Retaliate
Cast: EXO Sehun | Baekhyun | Luhan | Kai | Kris |Taehyung BTS
Rated: T
Genre: Romance, Hurt / Comfort, Drama
Length: Chaptered
Warning: OOC, AU, BL, boyxboy, shounen ai, dan sejenisnya. Don't like don't read.
Disclaimer: Cerita ini pure ide Author. Plagiator not allowed! Cast disini semua adalah milik Tuhan. Jangan lupa untuk mengisi sedikitnya 2 kata di kotak review / RCL. Hm hm hm :) Please enjoy it!
.
.
Sehun terus mengaduk-aduk orange juice-nya dengan sedotan. Saat ini ia tengah berada di sebuah cafe dengan suasana cozy ditemani dengan musik jazz yang menenangkan hati. Ia menatap tajam pada seseorang yang duduk di depannya. Seseorang itu terus menunduk sembari sekilas menatap Sehun lalu menunduk kembali. Ia terus memelintir ujung bajunya menahan rasa gugup.
"Kau sudah memikirkan matang-matang pilihanmu itu heum?" Sehun menopang dagunya dengan telapak tangan kirinya demi menatap lebih dalam sosok manis dan mungil di depannya. Akhirnya lelaki manis itu berani menatap mata kelam Sehun. Menggigit bibir bawahnya dan mengepalkan kedua tangannya yang bertumpu pada pahanya kuat-kuat.
"Aku yakin, aku sudah memutuskannya. Dan aku sudah menimbang-nimbang apa yang menjadi resikoku jika aku memilih ini" Ucap namja itu sambil mengangguk mantap. Sehun terlihat mengedikkan bahunya tak peduli.
"Baiklah, Baekhyun-ssi. Senang bisa berkerjasama denganmu." Sehun mengulurkan tangannya pada pria yang ia panggil Baekhyun. Dengan ragu ia menyambut tangan senyum yang mengembang di bibir tipis Sehun. Pria berkulit pucat itu menaikkan sudut bibirnya keatas. Bayangan tentang seseorang itu semakin jelas. Ia akan segera belas dendam. Tinggal tunggu waktu maka seseorang itu akan merasakan sakit yang sama dengan Sehun rasakan sekarang.
-Retaliate-
Dengan lesu, Baekhyun membuka pintu kontrakan kecilnya. Kesepakatan yang ia setujui dengan Sehun memang benar-benar konyol. Jujur ia tak ingin melakukannya kalau ia tidak sedang dalam keadaan darurat. Adik kecilnya, Taehyung sedang berjuang melawan maut. Penyakit tumor di otaknya sudah semakin membesar. Akibatnya Taehyung sering jatuh tak sadarkan diri.
Sudah sepekan ini Taehyung dirawat di rumah sakit dan selama sepekan itulah Baekhyun mati-matian mencari uang dan pinjaman demi kesembuhan adiknya. Taehyung harus segera dioperasi. Kalau tidak ia akan kehilangan anggota keluarga satu-satunya.
Benar.
Baekhyun hanya hidup berdua dengan adiknya di kontrakan kecil ini. Dan ia tak mau begitu saja kehilangan malaikat hidupnya secepat itu. Inilah alasan Baekhyun menyetujui ide konyol Sehun.
Balas dendam.
Seperti suatu keajaiban, Sehun dengan sukarela membantu membiayai operasi Taehyung. Seperti ada aliran sungai di tengah gurun pasir, Sehun memberikan nafas untuknya. Namun, ia tak sepenuhnya memberikan bantuan itu cuma-cuma. Bukan uang. Tapi usaha. Usaha untuk menyakiti hati seseorang. Ia menghembuskan nafasnya kasar.
"Apa aku tak terlalu kejam, menyetujui ide bodoh Sehun? Arrgghh!" Baekhyun mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia tak mau jadi orang jahat. Tapi ia juga tak bisa mencari lagi siapa yang mau membantu kesulitannya. Disaat itulah, Sehun mengulurkan tangannya Baekhyun merasakan kelegaan di dadanya, walau tak sepenuhnya. Ia akan menyakiti hati seseorang dan seseorang itu adalah orang yang sangat dekat dengannya.
"Maafkan aku. Aku hanya ingin adikku sembuh.."
-Retaliate-
Baekhyun mematut dirinya di depan cermin. Hari yang baru. Baekhyun dengan kepribadian yang baru. Baekhyun yang ceria. Baekhyun yang lembut. Baekhyun yang baik hati. Ia harus membuangnya jauh-jauh. Ia bukan Baekhyun yang dulu lagi. Itulah konsekuensinya. Sehun yang menyuruhnya. Memang dia kejam. Tapi mengingat ia akan membantu biaya operasi adiknya, Sehun bukan sepenuhnya orang yang kejam. Setidaknya ia masih punya rasa kepedulian pada seorang tak berharga seperti Byun Baekhyun.
Tokk tokk
Suara ketukan pintu membuat Baekhyun terperanjat. Ia segera bersiap diri sembari merapikan seragam dan rambutnya. Dengan sigap ia menyambar tas punggung yang berada di ranjangnya dan berlari membuka pintu. Ketika ia membuka pintu, ia melihat sosok tinggi dengan senyumnya yang menawan. Ia tampak keren dengan rambut blondenya yang ia atur berantakan. Dengan tas punggung yang ia pautkan di sebelah lengannya dan kedua tangan yang ia masukkan dalam saku celananya, siapa yang tidak menjerit histeris dengan pesonanya. Jujur, Baekhyun sedikit tertarik dengan laki-laki di depannya ini. Tapi mengingat tujuan ia kesini untuk melancarkan aksinya, ia harus membuang fikiran-fikiran itu. Kesan pertamanya pada Sehun tidak sesuai harapannya.
"Ayo kita berangkat" Ucapnya datar sambil menarik tangan Baekhyun sampai terhuyung ke depan hampir kehilangan keseimbangannya. Entah kenapa Sehun sangat bersemangat hari ini.
"Kau tahu kan Baekhyun apa yang harus kau lakukan nanti?" Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil sport Sehun dengan atap terbuka. Dari dulu Baekhyun sangat ingin naik mobil seperti ini. Ia ingin berdiri dan berteriak saat mobil melaju kencang hingga angin dapat menghantam lembut wajahnya. Ah, impian Baekhyun memang terkabul, tapi dengan keadaan yang tentunya Baekhyun tak pernah harapkan. Tak mungkin juga ia melakukannya di mobil Sehun. Bisa-bisa ia dikatai norak atau apalah. Mungkin akan membuat Baekhyun sakit hati. Benar. Ia memang miskin. Ia tak sekaya Sehun yang katanya punya perusahaan minyak di Abu Dhabi. Satu kata. Wow. Sehun sempurna.
"Hei, kau mendengarkan apa yang baru saja aku katakan, bukan?" Ucapannya membuat Baekhyun sadar dari lamunannya. Ia mengangguk pelan. Tak perlu dikatakan beberapa kali. Cukup sekali saja Baekhyun dapat memahaminya. Ia tidak bodoh. Kehidupan kerasnya itulah yang membuatnya tahu bagaiman tipe-tipe seperti Sehun. Apa yang Sehun inginkan demi kepuasan hasratnya. Dan demi membalaskan dendam yang berkecamuk di dadanya.
"Aku sudah cukup tahu apa tugasku Sehun-ah. Apa aku perlu menunjukkanmu sekarang heum?" Baekhyun mengelus dada bidang Sehun dengan seduktif. Mendekatkan wajahnya di leher Sehun dan mengecupnya singkat. Sehun menarik sudut bibirnya keatas. Ia tidak salah memilih Baekhyun. Tapi semua sentuhan yang Baekhyun berikan seakan tidak menimbulkan perasaan apapun. Mati rasa. Entahlah. Sejak perasaannya sudah tercurahkan semua pada seseorang, tapi seseorang itu malah melukainya.
"Kau yakin akan melakukannya pada sahabatmu sendiri?"
"Entahlah. Tapi yang terpenting sekarang adalah adikku. Walaupun nantinya kehidupan sosialku akan berantakan, setidaknya aku tidak kehilangan adikku." Baekhyun tersenyum pahit. Sehun menepuk bahu Baekhyun pelan sekedar menenangkannya.
"Aku janji. Setelah selesai, aku akan mengirimmu jauh dari sini agar kau bisa bersosialisasi lagi dan hidup bahagia bersama adikmu." Sehun meyakinkan Baekhyun dan mulai melajukan mobilnya. Baekhyun tersenyum. Angin menerpa lembut wajahnya. Ia memejamkan matanya. Menikmati udara segar yang membuat rambutnya yang sudah ia tata rapi kembali kusut. Tapi entahlah, Baekhyun tak peduli. Setidaknya ia bisa menikmati kesenangan walaupun hanya sementara.
-Retaliate-
"Aku tadi lihat Sehun berangkat bersama dengan Baekhyun" Seketika Luhan menjatuhkan buku yang ia baca barusan ketika mendengar kata yang menusuk ulu hatinya dari bibir Kai. Matanya menerawang. Mengembalikan lagi pada memori yang ia putar beberapa waktu yang lalu. Saat ia menyatakan untuk berpisah dengan Sehun. Sakit memang. Tapi ia harus melakukannya. Demi ayahnya. Ia sudah dijodohkan. Ia tak bisa menolak kemauan ayahnya, karena Luhan bukanlah tipe anak yang pembangkang.
"Aku tak tahu kalau Baekhyun akan menghianatimu, Lu. Dia sama saja dengan para pemuja Sehun. Di depanmu bersikap manis, tapi dibelakang menusuk"
Brakk!
Luhan menggebrakkan meja menggunakan buku yang ia genggam. Pandangannya menyulutkan kemarahan pada orang yang sedari tadi membuatnya seperti ini. Baekhyun adalah sahabatnya dan tak mungkin ia melakukan hal seperti itu.
"Diam kau Kai! Kau tidak berhak menjelekkan Baekhyun! Kau tidak tahu apa-apa tentangnya. Aku yang tahu bagaimana sifatnya dan kehidupannya. Sungguh hina kalau kau punya fikiran seperti itu!" Kai melonjak kaget. Ia hanya tak tahu kalau Luhan yang lembut bisa semarah ini. Apa perkataannya tadi sungguh keterlaluan.
"A-Aku minta maaf Luhan. Aku tak bermaksud begitu. Aku-Aku hanya peduli padamu. Aku juga tak mau nantinya kau akan sakit hati karena Baekhyun" Kai menarik lengan Luhan dan menggenggamnya. Luhan menepis tangan Kai yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia masih emosi. Kai selalu begitu. Selalu menjelekkan Baekhyun. Entah itu karena Baekhyun berasal dari kelas menengah ke bawah, Baekhyun yang tak punya latar belakang sosial seperti dia dan Baekhyun yang sok manis dan perhatian. Ah entahlah. Luhan rasa Kai memang benar-benar membenci Baekhyun. Dan kali ini ia membual tentang hubungan Sehun dengan Baekhyun. Kalaupun itu memang benar, Luhan tak mempunyai hak untuk melarang Baekhyun dekat dengan Sehun. Toh ia sudah memutuskan hubungannya dengan Sehun sekitar sepekan yang lalu. Namun, tak dipungkiri Luhan memang masih mencintai Sehun.
-Retaliate-
Sepasang kekasih baru itu berjalan bersama menuju ke kelas. Sepertinya mereka tak kunjung ingin melepaskan jari jemari mereka yang saling bertaut. Sehun membuat Baekhyun berhenti ketika akan memasuki kelasnya dengan menarik tangannya. Baekhyun menatap mata kelam itu dan tersenyum.
"Aku masuk kelas dulu. Kau juga, heum?" Baekhyun mendaratkan telapak tangannya di pipi Sehun dan mengusapnya lembut. Disini. Di depan kelas mereka akan menunjukkan sandiwaranya. Dengan disaksikan beberapa murid yang sekedar lewat di koridor dan yang berada di dalam kelas Baekhyun, mereka benar-benar menarik perhatian. Mereka sukses membuat beberapa murid berbisik dan membicarakan kedekatan mereka. Sehun tersenyum. Sepertinya orang yang diincarnya benar-benar melihatnya sekarang. Bisa ia lihat ekspresi seorang Luhan tengah mengepalkan kedua telapak tangannya kuat-kuat di atas meja menyaksikan dua sejoli sedang memadu kasih di depan matanya. Sehun belum puas. Ini masih awal. Dan ia ingin Luhan benar-benar merasa sakit hati dan terkhianati akibat kelakuannya dengan Baekhyun.
Sehun mengalihkan pandangannya kearah mata sayu Baekhyun. Walaupun Baekhyun tersenyum padanya, tapi Sehun yakin hatinya menjerit pilu sekarang.
"Baiklah, nanti kita pulang bersama." Ucap Sehun lembut sambil menggenggam tangan Baekhyun yang masih betah berada di pipinya. Ia ingin menunjukkan sesuatu sekarang. Tidak terlalu cepat, tapi ia yakin Luhan pasti akan merasakan gemuruh di dadanya setelah ini.
Sehun menangkupkan kedua tangannya di pipi Baekhyun dan menariknya dalam sebuah ciuman. Mengecup sekilas bibir mungil itu dan beralih ke hidung mancung Baekhyun. Sehun tersenyum kecil. Entah apa yang akan Baekhyun hadapi setelah kejadian barusan. Ia sangat penasaran. Ia lalu meninggalkan Baekhyun dengan lambaian tangan dan berlalu meninggalkan Baekhyun untuk masuk ke kelasnya sendiri.
Baekhyun masih berdiri mematung di depan kelas. Sehun hebat. Ia benar-benar sukses membuat teman satu kelasnya menggunjingkan dirinya. Entah apa yang akan ia hadapi setelah ini. Terutama pada Luhan, orang yang berarti buatnya. Dan sekarang kenangan indah itu akan menguap bersama dengan angin yang membawa terbang kebahagiaannya. Baekhyun tersenyum miris. Bahagia? Masih pantaskah ia bahagia?
Seseorang seperti menarik bahu Baekhyun dengan kasar dan membuat Baekhyun mau tak mau memutar posisinya kearah seseorang yang mencengkeram bahunya.
Kai?
"Penghianat! Apa kau tidak punya malu hah melakukan adegan menjiikkan seperti itu disini?!" Kai menatap Baekhyun tajam. Terlihat kemarahan dalam matanya. Baekhyun hanya bisa tersenyum sembari menepis tangan Kai yang masih betah bertengger di bahunya. Baekhyun balik menatap Kai tajam. Ia melipat kedua tangannya di depan dada, melihat mata penuh kebencian itu setenang mungkin. Baekhyun sadar, dari dulu Kai memang tak pernah suka dengannya.
"Apa yang aku lakukan, itu bukan urusanmu, Kai-ssi. Kuharap kau tak mencampuri urusanku. Memangnya kau siapa heum?" Ucap Baekhyun sesantai mungkin. Ia berlalu meninggalkan Kai yang masih berdiri mematung. Anak itu. Selalu saja membuat Baekhyun tak nyaman. Kalau bukan ia sahabat kecil Luhan, mungkin ia sudah memaki dan menendangnya jauh-jauh dari hadapannya. Ia muak. Kai selalu menganggap rendah dirinya.
Baekhyun berjalan menuju bangkunya. Ia melihat Luhan yang duduk di sebelah bangkunya tengah menatapnya dengan tatapan sayu. Tatapan itu membuat Baekhyun makin bersalah. Tapi ia segera menepis perasaan itu. Di depan Luhan, ia harus terlihat meyakinkan. Ia harus benar-benar melukai perasaan sahabatnya demi kepuasan seorang Oh Sehun.
"Byun Baekhyun! Apa kau masih punya harga diri untuk duduk di samping Luhan eoh?!" Kai ternyata belum keluar dari kelasnya. Itu terbukti dari suara lantang Kai yang menggema di dalam ruang kelas. Semua murid menatap Baekhyun, Luhan dan Kai bergantian lalu kemudian saling berbisik. Luhan memejamkan mata dan mengepalkan tangannya menahan emosi. Kai, dia sungguh keterlaluan.
"Kai-ssi, bukankah sudah kubilang apapun yang aku lakukan itu bukan urusanmu. Bukankah seharusnya kau masuk dalam kelasmu sendiri. Disini, bukan kelasmu. Jadi silahkan keluar" Baekhyun masih berusaha bicara dengan santai tapi sepertinya yang diajak bicara tak menunjukkan sikap ramah. Kai menghampiri Baekhyun yang tengah duduk di bangkunya dan mulai menarik kerah baju Baekhyun dengan kasar.
"Aww, kau menyakitiku, Kai-ssi." Ucap Baekhyun dengan nada yang dibuat-buat kesakitan. Hal itu hanya membuat Kai semakin geram.
"Kau-"
"Luhan-ah, sepertinya Kai tidak akan pernah menuruti perintahku. Bagaimana kalau kau yang menyuruhnya untuk keluar dari kelas kita. Kau lihat sendiri kan, dia berbuat hal tidak menyenangkan padaku" Baekhyun menoleh kearah Luhan yang tengah syok melihat kelakuan Kai. Luhan langsung menepis tangan Kai yang mencengkeram kerah Baekhyun.
"Kai berhenti, jangan lanjutkan lagi. Pergi ke kelasmu karena setelah ini bel masuk" Ucap Luhan tanpa menatap Kai. Kai melihat tangan Luhan bergetar. Mata indah itu entah sejak kapan mulai mengembungkan air mata. Luhan sekarang sedang terluka dan ia tak mau melihat Luhan semakin sakit. Terlebih karena sikapnya. Dengan langkah gontai, Kai meninggalkan kelas Luhan sambil sesekali melirik sosok sahabatnya itu. Menyedihkan.
"Sepertinya dari dulu Kai tidak menyukaiku, ah tidak. Maksudku dia amat membenciku" Desis Baekhyun pelan pada Luhan. Sekilas Luhan melirik kearah Baekhyun. Baekhyun tersenyum. Tapi bukan tersenyum senang atau sejenisnya, tapi lebih ke tersenyum menunjukkan perih di hatinya.
"Baekhyun-ah, Kai hanya belum mengenalmu." Hibur Luhan sambil menepuk pelan bahu Baekhyun. Baekhyun memalingkan wajahnya kearah Luhan. Ia tersenyum. Tapi bukan senyuman tulus yang diharapkan Luhan. Senyuman Baekhyun berbeda dengan senyuman yang selama ini ia tahu. Senyuman itu seperti senyuman yang Baekhyun tunjukkan pada Kai. Apa sekarang Baekhyun membencinya juga? Luhan berkata dalam hati.
"Kau tidak marah padaku? Maksudku, kau lihat sendiri kan. Aku dengan Sehun…" Baekhyun menggantung kata-katanya sambil menatap mata Luhan dalam-dalam. Sakit. Perih. Itu yang dirasakan Luhan sekarang.
Benar.
Laki-laki yang ia cintai sekarang sudah berhasil melupakannya. Menemukan pengganti dirinya yang lebih baik, dan itu adalah Byun Baekhyun.
Tak dipungkiri Baekhyun juga sosok seorang yang baik di matanya. Pekerja keras, penyayang dan mandiri. Latar belakang keluarganya yang membuat Baekhyun kuat sampai sekarang dan dengan hati yang besar ia masih bisa tersenyum ceria dan menjalani kehidupan yang terkadang kejam. Sehun tak salah pilih. Seharusnya Luhan bahagia. Tapi, entah kenapa ia merasakan sakit yang luar biasa di ulu hatinya. Ia masih belum sepenuhnya rela melepaskan Sehun. Ia masih…. Mencintai Sehun.
"Aku sudah putus dengannya. Dan aku…sudah tidak mencintainya lagi. Jadi kau tak perlu-ehmm kau tak perlu memikirkan perasaanku.." Luhan menggigit bibir bawahnya keras-keras. Perasaan yang berkecamuk di dadanya tak kunjung dapat ia kuasai. Tidak. Luhan tak benar-benar melupakan Sehun dan Luhan tak merelakan begitu saja.
"Baguslah. Jadi aku tak perlu khawatir akan melukai perasaanmu, Luhan-ah. Kau tahu? Dari dulu aku memang tertarik dengan Sehun. Dan aku bahagia sekarang dapat memiliknya." Baekhyun mengedikkan bahunya sembari tersenyum manis. Pernyataan Baekhyun sukses membuat Luhan melonjak kaget. Baekhyun sudah menyukai Sehun dari dulu? Luhan meremas celana seragamnya kuat-kuat. Baekhyun melakukan seperti ini bukan berarti Baekhyun menghianatinya, bukan? Karena Baekhyun bukanlah perusak hubungannya dengan Sehun. Takdirkah? Mungkin ini sudah takdir. Takdir kalau ia dengan Sehun memang tak bisa bersama lagi.
-Retaliate-
Sehun melemparkan softdrink ke pangkuan Baekhyun sembari ikut mendudukkan dirinya di samping Baekhyun. Sekarang mereka tengah duduk di halaman belakang sekolah. Di tempat ini jarang sekali murid menghabiskan waktu istirahatnya. Karena itulah, Sehun dan Baekhyun memilih tempat ini sebagai tempat rahasia mereka berdua.
Sehun meneguk duluan minuman kaleng di tangannya lalu mengusap bibirnya yang basah. Tapi ia melihat Baekhyun tak kunjung meminum softdrinknya. Baekhyun terus menggenggamnya sambil menunduk lesu. Apa yang ia lalui hari ini memang sungguh berat. Baekhyun mati-matian menyembunyikan perasaan iba dan rasa bersalah di depan Luhan dan berakting seolah-olah ia pemeran antagonis di skenario yang Sehun buat. Baekhyun terlihat terus menghela nafas berat. Mencoba mengeluarkan tekanan dan beban yang ada dalam fikiranya. Tapi percuma saja. Keadaan akan semakin buruk ke setelah ini.
"Minumlah. Aku tahu kau kehabisan energi." Suara Sehun sukses membuat Baekhyun sadar dari lamunannya. Ia tersenyum. Setidaknya ia tak perlu berakting di depan Sehun. Berakting seperti tadi benar-benar melelahkan dan memuakkan.
"Aku tak tahu kenapa. Melihat Luhan seperti itu hatiku jadi sakit, Sehun-ah. Sepertinya kau juga telah menyiksaku" Baekhyun tersenyum getir. Sehun terdiam. Ia memang sudah terlampau jahat. Bahkan pada Baekhyun. Sehun mendesah pelan. Tapi apapun itu, Baekhyun sudah menyetujui apa yang mereka berdua telah sepakati. Dan Baekhyun sudah siap menerima segala resikonya, termasuk melukai perasaan Luhan dan dirinya sendiri. Apakah disini Sehun jadi satu-satunya orang yang bersalah?
Perlahan bulir air mata itu menetes di punggung tangan Baekhyun. Baekhyun menangis. Sehun tak bisa melihat itu karena Baekhyun menundukkan kepalanya. Ia hanya mendengar isakan pelan yang keluar dari bibir Baekhyun. Sehun meremas kaleng softdrink yang ada di tangannya sampai bentuknya tak lagi utuh. Sungguh. Ia tak bisa melihat seseorang menangis karenanya, terlebih pada laki-laki tak berdosa seperti Baekhyun. Demi menuruti kepuasan hatinya, Sehun membuat Baekhyun menderita. Seberapa kuat dan tegar seseorang, pasti ia akan mengalami gocangan jiwa. Dan ia bisa melihat realita itu di depan matanya.
"Berhentilah menangis. Semua yang kau lakukan ini tidak sia-sia. Bukankah ini semua demi Taehyung?" Ucapan Sehun sukses membuat Baekhyun mengangkat kepalanya. Terlihat hidungnya yang berubah menjadi merah dan matanya yang sembab. He was too much cried.
Sehun menarik Baekhyun ke dalam pelukannya. Menepuk-nepuk punggungnya pelan sekedar membuatnya tenang. Beban Baekhyun yang ia pikul sangat berat. Setidaknya ada seorang teman yang bersedia menemani dan menghiburnya, dan yah itu tugas Sehun sekarang.
Tapi, entah kenapa Baekhyun tak dapat mengeluarkan emosinya seperti tadi. Ia tak bisa menangis. Pelukan Sehun seakan memberinya kekuatan. Ia merasa Sehun bukan orang kejam. Ia hanya tak bisa mengendalikan emosinya saat seseorang yang ia cintai dengan tulus memutuskan hubungannya tanpa sebab yang jelas. Dan bisa dilihat, sampai sekarang Sehun masih belum ikhlas melepaskan Luhan begitu saja. Butuh waktu dan itu akan lama.
-Retaliate-
"Besok Taehyung akan dioperasi. Dan sepertinya besok aku tidak bisa masuk sekolah. Maaf Sehun-ah. Aku hanya ingin menemani Taehyung.." Ucap Baekhyun merasa bersalah. Ia masih menggenggam soft drinknya yang masih belum ia minum sama sekali. Tangannya nampak bergetar, dan Sehun bisa melihatnya. Perlahan ia menggenggam tangan Baekhyun dengan kedua tangannya dan mengusapnya pelan. Pandangan Sehun tertuju pada gumpalan awan diatasnya. Sepertinya ia sudah mulai nyaman berada di samping Baekhyun. Hanya Baekhyunlah yang tahu apa yang ia rasakan sekarang. Di depan Luhan, Sehun juga bersikap jahat. Tapi sungguh di hati kecilnya ia merasa bersalah. Tapi perasaan bersalah itu tertutupi rasa benci yang amat besar. Perasaan sakit karena disakiti. Kenapa Luhan memutuskan hubungannya disaat ia benar-benar mencintainya? Dan yang lebih menyakitkan lagi, ketika Luhan mengatakan kalau ia hanya ingin main-main dengan Sehun.
"Aku akan menemanimu" Kalimat itu begitu saja meluncur dari bibir Sehun. Baekhyun menatap Sehun dengan tatapan heran. Tangan Sehun masih betah menggenggam dan mengusap punggung tangan Baekhyun. Entah kenapa Sehun berfikir ia harus melindungi sosok rapuh di depannya ini. Baekhyun balas menggenggam erat tangan Sehun yang juga tengah menggenggam tangannya. Sehun mengalihkan pandangannya pada sosok mungil di sampingnya. Senyuman Baekhyun yang terukir di bibir manisnya seakan membuat hatinya teduh. Sekarang Baekhyun akan menjadi tempat aman dan nyaman bagi Sehun.
"Gomawo, Sehun-ah.."
-Retaliate-
Sosok di depan Luhan sekarang membuat Luhan melebarkan matanya. Seseorang yang dijodohkan dengannya tak lain adalah Kris Wu. Pria keturunan China-Kanada ini sukses membuat jantungnya hampir meloncat keluar. Pria ini pria konglomerat yang sangat terkenal di kalangan pebisnis di China dan Korea. Ia salah satu pengusaha termuda yang telah masuk majalah Time karena kegigihan dan usahanya membangun sebuah cabang perusahaan di Los Angeles. Perusahaan kosmetik yang akhir-akhir ini telah digandrungi oleh berbagai kalangan di seluruh dunia. Bahkan Luhanpun memakai produk kosmetik milik Kris karena ia merasa nyaman dan cocok menggunakan kosmetik yang terbuat dari bahan alami itu.
"Kau tak perlu melebarkan matamu seperti itu Luhan-ssi. Matamu sudah indah" Ucap Kris sambil tertawa kecil. Luhan yang tersadar karena ucapan Kris hanya bisa tertawa canggung. Entah dilihat dari sudut manapun Kris nampak sangat berkharisma.
"Ah, maaf. Senang bisa berkenalan denganmu, Kris-ssi." Ucap Luhan sambil membungkukkan badannya. Apa ayahnya tak salah pilih menjodohkannya dengan mahluk sesempurna ini? Luhan tak habis fikir ayahnya punya kenalan sehebat Kris Wu.
Pertemuan yang ayahnya buat dengan keluarga Kris membuat ia sekarang bisa bertemu Kris langsung. Hanya berdua, di restoran yang sudah direservasi sepenuhnya. Ia tahu keluarga Kris sangat kaya, tapi menyewa seluruh restoran ini hanya untuk pertemuannya dengan Kris memang sungguh diluar dugaan Luhan. Bahkan terkesan berlebihan.
"Silahkan duduk, Luhan-ssi" Kris mempersilahkan duduk pada Luhan. Seorang pelayan menarik mundur kursi agar Luhan dapat duduk. Luhan tampak sangat gugup. Ia terlihat terus mengetukkan jarinya diatas meja dan mengehembuskan nafas pelannya berkali-kali.
"Aku senang bisa melihatmu lagi, Luhan-ssi. Pertemuan kita kali ini sangat spesial. Aku tak tahu ayah menyiapkan semua ini hanya untuk bertemu denganmu" Kris tersenyum dan mengambil segelas sampanye yang dituangkan oleh pelayan. Luhan tampak berfikir, jadi ini bukan ide Kris mereservasi restoran mewah ini.
"Mari kita bersulang" Kris mengangkat sampanyenya kearah Luhan. Dengan gugup Luhan juga mengambil segelas sampanyenya dan bersulang dengan Kris. Dengan sekali teguk sampanye langsung tak tersisa di gelas cantik itu.
"Maaf, Kris-ssi. Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Luhan sambil menantap mata hazel milik Kris.
"Apapun yang ingin kau tanyakan padaku, aku akan menjawabnya, Luhan-ssi" Angguk Kris.
"Tadi kau bilang, kau senang bisa melihatku lagi. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Luhan memasang wajah penasarannya. Ia tidak ingat apa ia pernah bertemu dengan orang penting seperti Kris.
"kau melupakannya? Ah benar. Kita hanya bertemu sekali dan itupun sudah sangat lama" Kris mengedikkan bahunya.
"Benarkah? Kapan dan dimana? Aku minta maaf. Tapi aku sungguh-sungguh tak mengingatnya" Sesal Luhan. Kris hanya tersenyum. Ia menopang dagunya agar ia bisa melihat sosok indah di depannya lebih lama. Luhan merasa sedikit risih dan canggung. Kris menatapnya begitu intens dan itu membuat Luhan semakin salah tingkah.
"Dulu, waktu kau masih tinggal di China, Luhan-ssi" Luhan membelalakkan matanya tak percaya. Selama itu? Terakhir ia tinggal di China waktu dia kelas tiga SMP.
"Waktu itu kau masih SMP, kelas berapa? Kelas tiga?" Kris memiringkan kepalanya dan berusaha mengingat dan membuka kembali memori beberapa tahun yang lalu.
"Kita bertemu di acara pernikahan bibimu. Kau ingat? Ayahmu memperkenalkan kau padaku. Dan saat itulah aku merasa aku tak bisa melupakanmu. Aku…menyukaimu. Cinta pada pandangan pertama, heum?" Ucapnya sambil tersenyum. Dan untuk kesekian kalinya Luhan membulatkan mata indahnya. Pertemuan singkat beberapa tahun yang lalu yang membuatnya sekarang bertemu kembali dengan Kris. Jadi Kris adalah Wu Yi Fan. Dan lebih mengejutkan lagi adalah ternyata Kris punya perasaan terhadapnya. Ini bukan hanya perjodohan yang dipaksakan.
"Jadi kau…Wu Yi Fan?" Luhan ikut memiringkan kepalanya dan meyakinkan bahwa sosok di depannya ini benar-benar Wu Yi Fan. Kris nampak tersenyum.
"Akhirnya kau mengingatku, Luhan. Benar, aku Wu Yi Fan" Ucapnya sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Luhan membuka bibirnya dan tertawa kecil. Jadi di depannya adalah Wu Yi Fan. Yi Fan yang ia kenal sebagai anak yang sedingin es. Apakah ia berubah? Pikir Luhan.
"Aku benar-benar tak mengenalimu, Yi Fan. Kau sangat berubah. Kau bertambah tinggi dan ehmm tampan." Pujian Luhan sukses membuat Kris tersipu. Bisa kau bayangkan bagaimana perasaanmu ketika seseorang yang kau suka memujimu seperti itu. Bisa dilihat dari ekspresi Kris sekarang.
"Aahhh, aku juga tidak menduga kedua orang tua kita punya niat untuk menjodohkan kita berdua." Ucap Luhan sambil memainkan pinggiran gelas sampanyenya dengan jari telunjuknya. Kris menaikkan sebelah alisnya. Jujur, ini bukan sepenuhnya ide kedua orang tua mereka.
"Mengenai itu, Luhan. Sebenarnya perjodohan ini bukan ide kedua orang tua kita. Tapi, ini permintaanku." Luhan seketika menghentikan aktifitasnya. Ia tampak tercengang dengan ucapan Kris. Jadi semua ini karena Kris?
"K-Kau. Kenapa bisa?" Desis Luhan. Ia menatap Kris dengan tatapan tak percaya. Jadi semua ini perjodohan ini bersumber dari Kris?
"Aku sudah bilang padamu Luhan. Aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Dan sampai sekarang, perasaanku padamu tak berubah. Aku sedih waktu itu mendengar kalau kau pindah ke Korea. Aku fikir kita bisa bersama setelah pertemuan itu. Tapi aku harus menunggu lama, sampai saat ini tiba." Ucapnya panjang lebar. Luhan menggelengkan kepalanya tak percaya. Ia menatap Kris dengan tatapan sebal. Jadi Krislah yang membuatnya putus dengan Sehun dan membuat Sehun berpaling pada Baekhyun.
"Kris-" Luhan menatap Kris dengan tatapan sayu. Melihat perubahan wajah Luhan, Kris hanya menatap bingung dan juga khawatir.
"Ada apa Lu?"
"Aku minta padamu untuk segera membatalkan perjodohan ini.."
.
.
.
TBC
Sebenarnya author agak takut buat FF berchapter, takut berhenti di tengah jalan karena kesibukan author. Tapi yah gimana lagi, emang ceritanya masih sepanjang gerbong kereta api. Hahaha *becanda* Ini masih tetep berlanjut, ada yang bisa tebak? :D Penasaran? So, Please anticipate :)
Well, HunBaek salah satu couple favorite aku setelah KrisHan. Ah bahkan FF KrisHan pun belum sempat aku update. Lagi-lagi karena kesibukan kuliah -_-
RnR juseyoo, gamsahaeyoo =^-^=.. *bow
