"Heiii! Ayo dong, Bunny! Valentine itu kan spesial!"
"Spesial? Kau bisa merayakan hari kasih sayang setiap hari, Mate!"
Bunny menghiraukan Jack yang terus-terusan terbang berputar di sekelilingnya seperti lalat. Saat ini manik hijaunya lebih ingin fokus mengecat telur-telur Paskah dengan alat lukis yang dipegangnya. Jemarinya sibuk menggoreskan warna-warna pada permukaan telur yang sudah tidak polos lagi.
"Please, ekor kapas! Aku akan membantu mengecat telurmu nanti!"
"Dengar, Jack. Paskah tinggal sebulan. Lagipula apa itu Valentine? Hanya ajang komersil menjual bunga, coklat dan hadiah. Aku tidak tertarik."
"Aku hanya ingin kita ada sedikit waktu untuk ngobrol!"
"Kalau mengobrol bisa lain kali, kan? Saat ini aku tidak punya waktu..."
"..."
Remaja dengan rambut sewarna salju itu tertegun. Gerakan tubuhnya yang kini berhenti total membuat Bunny memasang ekspresi heran. Jika didengarkan dengan seksama, seakan ada bunyi derak hancur yang bersumber dari bagian hati-entah-milik-siapa. Si kelinci memang tidak peka.
"Jack?"
"Oh, OK! Sorry kalau ternyata aku tidak berguna untuk waktumu, kangguru sialan! Terima kasih banyak!"
Tidak mau mendengar apa-apa lagi, Jack melesat dengan tongkatnya. Menghilang cepat bersama angin dingin dari hadapan sang Pooka yang belum sempat membela diri.
Jack Up
Rise of the Guardians (c) Dreamworks
Warning: Bestial, plot naik-turun, picis.
.
by Ratu Obeng (id: 1658345)
.
.
.
「 Without Valentine's Day, February would be... well, January.
—Jim Gaffigan 」
Sesaat, Bunny masih terpaku di tempat setelah ditinggalkan Jack di hari itu. Matanya mengerjap sembari menengadah ke langit walau tahu sang winter spirit sudah tidak ada disana.
Kangguru sialan...
Sialan...
Sialan...
Sudah lama Jack tidak memanggil dirinya dengan sebutan kangguru. Bahkan dia sudah tidak ingat kapan remaja tanggung itu membubuhkan kata 'sialan' padanya. Pasca mengalahkan Pitch, hubungan mereka seharusnya sudah menjadi lebih baik. Salah satunya adalah dengan memanggil nama masing-masing.
Bunny untuk Jack, dan Jack untuk Bunny.
Masih sibuk tenggelam dalam pikirannya sendiri, Bunny sama sekali tidak paham kenapa hari ke empat belas di bulan February itu sangat berarti bagi Jack. Baginya tidak ada yang lebih penting dari Paskah, dan Valentine jelas tidak sepenting Paskah.
Tapi—
Kangguru sialan...
Kata-kata Jack terus terngiang-ngiang di telinga panjang Bunny, membuat sang Pooka tertimpa rasa bersalah. Tidak lama kemudian, dia menggeram frustasi dan menghentakkan ujung kaki. Membuat lubang menganga yang siap membantunya menjelajah dunia. Memantapkan tujuannya ke tempat salah satu teman yang dirasa bisa membantunya.
Menuju ke Santoff Claussen.
.
.
.
"Aah, jadi hari ini hari Valentine? Hari dimana para manusia saling berbagi kasih sayang dan memberikan coklat? Oh tidak, anak-anak akan memakan makanan manis! Itu tidak akan baik bagi gigi mereka! Benar kan, Sandy?"
Kalimat ultra cepat yang diluncurkan sang peri gigi malah membuat Bunny semakin senewen. Rasanya seperti ada pesawat jet mendarat di dekat telinganya, lalu disambut oleh helikopter yang ikut-ikutan mendarat di tempat yang sama.
"Tolong... biarkan aku berpikir..."
Bunny memijat keningnya, berharap pening di kepalanya segera usai. Tidak ada yang menyangka bahwa Tooth bahkan Sandy sedang berada bersama North di Santoff Claussen. Rencana Bunny yang awalnya hanya mau curhat empat mata dengan sang Santa berakhir kandas.
"Tenang saja Aster, Jack tidak mungkin membencimu. Sekarang kalian sudah berteman baik."
"Aku harap begitu, Nick. Tapi tadi dia marah sekali..."
Dalam batinnya, Bunny juga tidak mengerti kenapa dia peduli.
Padahal kalau terjadi di hari-hari biasa, dia akan bersikap acuh seolah tidak terjadi apa-apa dan menunggu bocah pembuat onar itu menyapanya kembali. Apa stimulus ini terjadi karena hari bertajuk Valentine?
"Err... Apa mungkin dia mau kau memberinya coklat?"
Pertanyaan Tooth membuat kedua alis Bunny bertaut. Kalau Jack memang mau coklat kan tinggal bilang saja, tidak perlu marah-marah seperti itu. Memangnya dia anak umur lima tahun?
"Jadi aku harus bagaimana? Memberinya coklat, begitu?"
North menepuk pundak sang kelinci, mencoba menenangkan rekannya tersebut, "Ho-Ho-Ho, Tenang kawan. Kami bisa memberimu ide agar kau berbaikan lagi dengan Jack."
"Aku bahkan tidak memulai pertengkaran ini." Bunny mendengus kesal.
"Sama saja. Pria sejati harus berlapang dada untuk memperbaiki hubungan terlebih dahulu."
"Hei, tunggu. Maksudmu selama ini Jack bukan pria?" mata Tooth membelalak dengan tatapan horror. North mendesah pendek.
"Itu cuma ungkapan, Tooth..."
Bunny spontan menepuk dahi mendengar argumen yang terjadi di antara rekan-rekannya seperjuangannya. Bahkan Sandy ikut menimpali dengan memberi pendapat lewat perlambangan pasir di atas kepalanya untuk berkomunikasi.
"Bagaimana kalau kau beri dia sikat gigi berwarna coklat. Bukan coklat sesungguhnya, tapi warnanya saja yang coklat."
"Valentine adalah soal rasa, bukan warna! Lebih baik kalau kita beri dia mainan yang berbentuk coklat batang?"
Sandy mendengus mengeluarkan simbol-simbol aneh seolah menyindir North bahwa Valentine juga bukan soal bentuk.
"OK, terima kasih atas ide-ide kalian yang CEMERLANG itu. Bisa kita kembali ke topik awal? Pertanyaanku adalah kenapa snowflake mendadak marah dan apa yang harus kulakukan?"
North, Sandy dan Tooth, ketiganya hanya kompak mengangkat bahu. Membuat Bunny menepuk dahinya sekali lagi.
"Baiklah kita kembali ke spekulasi pertama. Jack—ingin—coklat." jawab Tooth yakin.
"Kalau dia begitu sangat ingin coklat dan tidak mendapatkannya dariku, kenapa tidak meminta saja pada salah satu dari kalian? Atau membeli di toko coklat? Oh, Oke dia tidak terlihat oleh manusia di luar sana—maksudku, dia bisa meminta Jamie untuk menemaninya membeli coklat karena pelayan toko akan lebih bisa melihat Jamie daripada Jack, dan setelah itu Voila! Dia bisa makan coklatnya. End of Story!"
Kalimat panjang yang terurai refleks dari mulut Bunny malah membuat para pendengarnya bingung dan lebih memilih diam dengan mulut menganga.
"Hmm… mungkin karena kalian sekarang... sahabat?" ucap sang peri gigi skeptis sambil memperlihatkan gigi indahnya di tengah raut wajah canggung.
Bunny mengernyitkan alis tebalnya. Tampaknya bukan itu masalah utama yang harus diusung. Tapi sebelum memprotes, North sudah kembali menimpali,
"Aha! Benar sekali! Hubungan kalian sekarang sudah selangkah lebih maju, bukan? Dari musuh bebuyutan hingga menjadi partner yang bersama-sama melawan Pitch!" pria berjanggut putih itu tertawa lepas seraya kembali memukul ringan pundak sang kelinci berulang kali.
"Bukannya... kita berusaha bersama sebagai pelindung?"
"Ah ya, itu sebabnya sekarang Jack lebih merasa dekat denganmu. Mungkin karena awalnya kalian berdua sering bertengkar, jadi menurutku kalian lebih senasib sepenanggungan dan bisa saling mengerti satu sama lain."
Sungguh narasi yang sangat tidak bertanggung jawab.
Lengan besar North kini merangkul Bunny, berniat memberikan sedikit kenyamanan pada rekanannya itu. Walau sang kelinci masih bingung setengah mati (andai dia diijinkan mati oleh MiM) karena pembicaraan mereka kini melantur ke arah hal yang tidak jelas.
"Kalau memang benar Jack menginginkan coklat darimu, bagaimana kalau kau yang membuatnya daripada harus membeli di toko?"
"Aku tak punya waktu Nick, aku harus mengecat telur-telur Paskahku…"
"Waktu... waktu... apapun yang menyangkut dirimu selalu soal waktu. Desain warna telurmu sudah ketinggalan jaman, hai, Kelinci Paskah!" sergah North Lugas. Membuat Bunny menaikkan intonasinya satu nada saat menjawab kalimat tersebut,
"Apa kau bilang? Aku mengecat seluruh telur dengan sepenuh hati. Mereka telur-telurku yang lucu!" responnya tanpa bisa menahan emosi.
"Yeah... tapi sudah terlalu kuno" lanjut North.
"Terlalu tua." Tooth ikut menimpali.
"Dan…?" Bunny melirik ke arah Sandy. Tampak jelas rekan pelindungnya yang satu ini memperlihatkan untaian pasir berbentuk telur berjajar yang kemudian meleleh.
"Oke... sudah basi." jawab Bunny pada diri sendiri dengan tambahan senyum pahit.
"Tepat! Karena itu kau harus sedikit mengikuti perkembangan jaman dengan membuat suatu desain yang fantastis!" imbuh Tooth dengan seringai yang makin melebar.
"Betul sekali! Kita akan mencobanya dengan membuat coklat! Kau bisa menggunakan dapurku kalau kau mau."
Oh, MiM. Teman-temannya benar-benar sangat pengertian, sampai Bunny ingin mengunci mereka semua di gudang lalu membakar mereka hidup-hidup.
Tidak diberi pilihan lain, Bunny hanya pasrah saat North mendorongnya perlahan ke arah pintu, "Aku akan menyuruh para Yeti untuk membantumu, tapi sebagian besar harus kau kerjakan sendiri."
"Ow, yeah... tapi setelah ini jangan menggangguku lagi di waktu Paskah." gumam Bunny sembari memutar bola matanya.
"Hah? Tunggu! Aku kira kita akan mencoba dengan objek telur Paskah?" Tooth terkejut untuk kesekian kalinya. Tubuh kecilnya melayang cepat, menghentikan langkah kedua rekannya.
"Valentine, my dear! Tentu saja kita akan membuat coklat! Lagipula, memangnya Jack akan senang jika diberi telur?" tutur North sambil menguntai senyum.
Mendengar kata 'coklat' yang terasa menekan di telinga, membuat keringat dingin Tooth mulai mengucur.
"...ta-tapi aku tidak ingin gigi indahnya rusak. Apa kita masih bisa mengganti spekulasi?" gadis itu mencoba meralat kalimat yang sempat diutarakan sebelumnya, namun sudah terlambat. Sang kelinci Paskah kini berjalan ke ruangan yang dipandu oleh North.
To be Continued...
.
.
.
Curhat Author:
HAPPY VALENTINE'S DAY UNTUK SEMUA PENGHUNI FANDOM ROTG DAN SEMUA YANG MERAYAKAN!
Yap, author sendiri merayakan Valentine... soalnya Valentine udah kayak wajib dari sekian hari khusus buat ketenangan jiwa #penting
Judulnya "Jack Up" dari arti kata 'dongkrak'. Kayaknya cocok dipake, soalnya niat utamanya emang nitikberatin ke arah hubungan Bunny Jack yang bakal lebih upgrade dari sebelumnya. Perlahan tapi pasti. Eh iya ngga sih? Iya kan yah? #author amnesia
Awalnya ngga ada niat loh berkontribusi buat Valentine di literasi, apalagi di ROTG. Tapi karena janji mau bikin JackRabbit Buat Leenh dan tiba-tiba dikasih ide dari Flaire Maiden. Jadilah fic gagal nan nista ini, tengterengtengtengteng~ silahkan, ini Ficathon buat kalian!
R&R maybe? C:
