*I Hope it's Gonna Better*
Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto
I Hope it's Gonna Better milik Mayu Tachibana
Rated : T
Pairing : NaruHina … NaruKushi
Genre : Fantasy & Romance
Warning : OOC,AU,missed typo(s),alur cepat,Vampfic
Summary : Naruto, cowok yatim piatu yang tinggal di Konohagakure dan ditinggal ibunya karena suatu alasan bertemu dengan Hinata seorang Vampir yang nantinya akan menjadi seorang pemimpin bangsanya. Naruto pada akhirnya mengetahui siapa dia sebenarnya dan menyebabkan hubungan yang terjalin dengan Hinata mengalami gangguan.
.
.
.
Chapter 1 : Selamat tinggal, kaa-san (1)
Cahaya jingga menyapu kawasan perumahan sederhana yang berada disebuah kota bernama Sunagakure. Matahari yang sebelumnya bersinar dilangit secara perlahan mulai menyembunyikan dirinya dibelahan barat bumi, burung-burung berkicau riang dan mulai terbang kembali ke peristirahatan mereka masing-masing. Angin menghembuskan hawa sejuk yang menyegarkan pada saat itu dan bulan mulai menggantikan tempat matahari dilangit yang mulai menggelap.
Disisi lain dapat dilihat seorang perempuan berusia dua puluhan sedang berjalan cepat dijalan sekitar perumahan itu. Rambut merah panjangnya berkibar seiring langkah cepatnya menyusuri jalan, mata violetnya berkeliling mencari seseorang, seseorang yang amat dicintainya dan merupakan buah hati satu-satunya, Naruto Uzumaki.
Kushina Uzumaki, nama perempuan itu. Saat ini dirinya sedang mencari keberadaan anak laki-lakinya yang tidak kunjung pulang ke rumah. Anak laki-laki berambut pirang dengan mata sewarna sapphire itu sebelumnya berjanji akan pulang sebelum malam menjelang. Dengan sabar dia menunggu kedatangan anaknya kembali ke rumah sambil membersihkan setiap sudut rumahnya yang bisa dia raih dan berbelanja untuk makan malam. Dia juga sempat mengecek taman yang berada dikawasan tersebut, tapi dia tidak dapat menemukan anak laki-lakinya yang bernama Naruto disana.
Dimana dia? batin Kushina cemas.
Perempuan itu menambah kecepatan kakinya sehingga dia sekarang tiba di pinggiran sungai. Dia menyusuri sungai itu selama beberapa saat dan pada akhirnya dia berhasil menemukan buah hatinya yang sedang berbaring direrumputan pinggir sungai, melamun. Dengan perlahan Kushina mendekati anak laki-lakinya itu dan kemudian...
"Naruto no baka!" seru Kushina menjitak kepala anaknya.
"ITTAI!" Naruto mengusap kepalanya yang sekarang terdapat bukit kecil akibat jitakan ibunya. "Kenapa kaa-san memukulku?"
"Harusnya kaa-san yang bertanya kenapa anak kecil ada disini malam-malam, tahu!" ucap Kushina kesal dalam hati dia bersyukur karena menemukan anaknya baik-baik saja.
"Eh?"
Naruto menampakkan wajah kebingungan lalu melihat kesekitar yang menunjukkan bahwa matahari sudah turun dari beberapa jam yang lalu. Perasaan tadi matahari masih terik-teriknya diatas, kenapa malah begini?
Anak laki-laki itu tampak berpikir keras sehingga Kushina menjadi tidak sabar dan meraih telinga anaknya, emh…maksudku menjewer telinga anaknya sehingga Naruto menjerit kesakitan sepanjang perjalanan ke rumahnya. Sepanjang perjalanan mereka mengacuhkan beberapa orang yang menatap mereka dengan raut wajah heran dan kasihan. Naruto akhirnya pasrah menerima keadaan dan tidak menjerit lagi akibat menerima jeweran itu. Didalam hati dia pada para dewa agar dia terhindar dari hukuman yang terlalu berat dari ibunya.
Sesampainya dirumah, Kushina akhirnya melepaskan tangannya dari telinga Naruto yang sudah memerah.
"Sekarang push-up 25 kali dan sit up 50 kali!" perintah Kushina pada Naruto.
Naruto menatap ibunya dengan raut wajah kaget dan tampak keberatan. "Eh…? Kok lebih banyak dari biasanya kaa-san?" tanyanya. "Bukannya biasanya push up 15 kali dan sit up 40 kali?"
Kushina me-deathglare anaknya. "Bawel, lakukan atau kaa-san tambah menjadi dua kali lipat!"
"I…i…iya aku lakukan sekarang juga kaa-san."
Kushina berbalik kearah dapur setelah mendengar jawaban anaknya sedangkan Naruto mendesah lega karena tidak menerima hukuman tambahan dari ibunya. Naruto segera melakukan hukumannya dalam 25 menit lalu berjalan gontai menuju kamarnya. Dia meraih handuk kecil yang tergantung dipojok ruangan dan mengusap keringatnya.
Kushina menghentikan langkahnya dan kemudian menatap anaknya sekilas dari balik bahunya, dia menghela napas.
Dia melakukannya lagi, bersikap terlalu keras pada anaknya yang masih berusia belia dan masih polos. Sebenarnya dia ingin sekali bersikap lembut seperti ibu-ibu muda lain yang selalu memperlakukan anak-anaknya dengan lemah lembut, tapi dia tidak bisa.
Ternyata memang masih mustahil untukku, batinnya seraya memasang senyum pahit diwajah cantiknya.
Dia kembali menghela napas dan berjalan ke dapur untuk mempersiapkan makan malam. Dengan cekatan dia memotong-motong bahan yang ada kemudian mulai mencampurkan semuanya kemudian memasaknya dengan api sedang. Dalam beberapa menit lauk beserta nasi dan peralatan makan sudah tersaji diatas meja makan.
"Naruto," panggil Kushina dari balik pintu.
"Apa?"
"Habis istirahat bereskan kamarmu lalu mandi yang bersih," ucapnya. "Setelah ini kita makan malam."
"Baik, kaa-san."
Naruto segera menghempaskan dirinya ketempat tidurnya yang berada ditengah-tengah hamparan barang-barang yang sangat berantakan akibat tidak dibereskan selama seminggu. Dia memejamkan matanya sambil meredakan nafasnya yang sedikit memburu akibat hukuman tadi.
Lima belas menit kemudian dia bangun dari tempat tidurnya lalu meraih handuk mandinya yang bermotif lingkaran-lingkaran naruto dan berjalan menuju kamar mandi. Sesuai perintah ibunya,dia membersihkan seluruh badannya hingga bersih lalu membilasnya.
Selesai mandi dia mengganti bajunya lalu keruang makan. Disana ibunya sudah berada ditempat duduknya dan menatap Naruto yang perlahan mendudukkan dirinya diseberang ibunya Mereka duduk berhadapan dimeja makan lalu menangkupkan tangannya kedepan dada sambil mengucapkan 'selamat makan' lalu mulai sibuk memakan makanan masing-masing.
"Naruto."
"Apa, kaa-san?" tanya Naruto dengan mulut penuh ramen.
Bukannya menjawab, Kushina malah menyentil dahi anaknya dengan keras hingga memerah.
"Ittai! kok aku disentil?" tanya Naruto sambil mengusap dahinya yang terasa perih.
"Baka! kalau mau ngomong habiskan dulu makanan yang ada didalam mulutmu," jawab ibunya. Anaknya ini memang selalu melupakan sopan santun kalau menyangkut makanan kesukaannya.
Naruto mendengus kesal lalu mengunyah makanan didalam mulutnya hingga lumat sebelum berbicara, "Apa yang mau kaa-san bicarakan tadi?"
"Tidak jadi," kata Kushina ikutan mendengus.
"Huh! ya sudah."
Mereka melanjutkan makan dalam diam lalu menaruhnya ke bak cuci piring setelah selesai meghabiskannya. Naruto menghela napas, hari ini adalah gilirannya mencuci piring, mau-tidak mau dia harus melakukannya kalau tidak mau menerima tugas tambahan dari ibunya. Dia mengambil sabun cuci piring, menuangkannya pada spons lalu mulai mebersihkan piring-piring kotor tersebut.
"Kaa-san, aku tidur dulu ya," kata Naruto sambil menguap lebar.
"Ya…"
Naruto memasuki kamarnya lalu memperhatikan kamarnya yang masih berantakan. Dia mengerjap sekali dan teringat kalau dia harus membereskan kamarnya. Dengan cepat dia mengambil barang-barangnya lalu menyusunnya ditempat masing-masing lalu membuang bungkus makanan ringan ketempat sampah.
Untung saja kaa-san belum mengecek kamarku kalau tidak tamatlah riwayatku, pikir Naruto disela-sela pembersihan kamarnya.
Setelah membereskan kamarnya Naruto kemudian berjalan keluar kamar sambil membawa tempat sampahnya yang sudah penuh ke halaman depan rumahnya dan menuangkannya kesalah satu kantong sampah yang tersedia.
"Selesai," Naruto meregangkan tubuhnya lalu menguap lebar dan kembali masuk kedalam rumah.
"Minato…" terdengar suara ibunya dari balik pintu.
Ayah? kenapa ibu menyebut nama ayah? pikir Naruto heran sambil mendekati pintu kamar ibunya supaya suaranya terdengar lebih jelas.
"Apa yang harus kulakukan, Minato?" terdengar suara ibunya lagi kali ini tapi dengan diiringi isakan pelan.
Kaa-san menangis? Naruto semakin kebingungan, baru kali ini ia mendengar ibunya menangis seumur hidupnya. Naruto semakin mendekatkan dirinya ke pintu, tanpa sadar dia melakukan kesalahan fatal, dia menekan kenop pintu terlalu keras sehingga terbukalah pintu kamar ibunya.
Kushina yang sedang berada didalam kamar berbalik dari foto Minato ke pintu kamarnya yang sekarang terbuka lebar dan menampakkan wajah Naruto yang memucat.
"Naruto, sedang apa kau?" tanya Kushina sambil menghapus lelehan air matanya dikedua sudut matanya,
Apa dia mendengar ucapanku didalam? batin Kushina, dia bangkit berdiri dan mendekati Naruto.
"Ka… kaa-san menangis?" tanya Naruto menatap mata Kushina yang memerah, wajahnya tidak lagi memucat melainkan menampakkan raut khawatir pada ibunya.
Kushina menggelengkan kepalanya, dalam hati dia merasa lega karena mengetahui bahwa anaknya itu tidak mendengar seluruh ucapannya. Secara perlahan dia mensejajarkan tingginya dengan Naruto hingga mereka bertatapan langsung. Kushina tersenyum lembut, "Tidak, kaa-san tidak menangis kok."
"Yakin? mata kaa-san memerah loh…" ucap Naruto polos.
Kushina menggelengkan kepalanya sehingga rambut merah panjangnya ikut melambai kesana kemari. "Kaa-san mengantuk makanya matanya memerah, sekarang kamu tidur, matamu juga memerah loh."
Naruto menguap lebar seakan menyetujui kata-kata ibunya.
Kushina tersenyum lembut menatap anak semata wayangnya lalu meraih anaknya kedalam pelukannya.
"Naruto…" kata Kushina.
"Apa, kaa-san?" tanya Naruto.
"Kaa-san menyayangimu, Naruto, sangat menyayangimu…" jawab Kushina air mata kembali mengalir ke pipinya.
Naruto terdiam kebingungan lalu dengan ragu membalas pelukan ibunya dan memejamkan matanya, "Aku juga menyayangi kaa-san…"
Kushina terisak pelan mendengar kata-kata Naruto lalu melepaskan pelukannya.
"Tidurlah Naruto, besok kaa-san akan membuatkan ramen spesial untukmu."
Mata Naruto langsung berbinar-binar mendengar kata ramen, "Benarkah? makasih kaa-san…!" Naruto kembali memeluk ibunya lalu mengecup pelan pipi ibunya. "Naruto, tidur dulu ya kaa-san biar besok bisa bangun lebih pagi, dah kaa-san."
Naruto memasuki kamarnya meninggalkan Kushina yang masih tersenyum lembut hingga akhirnya Kushina juga memasuki kamarnya untuk tidur. Setidaknya masih ada waktu hingga esok hari sebelum semuanya berakhir.
...
"Naruto bangun… waktunya mandi!" seru Kushina dari balik pintu.
Naruto mengerjapkan matanya lalu segera bangkit dari tempat tidurnya. Dia meraih handuknya lalu berjalan kekamar mandi untuk mandi. Selesai mandi dia mengganti bajunya dengan t-shirt orange dan celana kargo. Anak laki-laki berambut pirang itu menguap karena masih mengantuk, biasanya dia bangun lebih siang dari ini, tapi karena hari ini ibunya berjanji akan menyiapkan ramen untuk sarapan akhirnya Naruto merelakan waktu tidurnya.
Naruto berjalan keluar kamar menuju meja makan yang sudah tersaji ramen yang tampak menggiurkan dan masih mengepulkan uap panas. Dengan cepat muka Naruto berubah menjadi berseri-seri lalu segera menangkupkan tangannya didepan dada dan mengucapkan 'selamat makan'.
Saat hendak meraih sumpit tiba-tiba Kushina sudah berada dibelakang Naruto dan menoyol kepala anaknya.
"Akh!" seru Naruto.
"Naruto, mana sopan-santunmu terhadap orang yang lebih tua, huh?" tanya Kushina dengan tatapan tajam.
Glek! Naruto menelan ludah, dia lupa pada ibunya yang belum siap dimeja makan.
"Go…gomen kaa-san, hehe…" Naruto tersenyum gugup sambil menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
Kushina menggelengkan kepalanya lalu tersenyum, "Kaa-san bercanda kok, lanjutin makannya."
Naruto tersenyum lebar, "Arigatou, kaa-san."
Naruto segera menghabiskan ramen yang berada didepannya tanpa berhenti untuk minum sekalipun. Setelah selesai Naruto meraih gelasnya lalu meneguknya hingga kandas.
"Kenyangnya…" Naruto mendesah bahagia lalu menoleh kearah jam yang menunjukkan waktu untuk berangkat.
"Kaa-san, aku berangkat ya," kata Naruto meraih tasnya lalu berjalan keluar rumah.
"Ya, hati-hati dijalan."
Kushina melambai kearah anaknya hingga anaknya tidak terlihat lagi lalu berbalik kedalam rumah. Perempuan itu menghela napas panjang, waktunya sudah habis. Dia mendongakkan kepalanya dan segera mengedarkan pandangannya kesekitar rumahnya untuk mencari keberadaan seseorang yang akan segera menghabisinya.
"Sudah siap untuk mati, Kushina?" tanya suara merdu nan dingin yang tiba-tiba sudah berdiri didepan Kushina.
Kushina menampilkan senyum mengerikan diwajahnya, ternyata malaikat mautnya sudah datang. "Siap untuk melawanmu? tentu saja aku siap."
Suara tawa segera menggema diseluruh penjuru ruangan tanpa siapapun disana kecuali Kushina, "Aku akui akan keberanianmu menghadapi kematianmu yang tak terelakan, Kushina, mari kita mulai."
"Dengan senang hati," Kushina menjawab dengan khidmat sambil mengeluarkan pedang yang terletak diatas televisi dan dimulailah pertarungan Kushina dengan vampir tersebut.
.
.
.
.
.
TBC
A/N :
Akhirnya chapter 1 selesai, terima kasih sudah membaca fic pertamaku yang masih newbie ini ^_^ aku harap kalian menikmatinya…
REVIEW, please?
