Ada sesuatu yang berbeda―mengenai Zero. Dan baru setelah Kaien Cross mendapatkan kabar burung mengenai pergerakan dalam rumah Kuran, barulah ia mengerti dan dapat melanjutkan masa-masa pensiun bahagianya dengan tenang, melihat orang itu akhirnya mulai pelan-pelan tinggal berdua. Mungkin hubungan di antara dua orang itu memang kontroversial, tapi mau bagaimana lagi?
Hanya saja, ia ingin sekali berharap lain kali dikabari kalau putri tersayangnya ternyata sudah mengandung lagi, tak lama setelah itu. Ia bahkan baru tahu ketika ia berkunjung dengan sekotak cokelat untuk cucu perempuannya yang serius dan pintar, begitu mirip dengan Kaname hanya saja tetap mewarisi selera humor yang agak kacau itu-ketika ia mengendus bau pekat darah di udara dan isi mansion yang sedikit tegang ketika, setelah ditekan, salah seorang pelayannya mengaku bahwa Nona Yuuki sedang mengalami salah satu episodenya dan ternyata lagi-lagi dalam masa kehamilan.
Alhasil, Kaien menunggu dengan tenang di ruang duduk dengan putri Yuuki, yang mengulum cokelat oleh-olehnya dan mendengarkan dengan seksama ketika sebagai kakek yang baik, Kaien membeberkan segala rahasia ketika orang tua anak itu masih berada di sekolah, lengkap beserta kejar-kejaran mereka dan pekerjaan sebagai pengawas. Ia tidak melewatkan cara mata gadis itu sedikit berkilat tiap kali ia menyelipkan referensi tentang Kaname, tapi tidak menekan. Lengkung rangka kacamatnya melembutkan senyumnya ketika hari mulai sore dan anak itu bahkan menawarkannya untuk menginap malam itu, mengingat mansion mereka yang terpencil.
Hanya ketika waktu makan malam, akhirnya Yuuki muncul, dengan tawa yang sedikit lemah karena malu, dan Zero yang kerutan abadi di dahinya tidak memberi informasi apa-apa, kecuali gerakannya yang sedikit pelan; mungkin karena ia agak sedikit darah rendah. Tapi mereka semua menikmati makan malam yang menyenangkan di dekat perapian, dan banyak kata ditukarkan, cerita; rencana ke depan, dan Kaien tidak dapat melewatkan tiap kali mata Zero berpendar dalam kilat-kilat api perapian dan meredup, teduh sekali, tiap kali Yuuki menghembuskan napas dan memendam dirinya lebih dalam ke sofanya yang empuk, sementara anaknya sendiri yang merajut.
Mereka, malam itu, membicarakan banyak hal. Bayang-bayang masa depan yang indah, sedikit pergolakan politik tapi semuanya tak sebanding dengan momen damai ini ketika nostalgia membuat mereka menyadari apa yang ada sekarang ini sebanding dengan segala yang telah mereka lalui. (Dan yang akan terjadi di depan, mungkin, walau Kaien punya dugaannya sendiri, sepertinya hanya keluarga kecil itu yang tahu apa detil rencananya).
Tapi paling tidak, Yuuki, dan Zero, anak-anaknya beserta cucunya, kini bahagia. Kaien pamit untuk kembali ke kamar yang telah disediakan untuknya dan malam itu, tertidur pulas.
