Note:Agar tidak terjadi kesalahpahaman, sebelumnya saya akan menjelaskan bahwa Sakura dalam fic ini bukanlah Sakura yang masih bersekolah di bangku SD, melainkan Sakura yang telah duduk dibangku SMA, sama halnya denganShaoran,dan kawan-kawan. Untuk Yukito dan Touya, mereka sudah menjadi murid di perguruan tinggi.
"Ya, kalian semua terpilih untuk melanjutkan babak terakhir, selamat", ucapnya tanpa keraguan. Suasana sangat hening, hanya jam besar tua yang terus berdetak tiada henti. Seseorang yang lain mulai berkata,
"Persiapkan diri kalian, karena sebentar lagi aku akan mengirim kalian kesana, ya sekitar 1 jam lagi? Oh, kurasa tidak, kalian harus kukirim sekarang juga, kalian tak perlu berkemas karena semuanya telah disiapkan", wanita itu bergegas menuju ke sebuah monitor raksasa yang berada tepat ditengah-tengah ruangan. Kemudian pria tadi mulai bicara lagi dengan nada penuh peringatan,
"Kalian semua harus ingat, apapun yang terjadi, apapun peran kalian disana, kalian harus menjalaninya dengan baik walaupun dirasa sangat sulit. Menjadi pemenang dalam kontes ini adalah pilihan kalian sendiri, aku tidak ingin dikecewakan oleh kalian karena itu artinya aku telah mengecewakan putriku". Mendengar kalimat yang diucapkannya, keempat lelaki itu mengangguk dengan mantap.
"Siap?". Seketika saja muncul sebuah pintu gerbang yang sangat besar. Pintu gerbang itu merentangkan daunnya selebar mungkin sampai membuat sebuah pusaran angin yang sangat besar didalam ruangan merah marun tersebut. Keempat lelaki itu langsung tersedot kedalamnya, tak bersisa.
"Sayang, mereka sebentar lagi sampai, dimana putri kita yang cantik?", wanita itu menoleh kepada suaminya yang tepat berada dibelakang punggungnya.
"Hahaha, dia sudah sampai lebih dulu tentunya!", jawabnya dengan bangga seraya memeluk leher istrinya. "Kita lihat saja, apa mereka semua pantas atau tidak", lanjutnya. Kemudian sepasang suami istri itu tertawa bersama.
Synndrome-Hawkeye-Rererefina
" Wings Catcher "
based from Card Captor Sakura
Disclaimer : CLAMP
Awal musim semi, bunga sakura bermekaran dimana-mana. Nyanyian angin yang sungguh merdu menggoyahkan ranting-rantingnya dan membuat bunga-bunganya menari indah. Awan putih dilangit biru yang membuat hati bersemangat, aroma sakura yang menenangkan, sungai yang mengalir dengan alunan nada harmonis, dan semuanya berawal pagi ini.
"Ooaahmm...! Selamat pagi Yukito...", sapa Touya yang baru saja keluar dari kamar tidurnya sambil mengacak-acak rambut. Tak ada jawaban. Yukito hanya diam sambil terus berkonsentrasi dengan notebook-nya. Touya yang menyadari hal itu hanya memonyongkan bibirnya dan ambil duduk disandaran sofa tepat dibelakang Yukito. Kemudian ia berusaha mengajaknya bicara.
"Karya tulis ilmiah kita bagaimana nasibnya? Maaf ya semalam aku tertidur, ahahahahaha...!",ucap Touya berusaha mencairkan suasana. Tapi tak berhasil. Yukito masih diam dan tetap berkonsentrasi pada notebook-nya. Menyadari hal itu lagi raut wajah Touya mulai kusut tak karuan. Saking gemasnya, ia langsung menjambak rambut Yukito. Alhasil, Yukito mulai bereaksi. Yukito melirik tajam kearah Touya, dan tanpa banyak bicara, ia langsung melemparkan notebook-nya ke kepala Touya sampai benjol. Ada aksi, ada reaksi, begitulah sekiranya. Touya tidak dapat berkutik lagi. Ia hanya mengeluh kesakitan.
"Aih, Yukito...apa yang kau lakukan padaku~~~", keluh Touya hingga menangis.
"Hanya sedikit hadiah untukkmu yang membiarkan aku bekerja sendirian semalaman", balas Yukito singkat. Seketika udara menjadi sedingin es.
"Maaf Yukito...aku khilaf...maafkan aku ya~~~~", lagi-lagi Touya meminta sambil menangis.
"Ah, sial, sepertinya notebook-ku rusak...",ucap Yukito tanpa mempedulikan rayuan maut Touya. Ditengah perang dingin antara Yukito dan Touya, tiba-tiba...
"Cha-to!", serunya, entah memanggil siapa. Sontak Touya terkejut karena yang baru saja berseru tadi adalah adiknya, Sakura Kinomoto, namun tak demikian dengan Yukito yang entah memasang tampang apa namun wajahnya merona merah.
"Sakura, sedang apa kau?", Touya bertanya, tanda kebingungan sedang merajainya. Sakura hanya tertawa,
"Hihihihi...", alhasil, Touya semakin kebingungan. Ada apa sih?, begitulah pikirnya. Tanpa disangka, ada suara lain yang ikut campur dalam dialog singkat 'kakak beradik' tersebut.
"Ah...Cha-ku...~~~", Yukito bergumam. Kaget, Touya mendadak menoleh kearah Yukito. Touya semakin gelagapan kebingungan karena melihat wajah Yukito menjadi merah merona dan...berasap. Tanda tanya besar muncul dikepala Touya, mulutnya gatal karena ingin menembakan berjuta pertanyaan sekaligus.
"Maksudnya apa sih? Kalian bercanda ya?", wajah polos Touya muncul dengan sendirinya, dan lagi-lagi Touya tidak dianggap.
"Cha-to? Jadi mengantarku ke sekolah tidak?", tanya Sakura sambil tersenyum manis.
"Ng-AH-itu-itu-anu-ng...J-jadi d-doong!",jawab Yukito dengan sangat gugup. Aku tak sanggup menatapnya, oh, Tuhan, dia sungguh cantiiikk!, batin Yukito. Ditengah kemesraan mereka berdua, Touya masih berpikir dalam diam...Cha-to...Cha-ku...hmm...ngg...Cha...? hm? ng? AH! ITU DIA! Setelah bepikir keras, akhirnya Touya berteriak mengungkapkan jawabannya,
"HUAAAAAAHHHH! CHAYANG YUKITO? CHAYANG SAKURA? APA MAKSUD MU YUKITOOOO! Touya langsung menyerang Yukito yang sedang lemah tak berdaya karena senyum manis Sakura. Sakura hanya tersipu, sedangkan Yukito babak belur karena serangan langsung dari Touya. Sambil tersipu, akhirnya Sakura angkat bicara,
"Kakak, dia itu pacarku,hehe...", ucap Sakura polos. Yukito yang sedang dihajar hanya tersenyum. Touya sangat terkejut dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Sakura, namun ia berhasil menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Ooh, begitu ya", jawabnya singkat. Kenapa harus dia, Sakura...keluhnya dalam hati. Raut wajah Touya berubah drastis. Seketika suasana menjadi suram, tak ada satupun yang berbicara. Sakura hanya tersenyum.
"Kakak, jangan sedih begitu...nanti aku carikan pacar yang cantik khusus untuk kakak", bisik Sakura pada Touya yang akhirnya membuat bibir Touya sedikit tersungging kekanan.
"Buahahahahaha! Kau bercanda ya, Sakura? Tipeku sangat sulit dicari didunia ini, kau tahu? Buahahahahaha!", ucap Touya sambil tertawa renyah. Sakura membalasnya dengan sinis,
"Kakak meremehkan aku ya? Lihat saja nanti!"
"Oh, bocah kecil, berani juga kau menantangku, buahahahaha!" Mendengar jawaban Touya, Sakura hanya menggembungkan pipinya, kemudian ia menoleh pada Yukito yang sedari tadi hanya terbengong-bengong.
"Cha-to? Kenapa bengong? Ayo cepat ganti baju..."
"Ng-EH! IYA!", jawab Yukito sambil lari terbirit-birit. Sakura tersenyum lagi sambil menuju ke teras depan rumah. Beberapa saat kemudian, Yukito sudah siap dan hendak melangkahkan kakinya menuju ke teras depan, namun tiba-tiba Touya menghadangnya.
"Yukito, kau curang...", serang Touya sambil meninju bahu Yukito.
"Yah, balasan yang kedua, spesial untukmu", jawab Yukito singkat.
"Awas, kau jangan macam-macam ya!"
"Yah, kalau tak ada kesempatan aku tak akan macam-macam"
"Sial kau...", respon Touya dengan senyuman sinis.
"Yap, aku pergi dulu ya? Dadaaaaaah!", potong Yukito, melambai sambil setengah berlari. Dalam sekejap, mereka berdua telah menghilang.
Sudah pergi ya? Ah, Sakura, andai aku bisa mengatakannya, memiliki seorang pacar itu tidak begitu penting bagiku, yang paling penting bagiku adalah dapat membuatmu bahagia...
"Touya!", panggilnya.
"Ng", jawab Touya sekenanya. Kurang puas dengan respon Touya, dia memangilnya lagi.
"Touya!"
"APA!", seru Touya tanpa menoleh.
"Bagaimana penampilanku hari ini?", tanya pria itu dengan santai, dialah Fujitaka, 'ayah' Sakura yang merangkap menjadi guru matematika disekolahnya.
"Biasa", balas Touya cuek.
"Kau ini memang buta fashion ya...dasar", keluh Taka sambil tersenyum.
"Biar saja! Hey, kenapa kau tidak mengajar? Apa hari ini libur?"
"Eh? Tidak kok, hari ini aku mengajar pada jam pertama, dikelasnya Sakura, lho?", jawab Taka sambil terkikih.
"Hoeee? Kenapa belum berangkat? Santai sekali sih!", seru Touya kaget.
"Tenang saja, kan ada 'ini'…", ucap Taka sambil menunjuk kearah punggungnya dengan ibu jari.
"Hiah! Dasar curang…", keluh Touya datar.
"BTW, sebelum aku berangkat, aku mau memberitahumu sesuatu"
"Apa itu?", rasa penasaran menyelimuti Touya.
"Sekolah tempat aku mengajar sedang membutuhkan tenaga pengajar yang baru, dan itu sesuai dengan jurusanmu, Biologi, bukan?"
"Apa kau serius?"
"Tentu saja, jika berminat segera hubungi aku, nanti biar aku yang urus semuanya, sudah dulu ya?", jawab Taka singkat. Bersamaan dengan itu, ada sesuatu yang muncul dari balik punggung Taka, sepasang sayap putih keabuan, kemudian dengan sekejap ia melesat ke angkasa.
Yukito dan Sakura telah sampai di sekolah. Tepat didepan pintu gerbang yang sangat besar terdapat taman yang didalamnya bermekaran bunga-bunga sakura dengan warna pink yang sangat feminim. Dibawah rindangnya pohon sakura tertata disana kursi-kursi cantik dari kayu yang bercat putih. Dari sini terlihat bahwa sekolah masih cukup sepi untuk memulai pelajaran, kemudian diatas kursi-kursi cantik itulah mereka duduk dan bercakap-cakap.
"Ng…Cha-to, nanti tidak usah menjemput aku ya?", ucap Sakura sambil menikmati bunga-bunga yang sedang berguguran.
"Lho? Kenapa?", Tanya Yukito dengan cepat.
"Nanti teman-teman akan datang kerumahku, karena mereka tidak tahu dimana rumahku, jadi mereka harus pulang bersamaku", jawab Sakura. Ia menatap wajah Yukito lekat-lekat, penuh dengan kelembutan dan perhatian.
"Ah, begitu ya~~~", ucap Yukito lemas.
"Iya,ahahaha…maaf ya, Cha-to…", balas Sakura sambil tertawa dengan polos.
"Tidak apa kok…", respon Yukito. Ia menatap Sakura dengan lembut dan penuh harap. Perlahan tapi pasti, ia berhasil meraih tangan Sakura dan menggenggamnya lembut. Semburat merah mendadak muncul diwajah Sakura yang perlahan tertunduk malu. Yukito yang menyadari hal itu malah semakin mendekatkan posisi duduknya hingga lengan mereka saling bersentuhan. Sakura berdebar-debar, dan tanpa sadar debarannya itu dirasakan oleh Yukito yang sedang menggenggam tangannya. Mereka berdua masih terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Dalam keheningan itu, Yukito melajutkan kata-katanya yang tadi sempat terputus.
"Karena tidak bersamaku, jadi berhati-hatilah dalam perjalanan…", ucap Yukito pelan. Genggaman tangannya semakin erat. Sakura kemudian mengangkat wajahnya, beralih pandang pada wajah Yukito.
"Iya, aku akan berhati-hati", jawab Sakura dengan senyuman yang mengembang dibibir mungilnya. Yukito hanya membalasnya dengan senyuman yang penuh arti. Sekejap Sakura menoleh pada arloji manis yang menempel ditangan kirinya. Yukito memahami hal itu.
"Sudah sana, masuk ke kelasmu", ucap Yukito sambil tersenyum.
"Iya, terimakasih sudah mengantarku, Cha-to!", ucap Sakura. Ia melompat dengan senyum yang mengembang.
"Itu sudah tugasku", balas Yukito sambil beranjak dari tempat duduknya. Telapak tangan mereka masih saling menempel satu sama lain. Mereka berdua saling tertunduk dalam diam. Yukito melirikan matanya kearah Sakura, dengan sekejap ia mengecup dahi Sakura dan langsung berlari keluar dari taman. Sakura hanya terdiam menyembunyikan rona merah pipinya. Dari kejauhan, terdengar suara Yukito yang berteriak, "Aku sayang padamu!" Mendengar kekonyolan itu Sakura hanya tersenyum geli seraya melangkahkan kakinya menuju ke sekolah.
"Ternyata diantara mereka berdua tidak ada yang menyadari kalau aku mengawasi dari sini. Jadi Sakura itu kekasihnya Yukito, ya. Sayang sekali, aku benar-benar kecewa. Jika kau tahu, Sakura, aku sangat mengagumimu", batinnya sambil bersandar dan terduduk dibawah bunga Sakura yang bermekaran.
+ To be continued… +
Ahahahahay! Ini dia fic saya yang ketiga, sebenarnya ini saya cuma pinjem tokoh dari CCS yang kebetulan pas sama hayalan saya, jadi bukan murni CCS, cuma memang mirip dalam penokohannya. Ternyata fic saya yang ketiga ini jadi bersambung, padahal gak niat, huehehehe! Masih banyak kekurangan dalam fic saya ini, maka dari itu tolong RnR nya ya!^^ ARIGATOU!
