Scorpius Malfoy's POV

Hogwarts tak pernah semenyebalkan seperti hari ini sebelumnya. Padahal hari ini adalah hari kunjungan ke Hogsmeade. Hari ini adalah akhir pekan! Dan bagaimana mungkin aku malah terjebak di ruangan sempit ini, memoles piala-piala sialan ini tanpa sihir, dan paling parah adalah bersama si tua Fleud! Ah, mimpi apa aku tadi malam! Seharusnya aku sedang duduk di salah satu meja di Broomstick sambil menikmati butterbear bersama Al dan Rose. Membicarakan banyak hal-terutama tentang cewek dengan Al-dengan mereka berdua, bersenang-senang, dan tertawa. Sialnya, aku malah harus mendapat detensi akhir pekan.

Apa salahnya berkeliaran di koridor pukul 12 malam? Kenapa para prefek sekarang begitu tak berperasaan? Bahkan aku lebih tua daripada mereka. Ah, benar-benar, kenapa aku harus mendapat detensi memoles piala ini sampai licin tak berdebu sedikitpun!

Rose Weasley's POV

Kunjungan ke Hogsmeade kali ini adalah kunjungan paling tak menyenangkan sejak aku mulai melakukan kunjungan. Bagaimana bisa menyenangkan jika aku hanya duduk sendirian di bar Broomstick, tanpa Scorpius dan Al. Kenapa Al harus menemani si pirang Zabini ke Honeydukes ketimbang menemani sepupunya sendiri di Broomstick, tempat kesukaannya. Dan si bodoh Scorpius itu lebih menjengkelkan. Bagaimana mungkin dia mendapat detensi di akhir pekan seperti sekarang. Dan apa yang dia lakukan di koridor menuju menara Ravenclaw pukul 12 malam? Apa dia benar-benar mengencani Helena? Ah, apa yang dia lihat dari Helena?

"Hai, Rose,"

Aku yang sedang menyesap butterbear agak tersedak.

"Apa kau baik-baik saja?" suaranya terdengar cemas,"Maafkan aku, sepertinya aku mengagetkanmu."

Aku menggerak-gerakkan telapak tanganku tanda aku tak apa-apa sambil berusaha menenangkan tenggorokanku. Dan saat aku sudah tenang, disampingku, laki-laki yang tadi membuatku tersedak, yang sekarang wajahnya tampak merasa bersalah, membuatku hampir terjengkang karena kaget. Alex! Alex Westday! Ya tuhan, mimpi apa aku tadi malam.

Scorpius Malfoy's POV

Sepertinya aku harus mendapat obat anti pegal gara-gara harus memoles piala-piala sialan itu sepanjang siang dan sore. Fleud tak sedikitku mengalihkan pandangannya ke arah yang lain selain ke arah tanganku yang sedang memoles piala. Aku benar-benar tak berkutik. Ah, sialan. Akhir pekanku benar-benar hancur.

Aku keluar dari ruangan sempit itu tepat ketika anak-anak pulang dari kunjungan mereka ke Hogsmeade. Aku melihat Hugo bersama seseorang di koridor. Ah, Hugo, tampangnya kusut sekali padahal dia baru saja jalan-jalan di Hogsmeade. Dan aku tak bisa membayangkan tampangku sendiri yang baru saja mendapat detensi akhir pekan. Aku melihat Al berjalan sendirian menuju aula besar dengan tampang yang tak kalah kusut. Hei, ada apa dengan orang-orang yang menuju Hogsmeade hari ini? Tentu saja aku harus menyusulnya.

"Apa yang terjadi denganmu, sobat?" tanyaku sambil merangkul bahunya setelah sampai di sampingnya, mencoba mensejajari langkahnya yang gontai tak bertenaga. Sepertinya dia baru saja patah hati, sepertinya. Aku tak benar-benar tahu tentang patah hati.

"Aku lapar," jawabnya tak bertenaga.

"Hei, seharusnya aku yang lapar. Kau tahu, aku harus memoles piala-piala sialan itu tanpa sihir! Tanpa sihir!" kataku mengebu-gebu.

Al diam saja, tak tertarik dengan ucapanku. Ah, sudahlah, sepertninya anak ini tak bisa diganggu. Tapi, dimana Rose? Bukankah dia bersama Al saat pergi ke Hogmeade?

"Al, dimana Rose?"

Rose Weasley's POV

Aku tarik ucapanku tantang'kunjungan Hogmeade kali ini yang tak menyenangkan' saat di Broomstick karena kunjungan kali ini adalah kunjungan paling memnyenagkan bagiku. Well, bagaimana tak menyenangkan kalau sepanjang sore aku berjalan-jalan bersama Alex. Alex Westday, si ketua murid. Aku menyukainya. Aku sungguh menyukainya. Aku kagum dengan segala yang dia lakukan dan dikerjakan. Aku tak menyangka bahwa dia akan mengajakku keliling Hogsmeade. Aku benar-benar wanita yang beruntung akhir pekan ini. Aku harus cepat-cepat menceritakannya pada Al dan Scorpius.

Scorpius Malfoy's POV

Daging domba panggang kali ini terasa hambar. Tak enak. Aku rasa peri rumah Hogswarts harus segera pensiun karena masakan mereka sudah tak enak. Selera makanku hilang. Aku meraih gelas berisi jus labu dan langsung menghabiskannya. Kemana sih si Weasley itu? Lama sekali di Hogsmeade. aku tak sabar menerima pesananku.

"Al, kenapa kau membiarkan Weasley bersama si ketua murid sialan itu?" ucapku kesal pada Al yang sekarang sedang mengaduk-ngaduk bubur gandum di depannya.

"Dia akan baik-baik saja Scorp," jawab Al tak bertenaga.

"Kau tahu, ketua murid sialan itu yang membuatku melewatkan akhir pekan bersama si Fleud!" Aku benar-benar kesal, tak tahu kenapa.

"Bukannya anak kelas enam yang membuatmu harus memoles piala-piala itu?"

"Tapi, si Westday itu juga pasti punya andil, Al."

"Rose pasti baik-baik saja, bahkan dia pasti akan terlihat bahagia. Jadi, berhentilah menggangguku, Scorp."

Aku mendengus. Bahagia? Weasley bersama si Westday itu? Itu tak mungkin.

Rose Weasley's POV

"Scorp, kenapa kau marah-marah padaku?" ucapku kesal.

"Aku tak marah-marah padamu Weasley," kata Scorpius angkuh. Tampangnya yang biasanya pucat berubah menjadi merah padam saat aku masuk ke aula besar kemarin malam. Dia memandangku penuh kemarahan dari meja Slytherin. Apa yang terjadi dengannya?

"Jelas sekali tadi kau marah-marah padaku Scorp." AKu bersikeras. AKu kesal saat dia mengatakan bahwa aku tak menepati janji.

Well, aku hanya lupa tak membelikan permen pesanannya di dia kesal sampai marah-marah seperti ini padaku? Dia selalu mengaitkan banyak hal dengan kesalahanku kemarin. Padahal aku sudah minta maaf padanya. Dia benar-benar menyebalkan.

"Aku sudah minta maaf tentang permen kemarin dan kenapa kau masih marah-marah padaku?"

"Aku tak marah-marah padamu Weasley."

"Kau sungguh menyebalkan, Scorp!" Aku berdiri dan segera menyingkir ke meja lain di perpustakaan. Bagaimana mungkin dia mengatakan tak sedang marah padaku jika sejak kemarin dia selalu memanggilku 'Weasley'. Aku tahu pasti jika dia sedang kesal, marah atau benci padaku, dia selalu memanggil nama keluargaku. Dasar Vampir Malfoy!

Scorpius Malfoy's POV

Aku benar-benar tak habis pikir pada Weasley. Apa yang dia lihat dari si Westday itu? Sangat menyebalkan ketika dia memasuki aula besar bersama si Brengsek Westday dengan wajah seperti menang lotere. Kau tahu, kadang-kadang Weasley sangat bodoh. Dan aku tahu dengan jelas bahwa dia bodoh tentang laki-laki.

Aku mengabaikannya sejak tadi malam, aku langsung menuju asrama Slytherin sambil menyeret Al-yang tetep murung-untuk menghindari Weasley yang sepertinya ingin mengatakan banyak hal pada kami. Well, aku tak peduli dengan cerita kunjungan Hogsmeadenya yang pasti akan bertema 'Bersama Alex westday di Hogsmeade'. Aku tak tahu banyak tentang si Brengsek westday itu kecuali kenyataan bahwa dia adalah ketua murid dan penghuni asrama Hupplepuff. Selain itu, dia bukan salah satu pemain quidditch asramanya. Aku rasa kehidupannya hanya berpusat di perpustakaan karena aku sering melihatnya di perpustakaan saat harus-dengan terpaksa-menemani weasley membaca buku.

Aku mendengus pada buku di depanku. Aku akan tetap mengabaikan Weasley sampai dia menyadari kesalahannya.

"Kenapa kau mendengus padaku, Scorp?" tanya Al dengan nada kesal. Entah kenapa nada bicaranya selalu kesal sejak pulang dari Hogsmeade kemarin.

"Aku tak mendengus padamu, Al. Dan berhentilah bersikap menyebalkan."

Al hanya mengerutkan keningnya. Setelah itu kembali menatap buku di depannya. Hanya menatap! Karena dia tak pernah membalik halaman bukunya sejak setengah jam yang lalu. Aku mendengus.

Scorpius Malfoy's POV

Sudah tiga hari aku mengabaikan Rose-aku berhenti memanggilnya Weasley karena kemarahanku sudah sedikit berkurang. Aku tak mau bicara dengannya jika tidak ada sesuatu yang penting dan mendesak, seperti sehari yang lalu saat aku harus memberitahunya bahwa Hugo mengancam akan memberitahu mengenai hubungan pertemanan kami yang cukup dekat pada ayahnya.

Aku tahu jika Mr. Weasley tak terlalu suka padaku dan hal itulah yang selalu digunakan Hugo untuk mengancamku jika aku tak menuruti permintaannya. Aku melihat Hugo berkelahi dengan anak kelas enam di kamar mandi tempat Myrtle Merana tinggal. Dan dia memintaku untuk tak mengatakannya pada Rose dengan mengancam akan memberitahu ayahnya tentang kami. Benar-benar tak dapat dipercaya! Memangnya aku peduli dengan urusannya? Aku sama sekali tak tertarik dengan perkelahian itu dan aku sedang tak ingin berurusan dengan Rose. Anak itu benar-benar membuatku gerah sehingga aku harus mengatakan pada Rose bahwa adiknya selalu bersikap kekanak-kanakan karena selalu ingin melaporkan hubungan kami pada Mr. Weasley.

Rose sepertinya tak ambil pusing dengan ancaman itu dan dia bersikap biasa saja ketika bertemu denganku. Sepertinya dia merasa sama sekali tak bersalah tentang permen dan tentang si Brengsek Westday itu! Bloody Hell!

Aula besar. Makan Malam.

Daging domba panggang kesukaanku masih terasa tak enak. Rasanya masih sama seperti tiga hari yang lalu, hambar. Sepertinya peri rumah Hogwarts lupa memberi merica dan garam. Aku menatap meja Gryffindor. Rose dan si Brengsek Westday sedang tertawa bersama. Aku menggigit daging domba panggangku, hambar. Rose menatap si Brengsek Westday dengan pandangan kagum. Aku menggigit daging domba panggangku, hambar. Rose menyendok puding coklat kesukaannya dan mengarahkannya ke si Brengsek Westday. Aku tak tahan! Daging domba panggangku terasa sangat hambar!

Braaaakkk!

Aku beranjak dari tempat dudukku, mengabaikan pandangan ingin tahu dari anak-anak yang sedang menyantap makan malam, meninggalkan Al yang sepertinya tersedak, kemudian keluar dari Aula Besar.