Guard?
Yoonmin
Yaoi
By Ugii
Jimin, iya namanya Park Jimin.
Dia lemah. Itu yang Yoongi tau. Target bullying paling mudah di seluruh Big Hit School.
Siapa sih yang tak pernah melihat Jimin di tindas.
Dari awal masuk ajaran baru, Jimin yang mengenakan pakaian serba longgar, serta kacamata botol yang besar telah mengundang tukang bully paling di hindari di BHS.
Entah apa yang sebenarnya terjadi hingga Jimin tak pernah melawan apa apa saja yang di lakukan para pembully itu.
Yang Yoongi tau, Jimin tetap diam di pukuli, di jahili, di ganggu dan di permalukan.
Sedangkan dia sendiri hanya bisa melihat Jimin dari jauh.
Bukan takut, tapi ia tak tau harus berbuat, apalagi dia sama sekali tak mengenal Jimin.
Namun apa yang ia lihat saat ini mampu membuatnya melayangkan pukulan ke salah satu wajah teman satu angkatannya.
Jimin masih terduduk di sudut ruangan dengan kancing kemeja seragamnya yang hampir lepas semua. Di lehernya tercetak noda merah yang amat kentara di antara kulit putihnya.
Orang itu tentu mengenal siapa Yoongi, maka dari itu dengan tergesa gesa ia neninggalkan pemuda itu bersama Jimin yang masih terisak.
Ini yang Yoongi bingungkan. Setelah menyelamatkan Jimin, apa yang harus ia perbuat.
'Hay aku Yoongi dan aku menyelamatkan mu lho' itu kalimat paling konyol yang terlintas di benaknya.
'Kau tidak apa apa, apa kau terluka?'
Jimin mendongak, dengan air mata yang makin kencang dari matanya.
Karena pada kenyataannya yang Yoongi ucaokan adalah.
'Bangun, orang bodoh mana yang diam saja saat di lecehkan?'
Jimin dengan tertatih tatih bangun dari lantai tempatnya duduk.
Sempat beberapa kali terjatuh dan berkali kali juga Yoongi menahan tangannya untuk membantu Jimin.
Jimin merapikan sedikit kemejanya. Lalu membungkuk dalam dalam pada Yoongi.
"Te.. Terimakasih sunbaenim."ia lalu berbalik. Berjalan menjauhi Yoongi yang masih mematai punggungnya yang makin menjauh dengan sedikit terseok seok.
Dan entah bagaimana Yoongi mendapati dirinya telah menyusul Jimin yang telah sampai di ujung pintu.
Ia menyampirkan blazer sekolah warna biru nya di tubuh ringkih Park Jimin. Membuat pemuda berparas manis itu terhenti dan mendongak memandang Yoongi yang berdiri di sampingnya.
"Aku antar."
...
Yoongi tak tau kalau rumah Jimin bisa di bilang sangat besar. Bagai istana korea versi modern.
Di depan pintu gerbaang terdapat tiga pria dengan perawakan tinggi besar. Yang mana pada saat melihat Yoongi membawa Jimin turun dari motornya langsung bergeges merebut Jimin darinya.
Salah seorang menghubungi seseorang lewat ht nya. Dan seorang lain memegangi Yoongi.
Pemuda pucat itu tak bisa berbuat apa apa, terlebih ia tak mengerti apa yang terjadi.
Seorang pria tinggi kemudian muncul setelah Yoongi menlihatnya berlari kencang ke arah mereka.
"Jimin, kau baik baik saja?" ucap pria itu sambil memeluk erat Jimin yang terlihat pasrah pasrah saja.
"Siapa kau?" dan nada penuh lembut yang di dapat Jimin berubah drastis dengan ucapan penuh intimidasi yang Yoongi terima.
"Dia sunbae ku hyung" jawab Jimin pelan.
Pemuda itu mengangguk.
"Baiklah. Kau harus istirahat, dan kau" pria itu menunjuk ke arah Yoongi. "Pulang sana!"
Pria itu akhirnya masuk ke dalam gerbang dengan membawa Jimin. Yoongi mendesis kesal entah pada apa.
Tapi saat netranya menatap Jimin yang sedikit berbalik ke arahnya dan tersenyum manis serta tulus membuat Yoongi meninggalkan kediaman itu dengan hati yang tersenyum.
Yoongi, si ketua klub musik itu terus menerus menyusuri koridor kelas 10 dari awal pelajaran hingga bel pulang berbunyi.
Selalu ada alasannya. Menyusul Jihoon, adik sepupunya. Mencari Jung Daehyun anggota tim vokal clubnya, bahkan beralasan melihat Jeon Jungkook, adik temannya.
Tapi alasan sebenarnya adalah Park Jimin. Tadi pagi ia telah menunggu Jimin di gerbang sekolah hingga ia sendiri terlambat masuk.
Ia kira Jimin telah datang sebelum dirinya, tapi nyatanya Jimin tak ada hingga istirahat ke 2. Dan ia pikir Jimin terlambat dan di tahan di ruang hukuman. Namun hingga pulang, Jimin tak terlulihat peredarannya.
"Iya, Jimin absen hari ini. Padahal dia baik baik saja kemarin. Aku jadi mengkhawatirkannya." itu suara Kim Taehyung, salah satu orang berhati di BHS.
Yoongi mengentikan Taehyung dan salah satu temannya.
"Kau tau Park Jimin kenapa?" tanyanya tiba tiba, membuat wajah Taehyung blank seketika.
"Dia sakit, itu yang kami tau." jawab temannya.
Tanpa memperdulikan Keadaan Taehyung yang masih blank Yoongi segera melajukan kakinya ke arah parkiran.
Ia harus ke rumah Park Jimin.
...
Yoongi tak tau kapan terakhir kali ia merengek, seingatnya saat ia menginjakan kaki di play grup. Itu saat ia tak mau di tinggal ibunya.
Dan itu terjadi lagi saat ini. Ibunya pasti tertawa kalau melihat anaknya merengek pada tiga orang lelaki berotot.
"Ayolah ahjusi, kau tak lihat kalau aku ini yang mengantarkan Jimin kemarin."
"Maaf tapi tuan muda tak bisa di ganggu."
Hampir saja Yoongi menangis saat sebuah motor sport merah melewatinya.
"Yak kau lagi?" seru orang yang mengendarainya.
Ketika orang itu membuka helmnya, barulah Yoongi tau kalau orang itu adalah pria yang kemarin dengan sopannya mengusirnya.
"Mau apa kau kemari?"
Baru saja Yoongi hendak membuka suara, salah satu pria berotot di sana menjawab.
"Dia memaksa bertemu tuan Jimin, tuan chanyeol."
Pria yang nampaknya seorang mahasiswa ini mengangkat sebelah alisnya.
"Kau, kau menyukai adikku yah?" tanya Chanyeol membuat Yoongi kelabakan.
"Tidak.. Bukan itu.. Maksudku aku..."
"Cih, ya sudah pulang sana."
Chanyeol melemparkan kunci motornya pada salah seorang pria berotot itu. Sedang kan ia sendiri melenggang pergi dari sana sebelum..
"Yah, aku menyukai Jimin."
...
Di sinilaah Yoongi sekarang. Di kamar penuh dengan karakter karakter kartun, foto foto seorang pemuda manis dan tiga orang lainya termasuk Chanyeol.
Sebelumnya Yoongi telah bicara panjang lebar bersama chanyeol di ruang tengah yang begitu besar.
Park Jimin yang ia kenal selama ini adalah Park Jimin anak dari seorang pengusaha kaya raya. Ayahnya pemilik Park Company yang selama ini menyediaakan kebutuhan Yoongi bahkan seluruh warga korea dari bangun tidur hingga tidur lagi, sedangakan ibunya adalah seorang desain brand brand fashion ternama yang bahkan telah di akui dunia.
Hanya saja Jimin tak mau menunjukan identitasnya.
Chanyeol sendiri adalah kakak sepupu Jimin yang ikut bersama mereka untuk menjaga Jimin si anak tunggal.
Semenjak kecil Jimin adalah Jimin yang riang dan ceria, namun semuanya berubah saat sekitar umur 6 tahun Jimin menjadi korban penculikan.
Tiga hari Jimin di sekap. Bocah itu tentu melawan, apa pagi dulu Jimin sangat pemberani, tapi apa daya anak 6 tahun di tangan pria pria dewasa.
Hingga akhirnya Jimin berhasil di lepaskan. Namun Jimin trauma pada sesuatu yang berhubungan dengan kekerasan. Ia selalu tak bisa melawan apapun yang orang orang jahat lakuakan saat membullynya. Karena pada saat Jimin mendapat kekerasan otaknya selalu berpikir kalau ia akan lebih celaka jika melawan.
Chanyeol sendiri sudah beruasaha menguatkan Jimin kembali. Ia bukannya tidak tau kalau Jimin di bully, hanya saja membiarkan Jimin adalah satu satunya hal yang bisa ia lakukan untuk membuat Jimin berani melawan.
Yoongi jadi teriangat tentang tubuh Jimin di sudut ruangan waktu itu. Terlihat sangat tak berdaya. Ia jadi ragu kalau Jimin bisa melindungi dirinya sendiri.
Apalagi dengan wajah manis seperti ini.
Yoongi tak dapat berbuat apa apa saat melihat paras kelewat mampesona ini kala terlelap.
"Dia memang manis, kalau aku bukan saudaranya sudah pasti ku kencani"
Yoongi berbalik saat mendengar suara berat Chanyeol di telinganya.
"Apa, nyatanya aku tak bisa melangkah ke arah sana. Jadi kau jangan khawatir." ucap Chanyeol dengan cuek. Padahal dalam hati ia bersumah menertawakan wajah Yoongi yang nampak begitu waspada padanya.
"Hyung, kalau Jimin tak bisa menjaga dirinya. Biar orang lain yang menjaganya."
"Maksudmu?"
"Aku, aku akan menjaga Jimin, hyung."
...
Mingu lain di bulan itu Jimin baru bisa masuk sekolah tanpa tau kalau Yoongi selalu menjenguknya tiap sore, tiap ia terlelap dalam tidur.
Jadi saat pemuda itu menggenggam tangannya di depan gerbang sekolah ia terkejut bukan main.
"Sunbaenim.."
"Ayo ku antar ke kelasmu" ucap Yoongi tanpa memperdulikan tatapan bertanya Jimin atau pandangan heran orang orang sekitarnya.
Itu berlanjut hingga istirahat, di mana Jimin di gandeng paksa Yoongi ke kantin. Membuatnya memakan sepiring nasi goreng kimchi dan segelas air jeruk.
Pulangnya pun demikian, Jimin di tarik oleh Yoongi ke parkiran. Lalu pemuda itu memasangkan helm pada Jimin dan membuatnya duduk di atas motornya.
Dan yang ia herankan adalah para pengawalnya yang terlihat biasa biasa saja pada Yoongi yang jelas orang asing.
Hal ini berlanjut hingga satu bulan, Jimin masih tak mengerti dengan keadaan Yoongi yang jadi terlihat begitu memperhatikannya.
Ia pun untuk hari ini memberanikan diri untuk bertanya pada pemuda pucat tersebut.
"Sunbaenim, berhenti dulu."pinta Jimin saat melintasi tanah lapang kosong sebelum tiba di rumahnya.
Yoongi mengikuti keingingan Jimin.
Jimin lalu turun dari motor Jimin tanpa melepas helm merah birunya. Sedangkan rambut Yoongi berantakan karena melepas helm full face nya.
"Kenapa?"
"Aku yang harusnya tanya kenapa sunbaenim terlihat beda akhir akhir ini"
"Apanya?" tanya Yoongi seolah tak begitu peduli. Padahal ia sangat bersemangat melihat wajah malu malu Jimin.
"Itu, sikap mu padaku."
"Kau tidak suka?"
"Bu.. Bukan itu aku..."
"Aku akan menjauhimu."
Jimin mendongak
Tuk
Jemari Yoongi mengetuk kening Jimin cukup keras, membuat Jimin sedikit meringis.
"Kalau ka bisa membalas itu."
Jimin semakin tak mengerti. Dan Yoongi semakin tak tahan dengan wajah bingung Jimin.
"Aku, aku seperti ini karena aku telah berjanji pada chanyeol hyung untuk menjaga mu."
"Chanyeol hyung kenapa sunbae berjanji padanya.?"
"Karena aku..."
Kenapa? Karena apa ?
"Aku.. "
Bagaimana mengatakannya?
Cup
Satu Kecupan Yoongi rasa bisa mewakili hatinya.
Jimin segera menatap bulat ke arah Yoongi. Sedangkan jemarinya menutupi bibir cherrynya itu.
"Karena kau tak bisa melawan orang orang yang menyakitimu. Maka aku yang akan melindungimu. Kenapa? Kurasa kecupan tadi bisa menjawanya. Jadi ayo naik."
The end
alur ngebut (yes)
Cerita gak nyambung (yes)
Occ (yes)
Geje yaa pasti ngga ada fell nya orang ngetiknya ngebut. Tapi ngga papa lah karena Outside bisa di pastika. Akan aku hiatuskan jadi aku minta maaf lewat ff aburd ini.
Omake
"Jimin,"
"Yaa"
"Tapi dari pada pengawalmu, aku lebih suka jadi kekasihmu. Kau mau?"
"Eemm kurasa aku mau."
