HALLO ! INI FIC NARUTO PERTAMA LIGHT!
MAAF KALAU GAK BAGUS,.. SUNGGUH INI PERTAMA LOH...
INI CUMA BAYANGANKU AJA... JADI... MENURUT AKU YANG GINI YANG RAME... KALAU GA SETUJU, YA GAK APA-APA DEH...
KITA KAN PUNYA HAK... :)
OKE, SELAMAT MENIKMATI FIC YANG BARU INI...
FULL OF NINJA.
RATE : T
ROMANCE , ACTION
KENYATAAN YANG TERUNGKAP
Di sebuah desa yang telah hancur luluh lantah berantakan dan rata dengan tanah. Disana kini terdapat dua orang manusia saling berhadapan. Yang di sebelah barat, seorang ninja dari desa Konoha (dapat langsung diketahui begitu melihat ikat kepalanya), berambut pirang, bermata biru langit yang bertapakkan pada seekor katak besar luar biasa. Yang disebelah timur, seorang ninja kalangan elit clan Uchiha yang kini menjadi missing nin, berambut biru kehitam-hitaman, mata hitam kelam dan bertapakkan pada seekor ular besar raksasa tak kalah dengan katak besar luar biasa.
Ya... mereka dulu bersahabat. Sangat akrab layaknya saudara. Namun, sekarang mereka berhadapan dan akan memulai suatu pertarungan yang sedari dulu telah dijanjikan mereka berdua. Namun, kini, pertarungan itu sedikit melenceng dari perkiraan. Awalnya mereka menyatakan bertarung untuk menentukan siapa yang lebih hebat diantara mereka dengan status 'sahabat'. Tapi sekarang, mereka bertarung layaknya seorang 'musuh bebuyutan '.
Semua penduduk dari seluruh desa kini menonton pertandingan tersebut dengan rasa was-was dan gelisah menghinggapi mereka semua. Semuanya berkumpul. Walaupun yang berkumpul hanyalah para ninja dan pria yang selamat. Dan tentu saja, mereka menonton dari kejauhan dan ditemani perlindungan. Juga, bersembunyi dari mereka berdua. Namun sayang, kedua ninja tersebut memang mengetahui mereka semua ada di sekitarnya.
"Sasuke...", sahut Naruto dengan suara beratnya. Yang sungguh bukan cirri khas Naruto sama sekali. Suaranya kini terdengar sangat besar dan dapat didengar dalam radius 5KM.
"Huh... Naruto...", balas Sasuke dengan nada meremehkan. "Kau datang... aku kira kau bersembunyi... Kemana saja kau? Keadaan sudah memburuk kau baru muncul.. tch!", lanjut sasuke yang suaranya tak klah besar dengan Naruto. Mereka sama-sama bersuara besar. Itu semua berkat alam yang membantu mereka. Mengapa itu bisa terjadi? Jawabannya hanya satu. Mereka adalah ninja hebat dan semua takluk pada mereka. Hampir, maksudnya.
"Maaf... Aku bukannya melarikan diri... Aku hanya disembunyikan... Kau tahu?", jawab Naruto dingin.
"Hoo... rupanya kau masih seperti anak kecil dobe... kau masih dianggap anak kecil...", sahut Sasuke.
"Huh... sudah sekian lama tidak bertemu... kau masih ingat dengan panggilanku, Teme?", Tanya Naruto. Mereka kini masih tetap diam di tempat mereka.
"Yah... sepertinya kau juga begitu, dobe...", jawab Sasuke.
"Teme... kau tahu? Bila kita bertarung... kita berdualah yang akan mati... kau tahu itu?", sahut Naruto. Kini mulai sedikit meregangkan suasana serius yang sedaritadi menyelimuti suasana kelam disekeliling mereka.
"Yeah... aku tahu itu baru saja darimu... dan juga saat itu...", jawab sasuke. "lalu, apa maksudmu berkata seperti itu?", Tanya Sasuke yang kini mulai gerah dengan arah pembicaraan mereka.
"Katakan padaku Sasuke... apa yang menyebabkanmu ingin menyerang Konoha? Tidak... maksudku menyerang seluruh desa ninja? Adakah dendam yang belum kau selesaikan selain membunuh Uchiha Itachi?", Tanya Naruto panjang lebar.
"Aku tidak yakin kau tidak mengetahui tujuan dan alasanku , Dobe... aku yakin kaulah yang paling mengerti itu... dan juga aku...", jawab Sasuke dengan acuh.
"Baiklah, Teme... jangan sebut aku Dobe... atau aku akan terus menyebutmu Teme... lalu, apa yang membuatmu yakin aku mengetahuinya, Teme?", Tanya Naruto. Kini keadaan sudah sedikit dapat dikendalikan.
"Yah... aku tidak peduli kau sebut aku Teme... yang pasti... aku rasa lebih mudah memanggilmu Dobe... Tch, Naruto aku yakin kamu tahu itu..", jawab Sasuke.
"Ck ck,, Sasuke, mengapa kau yakin sekali aku tahu itu?", Tanya Naruto.
"Tobi sudah memberitahumu...", jawab Sasuke.
"Hei, dia bukan Tobi! Dia Uchiha Madara! Dan... percayalah... dia mengadu domba kita!", seru Naruto meyakinkan.
"Arah pembicaraanmu, Dobe...", sahut Sasuke.
"Baiklah... Teme! Dengar... aku tak akan segan-segan membunuhmu... walau kita adalah sahabat. Tapi, aku harus menyadarkanmu! Kau adalah sahabatku! Selama ini, aku mengejarmu... sungguh aku hanya ingin kau kembali ke tengah-tengah kami... kami masih menganggapmu dan sayang padamu walaupun kau adalah missing nin... Apa kau tak menganggapku, HAH?", seru naruto. Amarahnya meledak. Tapi, cakra... kekuatan dan segalanya dapat ia kuasai dan kontrol. Tentu saja... Karena kini dia telah menjadi sannin dan dapat mengendalikan bijuu di tubuhnya.
"Huh... menggelikan kamu, Naruto. Aku memang menganggapmu... sebagai sahabat terbaikku... bahkan sudah kuanggap kau sebagai saudaraku... keluargaku... Tapi, kau tahu? Betapa bagaimana pedihnya aku... ketika mengetahui bahwa kakak yang selalu baik padaku, yang menjadi sainganku... bahkan sangat aku sayangi... mebunuh keluargaku. MALAH DIA BERUSAHA AGAR AKU MEMBENCINYA HANYA DEMI DESA YANG TELAH MENGKHIANATINYA? SAMPAI MEMBUAT AKU INGIN MEMBUNUHNYA! Dan... demi desa yang telah mengkhianatinya juga... Dia RELA membunuh SELURUH anggota keluarganya! Kau tahu hah? Bagaimana kalau kau jadi aku dan mengalaminya? Hah?", seru Sasuke. Kini wajahnya tak dingin lagi. Tak sedingin es lagi. Perasaannya tak dapat terbendung lagi. Ya, hanya dihadapan Naruto dia bisa bebas mengutarakannya. Sahabat terbaiknya. "Huh... kau tak akan pernah mengetahuinya karena kau memang TAK PERNAH punya keluaraga!", lanjutnya. Naruto mendengar perkataan Sasuke. Memang menyakitkan. Tapi, dia hanya tersenyum dengan mata sendu. "Kaulah keluargaku... Sasuke... Dan semua penduduk desaku adalah orang yang aku sayang... Aku mengerti perasaanmu...", jawab Naruto. Naruto menerawang ke arah langit yang cerah berawan. Sejuk.
"Ya... aku tahu hal itu... aku tahu hal itu... Namun, kau harus lebih percaya padaku daripada pada Tobi... walau dia adalah Uchiha Madara... Tapi, dia jahat. Kau tahu? Uchiha Itachi menitipkan sesuatu padaku... Kau mau tahu apa itu?", Tanya Naruto dengan senyuman yang menyejukan hati. Kini, dia kembali menatap Sasuke.
"Persetan dengan kebohonganmu!", seru Sasuke yang masih dilanda emosi yang berusaha dia redam.
"Dengarkan aku... Kau mau dengar?", Tanya Naruto.
"Baiklah... Apa?", Tanya Sasuke yang kembali dingin.
"Bagus... Lihat... Perhatikan... ini tidak membahayakan. Bahkan semua orang dpat melihatnya...", ucap Naruto. Dia mulai membentuk segel. Seketika, di atas kepala Naruto muncul cahaya seperti layar proyektor. Langit yang cerah kini menjadi gelap. Membuat layar itu terlihat lebih jelas. Itu mustahil. Apa? Kalian semua pikir ini mustahil? Oh... bahkan kalian belum tahu ya? Naruto bisa mengendalikan cakra alam. Bahkan dia pun menguasai penuh 4 elemen permanent di bumi. Udara, tanah, api, air. Bagaimana dengan petir? Haha... petir adalah gabungan antara cakra positif dan negative yang saling bersentuhan dan bergesekan lalu bergabung dalam satu serangan. Jangan bodoh. Pokoknya saat ini, Naruto adalah yang terhebat. Tidak percaya? Kau bodoh kalau tidak percaya. Lihat saja... semua orang yang menyaksikan percakapan dan kejadian tersebut, bahkan menganggap Naruto adalah wonderful boy yang hanya muncul 1000 tahun sekali. Berlebihan memang... Tapi, inilah kenyataan.
Sasuke dan semua orang yang ada di sekitar mereka berdua melihat apa yang Naruto lakukan. Bahkan anggota Akatsuki dan musuh lainnya yang masih tersisa. Juga tak lupa Uchiha Madara.
"Sasuke... Lihat mataku... Tatap mataku... Yang ada di layar itu...", sahut Naruto. Sasuke dan semua orang yang menyaksikan langsung melihat ke arah layar yang sangat besar dan luas di atas kepala Naruto yang mencerminkan wajah Naruto. Dan semua gerakan di wajah Naruto. Semua menatap mata Naruto yang terlihat sedang mengedipkan keduanya dalam slow motion dalam layar itu. Tak lama, kedua matanya terbuka. Semua yang ada di sana terkejut melihatnya.
"Na, Naruto... apa-apaan matamu? Dapat darimana mata-mata itu?", Tanya Sasuke yang juga terkejut dan ditutupinya rasa terkejut itu dengan sikap dinginnya.
"Aku tidak mengoprasi mataku agar mempunyai dua mata ini. Yang sebelah kanan mata rinnegan dan yang sebelah kiri mata sharringan... Yang rinnegan aku dapatkan dari Nagato, yang mengendalikan Pein. Sedangkan yang Sharringan... Aku dapatkan dari... Kakakmu...", jawab Naruto. Tenggorokan Sasuke tercekat tak bisa bicara. Dia diam dan hanya menyaksikan apa yang akan Naruto lakukan.
"Semua yang ada disini... dengarkan aku... Ini bukanlah genjutsu, ini asli kekuatan alam...", seru Naruto. Dia pun melanjutkan aksinya. Dia mengedipkan mata kirinya. Mata rinegannya yang terbuka. Dan dari mata itu, munculah semua hal yang ingin Naruto utarakan tentang kehidupannya. Jangan Tanya bagaimana Naruto dapat lakukan hal itu, karena sesungguhnya, Naruto sekarang benar-benar layaknya seorang dewa. Begitulah pikir semua yang melihat aksinya.
Maka, dimulailah pemutaran otak dan masa lalu seorang Uzumaki Naruto. Sambil tetap bersuara menjelaskan setiap detail cuplikan hidupnya.
"Sasuke... Kau pasti tahu... aku ini Jinchuriki. Dan monster yang ada dalam tubuhku ini, adalah rubah ekor 9 yang benar-benar membuat resah desa. Membunuh banyak orang di desa. Mengahncurkan desa. Monster mengerikan itu, ada dalam tubuhku...", sahut Naruto. Sasuke menatap cuplikan hidup Naruto di layar itu. Dia melihat seekor rubah berekor 9 yang mengamuk dan banyak para pejuang desa yang dibuat takluk, kalah dan mati olehnya. "Lalu, setelah kejadian itu, kejadian penyegelan bijuu itu dalam tubuhku... desa pun damai kembali... Namun, desa mengkhianatiku... Jadi, aku tahu perasaan Itachi. Desa yang telah selamat berkat pengorbanan tubuhku ini... MENGKHIANATIKU! Semua muak melihatku... Tatapan mata mereka tajam menusukku. Bahkan aku pun dijauhi oleh mereka... Aku kesepian... Tentu saja. Sangat kesepian. Aku tak tahu kenapa mereka menjauhiku saat itu. Menatapku jijik dan menganggapku sampah... sampai akhirnya, aku selalu berbuat onar... nakal... itu semua hanya untuk memancing penduduk desa agar mereka mau mengakuiku ada... namun, yang ada... mereka hanya memandangku negative...", lanjut Naruto. Dalam cuplikan itu terlihat seorang bocah yang selalu sendiri. Ya, dia Naruto. Semua orang menjauhinya. Menatap menusuk dan jijik padanya. Bocah yang malang.
"Lalu, aku bertemu denganmu... Kau orang yang hebat... Kau mampu melempar banyak kunai tepat sasaran... Kau tampan dan rupawan... Kau dari clan Uchiha. Orang yang terpandang... banyak wanita menyukaimu dan berteriak memanggil namamu begitu kau lewat dihadapan mereka... Sasuke benar-benar beruntung... pikirku saat itu. Lalu, aku berusaha bagaimanapun caranya untuk menyaingimu... aku berlatih keras pantang mundur. Hingga aku mendengar berita tentang pembantaian keluargamu... oleh penjahat busuk kelas kakap...", Sasuke melihat sekelebat bayangan dirinya di dalam layar itu. Memandanginya terus tanpa henti.
"Saat itu, aku memahami perasaanmu yang menjadi dingin dan pendiam. Sedikit bicara. Kurang komunikasi, kurang tersenyum. Tak seperti kau yang sebelumnya selalu tebar pesona. Huh... Tapi, malah banyak perempuan yang semakin menyukaimu. Aku tak habis pikir. Tapi, akhirnya aku mengerti. Kau kini sudah berada di atas angin... Kau ini hebat... wajar saja kalau banyak orang kagum dan menyukaimu... Sedangkan aku? Aku ini sampah yang berusaha menampakan diri...", sahut Naruto dengan lirih. "sampai akhirnya, aku melihatmu murung di mansion Uchiha. Dipinggir sungai sambil meneteskan air mata. Kau menangis dalam diam... Aku dengar kau menyebut nama mereka... Nama orang tuamu...dan Kakakmu juga sanak saudaramu...", lanjut Naruto. Sasuke memperhatikan Sasuke kecil yang sedang menangis dengan ketegaran di layar yang besar tersebut. Terdengar suara Sasuke yang menangis dari layar tersebut. Bagaimana bisa Naruto mempunyai rekaman seperti itu? Suaranya pun ada! Namun, tak ada yang bisa memprediksikannya.
"Sejak saat itu, aku terus ingin melebihimu... walau aku tidak lulus ujian genin guru Iruka, tapi, akhirnya aku lulus juga saat setelah menyelamatkan guru Iruka. Dia adalah orang pertama yang mengakui keberadaanku. Menurutku. Lalu, aku sekelas denganmu saat akan pengumuman kelompok genin. Saat itu, kita bertengkar dan berciuman secara tak sengaja. Semua perempuan yang menjadi pemujamu, termasuk Sakura memukuliku hingga babak belur. Lalu, kita... Aku, kamu dan Sakura masuk kelompok 7... team Kakashi. Kita misi bersama dan kita lakukan suka duka sama-sama. Saat misi kita pertama... Menangkap kucing. Lalu, misi pertama rangking C kita yang ternyata rangking B... kita melawan Zabuza. Dan kita pernah berlatih memanjat pohon sampai kelelahan... Haha... Asyik sekali... Lalu, saat ujian Chunin... saat kau pergi meninggalkan desa... Saat kau memilih Orochimaru... ", jelas Naruto panjang lebar.
"Kau tahu? Sakura yang kau tinggal malam itu memintaku berjanji dengan disertai isak tangisnya untuk membawamu kembali... segala upaya telah kulakukan. Namun, gagal. Ingin sekali aku bisa mengalahkanmu! Yang sangat aku inginkan adalah diakui semua orang... yang paling kuinginkan... kau mengakuiku... Aku pun berguru pada Tuan Jiaraiya. Setelah bertahun-tahun, aku pun kembali dan sampai akhirnya saat Gaara diculik Akatsuki. Aku bertemu dengan Itachi dalam pengejaran Deidara... Dan dia... menitipkan mata ini padaku... Juga... semua ingatan tentangmu... kau lucu sasuke... kau juga ternyata berusaha keras agar ayahmu mengakuimu... Dan bisa melebihi Kakakmu... dan aku telah berjanji pada Itachi untuk sebisa mungkin membawamu kembali ke desa dengan tanpa membunuhmu ", ujar Naruto. Sasuke terlihat berkaca-kaca.
"Sasuke... Ayahmu sebenarnya sayang padamu... Dia ingin kamu menjadi hokage... makanya dia tetap saja berencana menghancurkan desa. Karena, clan Uchiha benar-benar dijauhkan dari kemudahan untuk mendapat gelar hokage. Uchiha Madara bahkan lebih parah... Dia mengendalikan Kyuubi dan membiarkan Kyuubi berbuat onar di Konoha! KAU TAHU? HAH? GARA-GARA HAL ITU! ORANGTUAKU MENINGGAL! MEREKA MATI DI TANGAN KYUUBI DEMI AKU DAN DESA! SEMUA GARA-GARA UCHIHA MADARA!", seru Naruto geram. Lalu, di layar itu terlihat Uchiha Madara yang membentuk segel dan membuat Kyuubi terbebas dari segelnya. Terlihat juga Kyuubi yang menyerang Konoha. Para warga yang panic dan berusaha melawan Kyuubi dengan sekuat tenaga. Juga warga yang mati gara-gara Kyuubi. Lalu, terlihat juga sepasang suami istri yang terlihat panic. Beginilah tampilannya :
TAMPILAN DI LAYAR : ON
Terlihat Seorang pria berambut pirang yang lumayan panjang dan tampan juga gagah menemani seorang wanita berambut merah panjang dan cantik yang diketahui adalah istrinya yang sedang hamil besar.
"Kushina... Bertahanlah... Bersabarlah... Sebentar lagi mereka akan datang... Sebentar lagi mereka akan membantu persalinanmu... Aku mohon... Bersabarlah... Aku mohon... demi aku dan anak kita...", sahut pria kuning tersebut kepada wanita itu yang diketahui bernama Kushina.
"Mi, Minato! Aku... aku tidak tahan lagi... Minato! Ah,, sa, sakit...", rintih Kushina memegangi perutnya. Dari pahanya mengalir darah merah segar yang membuat semua yang melihatnya tercekat dan khawatir. Minato, nama pria berambut pirang yang sangat mirip dengan Naruto itu menatap Kushina dengan cemas. Keringat dinginnya mengalir deras. Tangan besar dan hangatnya mengusap lembut air mata Kushina. Berharap Kushina akan berhenti menangis dan mengurangi rasa sakitnya.
"Sabar sayang... Tunggulah... Bertahanlah...", sahut Minato menenangkan. Tidak lama kemudian, datanglah seorang wanita berdada besar berambut pirang, Tsunade. Dan beberapa orang lainnya. Mereka adalah sarutobi dan Jiraiya. Ketiga orang yang melihat Kushina dan Minato segera menuju mereka dan menenangkan keduanya.
"Jiraiya! Bawakan aku handuk, dan air hangat! Cepat! Minato... kau temani istrimu agar dia dapat bertahan hingga akhir...", seru Tsunade. Semua yang ada disana segera melakukan yang diperintahkan Tsunade. Dan persalinan pun dimulai.
Kushina menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya. Lalu, berusaha mengeluarkan anak yang dikandungnya. Sekuat tenaga. Walaupun sakit dan dia rasakan itu. Wajahnya terlihat tersiksa. Dia meringis kesakitan. Minato yang melihatnya hanya dapat menyemangati istrinya itu. Menenangkannya. Beribu kata-kata penyemangat keluar dari mulut Minato. Dalam hatinya dia berdo'a agar anak dan istrinya ini selamat. Ya Tuhan... Aku mohon... Selamatkan Anak dan Istriku... Tuhan... Aku mohon! Biarkan mereka hidup bahagia... Jangan sampai mereka meninggalkanku lebih dulu... Biarlah aku yang kau panggil... Tapi, jangan mereka Ya Tuhan... batin Minato. Matanya nanar menatap istrinya. Heran bagaimana tampilan itu dapat memperdengarkan suara hati? Itulah Naruto... Dialah yang terhebat.
Tidak lama... seorang bayi mungil pun lahir ke dunia dengan suara tangisannya yang sangat kuat. Minato tersenyum dan memberitahukan Kushina dengan senang bahwa anak mereka lahir dengan selamat. Tsunade segera membersihkan bayi mungil itu dan menyerahkannya pada Minato dan Kushina. Kushina menerimanya dan kedua orang tua baru itu segera memperhatikan anak mereka dengan seksama. Senyum bahagia merekah di wajah mereka.
"Minato... Kushina... Akan kalian berinama siapa anak ini?", Tanya Jiraiya mendekati mereka berdua.
"Kami akan menamainya Naruto...", ujar Minato dan Kushina bersamaan.
"Hah? Kenapa nama itu?", Tanya Jiraiya heran dengan kedua muridnya ini.
"Aku ingin Naruto menjadi pengubah dunia ninja yang serba kekerasan seperti sekarang... Aku ingin Naruto menjadi pembawa kedamaian seperti yang diceritakan dalam novel pertamamu... Aku ingin Naruto mewujudkan harapan semua orang seperti itu...", jawab Minato dengan senyum tersungging di wajahnya.
"Kami juga ingin... Naruto menjadi kebanggaan kami... orangtuanya... Membawa kedamaian dimana-mana... Menjadi pahlawan kecil kami... dan pahlawan sejati desa... dan dunia... Menyadarkan bahwa masih ada cinta di dunia yang kejam ini...", sahut Kushina sambil tersenyum memandangi bayinya yang lucu dan mungil yang sedang tertawa-tawa dan menendang-nendang lucu. Minato pun ikut memandanginya.
"Namikaze Minato... Akankah anakmu kau namakan Namikaze Naruto?", Tanya Sarutobi.
"Tidak... dia akan aku beri nama Uzumaki Naruto. Bukannya aku tak mau mengakuinya. Hanya saja, aku takut dia diincar oleh banyak ninja. Karena menyandang nama Namikaze... juga karena... dia akan menjadi Jinchuriki...", jawab Namikaze lirih.
"Apa maksudmu, Minato?", Tanya Kushina terkejut.
"Maafkan aku, Kushina... Aku memakai nama keluargamu... Karena dengan begitu tak akan ada yang mengenali Naruto. Dan dia dapat hidup sebagaimana anak pada umumnya. Normal...", jawab Minato dengan tatapan mata sendu yang menatap istri tercintanya.
"Bukan itu! APA MAKSUDMU HAH? APA MAKSUDMU MENJADIKAN NARUTO JINCHURIKI!", seru Kushina meledak-ledak.
"Hahaha... Kushina... kau itu baru saja persalinan... Tapi, kamu masih enerjik ya! Syukurlah...", sahut Tsunade.
"Bukan gitu!", seru Kushina sambil mengerucutkan bibirnya. Lucu sekali.
"Kushina... aku juga tidak rela... Tapi, percayalah... Aku yakin Naruto akan baik-baik saja... Anak kita itu kuat... Ya... Uzumaki Naruto akan menjadi yang terbaik... Aku yakin itu!", sahut Minato menenangkan.
"Minato... Aku tidak mau Naruto dijauhi, Kau pernah dengar 'kan tentang jinchuriki yang selalu dijauhi? Kau pikir aku senang Naruto dijauhi?", Tanya Kushina. Kali ini, air mata menghiasi wajahnya.
"Maaf...", sahut Minato membelai lembut rambut Kushina dan mencium Kushina. Dia juga membelai rambut Naruto dan mengecup bayinya... Tidak, bayi mereka, dengan syahdu.
"Mi, Minato... kau pernah dengar 'kan? Banyak yang menjadi jinchuriki... Tapi, hidupnya tak bahagia... Tak normal. Mereka dijauhi. Mereka dianggap sebagai senjata dan pembunuh desa...", ujar Kushina dengan isak tangisnya dan menatap bayinya yang sedang tertawa itu dengan syahdu. Bayi kecil yang berambut pirang bermata biru secerah langit.
"Ya... Tapi, aku percaya pada Naruto... Aku sayang padanya... Aku mohon izinkanlah... demi kita semua... juga demi Naruto. Aku yakin suatu hari dia bisa menjadi pahlawan sejati... Dan juga, pada kalian semua, Sarutobi, Jiraiya dan Tsunade... Aku mohon jagalah Naruto. Dan jangan beritahukan padanya kalau dia anak dari Namikaze. Biarlah dia yang mencari tahu sendiri. Lalu, aku mohon jangan sampai anak seumurannya tahu kalau Naruto adalah Jinchuriki. Aku hanya ingin melihat Naruto bahagia... dan diakui...", sahut Minato panjang lebar pada semua yang berada di ruangan itu. Kushina hanya bisa menangis pasrah dan ditenangkan oleh Minato. Semua yang ada disana diliputi kesedihan. Tiba-tiba, semua yang ada disana dikejutkan dengan adanya seorang anbu yang masuk tanpa izin untuk memberitahukan suatu informasi.
"Hokage-sama! Para tetua ingin mengadakan rapat... emh, maaf saya mengganggu... Tapi, ini penting!", seru anbu itu seraya mengedarkan pandangannya pada semua yang berada disana dan membungkukan badannya lalu pergi.
"Baiklah... Tsunade, tolong jaga Kushina dan Naruto. Jiraiya... temani Tsunade... tuan sarutobi... Kau bersamaku mengikuti rapat...", seru Minato. Lalu, semuanya pun melakukan apa yang diperintahkan Minato. Tapi, sebelumnya, dia terlebih dahulu menciumanak dan istrinya seraya membisikan sesuatu pada keduanya. "Ayah pergi dulu... Kau disini saja ya jaga ibumu, Naruto...", sahut Minato sambil tersenyum hangat dan dibalas dengan tawa dari Naruto. Minato dan Sarutobi pun pergi ke balai desa untuk rapat dengan para tetua Konoha. Lalu, sesampainya disana, terlihatlah banyak orang yang berkumpul. Semua clan dari clan yang ada di konoha. Dan tak lupa para penasihat dan tetua Konoha.
"Hokage-sama...", sahut mereka seraya bangkit dari duduknya dan menundukan kepalanya. Minato pun membungkukan kepalanya dan duduk di kursinya.
"Hokage-sama... anda pasti tahu keadaan desa saat ini... lalu, apa yang harus kita perbuat?", Tanya seorang dari para tetua.
"Baiklah... sudah dari jauh hari aku memikirkan ini... Kita adakan penyegelan bijuu...", jawab Minato. Sontak semua yang ada disana langsung menatap Minato tak percaya.
"Lalu, siapa yang akan menjadi jinchurikinya? Tidakkah itu terlalu berbahaya?", Tanya orang yang sepertinya perwakilan dari clan Hyuga. Hyuga Hizashi.
"Ya... itu memang bahaya. Baiklah... rencana itu akan dilaksanakan 3 hari dari sekarang... aku harap saat itu semuanya jangan ada yang keluar... baiklah... Rapat selesai... masih ada yang perlu dipertanyakan lagi?", Tanya Minato dengan tegas.
"Tak ada...", jawab tetua lainnya.
"Baiklah... terimakasih atas kerjasamanya... rapat selesai... bubar!", perintah Minato. Semua pun bubar dengan cepat. Kini tinggal Minato yang terduduk lesu.
"Kau tak apa, Minato?", Tanya Sarutobi.
"Ya, aku tak apa... Maaf, aku ingin pulang...", jawab Minato yang langsung pergi ke rumahnya bergegas dengan kecepatannya.
"Kushina! Aku pulang...", seru Minato.
"Hai... Kau sudah pulang, sayang? Naruto... lihatlah... Ayahmu sudah pulang...", jawab Kushina. Minato tersenyum mendengar tutur kata istrinya itu. Dia melihat Kushina yang sekarang keadaannya jauh lebih baik. Kini dia kembali terlihat cantik, segar dan bersemangat. Bajunya pun telah diganti. Penampilannya tidak acak-acakan lagi.
"Hai sayang... hai juga, anakku! Anak ayah...", sahut Minato menghampiri istrinya dan mengecupnya lembut juga membelai lembut rambut tipis anaknya.
"Bagaimana rapatnya?", Tanya Kushina.
"Seperti biasa... membosankan...", jawab Minato. "Erm, boleh aku menggendong anak kita?", Tanya Minato sambil terus menatap Naruto.
"Ya... silahkan Minato...", jawab Kushina sambil memberikan Naruto pada Minato.
"Kushina... Naruto... Maafkan aku... ada sesuatu yang ingin aku katakana pada kalian...", ujar Minato.
"Apa?", Tanya Kushina.
"Aku... akan menyegel bijuu dalam tubuh Naruto.. dan jika penyegelan dilakukan... aku akan mati...", jawab Minato. Hal itu membuat Kushina tersentak kaget. Lalu, dia mengerling pada Minato.
"Tak adakah jalan lain?", Tanya Kushina dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tidak... inilah satu-satunya... bolehkah, Kushina?", Tanya Minato dengan tatapan nanarnya.
"Mi, Minato... se, sebenarnya aku sangat tidak mengizinkan... sungguh sangat tidak mengizinkan! Tapi, hidup bersamamu selama ini... membuat aku mengerti akan sesuatu...", jawab Kushina terputus disela isak tangisnya.
"Apa itu?", Tanya Minato pada Kushina dengan tatapannya yang benar-benar terasa menyedihkan.
"Kau... walaupun aku melarangmu sekeras apapun... tetap saja... kau pasti akan lakukan hal itu... kau ini orangnya keras dan teguh pendirian... percuma aku melarangmu...", jawab Kushina disertai air mata yang terus mengucur. Deras menghiasi pipinya yang merah merona.
"Terimakasih... maafkan aku tak bisa menjadi ayah yang baik dan suami yang setia menemanimu... Aku malah akan meninggalkanmu lebih awal... maafkan aku... maaf...", sahut Minato sambil memeluk Kushina erat. Mereka pun menghayati pelukan mereka itu.
"Erm, Minato... kasihan Naruto...", ujar Kushina.
"Ah! Iya... aku lupa... maaf... Kushina... dan Naruto...", ucap Minato. Setelah itu, Jiraiya dan Tsunade pun pergi. Tingallah Minato dan Kushina di rumah itu. Mereka tertawa dan bersenang-senang bersama. Keluarga yang bahagia. Lalu, mereka berdua pun menidurkan Naruto di ranjangnya. Minato dan Kushina tertawa melihat anak mereka. Tanpa sadar, mereka mengucapkan kata-kata indah yang membuat Naruto tertidur lelap saat itu. Member nada pada setiap perkataan mereka. Membuat perkataan mereka kini jauh lebih enak didengar yang ternyata berubah menjadi music yang menenangkan. Membuat Naruto kecil tertidur dengan pulas.
Timang timang anakku sayang
Jangan menangis Ayah disini
Timang timang anakku sayang
Jangan menangis Ibu bernyanyi
Bila kelak engkau dewasa
Sayangi saudara sayangi sesama
Dengan cinta
Jujur lakumu jujur ucapmu
Menjalani hidup
Tampan jiwamu tampan parasmu
Kala engkau tersenyum
Timang timang anakku sayang
Cepatlah tidur janganlah nakal
Timang timang anakku sayang
Mimpi yang indah nyenyakkan tidurmu
Doa kami sertakan
Temani dirimu menjalani hidup
Oh anakku
Jujur lakumu jujur ucapmu
Menjalani hidup
Tampan jiwamu tampan parasmu
Kala engkau tersenyum
Doa kami sertakan
Temani dirimu menjalani hidup
Oh anakku
Jujur lakumu jujur ucapmu
Menjalani hidup
Tampan jiwamu tampan parasmu
Kala engkau tersenyum
Jujur lakumu jujur ucapmu
Menjalani hidup
Tampan jiwamu tampan parasmu
Kala engkau tersenyum
Sekelebat, tampilan di layar lebar yang besar itu berganti menjadi. Kini yang terlihat adalah Minato yang sedang menghadapi Kyuubi dengan bertapakkan seekor kodok raksasa nan besar dibawahnya. Membentuk segel dan menyegel kyuubi dalam tubuh seorang bayi mungil. Lalu, dia meninggal bersamaan dengan menghilangnya kyuubi. Semua warga desa menghampiri hokage mereka itu. Namikaze Minato. Semua menangisi kepergiannya. Meratapi kepergian pemimpin mereka. Diantara banyak kerumunan itu, ada seorang wanita berambut merah panjang mengambil anak bayi berambut pirang dan membawanya mendekati pria berambut pirang yang kini terbaring tak berdaya tak bernyawa. Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Meneriakan nama pria itu. Berusaha membangunkannya. Jeritannya terdengar pilu. Semua yang melihatnya merasa prihatin dengan tingkahnya. Lalu, datanglah Tsunade dan Jiraiya yang menenangkannya. Keesokan harinya, mayat pria itu dikebumikan. Semua orang menghormatinya.
Tidak lama kemudian, wanita berambut merah itu pun meninggal karena berusaha melindungi anaknya yang masih bayi mati-matian saat banyak penjahat yang mengincarnya. Lalu, setelah Kushina-nama wanita itu- disemayamkan, Naruto diasuh oleh Hokage 3, Sarutobi.
TAMPILAN DI LAYAR : OFF
"Kau tahu Sasuke? BEGITU AKU MENGETAHUINYA AKU SUNGGUH SANGAT TERSIKSA! Kau bertanya bagaimana aku mengetahui dan mendapatkan semuanya? Akan aku jawab! Saat pertarungan Pain, dan Pain melukai Hinata... Aku hampir kalap! Saat itu, aku hampir membebaskan bijuu... Namun, tangan Ayah menahanku dan aku berbicara dengannya. Lalu, aku bertemu ibuku disaat aku mencoba untuk melepas segel bijuu! Dan aku mengetahui semuanya saat aku menemukan beberapa berkas yang disimpan Ayah... dan aku mencoba membukanya... aku melihat ada sebuah foto yang terdiri dari aku, Ayahku, dan Ibuku... dan sepucuk surat yang ditulis Ayah untukku...", seru Naruto yang kemudian di layar tampak semua yang Naruto bicarakan. Dan dapat dilihat sepucuk surat yang sedang dibaca Naruto. Semua yang ada disana pun dapat membaca surat tersebut.
Untuk Uzumaki Naruto... Anakku...
Naruto... maafkan Ayah ya... karena ayah tak mampu menjagamu... Ayah tak mampu menemanimu hingga kau beranjak dewasa dan kau menikah. Maafkan Ayah yang telah menyegel kyuubi di tubuhmu. Ayah percaya padamu Naruto. Naruto, kau adalah anak Ayah yang paling Ayah sayang. Walaupun kau dan Ayah baru bersama selama tiga hari, Ayah tetap sayang padamu. Naruto... Kau tahu? Andai saja Ayah bisa memohon... Ayah ingin sekali memohon pada Kami-sama agar kita bisa bersama lebih lama lagi. Bersama kau dan Ibumu... Ayah sangat inginkan itu. Ayah ingin mendengarmu memanggil aku dengan sebutan 'Ayah' dan kita bisa bermain bersama. Berlatih menjadi ninja bersama. Dan ayah selalu ingin agar kita bisa makan malam bersama. Ke pemandian onsen bersama. Ayah ingin merasakan bagaimana menjadi ayah. Ayah juga ingin menjadi Ayah yang terbaik untukmu... Ayah sangat menyayangimu dan ibumu.
Tapi, Naruto... maafkan ayah ya... Ayah pasti akan merepotkanmu dengan menyegel bijuu di tubuhmu. Ayah jamin, kau pasti akan menderita dan segala macamnya. Maafkan Ayah Naruto... Tapi, Ayah yakin... Pahlawan kecil Ayah ini... bisa menjadi yang terbaik.
Naruto... jagalah ibumu... dan desamu... tanah airmu.
Naruto... Ayah sungguh tidak menyesali semuanya. Walaupun Ayah harus mati.
Disaat keluarga baru terbentuk... Ayah malah mengahancurkannya.
Tuhan... Aku mohon... jagalah anak dan istriku... Aku rela pergi meninggalkan mereka. Aku mohon Tuhan...
Naruto, jadilah anak yang baik. Do'aku menyertaimu...
Dari Namikaze Minato... Ayahmu...
Kini, semua yang berada dan menyaksikan kejadian tadi, langsung berbisik. Ada yang menangis. Ada juga yang terkejut. Semua ekspresi mereka tampakkan.
"Naruto... Lalu, apa hubungannya denganku?", Tanya Sasuke dengan sikap sok coolnya. Padahal dalam hatinya dia mencoba untuk menahan seluruh rasa yang dipendamnya.
"Ini belum selesai... kau tahu? Ayahmu, Ayahku, Ayahnya Gaara, Ayahnya Neji dan Ayahnya guru Kakashi... Semuanya tergabung dalam 5 ninja terhebat windu ini... dan mereka kini telah meninggal semua... dibalik pembantaian keluargamu... bukan keluargamu, Uchiha Itachi ataupun orang Konoha yang salah... Melainkan MADARA UCHIHA yang telah menghasut keluargamu yang awalnya tenang dan sejahtera. Sehingga membuat keluargamu memberontak pada tetua Konoha. Dan akhirnya, Danzou dan tetua Konoha lainnya merasa teancam dan memerintahkan Itachi membunuh mereka semua... Kau tahu? Inilah yang sebenarnya... Uchiha Madara tidak pernah menyerah... Dia ingin menguasai dunia... dan dia dendam pada clan senju... kau tahu hah? Kau itu bodoh! Kau masih mudah dipengaruhi oleh orang yang salah! AKU YANG BENAR! AKU DAPATKAN INI SEMUA DARI MASALALU! KAU TAHU HAH?", seru naruto ber-api-api.
Sasuke mendengarnya... Dia menatap Naruto nanar. Dia menggunakan mata sharringannya. Dan berusaha melawan Naruto. Naruto yang menyadari hal itu segera menghindar. Layar yang ada di atas kepala Naruto dan awan tebal yang menutupi mereka pun menghilang. Kini, Naruto dan Sasuke memulai pertarungan mereka.
Sasuke mulai menyemburkan apinya dan api itu dapat dikendalikan oleh Naruto. Kini, Sasuke pun memakai tekhnik Chidori. Lalu, Naruto dapat mematahkannya. Sasuke menggunakan Amaterasu dan Naruto dapat mengelak dari amaterasu. Sasuke menggunakan Susano'o. Dengan sigap Naruto melawannya. Semuanya. Narutolah yang lebih kuat saat ini. Percuma saja Sasuke menggunakan kekuatan Itachi... Karena Itachi juga membagi Naruto kekuatannya. Keduanya bertarung dengan sangat sengit walau Narutolah yang lebih unggul. Kini, Sasuke telah kelelahan. Tidak dengan Naruto yang memakai tenaga alam, cakra alam, cakra dirinya, cakra kyuubi, cakra dari rinnegan, cakra Itachi dan juga cakra tambahan yang dititipkan Minato padanya. Jika Sasuke menggunakan kekutan bumi. Seperti element api dan petir. Itu sia-sia, karena kini Naruto dapat kendalikan semuanya.
Melihat Sasuke yang sudah sangat kelelahan, akhirnya Naruto mengeluarkan tenaga yang lebih besar dari tenaga Sasuke. Dia membuat Sasuke tak berkutik. Mendekati Sasuke dan memeluknya. Katak dan Ular raksasa yang sedari tadi dengan setia menemani tuannya kini mulai lenyap. Sasuke terhenyak kaget. Namun, dia tak melepaskan pelukan hangat itu. Pelukan yang sudah lama tak didapatnya. Pelukan kasih sayang. Karena selama ini, hidupnya kurang kasih sayang. Terlebih setelah dia pindah ke tempat Orochimaru. Sasuke diam... dan menghayati pelukan itu. Tangan Sasuke yang sedari tadi tak bergerak dan menggantung di sampingnya, akhirnya merespon Naruto. Dia segera memeluk Naruto. Mereka pun berpeluka sambil berdiri. Percaya atau tidak... saat itu keduanya menangis.
"Naruto... Kau... Aku mengakuimu...", sahut Sasuke dengan isakannya.
"Hahaha... Teme! Aku juga! Aku rindu padamu! Teme! Kami semua menunggumu! Kembalilah pada kami!", seru Naruto dengan tangisnya yang lebih keras.
"Naruto! Kamu adalah teman terbaikku! Kau sahabatku! Saat itu pun aku tahu akan hal itu! Kau benar-benar melihat hatiku... Dobe... Aku sayang padamu... Kau sahabatku yang terbaik...", jawab Sasuke.
"Teme... kau tahu? Aku benar-benar menatikan hari ini... Hari dimana kau kembali... dan Hari...", sahut Naruto terputus. Lalu, Sasuke dan Naruto melepaskan pelukannya. Menghapus air matanya, dan menatap tajam pada Uchiha Madara. "Dan hari balas dendam pada UCHIHA MADARA...", seru mereka berdua dengan nada yang bergetar.
Mereka pun menghampiri Madara... mereka bertiga pun bertarung dengan sengit. Madara hampir kewalahan karenanya. Dan yang paling mengejutkan. Kini, mata Sharringan Naruto berubah menjadi mata Sharringan yang mirip Madara. Itu mengejutkan semua yang menyaksikan pertarungan saat itu. Terutama Uchiha Madara dan Uchiha Sasuke. Kini, semua serangan yang dilancarkan Uchiha Madara dengan mudah ditangkis oleh Naruto. Dan malah berbalik pada dirinya sendiri. Lalu, Madara pun kalah oleh naruto dan Sasuke. Saat Sasuke akan menusuk jantung Madara yang tak berdaya dengan Kusanaginya, Naruto segera menghentikan langkah Uchiha muda itu.
"Hentikan Sasuke... kau tahu? Aku tak mau banyak pembunuhan... Biarkan aku melakukan sesuatu padanya...", sahut Naruto.
"Mau apa kau. Dobe?", Tanya sasuke.
"Aku pernah berguru ini pada Avatar... Dialah yang mengajarkanku mengunci empat element dalam tubuhku... Aku akan menghisap semua kekuatannya... Aku jamin, setelah ini... dia tak akan pernah menjadi ninja hebat lagi... jadi ninja pun aku jamin dia tk akan bisa...", jawab Naruto. Sasuke pun setuju dan mempersilahkan Naruto. Naruto mulai mengikat kaki dan tangan Madara ke tanah, sebagaimana Avatar mengajarkan padanya. Lalu, dengan sigap, dia membuat segel. Tak lama kemudian, dia menyimpan ibu jari tangan kirinya di kening Madara dan ibu jari tangan kanannya di dagu Madara. Lalu, Naruto mengarahkan kepala Madara melihat ke atas langit. Saat itulah, dari mata Naruto keluar cahaya biru muda menenangkan, sedangkan dari Madara muncul cahaya hitam kelam menyeramkan. Awalnya cahaya hitam itu lebih dominan daripada cahaya biru muda... tapi, tak lama kemudian, cahaya biru muda kini memenuhi semuanya. Tubuh Naruto bercahaya biru muda. Dan tubuh Madara yang tadinya bercahaya hitam kelam, kini ikut bercahaya biru mudah seperti Naruto. Dan kini... semuanya berwarna biru muda. Langit dan semuanya kini terang benderang.
"A. Apa yang kau lakukan pada tubhku? Aaahh! Lepas!", seru Madara.
"Aku hanya mempraktikan apa yang diajarkan oleh guruku... Kini seluruh kekuatanmu telah aku hisap... jadi, kamu sekarang tak punya kekuatan lagi... jurus pun tak ada... yang lebih penting... sekarang, mata sharringanmu telah lenyap!", seru Naruto. Semua yang melihat pun segera bersorak mengelu-elukan nama Naruto. Sasuke tersenyum pada Naruto dan mereka berjabat tangan yang diikuti pelukan persahabatan keduanya.
"Naruto?", sahut Sasuke.
"Apa, Sasuke?", Tanya Naruto.
"Matamu?", Tanya Sasuke heran karena mata berbeda Naruto kembali menjadi mata biru cerahnya lagi.
"Hehehe... Aku bisa memunculkannya kapan saja!", seru Naruto dengan cengiran khasnya yang lebar.
"Hooy Naruto!", seru seseorang yang bertubuh besar.
"Hai Hachibi!", seru Naruto.
"Naruto! Kau bisa menemukan lirik lain? Kau tahu kan hahahaha... Ayah dan Ibumu hebat sekali membuatkan lagu untukmu...", sahut Hachibi.
"Hahaha... tentu saja... hehehe... tapi, nanti ya!", seru Naruto.
"Nak Naruto... Maukah kau menjadi Hokage kami selanjutnya? Menjadi hokage kami yang ke tujuh...", ucap salah seorang tetua Konoha.
"Pengganti Nenek Tsunade dan Danzou?", Tanya Naruto ceria.
"Benar...", jawab tetua.
"Tentu... hehehe", jawab naruto dengan cengiran lebarnya. Setelah itu, semua orang banyak yang menyalami Naruto dan berusaha mendekati Naruto sampai akhirnya, Naruto memberitahukan sebuah pengumuman.
"Baiklah! Semua tenang... ada yang ingin aku sampaikan!", seru Naruto dengan suaranya yang menggelegar.
"Apa?", Tanya beberapa dari mereka. Naruto pun tersenyum. Lalu, membentuk segel lagi. Seketika, awan menjadi kusut dan membentuk serangkaian kata. Naruto pun menghampiri seseorang. Mengahmpiri seorang wanita berambut biru keunguan, berkulit putih bersih mulus, bermata lavender. Hyuuga Hinata. Dan, awan di atas membentuk rangkaian kata yang berbunyi "maukah kamu menikah denganku, Hyuuga Hinata?".
"Hinata... Maukah kamu menikah denganku?", Tanya Naruto. Naruto berjongkok di depan Hinata. Memegang kedua tangan Hinata dan mengecupnya lembut.
"Um...", sahut Hinata sambil mengangguk. Wajahnya kini sudah merah semerah strawberry. Sekujur tubuhnya kini memanas. Tidak lama setelah mengangguk tanda mengatakan 'ya', naruto pun memeluk Hinata.
"Terimakasih Hinata!", seru Naruto kegirangan. Hinata pun hanya bisa pingsan. Naruto pun berwajah panic.
Dan... Yah... dimulai dari sini... adalah kehidupan baru Naruto... bersama keluarga barunya dan semuanya...
~Bersambung~
Hahaha, Gimana tuh? rame gak? Huh... tadinya mau one shot... tapi, kok jadi pengen banget ngeliat Naruto berkeluarga ya? hahahaha
Kalau mau ngomen, silahkan review... Kalau ada permintaan.. Boleh review...
Tapi, kalau terpaksa dan gak punya nilai... Kayaknya... Gak terlalu memaksa deh...
Thanks... :)
