WARNING! This fanfiction contains mature and some psychological contents. Rated: M (21+)


ROUGHEST GREED

Episode 1: The Past


Namjoon's POV


"Namjoon? Dari mana saja kamu, sayang? Eomma kalang kabut mencarimu saat bangun tadi, tapi kamu tidak ada. Sebenarnya kamu dari mana saja, sih? Tidak tahukah kamu, eomma hampir pergi melapor ke kantor polisi?"

Aku hanya bisa menyengir polos mendengar omelan ibu. Saat itu aku pulang dengan keringat membanjiri seluruh baju atasanku yang hanya berupa kaos tipis yang bagian lehernya sudah agak sobek-sobek. Hari itu adalah hari pertama aku mulai bekerja sebagai pengantar koran dan susu. Aku tidak minta izin dulu pada ibu sebelum mulai bekerja, karena ibu pasti akan melarangku. Aku sudah punya perjanjian dengan bosku untuk bekerja selama 3 bulan terlebih dahulu sebelum aku diterima sebagai pengantar koran tetapnya. Kalau aku mengatakannya setelah aku mulai bekerja, tentunya ibu juga tidak bisa menyuruhku berhenti begitu saja, bukan?

Aku sudah terbiasa dengan rasa lapar. Saat aku masih balita, eomma selalu memberiku makanan yang banyak, sampai-sampai tubuhku menjadi agak gemuk dan pipiku juga cukup chubby. Namun, saat aku mulai masuk taman kanak-kanak, aku melihat teman sekelasku ada yang dibawakan bekal makanan yang jumlahnya bahkan dua kali lipat daripada jumlah jatah makananku setiap harinya. Padahal dulu kupikir makananku itu sudah sangat banyak. Lalu, aku berpikir, seingatku bahkan ibu makan lebih sedikit daripada aku. Tapi, setiap kutanya, ibu selalu menjawab tidak lapar, sudah makan, atau aku saja yang makan duluan.. Apa ibu berbohong?

Sejak masuk sekolah dasar, ibu jadi semakin jarang memiliki waktu untukku. Pekerjaan ibu semakin banyak. Paginya, setelah ibu mengantarkanku ke sekolah, ia akan ke binatu untuk bekerja sebagai pencuci dan penyetrika pakaian. Siangnya, ia akan ke toko bibimbab untuk bekerja di sana hingga sore. Malamnya, kadang ibu ada di rumah, kadang tidak, aku tidak tahu ia ke mana. Aku pernah menonton drama di televisi kecil di ruang tengah rumahku, kalau orang bekerja itu untuk mencari nafkah. Tanpa nafkah, orang tidak mungkin bisa bertahan hidup. Apakah nafkah itu makanan? Apakah karena itu ibu bekerja di toko bibimbab? Tapi, tidak setiap hari aku bisa makan bibimbab.

Setelah bertanya pada guru SD-ku apa itu nafkah, aku pun mengerti. Ibu bekerja untuk menghidupiku. Hatiku merasa teriris setelah mengetahui kebenaran bahwa ibuku bekerja sendirian karena ayah tidak pernah memberi nafkah pada ibu dan aku. Tidak hanya itu, sebenarnya aku pun belum pernah melihat wujud ayah. Setiap aku menanyakannya pada ibu, ia hanya akan berkata kalau ayahku bekerja di luar negeri dan tidak bisa pulang sering-sering karena masalah pekerjaan.

Pernah, saat ulang tahunku yang ke-3, aku merengek tidak mau meniup lilin di kue ulang tahunku. Ya, eomma selalu membelikan aku kue walaupun ukurannya hanya cukup untuk satu orang. Aku berkata kalau aku mau meniup lilin hanya jika ayah pulang. Lalu ibu berkata kalau ayah tidak punya uang untuk pulang.

Besoknya, aku mulai menabung. Setiap satu won uang yang ibu berikan padaku untuk jajan, aku simpan semuanya untuk ongkos supaya ayah bisa pulang. Akhirnya, saat usiaku lima tahun, aku sadar kalau ayah tidak akan pernah pulang, dan uang tabunganku aku gunakan untuk membelikan ibu sepatu karena yang lama sudah sangat usang.

Saat aku sudah mulai bersekolah di sekolah menengah pertama, ibu jadi sering sakit-sakitan. Selama ini padahal ibu jarang sakit. Mungkin tubuh ibu drop karena kelelahan bertahun-tahun terus bekerja untuk menafkahi kami berdua. Aku pun mulai bekerja lebih giat dan mencari pekerjaan tambahan.


Aku sudah terbiasa hidup susah. Ibuku sudah bekerja hampir seharian dan tetap hanya bisa membuat kami berdua bertahan hidup, bukan menikmati hidup. Semenjak sekolah dasar aku sudah bekerja. Antar koran. Antar susu. Bekerja di binatu dekat rumah. Apapun itu asal aku bisa meringankan beban ibu.

Ibuku sangat cantik. Tapi karena kelelahan, wajah cantiknya lama-lama terkikis. Walaupun begitu, dia tetap yang tercantik dihatiku. Ayahku? Aku punya, kok, ternyata, seorang ayah. Sosok ayah ini mengunjungiku dan ibu setiap satu bulan sekali di tanggal 22. Dia mulai berkunjung ketika usiaku 10 tahun. Dia selalu membawakan banyak barang dan makanan. Kadang dia membawaku pergi ke taman untuk menyewa sepeda, bermain bola atau sekedar jalan-jalan.

Namun, setelah aku SMP, sosok ayah tidak pernah datang lagi. Berbulan-bulan kutunggu, tapi dia tidak pernah lagi menampakkan wajahnya. Padahal ibu mulai sakit-sakitan. Ini saja ibu baru masuk UGD lagi untuk yang ke-2 kalinya dalam bulan yang sama.

Karena tidak puas dengan pelayanan klinik di dekat rumahku, aku memberanikan diri membawa ibu ke RS besar di kota. Habis, sudah berkali-kali datang ke klinik, tidak ada perubahan yang berarti pada ibu. Yang ada ibu malah terlihat semakin parah. Aku membongkar celenganku dan mengambil semua yang aku punya lalu membawa ibu ke RS dengan taksi. Sekali-kali ibuku harus merasakan kemewahan naik taksi, jangan naik bis terus.

Setelah diperiksa oleh dokter di RS ini, akhirnya aku tahu kalau eomma terkena leukimia. Padahal setiap diperiksa di klinik dekat rumah, dokternya selalu mengatakan kalau ibuku hanya anemia biasa. Aku marah besar, kenapa bisa penyakit ibuku baru ketahuan saat sudah parah. Dokter bilang anemia yang dibiarkan bisa berkembang menjadi leukimia. Ah, jika saja dari dulu aku memaksa ibu untuk berobat di RS besar, mungkin kisah hidup kami tidak akan jadi seperti ini..

Ada banyak cara untuk menyelamatkan nyawa ibuku. Tapi hanya ada satu hal yang kubutuhkan. Uang.

Di usiaku yang baru 15 tahun, apa, sih, yang bisa kulakukan untuk mendapatkan uang banyak? Aku pernah melakukan segalanya, mulai dari mengutil dari toko kelontong hingga benar-benar bekerja untuk mengumpulkan secercah harapan. Tapi, itu semua tidak cukup. Hingga, aku melihat sebuah lowongan pekerjaan menjadi barista. Aku tidak sengaja membacanya saat sedang bersembunyi di gang sepi, meratapi nasibku dan ibuku. Ternyata gang sepi itu adalah pintu masuk untuk para pekerja di bar. Aku bahkan tidak tahu kalau gedung yang besar ini adalah bar, karena dari luar nampak seperti semacam kafe. Akhirnya aku melamar menjadi barista dan diterima.

Di bar ini, kami, para pekerja, harus mau melakukan apa pun yang diinginkan oleh pelanggan. Kata-kata bijak yang ditempel di sebuah figura di sudut meja bar berkata, "Tamu adalah Raja.". Dan, sialnya, memang seperti itu. Aku sering digoda oleh noona-noona bahkan tante-tante. Aku sempat berpikir untuk berhenti, tapi aku tidak bisa. Gaji dari bar ini bahkan lebih besar daripada jika aku harus melakukan part time di tiga tempat sekaligus. Lalu, pada akhirnya, aku terjerumus.. pada jurang dosa yang lebih dalam.

Dari barista, aku bisa berubah menjadi pemuas mereka. Ya, mereka, siapapun yang membayarku, akan aku berikan gantinya. Pertama kalinya aku melakukan ini adalah dengan seorang ibu rumah tangga yang stres karena suaminya ketahuan selingkuh. Kukira, karena dia adalah seorang ibu rumah tangga biasa saja, dia akan sangat manis, semanis ibuku. Ternyata, dia cukup mengerikan. Dia mengajariku hal-hal yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. Dia tidak ingin aku bercinta dengannya, dia ingin aku menyakitinya.

Aku cukup kaget. Karena, selain alasan ini adalah pertama kalinya untukku, aku pun harus 'menyiksa' seorang wanita yang usianya bahkan tidak jauh dari ibuku sendiri. Aku jadi merasa bahwa aku akan menyakiti eomma. Pada akhirnya, saat kami melakukannya, aku membayangkan bahwa aku sedang melakukannya bersama ibuku sendiri. Saat aku mencapai puncak, di situ pula aku sadar, kalau aku tidak menyayangi ibuku seperti layaknya seorang anak pada ibunya. Aku ingin melakukan hal-hal kotor seperti ini dengan ibu kandungku sendiri.


Kata orang, semua kisah cinta itu indah. Haha. Pasti orang yang mengatakannya belum pernah mendengar kisahku. Karena, bagaimana pun cinta seorang anak kepada ibunya tidak akan sama dengan perasaanku pada ibuku.


TBC...


Orul2 speaking:

halo semuanya apa kabar? hihihi sudah berapa abad kah aku menghilang dari dunia per-ff-an?! aku masih suka baca kok karya chinggudeul dan kadang aku post review juga. tapi untuk nulis.. wahhhh aku susah banget buat mulainya

aku sibuk banget nih sekarang, as wifeu and as worker too.. so yaa aku belum kebiasa untuk bagi waktu karena waktuku rasanya abis sama kerjaan. makanya buat mulai nulis ff lagi tuh bener2 nunggu pas ada waktu dan akunya lagi mood juga. so aku ga janji bisa update sangat cepat, ya?


sekilas mengenai season 2 ini.. aku mungkin tidak akan menampilkan cuplikan bdsm lagi. atau ada, mungkin aja sih ada, tapi tidak sebanyak di season 1. kenapa? karena ya.. baca aja ceritanya nanti haha. untuk season 1 kan fokus sama seokjin, sekarang aku fokusnya lebih dari pov namjoon. apa yg dia alami, apa yg dia lakuin, apa yg dia rasain jadi lebih detil di season ini daripada karakter yang lainnya.

udah aku kasih spoiler kan di foot note season 1 kalau namjun itu ada feeling yang salah sama ibu kandungnya sendiri. nah, di sini aku bakal jelasin itu dulu di awal2, flashbacknya bakal jauh banget. jadi buat yang nungguin namjin dan yoonjin, mungkin harus agak bersabar baby. untuk per-incest-annya ga akan ekstrim ko. mungkin beberapa ada yg ga suka dengan cerita seperti itu so aku bakal ngasih subtle aja.

sooo yaaah seperti biasa aku tidak pernah memaksa kalian untuk review kekekeke. tapi aku minta kalau review yang lembut yah? aku super moody loh, jadi pas baca review yg menurut aku 'jleb', aku bakal langsung kena wb hahahaha. liat aja tuh banyak ff aku yg terbengkalai karena aku udah kadung bete karena ngebaca review yg menurut aku tidak pada tempatnya. kaya misalnya otp nya ga sesuai dengan harapan, terus aku salah informasi bukannya dibenerin dan dikasih tau baik2 malah ngebodoh2in,.. aku harap ga ada lagi yg kaya gitu, ya? hargai penulis karena nulis itu tidak mudah.

sambil nerusin season 2 ini, aku sih ada niatan buat nerusin ff lainnya yang terbengkalai. semoga aja aku mood ya XD

oke orul pamit undur diri. makasih ya buat semua yang udah dukung Roughest Desire. maaf ga bisa nyebutin satu2. tapi aku baca semua review kalian kok. kalian tu penyemangatku yang membuat aku bisa meneruskan hingga season dua hih love u all! see ya in next episode ya babies, xoxo!