Dulunya, Akabane Karma hanya seorang pemuda biasa. Tapi pertemuan dengan seorang... bukan, seekor... bukan, setentakel monster gurita yang mengaku sedang dalam misi menemukan ~*the ultimate magical girls penyelamat alam semesta*~—omong-omong, makhluk itu bilang Karma salah satunya, padahal Karma jelas-jelas bergender pria—membuat Karma kini melewatkan masa remaja melawan penjahat yang ingin menaklukkan dunia. Doki doki kira kira! Bersiaplah! Sailor Karma akan menghukum anda!

(insert OP song di sini)

OXDXC

Doki Doki Kira Kira Sailor Karma by Nyx Keilantra

Ansatsu Kyoushitsu by Yuusei Matsui

Warning(s): Yaoi, OOC, NISTA + GAJE SUMPAH, etc.

OXDXC

Dulunya, Akabane Karma hanya seorang pemuda biasa. Okelah tampangnya boleh juga—terakhir kali dia ngeceng di tengah kota, dia sukses membawa pulang lima kartu agensi idola. Lalu kartunya diolah jadi bubur kertas oleh Karma untuk kelas prakarya—dan dia juga menduduki ranking lima besar di seluruh sekolah, belum lagi kekuatannya yang di atas rata-rata. Waktu berantem dengan seseorang-yang-sebaiknya-tidak-disebutkan-namanya, Karma harus ditahan dua orang agar tidak terlalu liar.

...baiklah, jadi Karma bukan benar-benar hanya pemuda biasa. Tapi ia benar hanya punya dua mata di satu kepala yang letaknya bukan di bawah, dan sekalipun warna mata dan rambutnya tidak biasa, Karma masih menjalani hidup anak SMP kelas 3 biasa.

Tapi semua itu berubah, bukan saat negara api menyerang karena kartun Avatar sudah tamat tayang, tapi saat Karma bertemu setentakel monster gurita.

"Nuru... Tolong aku..."

Melihat si monster gurita yang penuh lebam dan luka serta noda tanah, Karma sadar seseorang pasti habis menyerang si monster gurita. Bukan, bukan menyerang dalam arti demikian, tapi menyerang ala preman. Selaku ketua de facto dari para preman, Karma merasa keberatan. Bisa-bisanya preman-preman tidak tahu diri itu menyerang 'orang' sembarangan! Masa ketua mereka gak diajak?!

...gak gitu juga, Karma.

Baru saja Karma akan menghubungi polisi untuk menghukum para bawahannya yang tidak tahu diri, si monster gurita bersuara lagi. Walau mulanya ingin pura-pura tuli, kepanikan di nada bicaranya membuat Karma tidak tahan untuk tidak sekadar melempar lirik. Kemudian ternganga mendapati wormhole asli tepat di atas perosotan besi.

(Ah ya, mereka memang menggunakan taman kota tempat anak-anak bermain sebagai lokasi.)

Super sekali. Karma sedikit sedih temannya Okuda Manami tidak tahu ini. Dia pasti iri.

"Menjauhlah, manusia! Itu wormhole ke dunia PIIIPIIIPIIIP yang berbahaya! Larilah selagi bisa!"

"Ha~h?"

Karma menelengkan kepala. Sebenarnya sih dia tidak masalah meninggalkan si monster gurita, tapi kata-kata terakhirnya membuat Karma refleks mengedutkan mata.

'Larilah selagi bisa', katanya? Lari di sini berarti melarikan diri. Dimana-mana, orang melarikan diri karena takut dari bahaya. Singkat kata, si monster gurita sudah seenaknya mengimplikasikan Karma takut akan bahaya.

Enak saja!

Selaku tukang cari masalah dan satu-satunya yang sukses bermain di Heinous Hazama's Horrifyingly Hellish Haunted House (disingkat HHHHHH, dibaca HAHAHAHAHAHA) tanpa trauma, ada reputasi yang harus dipertahankan Karma.

Maka dengan seringai bak setan neraka, sayap kelelawar dan tanduk imajiner di kepala, Karma menyahuti si monster gurita.

"O~i, gurita~? Dunia apapun ini namanya, ada monsternya atau apa?"

Tak perlu menunggu jawaban, karena tanpa peringatan, dari portal itu monster berkeliaran. Monster hybrid monyet dan zombi bergigi hiu yang liar berlompatan, rahang membuka lebar penuh ancaman.

"Nugyaaa! Jangan gegabah, manusiaaa! Mereka sangat berbahaya, satu gigitan saja dan kamu akan jadi salah satu dari mereka! Mereka hanya bisa dikalahkan dengan serangan di kepala!"

"Zombie banget ya, gak ngelanggar hak cipta?"

Mulut sang monster gurita berbusa, entah tidak terima atas tuduhan Karma atau khawatir akan tindakannya yang gegabah. Yah, gegabah menurut pendapat si monster gurita—menurut Karma sih gak masalah.

Dan benar saja, tidak sampai sepuluh menit setelahnya, bukit hybrid monyet-zombie-bergigi hiu sudah disodoknya (?) kembali ke dunia asal mereka. Karma memberi dadah.

"A, aku tidak bisa percaya..." si monster gurita mendesiskan kata. Karma memutar bola mata, gak usah segitunya deh, ratu drama. Kemudian, dengan kecepatan yang tak bisa tertangkap mata, Karma mendapati tangannya dalam genggaman tentakel si monster gurita yang meneruskan perkataannya, "Kamu pasti salah satu ultimate magical girls penyelamat alam semesta!"

WTF-moment seketika.

...tapi bukan Karma namanya kalau tidak bisa play along dalam sekejap mata.

"Salah tuh tulisannya. Harusnya kan ~*the ultimate magical girls penyelamat alam semesta*~!"

"Oh iya, benar juga!"

"Hahaha!"

"Nurufufufu~"

"Hahaha!"

"Nurufufufu~"

"Haha—GUA COWOK YA, HORMATI KEBERADAAN BATANG GUA, MAU GUA OLAH LO JADI TAKOYAKI DIOLES WASABI?!"

"...woles, mas. Sayah cuma ngikutin naskah cerita, jangan salahin sayah."

.

.

Begitulah. Monster gurita—yang kemudian mengenalkan dirinya sebagai Koro-sensei pada Karma—bercerita. Ia berasal dari bumi seperti Karma, tapi di alternative universe dimana bumi telah diserang monster-monster dunia PIIIPIIIPIIIP yang berbahaya. Sayangnya tidak ada sekawanan superhero yang siap menyelamatkan dunia, hanya sekawanan ilmuwan yang melanggar hukum alam dan kode etika mengubah Koro-sensei menjadi dirinya yang sekarang dijumpai Karma (membuat si pemuda bersurai merah menaikkan alis tak percaya, sulit untuk membayangkan monster gurita ini sebagai manusia).

Dalam wujud monster guritanya, Koro-sensei berkelana ke berbagai alternative universe tanpa arah. Tujuannya hanya untuk menemukan ~*the ultimate magical girls penyelamat alam semesta*~. Tapi itu tidak mudah. Banyak calon yang menjanjikan pada mulanya, tapi gagal di tengah-tengah. Sampai akhirnya Koro-sensei bertemu dengan Karma.

"Bahkan tanpa bertransformasi, kau sudah kuat sekali! Karma-kun, bantulah kami!"

"Eh, gak minat ah-"

"Bayarannya XXX ribu yen per jam sekali kerja, ditambah bonus XX ribu yen per satu monster yang kalah."

"On second thought, boleh juga. Sini alat buat transformasinya mana."

.

.

Namaku Akabane Karma, umur 15, kelas 3 SMP Kunugigaoka. Mulanya aku hanya pemuda biasa, tapi pertemuanku dengan setentakel monster gurita membuatku menjadi salah satu ~*the ultimate magical girls penyelamat alam semesta*~. Hidup normalku kini penuh warna!

"Itu yang narasi siapa? Gak gue banget, sumpah."

.

.

Satu minggu berlalu begitu saja. Karma di sekolah terlihat semakin 'unik' saja, mengingat ia sekarang punya tindikan di telinga dan—apa yang kelihatan seperti—plushie gurita.

Tidak akan ada yang menyangka bahwa tindikan yang dipakai Karma—karena si empunya menolak mentah-mentah transformation trinket lainnya, dengan alasan ia tidak sudi bawa-bawa benda yang mirip kotak bedak atau flip phone dari jaman baheula—adalah alat yang dapat merubahnya menjadi magical girl yang kini ramai dibicarakan di berbagai sosial media. Wajar saja, mengingat sosok sang magical girl yang berhasil tertangkap kamera terlihat seperti wanita.

Dengan rambut merah dikuncir dua yang panjangnya mencapai tanah ("Buat apa, coba?! Ini rambut udah nyangkut tiga kali ya-"), baju ala korset kulit hitam yang mengekspos bahu dan tulang selangka, celana pendek kulit hitam yang mengekspos paha, platform boots hitam setinggi paha bersol merah dengan sayap kelelawar kecil di tumitnya, sayap kelelawar yang serupa di punggung dan tanduk mini di kepala, tidak lupa aksen merah, renda-renda, pita serta serbuk glitter yang entah bagaimana bisa melekat di kostumnya, Karma lebih tampak seperti iblis penggoda daripada magical girl penyelamat alam semesta. Tapi dia tabah, demi saldo rekeningnya punya sembilan digit angka.

Sembilan digit, saudara-saudara. Sekalipun tidak separah ketua kelasnya, Isogai Yuuma, Karma juga mau lah dapet duit segitu banyaknya. Toh karena miracle yang tak dapat dijelaskan transformasinya, mau sampai foto close-up juga wajah Karma tidak akan ketahuan sebagai magical girl-nya. Dia jadi tidak perlu bertanya-tanya mau dibuang kemana ini muka.

Dan sekiranya ada bagian tugas sebagai magical girl yang membuat frustasi Karma, ia selalu dapat coretmenyiksacoret berkeluh-kesah pada Koro-sensei yang selalu mendampinginya.

Jadi di sinilah Karma, di sekolah yang tengah diserang monster berwujud hybrid kakatua, belalang sembah, dan bola kristal peramal yang dikoleksi Kirara (tidak usah dibayangkan bagaimana rupanya), disorak-soraki siswa sementara ia berpose di depan mereka.

"Doki doki kira kira! Bersiaplah! Sailor Karma akan menghukum anda!"

~Tsuzuku~

(insert ED song di sini)

A/N: Saya mabok, saudara-saudara. Mulanya bingung mau membuat cerita apa, sampai akhirnya saya menjenguk daftar ide cerita. Lalu lahirlah kisah nista Sailor Karma. Moga-moga saya tidak akan dikutuk jadi kena karma. Mohon review-nya ya.

~Trailer Episode Selanjutnya~

"Argh!"

"Kita tidak bisa terus begini, Karma! Kita butuh sailor kedua!"

.

.

Flashback masa lalu yang indah, tapi penuh duka.

"Nagisa...?"

.

.

"Aku benci kamu, Karma!"

.

.

Apakah Sailor Karma akan berhasil merekrut sailor kedua? Mantan sahabat lama kini harus bekerja sama, tapi akankah emosi menghambat mereka dalam menyelamat alam semesta? Jangan lewatkan di episode selanjutnya! Episode 2: Doki Doki, Sahabat Sejati!

~Trailer Tamat~