Toki: Halo minna-san~~! Toki ada disini lagi~~!

Rukia: (gerutu gaje) Kali ini, lo pengen bikin fic apalagi, hah?

Toki: (ketawa evil) Lo… (nunjuk Rukia) JADI ORANG GILA! GYAHAHAHAHA!

Yukiko: (dalam hati) Bukannya yang gila To-chan ya?

Toki: Dan kali ini multichapters lagi~! Abal lagi~~!

Rukia: (berdoa) Moga-moga akhir-akhirnya gue gak mati… (nyadar) Oi! One Litre Tears for You-nya gimana tuh?

Toki: (udah lari duluan) Jikan Kyofushou )* DOZOU!


Disclaimer: Bleach punya Toki! (digorok Tite Kubo)

Warning: abal, typo(s), ide mungkin pasaran

Petunjuk:

"Hai" – percakapan

Hai – flashback, mimpi Rukia

It's Rukia PoV!

)* saya cari artinya di paman google : chronophobia! Informasi lebih lanjut, cari aja digoogle~~


Jikan Kyofusho

Rating: T

Genre: Romance, Angst

Type: Multichapters

"Aku… hanya ingin tidur dengan tenang…"

Hentikan…

Tik… Tik… Tik…

Aku bilang hentikan!

Tik… Tik… Tik…

Aku melihat sinis jam analog yang bertengger manis di dindingku, lalu dengan kasar mengambilnya. "KUBILANG HENTIKAN!"

Dan dengan teriakan itu, aku menghancurkan jam itu, jam yang kudapat dari… aku tak tahu siapa. Setelah selesai melakukannya, aku terdiam. Memastikan apakah jam itu sudah mati.

Tidak ada lagi suara.

Aku tersenyum.

Dengan melompat kecil, aku melangkah ke kasurku. Aku berbaring dan menaikan selimutku hingga menutupi kepalaku. Berharap mereka tidak akan mengangguku lagi.


"Hisana-nee…"

Hanya petir yang menyambutku. Dan juga suara jam dinding. Aku melihat dengan tak percaya bahwa kakakku sudah pergi dari sisiku. Ini semua karena dia… waktu…

"Hisana-nee… Kenapa…?"

Tangan kecilku meraih tangan kakakku yang jauh lebih besar dariku. Dingin. Hanya itu yang kurasakan.

Aku benci waktu… Waktu selalu mengambil semuanya dariku…

Kini aku sendirian… Tiada siapapun menemaniku…

Tik… Tik… Tik…

Tidak! Jangan suara itu lagi! Aku menutup kedua telingaku dengan kedua tanganku.

Dan suaranya masih terdengar, sangat jelas.

"Pergi…" ujarku lirih.

Tik… Tik…

"Jangan bawa apapun lagi dariku!" teriakku dengan suara parau.

Tik… Tik…

Dengan geram, aku mengambil jam tersebut dan menghancurkannya hingga berkeping-keping. "JANGAN LAGI KAU BAWA PERGI APAPUN DARIKU!"

Sontak, aku terbangun sambil menutup telingaku. Pipiku basah karena air mata. Kulihat kesekitarku, mencari suara yang selalu menghantuiku. Meskipun sekarang dirumah ini tidak ada satu jam pun…

Aku masih bisa mendengarnya… Waktu masih mengincarku…

Dengan langkah lemas, aku berjalan kearah lemari bajuku, mengambil baju seragamku dengan perlahan. Jujur, sebetulnya aku sangat benci sekolah. Terlalu banyak peraturan, isinya hanya orang-orang tak berperasaan, dan juga disana ada banyak jam…

Di koridor…

Di kelas…

Dan aku benci itu!

Setelah mengganti baju, aku melangkahkan kakiku dengan berat kearah pintu. Setelah mengunci pintu, aku berangkat kesekolah dengan lesu. Kulihat anak-anak seumurku tertawa bahagia.

Mereka tidak tau betapa kejinya waktu itu.

Beberapa orang disekitarku menatapku aneh. Apa karena aku selalu memakai apapun serba hitam –kaos kaki hitam, sepatu hitam, syal hitam, dan jaket hitam? (A/N: Ah, lupa bilang, ceritanya lagi musim dingin)

Tapi aku tetap berjalan, toh aku ini memang suka pakaian hitam, pakaian berduka.


"Eh lihat tuh! Itukan si cewek aneh itu kan?"

"Iya, iya! Ih! Lagi-lagi dia memakai pakaian hitam!"

Aku ingin sekali menlakban mulut siswa-siswa disini. Tidak pernah menghargai orang lain. Aku tetap berjalan menuju kelas. Ketika aku membuka pintu kelas, lagi-lagi aku mendapat tatapan aneh dari semua orang.

Biarlah, toh aku sudah biasa.

Aku duduk di kursi pojok kiri belakang, yang berada tepat disamping jendela. Ya, dibelakang. Jauh dari tatapan, jauh dari jam…

Tapi anehnya, aku mendapati sebuah tas dikursi itu. Tas siapa ini?

"Oi! Aku duduk disitu!"

Aku menoleh kearah suara itu. Cowok, berambut jingga, dan juga tinggi.

"Maaf ya, lebih baik kau duduk ditempat lain" katanya dengan nada memohon.

Aku hanya menatapnya sinis, lalu berjalan mencari tempat duduk yang kosong. Seketika aku panik, satu-satunya tempat kosong ada di…

Depan, tepatnya di depan meja guru.

Tubuhku langsung gemetar. Tidak! Dimanapun asal jangan disitu!

Seseorang menepuk pundakku, sontak aku memberontak.

"Oi! Ada apa sih?"

Kulihat siapa orangnya, ternyata cowok tadi. Melihat tangannya masih di pundakku, aku langsung melepasnya.

"Mou daijoubu?" tanyanya.

Aku tak menjawabnya, menatapnya sinis. Tentu saja aku tidak apa-apa! Dan itu karenanya!

KRING!

Bel masuk berbunyi, dan kulihat para sensei mulai memasuki kelas mereka masing-masing. Dengan masih menatap cowok tadi sinis, aku mulai berjalan kearah meja kosong tadi.


Istirahat, satu-satunya hal yang membuatku senang disini. Bebas kemanapun, tak perlu cemas mendengar suara detikan jam. Aku benci apapun yang berhubungan dengan waktu karena…

Mengingat tentang waktu membuat aku takut…

Takut kehilangan…

Dan juga takut menghilang…

Aku menggeleng kepalaku, lalu berjalan menuju atap sekolah. Kenapa? Hanya karena satu alasan; disana tidak ada jam.

Begitu sampai, aku langsung menghirup udara segar yang ada disana. Mukaku langsung melemas. Disini benar-benar tenang…

"Yah…! Tempatku sudah diambil ya?"

Suara itu lagi! Aku membalikkan badanku, mendapati cowok menyebalkan tadi. "Kenapa kau ada disini?" tanyaku dengan sinis.

Yah, semua yang kulakukan selalu dengan sinis.

Cowok itu terkekeh. "Akhirnya ngomong juga! Tapi, sekali-sekali senyum kek! Atau apa kek! Jadi cewek kok sinis melulu?" ucapnya dengan nada bercanda.

Aku menolehkan kepalaku, muak melihat mukanya. Muka yang penuh kenaifan.

"Kenapa kau hanya sendirian saja?"

Aku menoleh kearahnya. "Hah?"

Cowok itu bertanya lagi, "Kenapa kau hanya sendirian saja? Biasanya kan cewek suka makan berkelompok gitu…"

Cih, pertanyaanku saja belum dijawabnya, sekarang dia bertanya. "Bukan urusanmu" jawabku lalu beranjak pergi dari situ. Aku tidak mau berlama-lamaan bersama cowok itu.


Tik… Tik… Tik…

Aku menatap papan tulis dengan perasaan cemas. Bunyi itu terus bernyanyi di daun telingaku.

Tik… Tik… Tik…

Kumohon… hentikan suara itu… Aku menutup kedua telingaku.

Tik… Tik.. Tik…

"Kuchiki, kau tidak apa-apa?" tanya Ochi-sensei. Aku tetap gemetaran, sama sekali tidak mengubris pertanyaannya.

Tik… Tik… Tik…

Kupejamkan kedua mataku kuat-kuat, dan dengan itu, aku tidak merasakan ataupun mendengar apapun.


"Rukia-chan!"

Aku membalikkan badan, melihat kedua orang tuaku dan Hisana-nee melambaikan tangannya padaku. Aku berlari kecil kearah mereka.

"Chotto matte yo!" teriakku.

Tik…

Kulihat, otou-san menghilang. Aku langsung panik dan berlari lebih cepat.

Tik… Tik…

Kali ini, okaa-san menghilang juga. Aku berlari lebih cepat. Hisana-nee berada tepat didepanku, membuka lebar tangannya untuk menyambutku.

"Hisana-nee!"

Tik… Tik… Tik…

Dan tepat saat aku melompat kearah Hisana-nee…

Dia menghilang.

Aku terjatuh. Kulihat lututku berdarah. Aku tak peduli. Yang kumau mereka semua kembali.

Tik… Tik… Tik…

Kulihat jam besar muncul didepanku dan berkata, "Sekarang giliranmu…"

Aku membuka kedua mataku lebar-lebar, lalu melihat kesekeliling…

Hanya mimpi…

Tunggu, seingatku aku berada dikelas… Kenapa sekarang aku ada di ruang kesehatan?

"Ah, sudah bangun rupanya!"

Aku melirik kearah orang yang memanggilku. Cowok itu lagi. "Kenapa kau ada disini?" tanyaku, dengan nada yang biasanya.

Cowok itu cuma menghela nafas. "Haah… Jangan bikin panik semua orang dong!" katanya, sambil menggaruk-garuk kepala.

Aku hanya melihat lurus kearah tembok, tidak tau harus melakukan apa.

Tik…

Mataku terbelalak, lalu aku menengok kearah cowok tadi. Kulihat dengan tajam sesuatu yang berbunyi ditangan kirinya. Cowok itu menatapku bingung, lalu bertanya, "Oi, ada apa?"

Tanpa berkata apa-apa, aku langsung menerjangnya dan mengambil benda itu, lalu dengan pisau lipat yang selalu kusembunyikan dikantong rokku, aku menusuk benda itu berkali-kali. Benda apa itu?

Jam, sebuah jam tangan.

Cowok tadi melihatku dengan tatapan ngeri. Ya, tak apa-apa melihatku seperti, asalkan…

Benda neraka ini hancur dihadapanku.

Setelah yakin benda itu sudah mati, aku menaruh pisau lipatku dikantong rokku. Cowok tadi akhirnya membuka suara, "O-Oi…"

Aku tetap melihat dengan tajam benda tadi. Cowok itu akhirnya bertanya, "Kenapa kau menghancurkan jam tanganku?"

Aku menatapnya dengan mata lelah, lelah akan hidup ini. "Aku… hanya ingin tidur dengan tenang…"

~Bersambung~


Toki: (tepuk tangan sendiri)

Rukia: (cengok)

Yukiko: (geleng-geleng kepala)

Toki: Memang aneh… tapi! Buat yang membaca, arigatou~~! Buat yang ngereview, arigatou gozaimasu! Buat yang nge-flame… jangan ya… (kabur)

Rukia: (baru nyadar) WOI! AUTHOR GAJE!