Disclaimer:
Durarara!, Ryohgo Narita
A/N:
Semua character yang digunakan dalam fic ini adalah character dari Psychedelic Dreams yang tak lain tak bukan adalah Durarara! Original Soundtrack (bagi yang belum tahu silakan share di mbah Google, ya xD). Tidak ada Orihara Izaya dan Heiwajima Shizuo didalamnya. Btw, Hoshi tidak menggunakan nama Psyche dalam fic ini, karena rasanya aneh kalau pake nama itu, jadi menggunakan nama Izaya saja. Tapi tentu saja itu tetap Psyche, karena Izaya Original *?* tetap milik Shizuo Original *?* #bletak. Ini adalah fic pertama di fandom Durarara!, dan Hoshi harap pairing Psychedelic Dreams makin banyak yang buat, hehehe...
Enjoy! :)
Tsugaru Kaikyo Fuyu Gesheki.
KRAAKK―
Lelaki ber-kimono putih bercorak biru itu memandang datar ke lantai. Tepatnya ke sebuah benda oval berwarna putih dengan garis pink, menatap kabel yang terpasang menuju ke sambungannya, sebuah benda panjang yang melengkung. Sayangnya, benda melengkung tersebut telah kejatuhan kotak tempat menyimpan teh milik lelaki itu.
Tsugaru menyimpulkan, ada benda yang tertimpa kotak tehnya dan benda tersebut patah. Lebih tepatnya, headphone kesayangan Izaya patah.
――
Headphone
Tsugaru dengan hati-hati mengangkat kotak tehnya yang berat, dan meletakannya di meja ruang tengah. Entah kenapa, tiba-tiba dia menjatuhkan kotak yang tengah dibawanya tadi, dan anehnya ternyata headphone Izaya ada di lantai. Terjadilah hal ini…
Tsugaru menatap headphone itu dengan tatapan datar. Ia tahu headphone itu sangat berarti bagi Izaya, karena itu sedatar apapun wajahnya ia tetap saja merasa bersalah.
Dan bingung.
――
Berat
Tsugaru diam. Ia diam saat melihat Izaya berputar-putar di sekeliling ruang tengah. Mencari-cari benda kesayangannya.
Rasanya berat melihat Izaya hampir menangis. Tapi berat juga, ia harus mengakui kesalahannya. Dan dipastikan akan mendapatkan wajah cemberut dari lelaki berpakaian putih dengan beberapa sentuhan pink.
Sekarang pun ia merasa berat. Memikirkan cara untuk membuat Izaya tidak menangis.
――
Teh
Tsugaru diam menatap kotak tehnya. Seandainya saja bisa, ia ingin sekali membantingnya. Namun, ia punya kharisma kuat sebagai seseorang yang berkepribadian sabar juga kalem.
Dengan penuh rasa penyesalan, ia terpaksa harus tetap menggunakan kotak ini jika ia ingin koleksi teh miliknya tetap utuh dalam waktu yang lama.
――
Senandung
Seperti biasa, Tsugaru akan duduk di lantai kayu rumahnya menatap taman. Tetap bersama Izaya yang duduk di dalam pelukannya dan meminjam lapisan kimono Tsugaru untuk menghangatkan dirinya. Padahal Izaya sudah memakai jaket tebal, tapi tetap saja mengaku masih kedinginan.
Tapi kali ini lain. Izaya yang sebelumnya selalu bersenandung menyaingi suara malam di telinga Tsugaru, kini diam dalam pelukannya. Tanpa headphone-nya.
――
Delic Shizuo
Pagi itu, Tsugaru datang ke rumah adiknya yang merupakan rekan Izaya dalam pekerjaannya―seorang penyanyi.
Shizou memiliki headphone yang hampir mirip dengan milik Izaya, dan Tsugaru memilih untuk meminjamnya sementara sampai ia mendapatkan headphone yang mirip dengan milik Izaya.
Namun Shizuo justru memberikan salah satu koleksi headphone-nya. Setidaknya, Tsugaru bisa tenang untuk sementara.
――
Perbedaan
Tsugaru senang melihat senyum Izaya yang kembali saat Tsugaru menunjukkan headphone. Tsugaru diam saja saat Izaya bertanya di mana ia menemukan headphone tersebut. Izaya tidak mempermasalahkan hal itu juga. Ia berlari riang menuju kamarnya.
Tsugaru berdoa, semoga saja Izaya tidak menyadari kelainan dari headphone yang ia berikan dengan headphone-nya yang dulu. Yang telah berakhir di dalam sebuah kardus mini di bawah tempat tidur Tsugaru.
――
Bintang
Malam ini, Izaya tetap bergemul dalam pelukan Tsugaru. Izaya bersenandung kecil dalam pelukan Tsugaru. Menatap bintang bersama.
Tsugaru merasa tenang mendengar senandung Izaya yang sempat hilang malam lalu. Ia menyadarinya, bahwa hanya Izaya yang bisa membuatnya merasa tenang.
Psyche Izaya.
Lelaki berpawakan riang itu diam saat ia menyadari bahwa headphone-nya raib entah ke mana. Dalam balutan khawatir ia bertanya pada lelaki berkimono biru, Tsugaru.
Tanpa mendapat jawaban, Izaya berputar-putar mencari headphonenya. Tanpa headphone, ia takkan bisa mendengarkan lagu―lagu buatannya sendiri.
――
Tangis
Dalam kecemberutannya, Izaya menahan tangis.
Menatap Tsugaru yang balik menatap seakan berkata 'maaf' padanya.
Padahal ia sangat menyayangi headphone-nya. Dan ia tak pernah membayangkan saat ia tidur tanpa bisa mendengar lagu-lagu dari iPod-nya dengan jelas.
――
Diam
Izaya diam saja dalam pelukan Tsugaru. Ia menikmati hangat tubuh Tsugaru. Sekalipun ia memakai jaket tebal, ia lebih memilih hangat dari tubuh Tsugaru yang membuatnya sedikit tenang.
Hanya saja, suara serangga di malam hari mengingatkannya pada headphone miliknya yang masih tidak ia ketahui keberadaannya.
Izaya tidak bisa menemukan nada yang biasa ia senandungkan malam ini. Sehingga mereka hanya diselimuti keheningan yang sesekali dipecah oleh suara serangga. Hingga akhirnya Izaya tidur tanpa ia sadari, saat ia merasakan belaian lembut di rambutnya.
――
Hibiya
Izaya menyesal menemui adiknya, Subarashii Hibiya. Bukannya menghibur, adiknya malah berbicara sendiri segala sesuatu yang berkaitan dengan kerajaan.
Walau jujur, ia senang melihat perkembangan adiknya. Dan ia selalu merestui hubungan adiknya, dengan Shizou tentunya, adik Tsugaru.
――
Perbedaan
Izaya bahagia saat ia mendapatkan headphone-nya kembali. Walau ia merasa aneh dengan headphone yang diberikan Tsugaru.
Bahkan saat ia bertanya, pertanyaanya hanya dianggap angin lalu.
Tentu saja ia sadar perbedaannya. Berat, bentuk, dan… ukuran.
――
Rahasia
Izaya bersimpuh menatap sebuah pecahan berwarna pink. Ia menatapnya. Dan ia sepertinya mengenali pecahan tersebut. Yang pastinya ia jadi mengerti sesuatu.
――
Salah
Izaya mengambil headphone-nya. Ia memegang ujung kabel headphone barunya dan mencoba menyambungkannya dengan iPod miliknya. Dan sebelum ia melakukannya, ia menyadari sesuatu.
Diameter yang berbeda, lubang yang berbeda, bentuk yang berbeda.
Bagaimana ia bisa menyambungkannya kalau bukan pasangan?
Dan yang jelas ia tau, kalau ini adalah headphone milik rekan kerjanya.
――
Lagu
Izaya tersenyum. Memandang headphone di tangannya.
Ia mengerti. Sepolos-polosnya seorang Izaya, ia mengerti kejadian ini.
Awalnya ia cemberut mengetahui ini bukan headphone miliknya, tapi kini ia menyadari kalau ia tak perlu headphone untuk mendengarkan lagu. Karena lagunya selalu ada di antara mereka, dirinya dengan Tsugaru.
――
Bintang
Malam ini, malam pertama ia bersenandung tanpa diiringi lagu.
Dengan headphone tetap terpasang di telinganya, namun tanpa ada suara yang keluar. Ia tidak bicara tentang ini. Tentang hal sebenarnya. Kalau ia meninggalkan iPod-nya dalam kamar, dan ia hanya memasukkan ujung kabel headphone ke dalam sakunya tanpa tersambung apapun.
Ia bersenandung. Untuk bintang dan untuk Tsugaru-nya.
End
Arigatou
Review or Flame?
Salam fujo,
Hoshirin Hyuunma
