Selamat pagi/siang/sore/malem~

Saya datang lagi membawa fic repost (lagi) RiRen yang pernah diikutkan pada Event Eren's Birthday di grup facebook RivaEre / RiRen & EruMin Indonesia ShipPer. Saya berniat mem-publish fic ini dulu baru kemudian mem-publish satu yang benar-benar baru.

Oke lah. Ga perlu panjang lebar. Enjoy.

Disclaimer: Shingeki no Kyojin milik Hajime Isayama. Lagu "Ours" punya penyanyi (kelewatan) cantik, Taylor Swift.

Warn: cheesy, humor gagal.


Of Distance and Longing

Chapter 1

"And it's not theirs to speculate

if it's wrong and

Your hands are tough

but they are where mine belong and

I'll fight their doubt and give you faith

With this song for you"

"Nak, kau sadar se-cheesy apa lagumu barusan?" suara Levi dari seberang laptop terdengar. "Dan ya, tanganku kasar. Terima kasih sudah mengingatkan."

Eren tertawa. "Biar saja terdengar murahan. Dan aku suka tangan Anda yang kasar. Walau kadang membuatku berpikir kenapa pegawai kantoran punya tangan sekasar itu."

"Masa laluku buruk, Bocah," katanya. "Dan berhenti lah melakukan itu."

"Melakukan apa?" Eren bingung.

"Melakukan apapun yang sedang kau lakukan. Baru tiga hari yang lalu aku mengekori Erwin naik pesawat ke tempat ini dan aku sudah ingin pulang. Minggu depan masih lama, Nak."

Eren tidak mengerti.

"..."

"..."

Oh. Butuh dua, tiga detik untuk Eren paham, tapi- oh. Dan pemahaman itu membuat wajahnya memerah. Levi dan bahasanya yang sulit dimengerti.

Jadi dengan mata yang tidak berani menatap wajah di layar laptopnya, Eren berkata, "Aku juga merindukan Anda."

Dan Eren hampir, hampir, menyesali perkataannya karena kemudian hanya sunyi yang terdengar. Kekasihnya diam. Eren diam. Terlalu hening hingga bocah itu takut Levi bisa mendengar detak jantungnya melewati perangkat segiempat itu hingga ribuan kilo ke tempat si lawan bicara.

Levi berdeham.

Eren pikir malam itu tidak bisa lebih canggung lagi.

Tidak tahan, dengan wajah yang masih merona (menggemaskan di mata Levi, tapi tidak akan pernah ia ucapkan) dan mata yang masih terlalu takut menatap, Eren memutuskan melanjutkan menyanyi.

"'Cause I love the gap between your teeth"

Levi menaikan alisnya. Pertama karena agak terkejut dengan perubahan arah pembicaraan. Dan kedua karena, 'aku punya jarak di antara gigiku?'. Tapi ia tetap memperhatikan. Ia tetap menatap seperti sejak konversasi via online ini dimulai sekitar sejam lalu. Kegiatan yang ia tahu tidak memulihkan rona di pipi Eren.

"And I love the riddles that you speak"

Levi mendengus geli. Dan ia kira banyak yang salah paham ketika dirinya bicara.

Eren dengar dengusan itu. Eren tahu. Mata itu tidak pernah berpaling darinya. Keberaniannya makin ciut. Ide menyanyi ini awalnya terdengar tidak terlalu buruk. Tapi jika ternyata ia akhirnya dipelototi hingga gemetaran, Eren harus berpikir ulang untuk menyanyi di depan kekasihnya lain kali.

Baiklah. Ia akhiri saja hingga bait ini.

Jadi dengan sisa keberanian yang ia kumpulkan dari semesta, Eren menatap kamera di laptopnya (agak lebih mudah karena itu bukan mata Levi) dan meninggikan suara.

"AND ANY SNIDE REMARKS FROM MY FATHER ABOUT YOUR TATTOOS WILL BE IGNORED

'CAUSE MY HEART IS YOURS"

Yang mana jika digabung dengan ekspresi sok beraninya, Eren lebih terdengar seperti siswa yang dipaksa berdiri di barisan paling depan upacara dan menyanyikan lagu kebangsaan dibanding lagu cinta lewat jam malam untuk kekasih nun jauh.

Levi masih diam. Tetap menatap. Wajahnya lempeng.

Hubungan jarak jauh sialan.

"Tidur lah, Nak. Besok kau sekolah kan."

.

.

To be Continued

.

.

Berakhir dengan absurd...

Fic ini niatnya saya buat threeshot. Semoga dua chapter selanjutnya ga seabsurd ini -_-

See u in the next chap~