.
.
.
Second Chance
.
Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Rate : T
Genre : Mystery, Fantasy, Family, Adventure
Warning : AU, gajelas, OOC, misstypo
Chara : Uchiha Sasuke, Uzumaki Naruto, Yamanaka Ino, Hyuuga Hinata, Konan
NO BASHING CHARA
Happy Reading!
.
.
.
Uchiha Sasuke adalah pembunuh berantai yang telah mati tertembak. Karena dosanya terlalu banyak, Dunia Bawah memberikan hukuman padanya. Ia dihukum untuk menjadi Grim Reaper, sesosok makhluk jahat yang mengambil nyawa orang-orang pendosa seperti dirinya.
Yamanaka Ino adalah seorang gadis dari abad pertengahan. Ia adalah penyihir. Berpuluh-puluh tahun yang lalu ia ditangkap dan dibakar. Namun meski raganya telah lenyap, ia tidak bisa mati seperti saudari-saudarinya. Sebuah kutukan membuat jiwanya abadi.
Uzumaki Naruto adalah pemuda tampan yang dihisap darahnya sampai mati oleh seorang vampir saat menjalankan tugasnya sebagai prajurit Inggris saat peperangan. Tiga hari berlalu, Naruto yang seharusnya sudah mati bangkit kembali. Ia berubah menjadi vampir.
Hyuuga Hinata adalah seorang gadis yang meninggal dalam tugasnya sebagai misionaris. Jiwanya diangkat menjadi malaikat di Pulau Langit. Tapi iblis jahat yang menyamar memanfaatkan dirinya. Ia dianggap berkhanat dan diusir dari Pulau Langit. Ia menjadi malaikat jatuh, The Fallen Angel.
Mereka semua tinggal di Ground Zero, tanah tak bertuan di antara Pulau Langit dan Dunia Bawah. Mereka hidup dengan damai di sana, sebagai makhluk yang kehadirannya tidak diinginkan siapa pun di Dunia Manusia. Mereka berjanji akan hidup bersama dalam ikatan keluarga.
Pagi itu, semua kegiatan berjalan seperti biasanya. Hinata baru saja bangun dan membantu Naruto memasak makanan untuk semuanya. Ino masih bergelung dalam selimutnya. Sementara Sasuke masih mengerjakan hukumannya sebagai Grim Reaper, ia akan pulang sebentar lagi.
"Tadaima." pintu depan terbuka, muncullah sesosok Grim Reaper lengkap dengan sabitnya.
"Sarapan sudah siap..." ucap Hinata sambil membawa piring berisi omelet keju ke ruang makan. "Duduklah, Sasuke." ia berkata pada Grim Reaper tersebut.
Sasuke meletakkan sabitnya di dekat gantungan mantel. Sontak, jubah hitam dan wajah tengkoraknya lenyap begitu saja. "Koran manusia pagi ini." Sasuke meletakkan koran tersebut di meja. "Aku ke atas dulu." ucapnya seraya menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2.
"Sekalian bangunkan si pemalas itu!" seru Naruto dari arah dapur.
"Oke!" Sasuke balas berseru dari atas.
Naruto keluar dari dapur dengan membawa dua piring berisi omelet keju lainnya. Sementara Hinata mengambil koran di meja dan membacanya dengan alis berkerut.
"Oh, banyak pembunuhan, tragis sekali. Manusia memang kacau." Hinata meletakkan kembali koran tersebut ke meja dan menyesap teh herbalnya.
"Dulu kau kan juga manusia, Hinata." sahut Naruto. "Dan setengah dari pembunuhan ini dikarenakan aku, Sasuke, dan Ino. Kenapa kau tak protes pada saja pada kami?"
"Um... Tidak."
"Tidak?" Naruto nyengir.
"Tidak." ulang Hinata dengan tegas.
Tepat pada saat itu, Sasuke turun dengan mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku dan celana panjang berwarna hitam. Dibelakangnya terlihat Ino dengan rambut pirangnya yang berantakan. Ia masih mengenakan gaun tidur putih polos.
"Ini bahkan belum jam 7, kuso." gerutu Ino dengan mengantuk.
"Tidak ada salahnya bangun pagi, kan?" ucap Hinata. Gadis itu mengenakan gaun biru berlengan panjang dan apron putih berenda. Ia memakai kain putih di kepalanya yang menjuntai hingga lantai untuk menutupi sayap malaikatnya yang sudah tidak bisa ia gunakan lagi.
"Benar, dasar pemalas." ejek Naruto. Pemuda itu memakai kaos oranye bergaris dan celana jeans hitam.
"Diam, dasar penghisap darah, kukutuk mati kau." geram Ino.
Naruto hanya tertawa geli, ia senang sekali menggoda Ino, "Aku memang sudah mati, baka."
"Jangan sebut aku baka, bakayaro." Ino mengacung-acungkan garpu makannya pada Naruto.
"Sudahlah kalian berdua." lerai Sasuke yang sedari tadi terganggu dengan pertengkaran kedua orang tersebut. Naruto langsung terdiam, meski ia masih menyunggingkan senyumnya. Ino berdecak kesal dan mulai makan.
Beberapa menit berlalu dengan tenang, Hinata makan dalam diam, Sasuke meraih koran yang ia ambil tadi pagi dan membacanya sambil makan, sementara Naruto hanya menatap mereka bertiga, ia vampir, tidak butuh makanan. Tapi tiba-tiba saja Ino mendorong piringnya ke tengah. "Ugh, aku benar-benar tidak suka keju." keluhnya. Hal ini membuat Naruto agak tersinggung.
"Seharusnya kau bersyukur sudah diberi makan." tegur Naruto.
"Seharusnya kau ingat aku tidak suka keju." balas Ino sengit. Sesaat hening, Naruto hanya menatap tajam Ino. Tapi sejurus kemudian menghela napas dan menoleh menatap jendela. Ino tersenyum penuh kemenangan.
"Kau kalah omongan!" seru Ino.
Naruto mengangkat wajahnya dan menatap Ino dengan bosan. "Bukan itu, aku hanya merasa akan membuang-buang waktu jika terus berdebat denganmu, penyihir bodoh. Lalu jika kau memang tak suka masakanku, silahkan masak sendiri, tak ada yang melarang. Kau punya cukup waktu untuk itu." ucap Naruto.
Ino menggertakkan giginya dengan marah. Ia melonjak dari kursinya dan menyambar mantel hitamnya. "Aku mau ke Dunia Manusia!" serunya sambil membuka pintu depan dengan kasar lalu berlari keluar.
Ini adalah kebiasaan Ino. Jika ia merasa keadaan terlalu membosankan atau mengesalkan seperti tadi, ia akan turun ke Dunia Manusia hanya untuk melampiaskan perasaannya. Ia bisa saja menggunakan sihirnya dan membuat sebuah kecelakaan lalu lintas atau sengaja menampakkan dirinya dalam bentuk mengerikan.
Sementara yang lainnya, misalnya Sasuke, beristirahat di rumah setelah semalaman mengerjakan tugasnya. Lalu Hinata, gadis itu kebanyakan berada di rumah, tapi secara berkala ia pergi ke Dunia Manusia untuk mengunjungi keturunan kakak perempuannya dan mendoakan mereka.
Kemudian Naruto yang setiap sebulan sekali pergi untuk memuaskan dahaganya. Di rumah, ia yang biasanya memasak makanan untuk yang lainnya. Karena dulu saat ia berubah menjadi vampir, semua indranya berfungsi berkali-kali lipat daripada saat ia masih menjadi seorang manusia. Maka, ia bisa membuat masakan enak dengan sempurna.
"Na-Naruto, kata-katamu keterlaluan!" Hinata berdiri dan berseru kepada Naruto yang duduk dengan santai di kursinya.
"Bukan salahku ia tak menyukai keju." ucap Naruto. ia menarik piring Ino yang omeletnya masih tersisa banyak. Mereka memutuskan makanan manusia yang paling cocok untuk mereka, selain karena yang paling mudah di dapat.
Sementara makanan yang lain, misalnya makanan di Dunia Bawah, menurut Sasuke yang pernah diadili di sana, menggunakan daging monster, sangat tidak biasa. Lalu menurut perkataan Hinata, para malaikat hanya memakan makanan yang tumbuh di Pulau Langit.
"Bu-bukan itu! Se-seharusnya kau tidak berkata-kata buruk padanya!" Hinata masih saja berseru pada Naruto.
Sementara itu, si pemuda berambut kuning jabrik itu tidak menjawab, dengan garpunya ia memotong sebagian kecil omelet milik Ino dan memasukkannya ke mulut. Rasa keju yang lembut menyebar di lidahnya. Tapi tetap saja, Naruto tidak membutuhkan makanan.
"Ia juga berkata buruk padaku, Hinata." ucap Naruto.
Hinata kehabisan kata-kata, perlu beberapa detik baginya untuk menemukan kata-kata dan membalas Naruto. Hinata membuka mulutnya, tapi Naruto sudah menyelanya duluan. "Secara teknis ia lebih tua dari kita semua, tapi sifatnya sangat kekanakan." Naruto berkata dengan dingin.
Memang, Ino yang berasal dari abad pertengahan tentu saja lebih tua dari mereka semua. Naruto berubah menjadi vampir satu abad kemudian. Lalu pada abad 19, Hinata menjadi Fallen Angel. Lalu beberapa tahun yang lalu, Sasuke dihukum menjadi Grim Reaper.
"Bagaimana menurutmu, Sasuke?" sahut Naruto tiba-tiba. Ia menoleh ke arah Sasuke yang masih makan sambil membaca koran. Sasuke mengangkat kepalanya dengan bingung.
"Aku tidak peduli." ucap Sasuke singkat, ia bahkan tidak perlu repot-repot mengangkat detik berlalu dengan keheningan, akhirnya Sasuke mengangkat wajahnya dan melihat Naruto maupun Hinata sama-sama memandangnya dengan tajam. Sasuke buru-buru berdeham. "Maaf saja, tapi menurutku ia terlalu manja." ujar Sasuke.
Naruto menoleh ke arah Hinata dengan senyum puas. Hinata menatap galak Sasuke. Pemuda berambut raven itu mengangkat bahunya, "Aku punya hak untuk berpendapat." lalu ia kembali menekuni sarapannya.
"Jangan menyalahkan Sasuke, Hinata." ucap Naruto. "Dan menurutku, setelah bertahun-tahun ia sendirian, seharusnya ia bisa mandiri. Tapi aku salah, ia hanya gadis manja biasa, yang bahkan tak terlihat seperti penyihir hebat di masanya." lanjut Naruto tajam. Hinata tersentak, matanya berkaca-kaca.
Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah mereka berdua. Baginya, Naruto terlihat sangat marah, auranya mengerikan. Ia melirik Hinata yang akan menyerukan sesuatu lagi.
"Ka-karena itulah! Karena itulah-" Hinata tercekat, tapi ia tetap melanjutkan perkataannya. "Karena itulah dia bersikap manja! Su-sudah bertahun-tahun ia sendirian! Ino pasti kesepian! Maka, ketika ia menemukan kita, keluarga barunya, ia berpikir bisa sedikit bermanja-manja!"
"Sama seperti kita, Ino pasti merindukan keluarganya! Ia menahan kesedihan itu lebih lama daripada kita semua!" Hinata mengusap air matanya, lalu berkata lagi dengan nada lebih pelan, "Te-terlebih lagi, ia tak punya keluarga lain di bawah sana. Tapi kau punya, Naruto. Aku dan Sasuke juga punya. Kita harus bersyukur..." Hinata kembali duduk dan menutupi wajahnya.
Suasana menjadi canggung. Di sisi lain, Sasuke tidak tahu harus berkata apa untuk mencairkan suasana. Maka, ia lebih memilih menunggu salah satu dari mereka berdua yang melakukannya.
Akhirnya, setelah satu menit penuh keheningan, Naruto membisikkan sesuatu. "Maaf."
Hinata mengangkat wajahnya dan menatap Naruto tak percaya. Pemuda dengan iris sapphire itu menunduk ke bawah, ekspresinya tak dapat dibaca, tapi ada secercah rasa bersalah dalam sorot matanya yang dingin.
Naruto menghela napas dan menutup matanya, ia melanjutkan. "Maaf karena aku terlalu bodoh untuk tidak mengerti semua hal itu. Maaf karena aku terlalu egois untuk memahami perasaannya."
Sasuke menatap Hinata yang terlihat masih tidak percaya. Pemuda dengan iris onyxitu lalu menoleh kembali pada Naruto. "Perempuan memang susah dipahami, itu memang sudah menjadi sifat mereka. Tapi simpan permintaan maafmu untuk Ino, Naruto. Kejar dia." ucap Sasuke.
Naruto memandang Sasuke, lalu ia kembali menyunggingkan senyum lima jarinya."Doakan aku agar Ino mau memaafkanku-ttebayo!" ucapnya seraya bangkit berdiri.
"Seharusnya kau meminta pada Hinata." sahut Sasuke.
Naruto masih tersenyum, ia mengambil jubah panjang favoritnya dan berjalan menuju pintu. Hinata tersenyum bahagia dan menoleh ke arah Sasuke.
"Kau bijaksana juga, Sasuke." kata Hinata.
"Aku ini aslinya lebih tua dari kalian." sahut Sasuke. Hinata tersenyum makin lebar.
Jika dilihat dari usia saat mereka meninggal, Sasuke yang berusia 19 tahun lebih tua dari yang lain. Ino dan Naruto masing-masing berusia 18 tahun. Sementara Hinata yang paling muda, ia baru berusia 16 tahun.
BRAK!
Hinata dan Sasuke menoleh bersamaan ke arah pintu yang dibuka dengan keras. Naruto berdiri dua langkah dari pintu, ia memasang tampang bingung. Lalu terlihat Ino yang berdiri di ambang pintu dengan wajah cemas.
"Ada apa Ino?" Hinata yang menyadari ada yang aneh dari Ino langsung bangkit berdiri.
"Ada manusia. Di sini. Di Ground Zero." ucap Ino panik, "Aku tidak tahu, aku-"
GRATAK!
Sasuke melonjak bangun hinngga kursinya terguling. Ino langsung terdiam melihat betapa menakutkannya Sasuke sekarang.
"Tidak mungkin…" bisik Sasuke tidak percaya.
"Tunggu, tunggu." ucap Naruto. "Bukankah sudah sangat sering ada manusia di sini?" tanya Naruto.
Sasuke menatap Naruto, jelas sekali bahwa Naruto melupakan sesuatu yang penting. "Naruto-dobe, mungkin kau lupa, tapi hanya jiwa manusia yang bisa datang ke sini." jelasnya pada Naruto.
Hinata terkesiap kaget, ia menoleh ke arah Sasuke dengan cepat. "Jadi… Jadi… Benar-benar ada manusia di sini!?"
"Tanyakan padanya." Sasuke mengedikkan kepalanya ke arah Ino. "Ayo Ino, ceritakan apa yang terjadi." lanjutnya.
Ino menelan ludahnya, "A-aku tadi baru saja akan membuka gerbang ke Dunia Manusia, tapi tiba-tiba kulihat sosok wanita di sana. Kukira hanya jiwa tersesat biasa, tapi auranya berbeda. Lalu aku cepat-cepat kembali ke sini."
Sejenak sunyi, sebelum Naruto mengucapkan sesuatu. "Jadi benar? Manusia di Ground Zero? Tapi itu benar-benar tidak mungkin!"
"Aku juga tidak percaya, Naruto! Tapi baru saja kulihat sendiri!" seru Ino. Sementara Sasuke berjalan cepat menuju pintu.
"Aku ingin menemuinya." ucap Sasuke.
"Aku ikut." sahut Naruto.
"Aku juga ikut!" cicit Hinata, ia buru-buru melepas apronnya.
"Ia masih di sana, Ino?" tanya Naruto.
Ino mengangguk. "Untungnya ia tidak menyadari kehadiranku di sana."
Terkadang ada jiwa-jiwa tersesat dari kematian yang tidak terduga. Mereka berkeliaran di Ground Zero. Biasanya jika ada waktu senggang, keempat tokoh utama kita akan mendatangi jiwa-jiwa itu dan mengirim mereka ke Hades—tempat jiwa-jiwa berkumpul setelah mati—atau ke surga.
Ino menggunakan sihirnya untuk mengetahui masa lalu jiwa tersebut. Jika ia adalah kriminal yang berdosa, Sasuke akan mengantar jiwa itu ke gerbang Hades. Jika tidak, Hinata akan mendoakannya hingga jiwa itu terbang dalam damai ke surga.
Banyak dari jiwa-jiwa itu yang belum sadar atau tidak percaya jika dirinya telah mati, biasanya Naruto yang akan berbicara pertama kali pada jiwa-jiwa tersebut. Kharisma dan pesonanya bisa menenangkan jiwa-jiwa itu untuk beberapa saat.
Mereka berempat telah berlari meninggalkan rumah menuju sosok manusia yang diceritakan Ino. Sasuke yang berlari paling depan memicingkan matanya, sosok tersebut hanya berdiri dalam diam.
Sasuke berhenti beberapa meter dari sosok manusia tersebut. Ia terperangah, gadis itu masih muda, tidak berbeda jauh dengan mereka. Ino berhenti di sebelah Sasuke, diikuti oleh Naruto, lalu Hinata yang terengah-engah.
Kini mereka percaya bahwa yang dihadapan mereka adalah manusia. Manusia yang masih memiliki aura kehidupan, bukan seperti jiwa-jiwa yang telah mati itu.
Melihat mereka berempat, ia tersenyum, rambut birunya yang pendek berkibar-kibar tertiup angin.
.
.
.
To Be Continue
.
.
.
A/N : Ini remake dari novel saya yang berjudul sama. Maaf jika terlalu OOC, ini untuk kelanjutan cerita. Butuh kritik dan saran.
Arigatou^^
