—Kau harus ini, kau harus itu. Kau harus begitu, kau harus begini. Titik, tanpa koma.

—Kau harus ini, kau harus itu. Kau harus begitu, kau harus begini. Titik, tanpa koma.

STOP. Sudah cukup. Seandainya aku perempuan.

STOP. Sudah cukup. Seandainya aku laki-laki.

.

Judul : Switch
Disclaimer : Naruto punyaku :p -geplaked-
Rate : Uhh, M? -hah?- okelah, T
Chara : Kakashi, Fukumi(OC)
Warning : Akan ada Mature Content, tapi cuma dikit :p

.

Nobara Anya Fanfic,
BEGIN

.

Seorang pria, dengan rambut perak yang mencuat-cuat melawan gravitasi, sedang duduk santai dalam sebuah ruangan apartemen yang cukup mahal. Di depannya menyala televisi LCD yang menyatu dengan dinding. Pria berambut perak itu menekan remote di tangannya untuk menjadi saluran televisi. Setelah menemukan saluran berita, ia pun berhenti menekan tombol di remotenya.

Serius melihat berita, tak peduli diluar sedang hujan lebat. Ia tetap menatap datar layar televisi. Hingga bunyi bel mengganggunya. Dengan malas ia berjalan ke arah pintu masuk apartemennya dan membuka pintu. "Fukumi!" panggil seseorang yang menekan belnya itu, dengan wajah panik. "Apa, Kakashi?" tanyanya, bingung sambil mempersilahkan wanita itu masuk.

"Kau...hah...hah...akan...uhh...hah...kau..." wanita itu masih terengah-engah. "Kau berlari ke sini? Hujan-hujanan?" tanya pria itu, menatap tajam wanita itu. "M-mau bagaimana lagi? Hah...hahh..." wanita itu membungkuk, memegang lututnya. Pria itu, yang dipanggil 'Fukumi' oleh wanita itu segera menyuruh wanita itu, yang dipanggil 'Kakashi' olehnya duduk di sofa di hadapan televisi. Sementara dirinya segera berjalan menuju dapur dan kembali membawa secangkir coklat panas.

Saat kembali, 'Fukumi' malah menemukan 'Kakashi' masih dalam keadaan berdiri. "Duduk," ucapnya. "Bajuku basah." elak 'Kakashi'. "Ya sudah. Sana ganti baju." ucap 'Fukumi'. Wanita yang dipanggil sebagai 'Kakashi' segera berjalan ke arah sebuah pintu dan masuk ke dalam sana. Tak berapa lama, wanita itu keluar lagi dengan menggunakan kaos abu-abu polos model laki-laki. Tentu saja, itu adalah milik laki-laki di depannya. Bawahannya dengan boxer hitam yang longgar. Rambutnya masih basah, namun ia segera mengeringkannya dengan handuk yang disampirkan di bahunya.

"Ada apa?" tanya 'Fukumi', sambil menyerahkan coklat panas di tangannya ke tangan 'Kakashi'. Setelah meneguk coklat panas itu, 'Kakashi' segera menarik nafas panjang. "Kau akan ditunangkan!" teriak wanita yang dipanggil sebagai 'Kakashi' itu dengan tatapan horor. "Hah?" gumam pria yang dipanggil sebagai 'Fukumi'.

.

Semuanya berawal dari deklarasi singkat yang terjadi secara bersamaan dari mereka berdua. Fukumi Hibara, seorang cewek tomboy yang sangat, sangat ingin menjadi laki-laki. Kakashi Hatake, seorang pria tulen yang berpikir hidupnya sebagai laki-laki sangat tidak menyenangkan. Suatu hari, mereka berjalan ke kuil Shinto dan bergumam secara bersamaan—tidak sengaja tentunya.

"Seandainya aku adalah laki-laki."/"Seandainya aku adalah perempuan."

Dan dengan tanpa mereka sadari, keesokan paginya mereka sudah bertukar tubuh.

.

Kakashi merasa hidupnya sebagai laki-laki sangat menyiksa. Ia harus begini, begitu, semuanya demi perusahaan ayahnya yang akan diwariskan kepadanya. Ia harus kuliah di luar negeri, mempelajari ini, itu, dan yang lainnya. Tentu itu membuat kepalanya hampir pecah. Dan yang terakhir, ia diharuskan mencari calon istri dalam satu bulan. Ah, bahkan sahabatnya Obito Uchiha tidak seperti itu. Kakashi hidup dalam ambisi ayahnya. Meninggalkan semua itu artinya meninggalkan ayahnya juga. Tapi setelah ini, apakah ia masih ingin menjadi perempuan?

.

Fukumi beda lagi. Sebagai seorang anak putri satu satunya keluarga Hibara, Fukumi tertekan. Ia dituntut menjadi seorang Lady yang kuat dan tangguh. Tapi itu sama sekali bukan dirinya! Bayangkan, ia harus memakai sepatu hak yang sempit sekali dan gaun mahal yang tidak nyaman dipakai. Rambutnya akan selalu terhias indah dan wajahnya akan selalu ter-make up cantik. Itu bukan Fukumi. Fukumi sama sekali tidak merasa seperti dirinya. Karena itulah, ia sangat ingin menjadi seorang laki-laki seperti kakak tunggalnya yang bebas menentukan pilihan. Tapi setelah kejadian ini, apa ia masih ingin menjadi laki-laki?

.

*bonus-teriakan-mereka-di-pagi-hari*"KYAAAAAAAAAA!"/"KYAAAAAAAAAA!"*bonus-teriakan-mereka-di-pagi-hari*

.

.

Pada akhirnya, mereka pun terpaksa menjalani kehidupan mereka yang seperti biasa dalam tubuh yang tertukar itu.

.

Ternyata tak semudah yang mereka kira. Mulai dari adaptasi, kecurigaan teman-teman mereka, akting, mental, penyesuaian sikap, dan lain sebagainya. Bahkan mereka juga harus terbiasa memiliki tubuh baru mereka. Misal, Kakashi harus terbiasa menggunakan tubuh perempuan, dan begitupun sebaliknya. Sebenarnya hanya berasal dari pernyataan sederhana mereka yang ingin bertukar gender. Tapi ternyata mereka malah bertukar tubuh. Benar, sih, Fukumi jadi laki-laki sekarang, dan Kakashi jadi perempuan sekarang. Tapi tidak begini juga, kan?

Fukumi(dalam tubuh Kakashi) duduk di sebelah Kakashi(dalam tubuh Fukumi) di sova itu. Mereka masih diam setelah teriakan panik Kakashi yang kabur dari rumah Fukumi. "Jadi dengan siapa aku ditunangkan?" tanya Fukumi. "Dengan pria dari keluarga Uchiha itu." Jawab Kakashi. "Mengapa kau kabur?" tanya Fukumi. "Aku tidak tahu harus berbuat apa. Jadi, pertama-tama aku harus mencarimu dulu, kan?" tanya Kakashi. "Ya, tapi kau tidak perlu berlari hujan-hujanan begitu. Kalau tubuhku sakit, kau yang harus tanggung jawab." Ucap Fukumi. "Iya, iya." Ucap Kakashi.

Fukumi diam sejenak. "Seperti apa orangnya?" tanyanya. "Cukup tampan, tapi tidak cocok denganmu." Jawab Kakashi. "Tampan, ya? Lalu kenapa kau kabur kalau dia tampan. Ya biarkan saja dia bertunangan denganku." Ucap Fukumi. "Meskipun ini tubuhmu, nyawa di dalamnya tetap aku. Kau harus memikirkanku juga. Kalau selamanya kita tidak bisa kembali ke tubuh masing-masing bagaimana, hah?" tanya Kakashi. Fukumi tersenyum dengan wajah Kakashi. "Kau cemburu, ya?" tanyanya.

"Eh? Tidak." jawab Kakashi gelagapan. "Kau tidak mau aku bertunangan dengannya, kan?" tanya Fukumi. "Ya begitu juga, sih, tapi tetap saja." elak Kakashi, memalingkah wajahnya. Fukumi tertawa kecil. "Ya, ya. Keputusanmu sudah benar kalau pergi ke sini. Sekarang habiskan coklat itu." Ucap Fukumi, kembali fokus ke berita. "Kau tidak khawatir, apa?" tanya Kakashi. "Sedikit. Tapi kita tidak bisa menyelesaikannya sekarang." Ucap Fukumi ada benarnya.

"Kau pikir cuma aku yang punya masalah? Kau juga punya masalah. Perhatikan sekitarmu." Ucap Fukumi lagi. Kakashi segera memperhatikan sekelilingnya dan terbelalak ketika melihat beberapa CCTV terpasang di setiap sudut ruangan. "A— kenapa kau tidak bilang dari tadi?" tanya Kakashi berbisik. "Karena kau masih panik. Aku tidak mau membuatmu tambah panik lagi." Ucap Fukumi.

"Siapa yang memasang CCTV itu?" tanya Kakashi. "Orang tuamu," jawab Fukumi. "Kenapa?" tanya Kakashi lagi. "Karena mereka mulai mencurigai kita. Mereka mengira kau..." ucap Fukumi sambil menunjuk tubuh Kakashi. "...berpacaran dengan aku." Ucapnya lagi sambil menunjuk tubuh Fukumi. "Huh?" Kakashi agak kaget. "Bagaimana mereka...?" gumamnya. "Orang tuamu juga mulai mengikutiku dengan menggunakan mata-mata bayaran mereka." Ucap Fukumi.

"Aku sudah terlanjur masuk, kan? Bagaimana?" tanya Kakashi. "Ya, karena itulah aku mau minta pendapatmu." Ucap Fukumi. Hening sejenak. "Hah, bisa tidak kita lupakan hal ini dan lakukan sesuatu yang lain?" tanya Kakashi sambil memijit kening. "Jadi begitu menurutmu?" tanya Fukumi, tersenyum tipis. Kakashi mengangguk. Fukumi langsung menyentuh bagian perut samping Kakashi(dalam tubuh Fukumi), membuat Kakashi terkejut karena geli. Kakashi pun membalas dengan menggelitiki perut Fukumi(dalam tubuh Kakashi). Mereka pun saling menggelitiki satu sama lain dan kemudian berlarian saling mengejar mengelilingi ruangan. Tawa mereka pun terdengar bahagia.

.

Dalam ruangan itu terdapat sekitar enam monitor yang menampilkan ruangan tempat Fukumi tinggal. Apartemen mahal itu terlihat biasa saja, tapi penghuninya tidak. Penghuninya terlihat saling kejar-kejaran mengelilingi ruangan. Tak jarang terlihat wajah bahagia mereka. Dan pada akhirnya, si wanita di ruangan itu berhasil menangkap si pria. Mereka pun bergumul di sofa sambil menggelitiki satu sama lain.

"Siapa wanita itu sebenarnya?" gumam seseorang di ruangan tersebut.

.

"Baik, baik. Cukup," ucap Fukumi. Mereka berdua sama-sama langsung mengambil nafas panjang. "Kemarin aku pinjam DVD bagus. Mau lihat?" tanya Fukumi. Kakashi mengangguk pelan. Fukumi berdiri, kemudian berjalan menuju meja kecil di bawah LCD TV-nya. Setelah selesai, Fukumi segera kembali ke sebelah Kakashi setelah mematikan lampu dan duduk di sebelahnya. "DVD apa?" tanya Kakashi. "Lihat saja dulu," ucap Fukumi.

Beberapa menit setelah pembukaan, Kakashi sedikit terkejut dengan munculnya wajah boneka Annabelle di layar televisi. Fukumi tersenyum tipis. "Kenapa film horor sih?" tanya Kakashi. "Ya, kamu mau lihat, tidak?" tanya Fukumi. "Tidak ada film lain, yah? Ganti." perintah Kakashi. "Kamu takut? Heh, kamu itu laki-laki. Kenapa takut?" tanya Fukumi. "Aku tidak takut. Aku benci horor." Ucap Kakashi. Fukumi tetap diam, namun dia menyeringai. "Sekarang aku laki-lakinya. Peluk saja aku kalau kau takut." Ucap Fukumi.

.

Ketika hujan reda, Fukumi bergegas mengenakan jaketnya dan begitu pula dengan Kakashi yang memakai baju yang baru Fukumi belikan. Kakashi tak tahu apa yang Fukumi rencanakan. Ia hanya menurut saja ketika Fukumi membawanya masuk ke dalam mobil Rolls Royce miliknya. Mobil mewah berplat nama 'H Kakashi' itu melaju seperti angin. "Sebenarnya apa yang akan kau lakukan?" tanya Kakashi. Fukumi diam saja sambil menyetir mobil.

"Bolehkah aku bertanya padamu?" tanya Fukumi. "Apa?" tanya Kakashi. "Apakah kau bersedia jika aku yang jadi isterimu?" tanya Fukumi, membuat Kakashi memiringkan kepalanya, tidak mengerti. "Kenapa begitu?" tanya Kakashi. "Jawab saja pertanyaanku," ucap Fukumi.

Hening.

"Kurasa memang tak ada pria lain yang bisa menjadi suamimu." Ucap Kakashi, tersenyum tipis. "Bukan jawaban itu yang kuinginkan." Ucap Fukumi. "Lalu?" tanya Kakashi. "Maksudku, apa kau..." Fukumi memotong kalimatnya. Fukumi menatap resah jalanan. Tangannnya mencengkeram erat stir mobil. "...menyukaiku?" tanya Fukumi, dengan wajah merona(wajahnya Kakashi). Kakashi cengo. Bayangkan saja wajah cengo Fukumi yang digunakan Kakashi.

"He, kau keracunan apa?" tanya Kakashi setengah sweatdrop. "Aku serius." Ucap Fukumi. Ronanya sudah menghilang. Kali ini wajahnya terlihat sangat serius. Hanya saja, Fukumi tidak menatap wajah Kakashi secara langsung. Kakashi terkejut. Ada sedikit rasa aneh dalam dadanya. Memikirkannya membuat kepalanya terasa sedikit aneh. Tapi kemudian ia tersenyum. "Aah," desahnya. Fukumi akhirnya menoleh ke arah Kakashi, namun ia segera fokus ke tangan. "Ternyata kau juga menyukaiku, kan?" tanya Kakashi mengacungkan jari telunjuknya ke arah Fukumi.

Fukumi hanya melirik singkat. Tak ada perubahan ekspresi berarti di wajahnya. "Kau bilang 'juga'. Artinya kau juga menyukaiku." Ucap Fukumi. "Jangan mengelak. Kau sudah ketahuan." Ucap Kakashi tersenyum menang. "Jadi, kau mau tidak?" tanya Fukumi. "Mau apa?" tanya Kakashi. "Ingat-ingat pertanyaanku yang pertama tadi!" ucap Fukumi sambil mendengus. "Oh?" Kakashi mengingatnya. "Aku masih ragu," ucap Kakashi, membuat Fukumi kembali menoleh.

Kakashi tersenyum jahil. "Dada milikmu ini tidak memenuhi syaratku." Ucap Kakashi sambil memegang dada Fukumi. "Jangan sentuh dadaku!" ucap Fukumi cepat. "He, kenapa? Tubuh ini kan jadi milikku sampai kita kembali." Ucap Kakashi. "Hentikan itu!" hardik Fukumi dengan mata memelototi Kakashi yang mengelus dadanya. Kakashi tersenyum. "Aku tidak takut melihat wajahku sendiri." Ucapnya.

"Lagi pula, tubuhmu yang berotot ini juga terlihat tidak seksi sama sekali." Ucap Kakashi santai. "Ya sudah. Aku menikahi pria Uchiha itu saja." Ucap Fukumi sama santainya. Kakashi agak terkejut. "Tapi kau kan menyukaiku?" tanya Kakashi. "Tapi kau kan tidak menyukai tubuhku," ucap Fukumi sama sekali tidak merubah wajah datarnya. "Aku tidak bilang aku tidak suka." Ucap Kakashi. Fukumi meliriknya. "Tubuhmu terlihat bagus kalau telanjang, kok." Ucap Kakashi. Fukumi menoleh lagi, kali ini dengan wajah terkejut.

"Tenang, aku tidak mencoba bermasturbasi dengannya, kok." Ucap Kakashi lagi, dan sukses memunculkan perempatan di dahi Fukumi. "Aku bercanda, kok." Kakashi tertawa kecil. Fukumi menoleh ke arahnya dengan wajah terkejut. "Aku tidak melihat tubuhmu sama sekali. Hanya memegangnya ketika aku mandi. Aku selalu mengenakan penutup mata agar aku tidak tanpa sengaja melihatnya." Ucap Kakashi, membuat Fukumi terlihat lebih tenang. "Aku ini bukan tipe orang yang suka melihat tubuh wanita yang belum jadi isteriku, tahu." Ucap Kakashi lagi.

"Akan." Ucap Fukumi pelan. "Huh?" Kakashi tak mengerti, dan tak sempat menanyakannya karena mereka sudah sampai di Manor milik Fukumi. Mereka pun turun dari mobil dan segera membuat orang tua Fukumi terkejut. Fukumi terlihat menggenggam tangannya erat. Menelan ludahnya dan menghela nafas panjang. "Fu...Fukumi?" tanya Kakashi yang merasakan firasat buruk. Fukumi menoleh ke arahnya. "Pegang tanganku. Panggil aku Kakashi. Jangan lakukan kesalahan." Ucap Fukumi cepat.

Dan mereka masuk ke dalam Manor mewah itu.

.

.

CHAPTER 1, END

.

.

Monggo diterusin bacanya di Chap selanjutnya.

CHAP 1 dan 2 langsung aku posting hari ini :)