Naruto belongs to Masashi Kishimoto

I don't get any profit from this story

..

Coalacolacola

2019

..

"FINAL HUNT"

..

One

..

.

Perutku terasa nyeri. Makanan terakhir yang masuk ke dalam perutku hanya dua buah apel yang berhasil kucuri dari pedagang di pasar. Rasanya yang asam hanya membuat perutku semakin nyeri. Tidak ada jalan lain, aku memang harus memakan sesuatu.

Aku berhenti di tepi sungai dan mencari ranting yang cukup panjang untuk membuat alat pancing. Menaburkan sedikit umpan lalu duduk menunggu. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu di belakangku. Seperti suara gereman pelan dan bau nafas yang tidak asing. Baru saja aku hendak menoleh tubuhku sudah diterkam dan aku jatuh ke dalam sungai.

Untungnya sungai itu tidak dalam. Aku segera bangun dan melihat serigala besar berbulu coklat berdiri di hadapanku.

Werewolf.

Ini bukan kali pertama aku bertemu dengan werewolf. Sebagai keturunan Mage yang mengembara, ancaman terhadap serangan seperti ini sudah menjadi resiko. Para Mage memiliki kemampuan sihir, jadi werewolf bukan masalah besar bagi mereka, hanya saja aku belum sepenuhnya menjadi Mage dan tidak memiliki sihir apapun di tubuhku. Jadi ketika werewolf itu menatapku dengan lapar dan siap menerkam, aku segera menyiapkan belati perakku. Begitu werewolf itu melompat ke arahku, aku menusukkan belati perakku tepat ke jantungnya.

Werewolf itu langsung menggelepar tak berdaya. Mereka memang lemah dengan belati perak. Tidak seperti luka lain yang akan cepat sembuh dengan kemampuan regenerasi werewolf, luka dari belati ini membuat para werewolf seperti kehilangan kemampuan regenerasi mereka yang luar biasa.

Aku segera menarik kembali pisauku yang menancap sempurna di jantung werewolf itu. Lalu segera memanjat ke daratan dan berlari sejauh mungkin. Werewolf tidak biasanya seorang diri, mereka selalu berada dengan kawanan kelompoknya, bahkan saat berburu. Maka dari itu, aku yakin kawanan kelompok dari werewolf yang sudah sekarat karena ulahku itu pasti akan segera datang.

Aku berhenti sejenak dan duduk di belakang pohon oaks yang besar. Merogoh tas ku untuk mengeluarkan ramuan daun prila dan meminumnya. Ramuan ini bisa menyamarkan bau. Werewolf memiliki penciuman yang tajam, jika aku tidak menyamarkannya mereka akan tetap bisa memburuku meski aku sudah berlari seribu meter pun.

Setelah meminumnya aku kembali berlari. Perutku masih terasa nyeri, tapi aku tidak mempedulikannya.

Hujan mulai turun. Ini bagus. Hujan bisa semakin menyamarkan bauku. Aku memanjat saat melihat sebuah gua. Aku sudah berlari cukup jauh. Ini saatnya beristirahat.

Rupanya aku tertidur cukup lama. Karena saat aku membuka mata, matahari sudah terbenam digantikan oleh bulan dan hujan sudah berhenti.

Di dalam gua ini terasa dingin dan lembab. Jubah merahku yang basah karena hujan hanya membuatnya semakin dingin. Aku mulai membuat api, untung saja aku juga mencuri sedikit batu bara saat di pasar tadi. Asapnya memang tidak menyenangkan, tapi setidaknya ini membuatku terasa hangat. Jika saja aku sudah benar-benar menjadi seorang Mage, aku pasti bisa membuat api dari sihirku. Rasanya menyedihkan. Satu-satunya tanda bahwa aku seorang Mage hanyalah darahku yang berwarna hitam pekat.

Darah Mage memang berwarna hitam. Itu karena hanya darah inilah yang mampu menahan segala sihir yang kelak akan tumbuh dan bersemayam di dalam diri kami.

Seorang Mage biasanya akan mulai mendapatkan kekuatannya saat berumur sepuluh tahun. Tapi, tahun ini aku sudah enam belas tahun dan masihlah menjadi Haruno Sakura si Mage lemah.

Aku tidak tahu dimana letak kesalahannya. Ayah hanya memintaku untuk mencari ibu setelah kematiannya lima tahun lalu karena berfikir bahwa ibu mungkin tahu apa yang membuatku jadi seperti ini. Karena itulah aku mengembara. Mengelilingi dunia hanya untuk mencari ibu yang tak pernah kulihat wajahnya atau kutahu namanya. Hanya satu hal yang kutahu tentang ibuku, dia seorang werewolf.

Kenyataan ini sebenarnya membuatku sedikit tidak senang, atau takut lebih tepatnya. Karena setiap kali bertemu dengan werewolf, mereka akan langsung menerkamku, entah rogue atau bukan. Seperti yang tadi terjadi.

Sebenarnya aku sudah hampir menyerah untuk mencari ibu. Karena ini sudah hampir lima tahun dan aku belum juga menemukannya. Tapi, hidup sebagai seorang Mage tanpa kekuatan sangatlah berbahaya. Jika para witch menemukanku, mereka bisa saja membunuhku untuk mengekstrak darahku, karena banyak yang berkata bahwa darah Mage bisa membawa keabadian, aku sendiri tidak tahu itu benar atau salah. Selain witch, bisa saja aku diserang oleh bangsa lain, seperti werewolf, vampir, atau bahkan siren. Hidup di dunia imortal hanya membuatmu harus memilih antara menjadi kuat atau lemah dan mati. Jikapun aku bersembunyi di dunia manusia mereka pasti akan tetap bisa menemukanku.

Sungguh, sebenarnya ada dimana ibuku itu. Aku sudah sangat putus asa mencarinya.

Aku membuka peta peninggalan ayah dan mulai melihatnya dengan seksama.

Peta ini memperlihatkan daerah kekuasaan tiap kaum imortal. Pandanganku tertuju pada daerah para werewolf. Disana tertulis nama setiap pack, sebutan untuk kelompok werewolf. Saat ini aku berada di dataran Ame dan satu-satunya pack yang belum kulihat adalah Blood Moon Pack.

Mungkin saja ibuku berada di sana. Semoga.

.

.TBC.

.

.

AN.

Saya memutuskan untuk menulis ulang karena konsep cerita yang kemaren kurang mateng dan berbobot, karakternya juga terlalu lemah. Dan dengan sok nya saya nyoba paket first POV. Wah..

So, I hope you will enjoy this part.

Sorry kalau masih banyak kesalahan. Please, kritik, saran ,dan tanggapannya.

See you

4 Feb 2019