak menganggap Sakura berada disana.
"Selesaikan sarapanmu dan segera pergi dari sini." Ucap Sakura kesal.
"Setelah yang terjadi tadi malam, apa kau ingin aku melaporkanmu ke polisi? " Seringai lelaki itu mengembang saat melihat reaksi Sakura yang langsung menggebrak meja.
"Yang benar saja. Aku sudah menolongmu dan merawatmu tuan," Kata Sakura sengit. Sakura yang saat itu menghadap langsung ke wajah tampan lelaki itu, memberikan tatapan tajam ke mata sehitam jelaga itu. "Jadi, tidak ada alasan kau melaporkanku."
"Baiklah. Jika begitu."
Melihat lelaki itu beranjak dari tempat duduknya, membuat Sakura melebarkan matanya. Yang ada dalam pikirannya, bagaimana jika lelaki ini benar-benar melaporkannya ke polisi. Bisa-bisa gelarnya sebagai dokter di cabut dan tidak ada lagi yang akan mempercayainya di rumah sakit.
Langkah lelaki itu tertahan saat tangan mungil menahan pergelangan tangannya. Ia membalikkan tubuh gagahnya sehingga berhadapan dengan Sakura. Lelaki itu sedikit menundukkan kepalanya, agar dapat melihat langsung ke mata hijau bening Sakura.
"Kumohon…" Lenguh Sakura penuh penyesalan. "Jangan laporkan aku ke polisi."
"Pilihan yang bijak, Nona." Kata lelaki itu masih dengan seringai di wajahnya. Sementara Sakura hanya mendengus kesal. "Saatnya kita melakukan negoisasi."
Salah satu alis Sakura naik ke atas mendengar perkataan terakhir lelaki itu. Terlebih saat lelaki itu mengetahui belakang namanya. Tapi itu tidak penting sekarang. " Negoisasi?"
Lelaki berambut raven itu hanya mengangguk singkat, mendengar gumaman Sakura. "Kau harus meminjamkanku mobil, nomor rekening, dan laptop milikmu."
Sakura menggeram marah mendengar permintaan lelaki jangkung yang ada dihadapannya ini. Ini sama saja pemerasan namanya. " Kau ingin memerasku?!"
Lelaki yang sampai sekarang belum ia ketahui itu namanya, hanya merotasikan kedua mata onyxnya mendengar suara lengkingan Sakura. "Aku hanya meminjamnya Nona."
"Itu tidak menjamin apapun. Bilang saja kau ingin menipuku."
Sasuke mengeluh panjang menanggapi wanita keras kepala yang ada dihadapannya ini. "Kalau aku mau, aku sudah melakukannya sejak tadi malam."
"Jadi saat itu kau sudah sadar?!" Lagi, teriakan Sakura membahana di apartemen mewahnya.
"Hn." Sahut lelaki itu ambigu menjawab pertanyaan gadis bersurai merah muda itu. Tanpa seizin gadis itu, Sasuke mengambil laptop yang tergeletak manis di atas meja yang ada di ruang tamu dan memulai mengerjakan sesuatu disana.
Entah apa yang dilakukan lelaki itu. Dari raut wajahnya, terlihat sekali kalau lelaki itu sedang berpikir keras. "Hei, Nona. Mana nomor rekeningmu?" Sahutnya menyadarkan Sakura dari lamunannya.
"Jangan harap aku akan memberikannya."
Sasuke kesal melihat kekeras kepalaan wanita berambut bunga sakura itu. Tidak ingin membuang waktunya lebih lama lagi, Sasuke bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati gadis keras kepala yang ada dihadapannya.
Melihat sosok lelaki berparas tampan itu berlahan-lahan melangkah ke arahnya, membuat Sakura gugup dan takut. Tatapannya yang tajam dan dingin, membuat nyali Sakura ciut. Semakin Sasuke maju ke depan, Sakura mundur kebelakang, sampai langkahnya terkunci yang terhalangi pintu kamarnya.
Jarak antara wajahnya, dengan wajah Sasuke tidak sampai sejengkal, dan itu membuat kerja jantung Sakura bekerja dua kali lipat dari yang biasanya. Bahkan deru nafas lelaki itu yang teratur, dapat ia rasakan di wajahnya. "Jika kau tidak ingin aku berbuat kasar, ambilkan sekarang!" Ancamnya penuh penekanan dan nada yang dingin. Sementara Sakura yang berada dalam kungkungannya, hanya mengangguk paham.
Sakura terperanjat kaget saat pintu yang menjadi sandarannya terbuka dan hampir membuatnya terjatuh, kalau tidak ada tangan kokoh yang menahannya.
Sakura terburu-buru mengambil buku rekening dari dalam laci meja riasnya dan segera memberikan kepada Sasuke.
Sasuke kembali ke ruang tamu dan mengerjakan sesuatu yang Sakura tidak tahu entah apa yang ia kerjakan. Dalam pikiran Sakura, kalau lelaki ini adalah orang jahat dan harus segera. Pikiran Sakura kembali buyar saat mendengar nada panggilan masuk dari ponselnya yang berada di dalam kamar tidurnya. Sakura tidak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan lelaki itu. Ia segera masuk ke dalam kamarnya dan menjawab panggilan masuk dari Yamanaka Ino yang notabene adalah sahabatnya.
Disaat Sakura sibuk berdebat dengan seseorang dari seberang sana, Sasuke yang sudah selesai dengan pekerjaan tidak jelasnya, mengambil jaket hitam dan kunci mobil milik Sakura yang tergantung manis di dekat pintu keluar.
"Ino! Kau tahu aku tidak berminat mengikuti gokon atau apapun itu." Pekik Sakura kesal menanggapi perkataan gadis dari seberang telepon. Pasalnya, Sakura dipaksa untuk mengikutin acara gokon, mengingat gadis musim semi itu masih sendiri.
'Sakura ingat. Umurmu itu sudah tidak lagi muda. Dan kau membutuhkan sosok lelaki yang harus melindungimu.'
Sakura memutar mata indahnya saat mendengar perkataan sahabatnya yang terbilang sangat menggelikan ditelinganya. "Aku masih bisa melindungi diriku sendiri Ino." Jawabnya jengah dan ingin segera mengakhiri pembicaraan yang menyebalkan ini.
'Pokoknya, nanti sore kau harus hadir di cafe biasanya. Aku tidak ingin mendengar penolakan.'
Sebelum Sakura membalas perkataan lawan bicaranya, sambungan telepon itu sudah diputus lebih dulu dari sahabatnya. "Dasar Ino." Sungutnya.
Sakura masuk ke dalam kamar mandi untuk memulai ritual paginya dan segera bersiap-siap kembali bekerja ke rumah sakit mengingat ia memiliki satu orang pasien yang harus ia operasi pagi ini.
Sakura sudah lebih fresh dari sebelumnya, meski ada kantung mata hitam di kelopak matanya. Dengan kemeja soft pink dan rok span yang ia kenakan hari ini, menambah daya tariknya.
Iris mata indahnya berkeliling menjelajahi ruang tamunya begitu ia keluar dari dalam kamarnya dan tidak melihat sosok pria bertubuh gagah yang menjadi korbannya tersebut di tempat terakhir ia melihatnya. Hanya, leptop dan buku rekeningya saja yang tergeletak disana. Ternyata lelaki itu masih dapat dipercaya. Dan kemana perginya lelaki itu, Sakura tidak akan perduli. Lebih cepat lelaki itu pergi, maka lebih baik pula hidupnya. Jadi, ia tidak punya tanggung jawab dan merasa bersalah setelah apa yang terjadi kepada lelaki itu karena perbuatannya.
Sakura panik saat tidak melihat kunci mobil miliknya sudah hilang dari tempatnya yang biasa ia menggantungkannya. Perasaan Sakura menganggap lelaki itu bukan pria baik-baik, ternyata benar. Lelaki itu sudah pergi membawa mobilnya, tanpa seizinnya.
"Awas kamu brengsek. Aku akan mencarimu dan tidak akan pernah melepaskanmu." Ucapnya dengan penuh amarah.
.
.
.
Siang ini matahari tidak secerah yang biasanya mengingat saat ini adalah musim penghujan. Di musim seperti inilah, cuaca tidak bisa diprediksi. Ramalam cuaca yang sempat Sakura dengar dari televisi yang menyala di koridor rumah sakit saat ia melewati koridor setelah jadwalnya selesai.
Bukan tidak mungkin, di siang hari yang tidak terlalu terik ini, hujan tidak turun. Sebelum hujan turun deras seperti hari sebelumnya, Sakura segera memberhentikan taksi, mengingat mobilnya di bawa kabur oleh lelaki yang tidak ia kenal yang sempat menjadi korban tabrakannya.
Awalnya Sakura tidak perduli dengan keadaan sekitar saat ia berada di dalam taksi yang ia tumpangi saat ini. Sampai sebuah mobil merah mewah yang sangat ia kenali sedang melaju sangat cepat dan di belakangnya mobil miliknya, ada beberapa mobil sedan berwarna hitam mengejar mobil miliknya. Sakura mengumpet kesal dengan lelaki yang telah membawa kabur mobil miliknya. Supir taksi saja, sampai memandang heran ke arahnya melalui kaca spion depan.
"Aku tidak akan memaafkan lelaki itu, kalau sampai mobil hadiah ulangtahunku lecet sedikitpun." Sungutnya "Tolong ikuti mobil merah HR 5424 RA yang baru saja di ikuti dua mobil sedan yang baru saja lewat." Kata Sakura dalam satu tarikkan nafas kepada sang supir taksi.
"Baik."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC or Delate ?
A/N :Maafkan Bii minna. Bukannya melanjutkan fict yang lainnya, malah publish fict baru. Sebenarnya, ini fict sudah lama Bii simpan di Document fanfiction. Tinggal nunggu di publish sih. Kebetulan ada sesuatu yang menuntut Bii harus mempublish fict ini. Maaf jika kalian menemukan typo. :D Bagaimana? Apa fict ini layak untuk dilanjutkan? :3 Riview please. :3
Biiancast Rodith [ 10062015 ]
