Didn't Know But It Was Love

.

AliceAo96

.

T

.

Screenplays!Chanbaek/ ChenMin/ Sulay/ kaisoo/ HunHan with our favourite OTP KRISTAO| :D

.

Fluffy Romance

.

Yaoi/ BL/ Be eL/ Alternative universe with typo(s)

.

No like don't read!

.

Summary! :

Ini adalah kumpulan kisah cinta yang mungkin; biasa terjadi bagi kalian. Atau paling tidak, kalian berpikir seandainya itu bisa terjadi pada kalian bersama – sama dengan orang yang kalian sayangi. Kisah percintaan remaja yang terjadi apa adanya di kehidupan nyata; berminat mengikuti kisah kedua belas remaja beragam usia dan profesi ini? :D

|warning! cerita nggak sesuai dengan judul! :3|

.

.

.

.

Chapter 1 :: Didn't know but it was love; Monday

.

.

Hari ini adalah hari bersih – bersih cafe tempatku bekerja sambilan; untung saja aku telah menjalankan ujian nasional tingkat SMA, jadi ketika aku tahu jika jadwal besih – bersih cafe adalah hari senin, maka aku tak perlu takut dengan bentrok jadwal sekolah.

Kami—karyawan cafe bernuansa ramah lingkungan dengan beberapa tanaman yang menghias cafe mendapat tugas masing – masing. Ada yang membersihkan meja dan kursi; ada yang menyapu dan mengepel lantai; ada yang mengurus semua tanaman yang tersebar di cafe ini; atau juga ada yang sibuk di dapur—entah sibuk apa aku tidak tahu.

Dan aku mendapatkan tugas membersihkan jendela cafe yang lumayan besar dan tinggi. Dengan kain yang melindungi rambutku dari debu, dengan apron tua yang memeluk tubuh depanku dan ember, juga lap kain jendela. Tak lupa dengan pembersih kaca yang menggantung di pinggangku.

Sesekali, aku menggumam, menyanyikan lagu yang sesuai dengan pagi erah di hari pertama awal minggu bulan Mei. Sesekali pula dalam konser tunggal miniku, aku terbatuk karena tanpa sengaja mengirup debu. Setelah selesai membersihkan jendela menggunakan kemoceng, aku kembali ke tempat pintu masuk cafe; dimana semua peralatanku berada.

Namun ketika aku akan mengambil lap yang ada di mulut ember itu, mataku menangkap sesosok pria mungil yang berdiri tak jauh dari jarakku. Dengan tas yang diselempangkan ke bahu kanan dan kedua tangannya ia sembunyikan dia belakang. Ia memakai kemeja pendek berawrna biru dongker yang panjangnya pas sepinggul, dan celana kain pendek selutut berwarna coklat muda. Rambutnya yang pendek lurus berwarna coklat caramel itu diterpa angin pagi; helai – helainya menari – nari cantik. Pria manis berwajah chubby itu menatapku dengan senyumannya yang khas. Aku tahu dia siapa, maka dari itu aku berdiri dan melangkah mendekat untuk menyambutnya.

"selamat pagi, bos." ia tersenyum manis, lalu memberikan sekotak sandwich yang terdapat di kotak makan berwarna hijau tua dalam genggamannya.

"untukku?" aku menatapnya tak percaya.

Dia mengangguk, saat itu tersenyum sedikit lenar seperti itu, matanya yang sipit semakin tambah sipit—terlihat manis. Membuat jantungku berdebar kencang dan gugup. Aku menatap wajahnya, lalu ke kotak bekal yang di dalamnya terdapat makanan yang menggiurkan itu. Padahal aku sudah sarapan sebelum berangkat ke sini, namun ketika melihat sandwich buatan boss-ku yang terkenal di kalangan karyawan lain, membuat perutku memberontak.

Berkali – kali aku menatap gilir sandwich dan wajah boss-ku yang tersipu tipis. Ya, aku tahu jika wajahnya tersipu; tapi aku biarkan saja. berpura – pura untuk tidak tahu. Kupikir itu lebih menarik.

Akhirnya dia jengah juga dengan tingkah lakuku yang seperti orang idiot; apalagi dengan kondisinya yang sedang menyodorkan sesuatu namun tidak direspon olehku yang lawan pandangnya. Secara reflex, ia merautkan wajah sedih, membuatku gemas dan berusaha untuk menahan untuk mencubit pipi tembamnya.

"kenapa? apa kau tak menyukai sandwich buatanku? padahal karyawan lain suka, lho!" dia merajuk dengan kaki kanannya yang terhentak secara tidak sadar.

"ah, tidak. Mana mungkin lidahku tidak akrab dengan masterpiece – mu, boss! Aku bisa dipecat kalau begitu!" Aku tersenyum kecil dan mengambil kotak bekalnya.

"aku tidak sejahat itu untuk memecatmu hanya karena kau tidak menyukai makanan buatanku. Kalau kau tidak menyukainya, biar aku berikan ke karyawan lain."

"tidak; jangan! buatku saja, boss! ini buatku, 'kan? ok, gomawo, boss.. kau tahu saja jika aku sedang kelaparan." aku buru – buru untuk menghentikan niatnya. Aku rugi banyak jika menolak pemberiannya. Ya sudah, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui! Terima sandwich – nya, dan buat senang boss – mu!

Dia terkejut. Matanya berkedip berkali – kali. "eih? kau belum sarapan, eoh?"

Aku menggeleng sambil menatap isi yang ada di dalam kotak bekal yang kugenggam. "sudah. Tapi begitu aku melihat sandwich ini, aku jadi lapar lagi, deh~~"

"hahaha.., kau ini. Ya sudah, makanlah sebelum kau melakukan tugas bersih – bersihmu. Kau juga bisa membagikannya kepada karyawan lain." Aku mengangguk, namun hatiku berkata protektif bahwa karyawan lain tak boleh memakan sandwich khusus untukku.

"baiklah. Apa kau ingin beristirahat di kantormu, boss?" Dia menggeleng.

"aku ingin ikut kalian bersih – bersih. Sesekali, aku ingin mengistirahatkan otakku dari anggaran keluar – masuk dana cafe dan dokumen lainnya."

"ok.., baiklah. Selamat datang, boss. Dan aku akan kembali bekerja..., setelah sarapan dengan ini dulu~"

"hahahaha.., tentu saja. Habiskan, ya! umm.., anoo~~"

Aku yang hendak menggeser tempatku berdiri untuk memberi jalan pada pemilik cafe ini terhenti. Menatap wajahnya yang menatapku lurus dengan ragu – ragu; sementara aku hanya bisa merautkan wajah bingung.

"ada apa, boss—"

CHUP!

—"se, selamat makan dan semangat untuk bersih – bersihnya, Chen – ah.. A, aku permisi!"

Aku terpaku. Terbengong – bengong seperti orang idiot lagi. Mataku melotot kaget dengan apa yang terjadi dan lidahku kelu untuk sekedar mengeluarkan satu huruf pun. Mengabaikan tatapan aneh dari para pejalan kaki yang menyadari kondisiku. Otakku masih memproses tentang apa yang boss imut itu lakukan padaku; dan setelah dua menit berselang, aku terkekeh kecil.

Kuusap pipi kanan dimana boss muda namun berbakat itu mendaratkan ciuman manisnya. Bahkan aku masih bisa merasakan lembab bibirnya dan rasa hangat yang terjadi karena efek kejadian tiba – tiba tadi; padahal dua menit telah berlalu.

Menyebalkan! Seenaknya saja dia mencuri pipiku yang masih virgin—sebelum dia merampas ke-virginannya!

"awas saja kau, akan kulakukan sesuatu untuk membayar ulahmu yang membuatku jantungan seperti ini, Xiumin hyung! Akan kuajak kau berkencan sore nanti sebagai hukumanmu, hyung!"

Aku menatap boss cafe—Xiumin hyung, yang saat itu sedang mencuri pandang kearahku; dan aku menangkap basah dirinya. Membuatnya panic dan berlari kecil ke dapur untuk menyembunyikan dirinya yang sedang salah tingkah. Membuat beberapa karyawan yang menyadarinya bertanya – tanya dengan berbisik. Dan dibalas dengan kedikan bahu atau gelengan kepala mereka. Aku terkekeh lagi, bahkan kali ini membuatku mengeluarkan air mata saking lucunya dia.

Sambil menatap sandwich buatannya, aku memantapkan diri dalam hati untuk menyatakan cinta padanya ketika kami kencan nanti. Mengungkapkan perasaanku yang telah tumbuh sejak aku bertemu dengannya, satu tahun yang lalu.

Dan kini, bibit yang aku tuai telah berubah menjadi mawar merah di hati. Dengan kelopaknya yang terbuka indah.

.

.

.

.

[Monday :: ChenMin side – The end]

.

.

[To be Continued]

.

.

.

A/N[0] :

Hanya saran, silahkan download lagu Didn't know but it was love dan dengarkan musiknya bersamaan membaca ff ini! :3

.

.

A/N[1]:

Ini Fluffy Romance pertama Al! horeee! :D

Semoga kalian suka, ok...? Al mau rehat dulu buat ff rated M – nya! dan mau mencoba, apakah Al bisa membuat ff murni rated T..?

Dan, bagaimana? Apa Al berhasil..?

Adegan mana yang terasa nyata bagi kalian?

Kalau Al waktu Xiumin salting karena ketangkap basah Chen yang tahu jika ia mencuri pandang kearah Chen! hihihihi~~ unyuuuu~~~ sampai kabur ke wilayah dapur, gitu!

Jaa..,

Want to review? :3