Disclaimer;
Naruto adalah milik Masashi Kishimoto.
Highshool Dxd adalah milik Ichie Ishibumi.
Fate adalah milik Kinoko Nasu dan Type-Moon.
Juga tokoh anime lain yang keluar dalam cerita ini selanjutnya bukanlah milikku. Aku hanya meminjam nama dan karakter mereka untuk membuat cerita fanfiksi sebagai penggemar akan penokohan mereka tanpa adanya niat meraup suatu nilai komersil atas apa yang aku tulis. Ini hanyalah sebuah hobi menulis saja.
Catatan kecil sebelum membaca :
Jangan terlalu cepat menilai sebuah cerita. Nikmatilah yang ada dan beritahukan dengan sopan jika sekiranya ada kekurangan pada karakter yang aku tulis. Lebih dari itu aku membuka lembar diskusi lewat PM untuk para pembaca senior agar aku bisa belajar lebih banyak.
[...]
"Kau yakin dengan keputusanmu?"
Pertanyaan itu terasa menggelitik untuk ditanyakan sekarang. Aku hanya tersenyum selanjutnya untuk melihat Pertapa Rikudou menatapku dengan tatapan trenyuh.
"Untuk kebaikan semua. Satu nyawa untuk semua nyawa yang lainnya. Kurasa itu adalah harga yang sepadan."
Aku bisa melihat Pertapa Rikudou terdiam karena hal yang kuucapkan.
"Sungguh kau ini…" Pertapa Rikudou yang menemuiku disaat aku sekarat sementara Sakura mati-matian mencoba untuk membuatku tetap hidup tertawa trenyuh. "Kau adalah anomali teraneh yang pernah kutemui Uzumaki Naruto. Bukan sebagai renkarnasi dari Ashura,"
Aku bisa merasakan sosok anak astral dari pertapa Rikudou yang membelakangiku menghilang di belakangku. Dua tangan astral serasa menyentuh pundakku dan aku bisa melihat dari pucuk mataku.
Dua orang yang tidak pernah kulihat secara nyata dihidupku namun dari kisah saat aku bertemu kesadaran Chakra mereka aku bisa mengetahui betapa besarnya cinta dan kasih mereka.
Kedua orang tuaku. Uzumaki Kushina dan Namikaze Minato. Di belakang mereka yang menyentuh kedua pundakku, tangan besar yang pernah mengelus rambutku sensasinya kurasakan kembali. Seorang pertapa mesum yang mengajariku arti dari segalanya dari dunia.
Hey, Ero-Sennin.
"Kau adalah sesuatu yang jauh lebih besar dari Ashura. Sang Messiah yang terlahir untuk menyelamatkan semuanya." Pertapa Rikudou yang melayang dengan posisi bersila mendekat kearahku. Dia tersenyum. Telunjuknya menyentuh kening milikku. "Uzumaki Naruto. Untuk keinginanmu yang begitu besar, aku menyerahkan ini kepadamu." Sensasi kekuatan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya mengalir didalam tubuhku. Memenuhi jalur Tenketsu milikku. Aku menutup mata untuk merasakannya.
Aku merasa melayang.
"Bangunlah Uzumaki Naruto. Dan lakukan apa yang harus dilakukan. Sesuatu yang tidak bisa aku lakukan sebelumnya."
Aku tahu itu.
"Selamat tinggal Uzumaki Naruto. Semoga dikehidupan selanjutnya kita bisa bertemu lagi."
…
Ayolah Naruto! Kau tidak boleh mati! Kau tidak boleh mati!
Aku, Haruno Sakura ini tidak akan membiarkanmu mati Naruto. Tidak! Kau harus hidup! Impianmu masih panjang bukan?! Kau ingin jadi Hokage bukan? Ayo Naruto!
Aku terus melakukan pernafasan buatan dan juga melakukan pemompaan jantung manual kepada Naruto yang sekarang tengah sekarat. Naruto yang telah kehilangan Bijuu miliknya karena telah dikeluarkan oleh Madara yang hidup kembali secara mengejutkan kini terbarinh di hadapanku dengan detak jantung yang semakin melemah. Itu membuatku panik. Sangat panik. Seseorang yang kutahu begitu kuat kini tengah sekarat dan berada di tanganku. Jika Naruto sampai mati… Tidak! Itu tidak boleh. Aku masih harus berusaha sekuat tenaga!
"Haruno Sakura. Aku akan menyalurkan Yin Kurama didalam diriku untuk membuat Naruto bertahan. Tolong buat jantung Naruto terus bergerak!" Suara panik dari ayah Naruto, seseorang yang tidak pernah kusangka akan menjadi dari ayah Naruto masuk ke telingaku. Aku hanya bisa mengangguk lemah akan itu ketika Edo Tensei dari Hokage keempat, sang Yondaime, Namikaze Minato yang tiba-tiba datang ketempat dimana aku, Naruto dan Gaara berada yaitu pasir milik Gaara yang melayang membuka mengutak-atik segel Fuinjutsu dibagian perut Naruto. Bagian Fuinjutsu yang melingkar itu terbuka dan gumpalan merah pekat yang kutahu itu adalah bagian dari Kyuubi keluar dari tangan Yondaime untuk masuk ke tubuh Naruto.
Dengan ini semoga semua bisa berhasil.
Namun harapanku terasa terputus ketika secara mengejutkan tubuh Naruto menolak gumpalan bagian Kyuubi dan mulai bercahaya. Cahaya itu terang sekali hingga memaksaku yang masih melakukan pernafasan buatan pada Naruto dan pemompaan jantung manual padanya harus menutup mata. Dan bibir Naruto serta sensasi gumpalan daging yang tengah kupompa di tanganku lenyap. Aku menutup mata untuk itu dengan panik.
Kuyakin yang lain juga menutup matanya.
Saat cahaya yang terang menyilaukan itu redup secara perlahan, aku membuka paksa mataku.
"Naruto!" Aku berteriak ketika aku melihat Naruto lenyap. Kepanikanku semakin menjadi ketika aku melihat sekeliling untuk tidak menemui apapun. Tidak! Apa yang sebenarnya terjadi?!
"Naruto!" aku berteriak sekali lagi dengan suara lebih keras dan kurasakan sebuah sensasi hangat menyapu tubuhku berasal dari atas langit. Aku mendongak untuk hanya bisa menutup mulutku dengan kedua tanganku sembari menangis.
Dalam balutan Chakra astral berwarna emas, sosok yang melayang di atas langit itu terlihat sangat berbeda sekali dengan yang kutahu saat dia menggunakan jubah Bijuu-nya yang dia dapatkan ketika bekerjasama dengan Kyuubi. Hilang sudah garis-garis hitam di seluruh tubuhnya dimana hanya Chakra astral emas saja yang membalut tubuhnya. Matanya yang merupakan gabungan dari mata Kyuubi dan katak menghilang bergantikan mata aslinya yang berwarna biru cerah. Dua belas bola hitam yang kutahu adalah Gudoudama melayang dibelakang tubuhnya.
Dia tersenyum kepadaku.
"Terima kasih Sakura." Suara Naruto yang terdengar begitu berbeda dengan perpaduan antara kalem dan karismatik itu serasa membuatku merinding.
"Naruto…" Yondaime Hokage yang berada disampingku juga bersuara. "Apa yang—"
"Hey ayah." Naruto menyela "Semua akan baik-baik saja mulai sekarang. Aku akan mengurus semuanya."
"Apa maksudmu Naruto?" Yondaime bertanya dengan nada yang tersirat rasa khawatir. Aku tidak tahu apa itu tapi wajah Yondaime menyiratkan sebuah wajah yang melihat putranya akan melakukan sesuatu yang teramat besar.
"Hey Sakura." Naruto menatapku lagi disana. "Semoga kita bertemu lagi suatu saat nanti. Terima kasih untuk semuanya."
Tunggu, apa maksud ucapanmu Naruto? Kenapa? Kenapa hatiku serasa jatuh sekarang?
"Naru…"
Senyuman itu berubah menjadi cengiran kecil. Tapi cengiran itu tidak membuat hatiku yang jatuh membaik. Itu semakin membuat hatiku terasa pecah. Naruto… Kenapa wajahmu dan ucapanmu terasa mengatakan sebuah ucapan selamat tinggal?
Tenggorokanku terasa tercekat. Aku tidak bisa berkata apapun. Naruto memalingkan wajahnya untuk melihat Yondaime.
"Hey yah… Aku berangkat lebih dulu."
Tidak! Tidak! Naruto jangan…!
Aku merasa perlu berteriak, perlu mengatakan sesuatu agar dia jangan pergi. Hatiku berkata untuk mencegahnya pergi karena aku merasa… aku merasa aku tidak akan pernah lagi melihat wajah itu. Tapi suaraku tercekat. Tubuhku membeku. Aku tidak bisa berkata apapun. Kenapa ini dengan tubuhku?!
"Sayonara, Sakura, Gaara." Naruto berucap demikian.
Tidak…
Aku hanya bisa merasa tidak tertolong ketika melihat Naruto terbang ke tempat lain. Tempat disuatu medan perang dunia ninja ini yang kurasakan pasti itu adalah tempat Madara dalam kecepatan yang luar biasa.
"Naaaaarrruuuutoooo….." Aku berteriak sekuat tenaga setelah dia terbang begitu jauh darii jangkauanku. Tanganku berusaha meraihnya namun itu tidak mampu, mustahil. Hari itu aku menangis dalam tangisan terkuat yang kupunya.
…
Aku terbang dalam kecepatan sangat tinggi menuju ke arah aura dari Uchiha Madara yang telah telah hidup lagi dan menyerap Juubi menjadikannya seperti pertapa Rikudou. Aku datang dalam kecepatan sangat tinggi ketika aku melihatnya terluka dan duduk di bagian lain dari pohon Chakra Shinju yang diceritakan oleh Pertapa Rikudou padaku. Walaupun dia terlihat terluka, wajahnya yang haus pertempuran dengan senyuman menjijikkan itu terasa sudah begitu jauh dari kata normal. Dilain tempat, aku melihat sosok dari Lee berteriak Guy-sensei pada orang yang terbaring dengan aura kehidupannya yang mulai menghilang.
Aku harus cepat. Tidak ada lagi yang harus mati kali ini.
"Hahahaha… sebagai hadiah menghiburku kau matilah dengan bangga pengguna Taijutsu terkuat!"
Bulatan Gudoudama melaju kearah sosok yang kuyakini adalah Guy-sensei. Aku mendengar Lee dan guru Kakashi berteriak namun aku lebih fokus dengan Gudoudama yang mengarah untuk membunuh Guy-sensei. Mengalirkan kekuatan yang baru kudapatkan untuk mencapai kecepatan tertinggi, aku berhasil menginterupsi bola Gudoudama itu sebelum menyentuh Guy-sensei dengan menendangnya jauh sekali. Dengan tendanga yang sangat jauh itu mustahil Madara bisa menariknya lagi.
Aku bisa melihat pandangan terkejut Madara padaku. Aku mengabaikan hal tersebut dan justru menghadap Guy-sensei untuk berlutut.
Kau belum boleh mati.
Tanganku yang berisi Chakra kehidupan kuarahkan ke bagian pusat aliran Chakra. Bisa kurasakan percikan kecil api Chakra yang mulai padam itu membesar kembali menjadi normal. Dengan begini maka aku tersenyum dan bangkit lagi untuk menatap datar Madara.
"Kau! Bagaimana bisa kau masih bisa kemari?! Aku sudah menarik Bijuu dari tubuhmu! Meskipun kau seorang Uzumaki, harusnya kau sudah sekarat." Madara berteriak padaku.
Aku sudah sekarat tadi.
Aku hanya memberikan dengusan padanya. "Masih ada yang harus kulakukan." Aku berkata begitu dan dalam kecepatan luar biasa yang mengalahkan Hiraishin milik ayah, aku tiba di samping Madara dan memberikan tendangan untuk membuatnya menjauh. Aku sekilas melihat bagaimana wajah Madara terkejut lalu berubah menjadi wajah yang mempelihatkan rasa sakit ketika aku menendang wajahnya untuk menjauh. Mengabaikan Madara yang terluka aku kemudian melihat pohon Shinju. Bentuk kesadaran dari Juubi ini menggeliat intisari kehidupannya ketika melihatku. Suara marah dan kutukan masuk ke pikiranku seolah dia tahu apa yang akan aku perbuat.
Aku menyentuh batang pohon itu dengan telapak tanganku. Ingatanku berputar kembali akan ucapanku pada kakek Rikudou.
Untukmu yang menginginkan kekuatan untuk membuat eksistansi Juubi menghilang maka dibutuhkan sebuah bayaran untuk itu. Aku hanya mempunyai satu Jutsu yang kupersiapkan jika aku tidak bisa membagi Juubi kala itu.
Jutsu ini akan menghapus eksistensimu juga. Bahkan juga Bijuu yang ada di dunia Elemental namun tidak akan menghilangkan Chakra yang ada di dunia. Bahkan ini akan menghilangkan eksitensi Jinchuriki itu sendiri selama ini. Madara sendiri akan juga menghilang karena dia mengandung sepihan Shinju di tubuhnya.
Jiwa dibayar jiwa Uzumaki Naruto.
"Kau! Apa yang akan kau lakukan?!" Madara kudengar berteriak dari kejauhan.
Aku melakukan apa yang harusnya dilakukan Rikudou sejak dari dahulu. Untuk dunia ini yang semuanya berasal dari Shinju, saat Shinju menghilang, semua akar dari masalah dunia ini tentang kekuatan yang bisa membahayakan manusia akan lenyap selamanya. Aku menarik nafasku dalam-dalam. Keniatan diriku telah mantap aku raungkan.
Chakra kehidupanku berkobar begitu besar, Chakra astral emas yang menyelimuti tubuhku berkobar begitu kuatnya dan aku mendongak untuk melihat lingkaran Kanji emas muncul di langit di atas pohon Shinju dan diriku ini.
Kutukan dan sumpah serapah dari Shinju semakin gencar namun aku merasakan rasa takut disana. Lalu teriakan untukku agar tidak melakukan ini berteriak begitu keras.
Aku hanya menutup mata untuk itu.
Semuanya sudah berakhir.
Dengan pelan aku menggumamkan nama Jutsu ini.
"グランドジュツ。 原始のシール
(Gurandojutsu. Genshi no shīru)"
Yang kutahu setelahnya hanyalah cahaya terang.
…
Aku secara pelan membuka mataku. Semua terasa buram lalu samar. Aku terbaring ditempat yang tidak kuketahui. Bulatan berbentuk planet besar dengan bintang-bintangnya yang jatuh adalah apa yang bisa kulihat ketika sekarang. Aku harusnya merasakan waspada dan bertanya dimanakah aku sekarang berada. Dimanakah tempat asing ini.
Itu harusnya yang ada.
Namun kenyataannya justru berbeda. Aku justru merasa tentram dengan terbaring seperti ini. Tanganku yang bertumpuk di atas perut dan perasaan tentram ini begitu adiktif untukku. Setelah semua yang pernah kurasakan selama aku hidup aku merasa kini tanpa beban apapun di pundak.
Aku akan tersenyum dalam hatiku.
Lalu suara lonceng kecil masuk ke pendengaranku. Itu diikuti langkah suara kaki berjalan pelan. Seseorang masuk ke penglihatan milikku. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia tertutup tudung namun aku bisa melihat senyumnya. Pakaiannya adalah jubah putih dan dia membawa lentera kecil juga lonceng kecil yang terikat diujung tongkatnya yang panjang dan dia bergumam sesuatu.
Aku tidak tahu gumaman apa itu. Yang kutahu hanyalah satu. Aku merasa sangat ringan. Sangat ringan hingga aku melayang. Bola-bola kecil terang melayang di depanku dan aku menutup mata karena itu.
Karena siapapun itu yang bergumam tadi, aku mengerti sesuatu.
Inilah namanya kematian.
Kematian yang menjadi akhir kisah dari seorang Uzumaki Naruto.
…
Untukmu yang telah membawa perdamaian pada dunia penuh pertumpahan darah ini. Menyatukan semua tekad dengan membawa semuanya bekerjasama untuk melihat satu tujuan kedepan.
Untukmu dengan keinginan egoismu yang lebih memilih orang banyak daripada nyawamu sendiri.
Orang baik yang membawa perubahan besar dalam sejarah yang akan terlupakan masa suatu saat nanti.
Inilah dirimu dan inilah keinginanmu yang perlu diberi suatu kesempatan. Untukmu agar kau bisa tersenyum kembali dan melihatnya dalam bimbinganku.
Aku, Sang dewi yang mengawal jiwa menuju ke lingkaran kehidupan tersenyum kepadamu, Uzumaki Naruto.
Semoga lentera kecilku membimbingmu. Loncengku menunjukkan kebenaran pada hatimu dan tongkatku menjagamu.
Aku menanti bertemu lagi denganmu jiwa yang bersih.
Sang Messiah.
[...Prolog selesai…]
Catatan kecil :
グランドジュツ。 原始のシール
(Gurandojutsu. Genshi no shīru) : Grand Jutsu . Seal of Primodial
Sebuah jutsu terlarang yang menghapus eksistensi dengan bayaran eksistensi miliknya sendiri yang ada di dunia. Jiwa yang ada akan lenyap dan tidak bisa dibangkitkan kembali dengan cara apapun. Tidak bahkan dengan Edo Tensei sekalipun.
