When you wake up from your

sweet dream, you are finding a

stranger guy on your bed and he

said that you are his wife.

What will you do?

HUSBAND (Remake Story By: Phoebe Maryand)

Cast:

Minseok (GS)

Luhan

Jongin

Yixing (GS)

Halmeoni

Kyungsoo (GS), ect.

Warning: Typo (takut ada nama yang belum kerubah), GS and Remake.


-The Accident-

Kim Minseok, gadis dengan perawakan mungil itu adalah seorang pegawai administrasi di sebuah majalah travelling yang sudah berdiri mungkin hampir seumur Ayahnya. Begitu keluar dari universitas Tokyo, Minseok langsung pindah mengikuti Halmeoni-nya kembali ke Korea yang merupakan tempat kelahiran ayahnya. Tak kurang dari dua tahun yang lalu, Minseok melamar ke DArE. Memiliki seorang teman bernama Yixing yang sekarang duduk di meja sebelahnya dan beberapa orang lain yang tidak begitu dekat dengannya di kantor ini. Setahu Minseok, di kantor ini hanya Yixing yang menganggapnya ada, berbicara dengannya secara baik-baik dan memandangnya sebagai manusia. Sedangkan karyawan yang lain sangat acuh dan masih tidak perduli meskipun Minseok sudah bekerja di DArE selama dua tahun.

Sekarang beginilah hidupnya setiap hari, duduk di depan komputer dan mengetik, mengetik, mengetik, seolah-olah keyboard adalah dirinya. Minseok sangat mengantuk karena hari ini dirinya hampir seharian berada di kantor tanpa melakukan apa-apa, ia bahkan tidak pergi keluar untuk makan siang. Bukan karena terlalu banyak pekerjaan tapi Minseok sedang diet demi tampil sempurna pada pernikahannya yang akan berlangsung bulan depan. Jongin, calon suaminya selalu mengatakan kalau Minseok tampak gemuk dan Minseok tidak akan suka bila terlihat gemuk di hari pernikahannya.

Ponselnya yang berada di sebelah komputer bergetar. Minseok membuka matanya lebar-lebar karena matanya sudah redup sejak tadi. Ia benar-benar merasa lapar dan itu sudah membuatnya mengantuk. Tapi melihat siapa pengirim pesan di ponselnya semua rasa kantuk Minseok lenyap begitu saja dan tidak tersisa sama sekali.

Baby, Pulang Jam berapa?

Bisa bertemu hari ini?

Plg kerja datang ke café ku ya?

Aku sangat merindukanmu

(Sender: Jongin. XXX)

Jongin pada akhirnya mengirim pesan juga setelah seharian ini Minseok menanti kabar darinya. Semenjak rencana pernikahan mereka di putuskan, Jongin benar-benar berkonsentrasi bekerja seolah-olah ia akan meninggalkan cafenya untuk selamanya. Semua hal itu menyebabkan Minsoek mengurusi persiapan pernikahannya seorang diri dan semakin sulit untuk bertemu dengan Jongin. Tapi Minseok selalu merasa kalau hal itu bukanlah masalah yang harus di ribut-ributkan. Minseok sudah terlalu banyak menuntut kepada Jongin dan dirinya sama sekali tidak akan meminta hal yang lebih lagi. Minseok sudah harus bersyukur karena Jongin mengabulkan permintaannya untuk mempercepat pernikahan meskipun hal itu membuatnya repot seorang diri. Tidak, ada Yixing yang siap membantunya meskipun Minseok tidak memberi tahu dengan siapa ia menikah nanti pada Yixing, Minsoek patut bersyukur.

Minseok tidak pernah memperkenalkan Jongin kepada siapa-siapa kecuali Halmeoni sehingga rencana pernikahan ini juga sama rahasianya seperti keberadaan Jongin. Kedua orang tuanya juga belum tau, hanya Halmeoni satu-satunya orang yang tau dan Halmeoni sangat tidak setuju. Halmeoni pada awalnya menyukai Jongin, tapi begitu tau kalau Minseok dan Jongin akan melangkah kejenjang yang lebih serius, Halmeoni menolak keberadaan Jongin terang-terangan. Terlebih sejak Minseok mengatakan kalau dirinya akan pindah dan tinggal bersama Jongin setelah menikah, kebencian Halmeoni kepada Jongin semakin menjadi- jadi.

"Minseok, Kau di panggil Manajer Park keruangannya!" Yixing berdiri di depan pintu ruang kerja mereka sambil memijat dahinya. Gadis itu mendapat Job yang sangat luar biasa belakangan ini. Seringkali Yixing mengeluh kalau dirinya hampir muntah menghadapi kertas-kertas dan komputer.

"Ada apa?"

"Pokoknya segeralah kesana. Kau tau, kan? Besok dia akan pensiun dan ini adalah hari terakhirnya di kantor."

Minseok mengangguk lalu memandang kalender yang berada di sebelah komputernya, 22 Juni. Park Chanyeol pernah mengatakan rencana pensiunnya saat rapat terakhir mereka minggu lalu. Sama sekali tidak di duga bahwa rencana itu berlangsung secepat ini, jarang sekali ada orang yang memulai pensiunnya pada pertengahan bulan Juni, seperti yang Manajer Park lakukan. Minseok berusaha mengembalikan semangatnya dan berjalan menuju ruangan kerja Manajer Park. Begitu sampai, Minseok hanya perlu mengetuk pintu beberapa kali dan ia melihat bayangan Manajer Park yang berjalan mendekati pintu lewat dinding Kaca anti pecah yang berwarna keabu-abuan. Siapapun bisa melihat bayangan dari dalam ruangan tapi tidak bisa melihat semuanya selain warna hitam yang bergerak pada dinding Kaca yang menyelubungi ruangan Manajer Park tersebut. Entah siapa yang punya ide untuk membuat ruangan kerja seperti ini, yang pasti ide ini membuat Atasan manapun menjadi kehilangan lebih dari lima puluh persen privasinya.

"Silahkan, Minseok-ssi!" Manajer Park benar-benar muncul di balik pintu dan mempersilahkan Minseok masuk.

Laki-laki yang sangat baik. Seandainya Manajer Park tidak punya istri, Minseok akan memaksa laki-laki itu untuk menikah dengan Halmeoni-nya. Minseok menahan tawa sambil melangkah menuju sofa yang ada di ruangan itu. Manajer Park menutup pintu dan memandangi Minseok sambil bertolak pinggang.

"Jadi menikah bulan depan?" Tanyanya.

Minsoek mengangguk. "Tentu saja."

"Masih merahasiakan siapa calonnya? Bagaimana bila aku tidak bisa datang pada pernikahanmu bulan depan? Aku mau liburan ke Jeju bersama keluargaku!"

"Masih belum bisa, Bos. Bahkan kedua orang tuaku sama sekali tidak tau."

Manajer Park mengangguk lalu melangkah mendekati mejanya. Ia mengambil sebuah amplop dan sebuah kantong kertas lalu memberikan keduanya kepada Minseok. "Ini adalah kiriman. Dalam satu jam lagi, kau harus sampaikan ini kepada tuan Lu yang sedang meeting di Cheongdam-dong. Dia Bos yang baru, dan sebagai ucapan terimakasihnya amplop itu silahkan di buka!"

Kedua alis Minseok menyatu. Ia memandangi amplop putih itu sejenak lalu membukanya pelan-pelan. Dirinya hampir saja berteriak melihat apa yang ada di dalam sana. Sebuah pernyataan kenaikan gaji untuk bulan depan.

Manajer Park benar-benar mengabulkan permintaannya yang satu ini dalam waktu singkat. Baru dua minggu yang lalu Minseok mengeluh karena kekurangan banyak biaya untuk pernikahannya dan ia berharap Manajer Park mau meningkatkan nominal gajinya dari gaji staff junior menjadi staff Senior. Dan sekarang Minseok mendapatkannya. Ia kembali menoleh kepada

Manajer Park dengan pandangan penuh rasa terimakasih. Manajer Park menggeleng-gelengkan kepalanya menandakan kalau dirinya tidak menyukai ekspresi Minseok yang itu. Dia tidak suka jika ada orang yang berterimakasih dengan wajah memelas. "Sekarang pergilah. Waktumu sudah berkurang sepuluh menit. Tuan Lu akan sampai satu Jam lagi dan dia sangat membutuhkan semua file yang berada dalam tas kertas itu. Bergerak…bergerak…" Minseok dengan cepat berdiri dari duduknya dan mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya ia mengambil semua barang-barangnya dan melangkah pegi menuju hotel yang Manajer Park sebutkan.

Tuan Lu, dia yang akan menerima barang-barang itu dan Minseok harus segera menemuinya dengan batas waktu yang semakin menipis. Setiap kali melihat Jam Minseok merasa semakin di buru waktu yang semakin sedikit sehingga Minseok terpaksa turun dari taksi yang di tumpanginya karena macet. Sebisa mungkin ia memotong jalan kemana-mana sehingga menemukan jalan raya yang tanpa macet. Lampu lalu lintas menyala dan semua orang berusaha menyebrang jalan secepatnya. Beberapa orang menyenggol tas kertas yang dibawanya sehingga benda itu robek dan menumpahkan segala isinya. Sangat banyak kertas yang berserakan sehingga Minseok harus mengejarnya kesegala arah. Jumlah orang di jalanan semakin menipis sehingga Minseok semakin khawatir. Berkali-kali Minseok memandangi jam tangannya dan waktunya hanya tersisa lima belas menit lagi. Ia harus cepat karena Hotel Chengdam-dong sudah ada di depan. Tapi selembar kertas melayang dan Minseok masih berusaha mengejarnya, sayangnya erangan mobil-mobil yang siap berjalan membuatnya terpaksa menepi dan meninggalkan selembar kertas lagi di tengah jalan raya.

Tinggal dua belas menit lagi, Minseok bergerak secepat mungkin ketengah jalan saat melihat Jalanan sepi. Ia berharap setelah meraih kertas itu, Minseok bisa segera menyebrang tanpa harus menunggui lampu lalu lintas lagi. Sekilas ia seperti melihat seseorang berdiri di depannya, saat Minseok mengerjapkan matanya, apa yang dilihatnya sama sekali tidak ada. Mungkin ia Cuma berkhayal dan lebih baik kembali memunguti file-file penting itu. Bunyi hak sepatunya berketuk di jalan aspal dan baru berhenti setelah tangannya berhasil menyentuh kertas yang berterbangan kesana-kemari. Minseok juga harus memeluk barang-barang dari dalam tas kertas yang sobek hanya dengan satu tangan sedangkan tangannya yang lain berusaha keras menggapai kertas yang sedang di kejar-kejarnya dengan susah payah.

"Sial! Tolonglah…" Bisiknya. Minseok mulai khawatir saat melihat jalanan mulai ramai kembali, ia sempat bersyukur karena kertas itu terbang ke pinggir. Tapi tiba-tiba jantung Minseok seakan berhenti saat mendengar bunyi benturan keras yang datang entah dari mana. Minseok berusaha menoleh, tapi ternyata matanya terpejam. Ia sudah tergeletak di jalanan dengan keadaan yang tidak di ketahuinya. Beberapa bagian tubuhnya mulai terasa nyeri, semuanya seperti mimpi. Banyak orang yang berkerumunan di sekitarnya dan mengatakan kalau dirinya harus di bawa kerumah sakit. Minseok masih tidak bisa membuka matanya.

Dalam hati ia berteriak. Tolong aku. Aku harus bertemu Tuan Lu demi Manajer Park dan masa depanku!

Minseok membuka matanya perlahan, ia memandangi warna…entahlah. Minseok sendiri tidak yakin jika yang di lihatnya adalah langit. Ia menegakkan kepalanya dan memandang kesekeliling. Minseok sedang berada di sebuah taman dan ia berbaring di sebuah bangku kayu. Di sebelahnya, Minseok mendapati seorang wanita asing yang belum pernah di kenalnya sebelumnya. Wanita itu tersenyum.

"Kau sudah bangun? Kalau begitu aku bisa pulang dengan tenang. Kau ingat jalan pulang ke rumah, Kan?"

Minseok mengagguk bingung. "Kau siapa?"

"Aku? Namaku Baekhyun. Aku pergi dulu karena tugasku sudah selesai. Sampai jumpa!" Baekhyun tersenyum lalu pergi meninggalkan Minseok begitu saja.

Minseok berusaha bangkit dan duduk dengan tenang. Ia berusaha mengingat semuanya, dan beberapa ingatan terbayang. Minseok baru saja mengalami sebuah kecelakaan, ia memandangi tubuhnya dan untungnya tidak terjadi apa-apa padanya. Minseok hanya merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya dan ia ragukan itu terjadi karena kecelakaan yang di alaminya barusan. Minseok memandangi sekelilingnya.

Ia kehilangan kertas-kertas penting untuk Tuan Lu. Sebisa mungkin Minseok bangkit dan mencari-cari tapi tidak satupun jejak mengenai berkas itu bisa di temui. Jalanan juga sudah mulai sepi dan sepertinya tidak ada seseorangpun yang mengenalnya, ia korban kecelakaan beberapa waktu lalu, secepat itukah mereka melupakannya?

Waktu? Jam berapa sekarang? Minseok berbisik. Ia mengangkat lengannya dan memperhatikan jam tangannya lekat-lekat. Sudah jam lima sore dan ini sudah lewat jam pulang Kerja. Tubuhnya yang masih sakit mendorong Minseok untuk memanggil taksi dan segera pulang.

Terserah dengan apapun yang terjadi nanti yang pasti dirinya sangat ingin istirahat. Butuh waktu yang panjang untuknya sampai kerumah karena rumah Halmeoni memang terletak di pinggiran kota Seoul.

Setelah membayar taksi, Minseok langsung memasuki rumah dan menemukan Halmeoni-nya sedang sibuk menyiapkan makan malam.

Minseok mendekat dan memeluk wanita tua itu erat-erat.

"Ada apa?" Halmeoni berhenti bergerak dan membelai kepala Minseok dengan lembut.

Minseok mendesah, masih dalam pelukannya. "Sepertinya aku akan di pecat. Kufikir aku baru saja naik gaji!"

Halmeoni membelai punggungnya. "Kalau begitu gunakan waktu itu untuk beristirahat di rumah. Dirimu sedang tidak sehat, jadi perlu banyak istirahat."

"Halmeoni tau darimana kalau aku sedang tidak sehat hari ini?"

Sekarang wanita tua itu mengubah pandangan penuh kasihnya menjadi pandangan yang penuh kebingungan. "Kenapa masih bertanya?kau cucuku bukan?"

"Ya, tentu saja. Kau bisa merasakan apa yang ku rasakan. Kau selalu tau apapun yang terjadi padaku. Aku sedang dalam keadaan buruk dan sekarang sepertinya harus istirahat. Halmeoni, Aku tidur di kamarmu ya?"

Halmeoni mengangguk. "Tapi pada saat jam tidur tiba, kau harus pindah kembali kekamarmu. Aku akan merasa aneh jika ada dirimu di kamar. Kau sudah sangat lama tidak tidur denganku lagi, aku sudah terbiasa tidur sendiri dan meolak ada orang lain di kamarku!"

Minseok mendesah kecewa, ia memang sudah lama tidak tidur bersama Halmeoni-nya, sejak merasa sibuk menyiapkan pernikahan, Minseok bahkan nyaris tidak pulang ke rumah beberapa kali. Ya, meskipun begitu ia ingin berbaring di kamar neneknya walaupun sebentar, hanya demi bermanja-manja, hal yang sudah sangat lama tidak di lakukannya.

To Be Continue