Darkness and Love

Chara : [Date Masamune and Fem!Sanada Yukimura] Sarutobi Sasuke

Rate : Teen

Genrre : Romance (of course), Angst (maybe)

Warning : AU, AT, OOC, less description, so many typos, alur kecepatan, adaptasi dari komik "Flower Banquet" by Tami Takada. Di sini, Masamune matanya DUA, etc.

Disclaimer : Sengoku BASARA is CAPCOM's

:chacha:

First (Chapter Pertama)

.

.

.

Bila dalam kegelapan ini adalah hal yang menyenangkan…

Jika bisa untuk bersamamu, biarkanlah aku tenggelam…

Dan aku tau mau kembali ke dunia baru yang penuh cahaya itu…

.

.

.

Yuki's POV

Sejujurnya, aku pernah berharap, bahwa aku akan jatuh cinta.

Aku belum pernah merasakan perasaan yang mendebarkan seperti yang dikatakan orang.

Hingga umurku berusia 18 tahun.

Aku buta.

Aku kehilangan pandanganku pada dua tahun yang lalu dan aku tak tahu mengapa itu terjadi. Padahal, selama ini semuanya berjalan baik-baik saja.

Ibunda dan Ayahanda sudah beberapa kali membawaku ke tabib-tabib terkenal untuk mengobati penyakitku.

Namun, jawaban mereka sangatlah tidak menyenangkan, tidak ada yang memuaskan. Dan bahkan ada yang mengatakan bahwa aku akan mengalami buta seumur hidupku.

Waktu itu, aku bisa mendengar dan merasakan perasaan kedua orang tuaku yang bersedih.

Aku...lebih baik mati saja.

.

.

.

"Yuki-sama?" terdengar sebuah panggilan lembut yang memecahkan lamunanku.

"O-oh?" bahuku bergidik karena terkejut. Ruapanya yang memanggilku adalah pelayan pribadiku, Matsu. Aku pun menghembuskan napasku dan kemudian bertanya, "Ada apa?"

SREK! Pintu geser kamarku dibuka olehnya. Setelah aku mempersilahkan dia masuk.

Matsu memberikanku sebuah benda berbentuk seperti guci yang besar. Aku hanya bisa meraba apa yang diberikan olehnya.

Rangkaian bunga?

"Ini…untukku?" tanyaku yang agak keheranan.

Matsu pun mengiyakan, "Benar, putri. Bunga itu sangat cantik. Sangat cocok untuk anda, Yuki-sama." jawabnya. Dari nada bicaranya, tampaknya Matsu juga turut senang.

"Arigatou…" ujarku, "Tapi…ini dari siapa?" tanyaku lagi.

"…" tak ada jawaban.

"Matsu?"

"O-oh!" dia tergagap, "Itu dari Sasuke-osshisama, Yuki-sama."

"Sasuke-sama?"

"Iya. Sasuke-sama bilang ini sekedar untuk ucapan ulang tahun anda dua minggu yang lalu."

"Begitu, ya?"

"Benar, putri."

"Ah iya. Arigatou…"

Sarutobi Sasuke. Seorang pangeran dari negeri tetangga, Kyoto. Dia adalah calon suamiku yang telah ditetapkan oleh Ayahanda dan Ibunda. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia adalah pangeran yang tampan. Aku pun juga tidak mempermasalahkan parasnya karena aku tidak bisa melihat.

Akan tetapi… aku hanya merasa kurang nyaman saja saat ia bersama denganku ataupun saat ia mendekatiku. Bahkan, aku pun masih ingat betapa gigihnya ia melamarku sebanyak dua kali. Sehingga kedua orang tuaku juga terus memaksa untuk menerima lamarannya.

Dan mau tak mau, aku pun harus menerima lamarannya.

Keputusan dari kedua belah pihak pun telah ditetapkan. Kami akan menikah jika pengobatan mataku berhasil dan aku dapat melihat.

Itu yang aku pertanyakan. Mengapa mereka masih mau melamar gadis buta sepertiku?

End POV


Hari pun menjelang larut, gadis manis bermarga Sanada itu terus melanjutkan kegiatannya dengan memakan dango dan segelas ocha. Rambut panjang sepinggulnya itu dibiarkan tergerai dengan bebas. Menampakkan auranya dan juga surai itu membingkai wajahnya yang tirus.

Gadis itu tidak bisa tidur. Ia pun terus bertanya-tanya.

Kapan ia bisa melihat?

Gadis itu hanya bisa berharap, dan kemudian jatuh tertidur...

.

.

.

Terdapat pemandangan gelap gulita yang Yuki jumpai. Jari kurus itu terus meraba-raba untuk mencari tahu tempat apa yang sedang ia singgahi tersebut.

"Apa ini? Aku di mana?" gadis berambut panjang itu pun berjalan lurus di wilayah yang ia rasa tidak pernah ia injaki sebelumnya.

Kimono merah panjang gadis itu terseret-seret di permukaan tanah basah yang seakan telah dibasahi oleh guyuran hujan. Aroma hujan, bunga, dan daun memanjakan indra penciuman gadis ayu itu.

Semakin terus ia berjalan, ia menemukan secercah cahaya. Ia tak percaya...ia melihat?

Gadis itu dapat melihat jagad raya yang telah ia rindukan selama dua tahun terakhir sebelum ia mengalami kebutaan.

Matahari, langit, dan awan.

"Cantiknya..." gumam Yuki. Yuki sangat bahagia melihat ciptaan Dewa yang begitu indah ini. Dirinya bermaksud untuk menjelajah tempat yang mengagumkan ini lebih jauh lagi. Namun, angin kencang pun terhembus dan menghalangi pandangannya.

HWWUUSSSH... angin pun tertiup. dan mengacak-acakkan surai coklat muda yang panjang. Ditambah lagi kabut tebal pun muncul secara tiba-tiba yang entah dari mana datangnya.

"U-uhuk! Apa yang terjadi?" dada gadis itu terasa sesak.

"Siapapun, tolong aku..." gumamnya.

"Oh?" namun, mata coklatnya menjumpai sebuah siluet pria di tengah kabut. Yuki masih belum bisa melihat karena wajah pemuda itu masih samar-samar.

Pemuda itu mendekat dan kemudian menampilkan wujudnya.

Seorang pria tampan bertubuh tegap menggunakan kimono biru tua. Kedua mata kelabunya yang tenang namun tajam, rambut coklatnya yang lurus sebatas tengkuk. Pemuda itu dapat membuat Yuki terpanah dalam sekali lihat.

"Anda...siapa?" tanya Yuki kepada pemuda yang belum pernah ia kenal sebelumnya.

Pemuda itu hanya tersenyum lembut, "Aku adalah penolongmu, hime." kemudian pemuda itu mendekati Yuki dan meraih jemari putih sang gadis, "Ayo kita keluar dari kabut ini."

"Hah?" mata Yuki pun terbelalak. Baru kali ini ia mendapatkan perlakuan manis dari seorang pria. Kemudian wajah Yuki memerah dan panas, bahkan jantungnya pun sekarang berdetak dua kali dari biasanya.

Dan Yuki pun menangkap aroma pemuda yang berada di depannya itu yang berhasil membuat gadis manis itu jatuh hati.

Aroma teh. Yuki sangat menyukai aroma itu.

:chacha:

Mereka berdua pun telah berhasil dari kabut dan angin kencang yang menerpa mereka berdua. Bahkan, tempat yang mereka kunjungi lebih indah daripada tempat yang sebelumnya.

"Aku tidak percaya ada tempat yang seindah ini di dunia. Ini seperti surga!" ujar gadis itu bersemangat.

Sedangkan sang pemuda, hanya bisa tersenyum melihat gadis itu memasang wajah ceria, "Ini kan dunia mimpi. Kau bahkan bisa mewujudkan apapun keinginanmu." ujarnya.

"Be-benarkah?" Yuki pun bertanya dengan penasaran.

"Iya."

"Kalau begitu... aku ingin ada seekor kupu-kupu berwarna emas yang hinggap di tanganku." pintanya polos.

Dan benar saja, kupu-kupu yang dimaksud hinggap di tangan Yuki dan mengelilingi mereka berdua.

"Wah, benar! Dan di mimpi ini pun aku bisa melihat di sini!" sambungnya lagi dengan antusias.

Pemuda tampan itu menghembuskan napasnya, "Di mimpi, kau bahkan bisa menginginkan apa yang kau mau, hime." ujarnya mengusap pucuk rambut Yuki, "Bahkan kau bisa meminta naga, phoenix, merak, pelangi, ataupun bintang." senyumnya. Tatapan lembut pemuda itu yang membuat Yuki merasa menjadi betah di tempat sepi ini.

"Iya, ini hanya mimpi," ujar si gadis, "Tetapi, ini adalah mimpi yang paling indah yang pernah aku alami." sambungnya.

"Benarkah?" tanya pemuda itu.

Gadis manis itu hanya menjawab dengan anggukan.

"Syukurlah kalau kamu bahagia, hime." gumam pemuda itu.

"?" gadis kurus itu hanya mengernyitkan dahinya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu..." kemudian, pemuda itu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Yuki sendirian.

"Hah!?" gadis itu merasa bingung dan terkejut, "Tu-tunggu dulu! Aku bahkan belum tahu siapa namamu!" gadis itu meminta agar pemuda itu berhenti. Namun sia-sia.

"TUNGGUU!"

Dan akhirnya pemuda itu menghilangkan jejaknya.

.

.

.

"Hosh...hosh..." Yuki pun terbangun dari mimpinya.

"Tadi itu...mimpi?" gumamnya.

"Tetapi kenapa rasanya begitu nyata?"

Sang putri pun memijit-mijitkan dahinya yang mulai terasa pusing. Ia sendiri tidak pernah kepikiran bahwa di mimpi ia bisa melihat dan bertemu seorang pemuda tampan dan... jatuh cinta?

Ini pertama kalinya ia menemukan pemuda yang mampu memikat hatinya yang beku itu.

Gadis itu pun memegang kedua pipi tirusnya dan menggumam, "Mungkinkah aku...dapat bertemu dengannya lagi?"

SREK! Pintu kamar yang bermodel digeser itu pun terbuka.

"-!?" Yuki pun kaget, "Siapa?" tanyanya.

"Matsu, Yuki-sama." terdengar jawaban dari arah pintu.

"Oh, Matsu..." gumam Yuki, "Ada perlu apa?" tanyanya lembut.

"Tidak. Saya mendengar anda berteriak. Saya pikir ada sesuatu yang terjadi makanya saya datang kemari." jawabnya.

"Ah, aku tidak apa-apa. Hanya saja aku barusan bermimpi..." ujar sang putri.

"Mimpi burukkah?" tanya wanita berusia lima tahun lebih tua dari Yuki.

"Bukan," Yuki pun menggeleng, "Justru ini adalah mimpi yang paling indah..."


Dua hari kemudian...

Yuki pun sudah mandi dan telah didandani dengan cantik. Karena ia akan menemui seorang tabib yang akan memeriksa penyakit kutukan yang telah ia derita selama dua tahun.

Rasanya sangat menyenangkan. Gadis berambut coklat panjang itu hanya bisa berharap, bahwa tabib yang satu ini dapat menyembuhkan kebutaannya.

Gadis itu pun kemudian berjalan ke koridor dengan bermaksud untuk menemui sang tabib. Tetapi sepertinya Yuki tertabrak sesuatu.

BRUK!

"Ah, sakit..." Yuki pun meringis. Seraya meremas pakaian yang dikenakan oleh si objek yang ditabraknya itu.

"-Hm!?"

Namun indra penciumannya menangkap sesuatu yang sangat khas seperti dalam mimpinya kemarin.

Aroma teh?

Apakah mungkin itu adalah orang yang sama?

To Be Continued


A/N : Hallo minna~ jumpa lagi dengan saya author gaje nan alay ini X3 /dilempar tomat/. Ada yang kangen saya? /gak/

Rencananya mau publish Keiji x Magoichi. Namun, alurnya belum mateng jadi ya...dirombak lagi deh :D

Yukimura : Kenapa aku dijadiin cewek lagi sih? /ngamuk/

Author : Suka-suka gue dong~ /ditombak dan melancit ke Odawara/

Review, kritik, dan saran akan menambah semangat dalam revisi untuk ke depannya :D

See you,

Sanada Yuu Chacha.