CHAPTER 1- Love, Life, Destiny

Author : Odes & Hani Yuya

Pairing : Sasuke.U, Sakura.H, Itachi.U

Original chara in NARUTO

Disclaimer by Masashi Kishimoto

Rated : M For Lime/Lemon Better read 17+! Be wise, reader!

Genre : (AU) Romance, hurts/comfort, Family

LOVE IS YOU

.

.

.

NB : hallo aku kembali sama ff kali ini beda dari biasanya. ini adalah Fict Collab pertamaku dan ODES senpai. Dia adalah senpai aku di grup Fanfic Edition Sasusaku {grup resmi fanspage fanfic Sasusaku UchiHaruno}.Senpai yang menjadi panutan aku buat nulis dan senpai yang paling aku kagumi.

Ide collab emang dari Odes senpai tapi ide fict ini dariku.. Baru kita kembangin garis besarnya berdua. Skrg aku akan jelaskan tentang duet maut kami.

Odes senpai akan menulis chapter ganjil. Lalu aku chapter genap. Selama collab, kami gak akan saling kontekan lagi ngebahas cerita blind writting . cukup di awal kami bahas garis besar atau main ideanya aja. Jadi aku dan senpai bebas mengeksplor kemampuan menulis kami. langsung aja Don't Like Don't Read


.
.

Sudah sebulan berlalu sejak kematian kedua orangtuanya, dan kini Haruno Sakura harus menerima kenyataan hidup sebatang kara hanya berdua bersama sang kakak semata wayang, Haruno Sasori.

Pagi harinya kini selalu disibukkan dengan kegiatan menyiapkan sarapan baginya dan sang kakak, dan juga berbagai tugas membereskan rumah. Siang hari dia harus berangkat kuliah. Malam harinya kerja sambilan untuk menambah penghasilan. Benar-benar kini hari-hari gadis berambut soft pink itu harus diisi dengan kerasnya perjuangan untuk bertahan hidup bersama sang kakak semata wayang.

Sedangkan Sasori ...

" Nii san... aku berangkat kuliah dulu yaa..." seru Sakura pada pemuda bertubuh mungil berambut semerah helaian darah yang tampak sedang sibuk mengutak-atik sesuatu ditangannya. Yang diajak bicara hanya diam saja seolah tak mendengar.

Sakura makin mendekat ke arah kakak semata wayangnya. Diusapnya pundak pemuda itu pelan. Sang pemilik tubuh akhirnya menatap ke arahnya. Manik obsidian yang serupa dengan milik sang Ayah, Haruno Kizashi, tergambar jelas di kedua mata sulung keluarga Haruno itu. Sakura tersenyum lembut.

"Aku... berangkat...yaaa?!" gadis merah muda itu mengucapkan kata per katanya perlahan. Seolah memberi cukup waktu bagi sang kakak untuk menelaah dan memahami maksud dari perkataannya.

Pemuda merah itu hanya mengangguk sekilas. Sebentar kemudian pandangan matanya kembali teralih pada benda yang sedang dia mainkan. Sakura tersenyum sedih di balik punggung pemuda merah itu.

Haruno Sasori, sang kakak adalah seorang penderita keterbelakangan mental...

.

.

-0000-

.

.

Tidak mudah bagi gadis yang baru menginjak usia 19 tahun itu untuk menjalani kerasnya kehidupan berdua dengan sang kakak yang memiliki keterbatasan. Ada kalanya Sakura merasa lelah, merasa malu dengan hidupnya yang terasa terjungkir balik 180 derajat dibanding saat kedua orangtua mereka masih ada bersama keduanya.

Namun...inilah hidup! Keras. Penuh pengorbanan. Namun juga pantas di perjuangkan. Bagi Sakura, Sasori adalah segalanya. Dia akan melakukan apapun demi sang kakak semata wayang. Dan meski keterbelakangannya menghambat komunikasi mereka, Sakura tahu di lubuk hatinya, Sasori juga pasti menyayanginya.

Karena itu Sakura tak ingin mengeluh. Yang dia pikirkan saat ini hanya fokus pada studynya di bidang desaign pakaian dan lulus serta membuka usaha yang mampu menopang kehidupan mereka berdua. Sementara kerja sambilan yang dia lakukan adalah di salah satu butik pakaian milik dosennya yang berbaik hati memberinya pekerjaan.

Segala sesuatunya harus dinikmati. Jika tidak, waktu hanya akan bergerak melewati semuanya seolah sia-sia. Begitupula kehidupan mereka. Sakura memilih menikmati kerasnya kehidupan. Dengan begitu dia akan menghargai setiap perjuangan.

"Sa...Saku chan..., apa kau akan ikut aku dan Ino jalan-jalan ke Mall sore ini?" tanya Hyuuga Hinata, salah seorang teman karibnya. Gadis cantik yang berasal dari klan ternama itu memiliki perangai halus dan lembut khas nona muda yang berasal dari klan elite.

"Tidak Hinata... aku kan harus bekerja..." jawab gadis pinky itu lembut.

"Sesekali membolos lah! Kau harus menikmati masa muda mu... masa hidupmu hanya kau habiskan seperti ini?" sinis gadis berambut pirang yang memiliki kecantikan bak seorang dewi itu. Dia lah Yamanaka Ino. Teman karibnya juga seperti Hyuuga Hinata, hanya saja gadis cantik bermata sapphire itu memiliki kebiasaan ceplas-ceplos yang terkadang tidak enak didengar. Namun karena mereka sudah bersahabat sejak lama, hal itu tidak mengganggu Sakura.

"Yaappp... memang beginilah hidupku!" goda Sakura sambil tertawa riang. Menyembunyikan tiap butir kesedihan dalam hidupnya lewat sebuah tawa.

.

.

-00000-

.

.

Sakura terburu dengan langkah cepatnya. Dia harus bergegas pulang ke rumah. Sang kakak, Sasori pasti sudah menunggunya. Dia belum menyiapkan makan malam bagi sang kakak dan kini dia harus pulang telat karena hari ini butik sibuk luar biasa.

Langkahnya terhenti saat melewati sebuah perempatan jalan yang cukup ramai. Dilihatnya lampu pejalan kaki yang masih mengedipkan warna merah, tanda pedestrian sepertinya harus menunggu kendaraan lainnya untuk lewat terlebih dulu. Sakura gusar. Dia tidak tenang harus meninggalkan Sasori terlalu lama sendirian dirumah.

Tiba-tiba dilihatnya sesosok pria yang sudah renta nekat menyebrang jalanan yang masih ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Emerald hijau Sakura membelalak melihat kenekatan kakek tua itu. Tanpa sadar dan dikomando, tubunya bergerak menubruk sosok kakek yang nyaris saja diserempet oleh sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan kencang.

BRUUKK

Tubuhnya dan tubuh lelaki tua itu terbanting ke sisi jalan. Sakura mengerang saat aspal jalanan menggores kulit mulusnya. Namun bukan itu yang dia khawatirkan. Dia justru lebih mengkhawatirkan keadaan si kakek tua di sebelahnya.

Emerald Sakura membulat. Gadis itu seakan dibuat menahan nafasnya. Lelaki itu memang sudah tua, mungkin usianya hampir sama dengan kakeknya sendiri jika beliau masih hidup, namun garis tegas di wajah tampannya, sepasang onyx tajam yang seolah tak lapuk di makan usia, semua itu menjadi daya tarik tersendiri bagi sang don juan.

"Jii-san... daijoubu ka?" tanya Sakura cemas sambil meneliti raut wajah lelaki yang sudah berumur itu.

"Daijoubu..." jawab sang kakek ramah sambil menelisik wajah gadis muda di depannya. Wajah yang cantik. Putih seperti susu, sehalus pualam, bibir seranum buah cherry dan sepasang emerald hijau yang memukai dengan binar cahayanya.

"Aaahh yokatta..." ujar Sakura sambil membantu sang kakek berdiri. Dia sendiri ikut berdiri dan menepuk nepuk pakaiannya yang sedikit kotor.

"Kau tidak apa-apa? Siapa namamu, gadis cantik?" kakek itu balik bertanya dengan sepasang onyx yang tetap menatapnya lekat.

"Iyaa Jii-san, daijoubu. Aku Sakura, Haruno Sakura ... Jii-san mau kemana malam-malam begini? Aku antar yaa?" tawar Sakura. Kakek tua itu tampak menyeringai senang.

"Baiklah..."

.

.

-000-

.

.

Gadis merah muda itu masih menyangsikan kebenaran penglihatannya. Rumah yang ada di hadapannya ini tidak bisa lagi dikategorikan sebagai "rumah". Mungkin yang tepat adalah mansion atau istana.

Hunian super besar dan mewah itu nyaris membuat Sakura terpana. Untung dia masih dapat mengendalikan diri. Beberapa penjaga dan pelayan yang berjaga, tampak membungkuk dalam-dalam tanda penghormatan saat kakek tua dan gadis cantik bersuai merah jambu di belakangnya itu masuk ke dalam.

Belum cukup dibuat terpesona dengan keindahan bangunan megah itu dari luar, kini Sakura berkesempatan melihat seperti apa isinya. Dan gadis itu berani bersumpah, ini adalah rumah termewah yang pernah dia injakkan kakinya. Bahkan rumah keluarga Hyuuga saja tidak semewah ini.

"Duduklah..." ujar sang kakek padanya. Sakura menyungingkan senyuman dan menuruti perkataan sang empunya rumah.

Seorang pria berjas tampak tergopoh-gopoh menghampiri kakek tua itu. Lalu membungkuk dalam sebagai tanda hormat. Barulah pria yang juga sudah tampak berumur itu menatap sosok di hadapannya lekat.

"Otou-sama! Dari mana saja...? kami semua cemas mencari Otou-sama... Kabur dari rumah sakit? Sungguh perbuatan yang menggelikan..." pria itu langsung memarahi sang kakek. Garis ketampanan wajah mereka serupa, bahkan sepasang onyx semerah darah itu pun tampak tak ada beda. Rupanya dia adalah Uchiha Fugaku, putra semata wayang dari Uchiha Madara, sang kakek yang ditolong Sakura.

Madara-sama mendengus sebal. Pasti putranya satu ini akan mulai menceramahinya dengan kata-kata yang sama yang selalu diulang berkali-kali. Menyebalkan sekali. Dia hanya bosan terus berada di rumah sakit tanpa bisa melakukan apa-apa. Dan yang paling membuatnya kalut adalah jika dia di rumah sakit, siapa yang akan merawat kebun bunga peninggalan sang istri tercinta yang sudah mendahuluinya ke syurga.

"Aku mau ke kamar! Ayoo Sakura..." ajak kakek tua itu pada gadis merah muda yang dari tadi hanya tampak terperangah dengan segala kemewahan khas klan Uchiha ini.

Sakura mengikuti langkah Madara-sama dengan kaku. Dia merasa tidak enak. Juga tak kuasa menolak.

Sesampainya di kamar, Sakura hanya diam saja di salah satu sudut ruangan. Kamar itu besar. Sangat besar. Namun juga terasa nyaman baginya.

"Saku chan... terimakasih telah menolongku..." ujar Madara –sama sambil tersenyum ke arah gadis cantik itu.

"Tidak apa-apa Jii-san.. sama-sama..." jawab Sakura sambil membungkuk hormat.

"Bagaimana kalau aku memberimu harta kekayaanku?" tanya kakek tua itu sambil memamerkan seringainya. Sakura justru mengerutkan keningnya.

"Maksud Jii-san?" tanya Sakura tak mengerti

"Aku akan memberimu seluruh harta kekayaanku.. tapi dengan satu syarat..."

"Apa itu, Jii-san...?"

"Jadilah cucuku yang sah dengan menikahi salah satu cucuku..."

Kalimat terakhir itu sukses membuat Sakura membeku di tempat.

.

.

-0000-

.

.

"Tadaimaaa...!" teriak Sakura kencang di depan pintu rumahnya yang sederhana. Sepulangnya dari rumah utama klan Uchiha, gadis itu baru menyadari betapa kecil dan sederhananya hunian tempat tinggalnya dan sang kakak, Sasori. Namun itu tidak membuat Sakura rendah diri. Dia justru menjadi terpacu untuk sukses dan membangun sebuah istana yang tak kalah megah dari kediaman klan Uchiha bagi kakak semata wayangnya.

Tawaran sang kakek yang barusan ditolongnya dilupakan Sakura. Dia tidak ingin menikah karena harta. Dia bukan tipe wanita yang rela menukar cinta demi harta. Meskipun nyatanya hingga saat ini dia belum juga memiliki seorang kekasih.

Sakura masuk ke dalam rumah. Sunyi. Tak ada tanda-tanda keberadaan sang kakak. Sakura mulai merasa panik. Tak biasanya Sasori tak ada di ruang santai. Biasanya pemuda berambut merah itu selalu sibuk sendiri dengan mainan yang selalu dia pegang dan dia bawa kemana-mana.

Sakura mencari ke kamar. Nihil tak ada sosok kakak tercintanya disana. Ketakutan mulai merayapi kakinya. Kemana sang kakak pergi?

Lalu saat tak sengaja melewati kamar mandi, gadis itu spontan menjerit kenjang.

Sasori terjatuh di kamar mandi dan tak sadarkan diri!

.

.

-0000-

.

.

"Keadaannya kritis. Dia harus segera di operasi..."

Sakura kalut. Sang kakak,Sasori harus segera mendapat penanganan medis. Jika tidak nyawanya akan terancam. Memikirkannya saja sudah membuat gadis itu panik setengah mati. Jemarinya terasa kaku karena kecemasan yang kuat menekan.

Masalahnya, dari mana dia mendapatkan uang untuk operasi? Butuh biaya yang tidak sedikit. Belum lagi perawatan sang kakak hingga pulih dan sembuh nanti. Kemana dia harus mencari uang atau pinjaman? Kepada kedua sahabatnya? Aahh rasanya dia tak ingin melibatkan mereka. Dia harus mencari cara lain.

Tiba-tiba ide itu terlintas begitu saja di benaknya. Tawaran Madara Jii-san mungkin akan menjadi jawaban segala permasalahannya. Bukankah Tuhan tak kan memberi masalah tanpa adanya jalan keluar?!

Gadis itu membulatkan tekadnya...

.

• Keesokan harinya...

Sakura harus menanggalkan harga dirinya yang semalam sudah menolak tawaran Madara Jii-san. Demi kesembuhan Sasori sang kakak, gadis itu rela datang kembali, mengais sekeping kesempatan yang tersisa.

Madara-sama dengan senang hati menemui gadis cantik yang telah menolongnya itu. Onyxnya menatap Sakura penuh sayang. Seolah tatapan dari kakek untuk cucunya sendiri.

" Jii-san... apa tawaranmu kemarin masih berlaku...?" tanya Sakura takut-takut. Meski rasanya dia tak memiliki muka, namun semua ini demi kakaknya.

"Tentu saja Saku chan..." jawab Madara-sama dengan nada senang.
Madara-sama pun menyuruh pelayan memanggil kedua cucunya. Sakura terpana. Kedua pemuda itu benar-benar menghipnotisnya. Ketampanan yang serupa, garis tegas yang sama, onyx yang tak ada beda. Hanya helaian raven yang memanjanglah yang membedakan mereka. Yang satu memanjang hingga sebatas punggung, sementara yang lain justru mencuat ke belakang seperti pantat ayam.

Sakura menatap keduanya takjub. Kedua cucu Madara-sama benar-benar memukaunya. Namun entah mengapa, gadis itu merasakan getaran yang berbeda pada pemuda dengan rambut mencuat ke belakang layaknya pantat ayam itu.

Onyx itu menatapnya dengan tatapan sinis juga bosan. Wajahnya sama sekali tidak ramah. Berbeda dengan pemuda dengan helaian memanjang yang justru tampak bersahabat dengannya.

"Nahh kenalkan... dia adalah Haruno Sakura... calon istri salah satu dari kalian..." ujar sang kakek dengan nada bahagia. Pemuda berambut raven pantat ayam itu langsung membelalakan matanya. Lalu dengan cepat dia beranjak pergi dari sana.

"Aku tidak berminat...!" ujar pemuda bernama Sasuke itu ketus. Madara-sama mendesah pelan melihat kelakuan cucu bungsunya.

Sakura menundukkan wajahnya. Ada rasa malu yang menghinggapinya. Padahal sebelumnya dia sempat merasakan getaran aneh pada pemuda itu.

Tiba-tiba Sakura merasa sebuah tangan kekar namun sekaligus lembut menyentuh dagunya perlahan. membawa pandangannya kembali ke atas.

"Bagaimana denganmu, Itachi?" tanya sang kakek pada cucu sulungnya. Satu-satunya harapannya yang tersisa.

"May I take care of you, YoungHighness...?!" ucapan pemuda raven sepanjang punggung itu sukses membuat pipi Sakura merona merah.

.
.

TOBECONTINUE~

Terimakasih buatt reader yang udah baca ff berkenan tinggalkan kritik dan saran.R&R

.