Affair

Part 1: Hurt

Naruto punya Kishimoto sensei

Affair punya aya^^

Pairing: KakaSaku, SasuSaku

Okkk..

Selamat membaca^^

R&R ya….

Affair

Part 1: Hurt

Sakura's POV

Aku memangdang wajahku di cermin. Sesekali aku mengelap peluh yang mulai membasahi keningku. Ya, wajar saja, mengingat aku baru saja melewati hari yang sangat panjang. Hari pernikahanku dengan Uchiha Sasuke, pria yang paling ku cintai. Pertemuan kami memang tergolong aneh, mengingat aku yang begitu benci rumah sakit karena trauma masa kecil yang ku alami di sana, malah menemukan cintaku di rumah sakit. Ya, Sasuke adalah seorang dokter. Dokter ternama di Konoha. Dokter yang mungkin malah membuat pingsan semua pasien wanitanya bila melihat ketampanannya. Dan aku boleh berbangga hati, karena akulah yang terpilih. Sakura Haruno, malam ini adalah istri resmi dari dokter Sasuke.

Aku melirik ke arah pintu kamar pengantinku. Entah kenapa aku benar-benar tidak sabar menunggu malam pertama kami. Hmm.. bagaimana mungkin aku bisa sabar? Bagaimana pun juga aku adalah wanita normal. Wanita normal mana yang sabar menanti malam pertamanya jika dia tahu sang suami adalah seorang Sasuke Uchiha? Tidak ada! Itulah yang ku yakini dan ku alami saat ini.

Bila kalian tanya apakah aku bahagia menikah dengan Sasuke? Akan ku jawab iya! Aku sangat bahagia menikah dengan Sasuke. Impianku sebagai seorang wanita tidaklah muluk. Aku hanya ingin mempunyai keluarga yang bahagia. Impianku adalah menjadi ibu rumah tangga yang baik yang mampu membangun sebuah keluarga yang harmonis, yaitu aku, Sasuke, dan Sasuke-Sasuke kecil yang nanti akan kulahirkan dari rahimku ini. Sempurna.

Lagi-lagi aku melirik ke arah pintu kamar pengantinku. Aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku benar-benar merutuki para Akatsuki! Akatsuki adalah tim gabungan dari beberapa dokter tangguh dari seluruh negeri. Dan Sasuke adalah salah satu di antaranya. Pasti para anggota Akatsuki lah yang sekarang menahan Sasuke.

End Of Sakura's POV

Sasuke's POV

Aku memandang arloji di pergelangan tanganku. Sudah jam sebelas, Sakura pasti sudah menungguku. Tapi apa aku sanggup melakukan hal itu pada Sakura? Tidak, aku tidak boleh melakukan hal itu pada Sakura. Aku tidak ingin Sakura tercemar oleh kenistaan yang mengalir dalam darahku.

"Hei Sasuke, sampai kapan kau mau melamun seperti itu?" tanya Pein sambil memandang tajam Itachi. Semua anggota Akatsuki mengetahui tentang rahasiaku.

"Sasuke, kami semua mengerti tentang kegalauan hatimu. Tapi, kau tidak mungkin terus menghindar dari Sakura seperti ini. Apalagi ini adalah malam pengantin kalian. Setidaknya kau harus menemuinya. Jelaskanlah semuanya pada Sakura,"ucap Itachi, kakakku lebih bijak sambil menepuk bahuku.

"Benar Sasuke. Aku percaya Sakura adalah wanita baik yang akan tetap menerimamu sekalipun dia sudah mengetahui rahasia ini," ucap Konan sambil menatap penuh harap kepada semua anggota yang lain atas penilaiannya. Dan mereka pun mengangguk menyetujui penilaian Konan.

"Sudahlah, apa pun keputusanmu kami akan selalu mendukungmu. Tapi untuk saat ini temuilah Sakura, bisa-bisa dia mengira kami menyulikmu jika kau masih berada dengan kami di sini. Hehehe..," ucap Deidara yang disambut gelak tawa dari semua anggota.

"Ya, kurasa kalian benar," ucapku lalu bangkit dari dudukku dan pergi meninggalkan mereka. Aku masih bisa menangkap suara Pein, "Dasar Uchiha, wajahnya tetap saja datar walau diterpa bencana seperti ini."

Aku tersenyum mendengarnya. Ku akui mereka adalah teman-teman terbaik yang pernah ku miliki. Mereka bahkan tidak menjauh sedikitpun dariku saat mengetahui rahasia kotorku ini. Mereka tetap memberiku semangat. Samar-samar aku mendengar Tobi berteriak, "Sasuke, semoga sukses di malam pertamamu ya," diiringi suara bekapan. Aku yakin, Tobi pasti sedang disidang Akatsuki karena mengucapkan hal itu. Ya, karena bagiku tidak akan ada malam pertama, begitu juga malam-malam seterusnya. Maafkan aku Sakura.

End Of Sasuke's POV

Normal POV

Pintu kamar sedikit terbuka, Sakura langsung menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang. Dan dia begitu bahagia saat melihat yang datang dan masuk ke kamar ini adalah suaminya, Sasuke Uchiha.

"Sasuke kun, akhirnya kau datang juga! Ku kira kau tega membiarkanku menunggu sampai subuh!" ucap Sakura sambil memajukan bibirnya.

"Hn.." hanya itu reaksi dari Sasukemenanggapinya. Sasuke lalu duduk di tepi tempat tidur.

"Ah, kau ini! Selalu saja 'hn..' yang menjadi jawabanmu!" Sakura terus mengerucutkan bibirnya lalu mendekati Sasuke dan duduk di sampingnya.

"Aku mau mandi dulu," ucap Sasuke hambar lalu meninggalkan Sakura yang masih tertegun akan sikap Sasuke.

"Kenapa, kenapa rasanya Sasuke berubah. Sikapnya memang selalu dingin layaknya Uchiha yang lain, tetapi tidak sedingin itu saat bersamaku. Kenapa sejak kemarin rasanya Sasuke selalu menghindar dariku. Kenapa?" batin Sakura.

Saat Sasuke keluar dari kamar mandi, ia hanya memakai handuk kecil melingkari pinggangnya. Sementara dadanya dibiarkan telanjang. Dan tangannya sibuk mengelap rambutnya yang basah dengan handuk yang melingkar di lehernya. Sakura langsung menghampirinya dan berniat membantunya untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Tetapi Sasuke dengan kasar menolaknya.

"Lepaskan! Aku bisa melakukannya sendiri!" bentak Sasuke sambil menepiskan tangan Sakura yang memegang handuk di kepalanya.

"A..a..ku," Sakura tidak berkata apa-apa lagi. Dia terlalu kaget atas tindakan Sasuke barusan. Sasuke lalu pergi meninggalkan Sakura yang masih mematung di depan kamar mandi. Dia berpakaian dalam diam. Dan langsung menuju pintu kamar.

"Sasuke kun, kau mau ke mana?" tanya Sakura yang sudah pulih dari keterkejutannya.

"Tidak perlu tahu dan tidak usah menungguku," ucap Sasuke datar lalu pergi keluar kamar.

Sasuke sadar akan segala yang dia lakukan pada Sakura. Sasuke pun mendengar suara tangis Sakura di balik pintu kamar pengantin mereka. Tapi ini sudah menjadi keputusan Sasuke, dia tidak akan menceritakan rahasianya pada Sakura. Sasuke tidak sanggup menerima jika Sakura meninggalkannya bila mengetahui rahasianya.

Sasuke mengendarai mobilnya jauh meninggalkan hotel yang menjadi resepsi pernikahannya. Dia berdosa? Ya, Sasuke jelas merasa bersalah dan berdosa pada Sakura. Membiarkan Sakura sendiri pada malam pengantinnya. Malam dimana semua wanita yang mengalaminya pasti menginnginkan menghabiskan malam itu bersama dengan suaminya. Tapi, apa tega ia membiarkan racun yang sudah menjalar di tubuhnya ini hinggap ke tubuh Sakura. Tidak! Sampai matipun Sasuke tidak akan membiarkan tubuh Sakura, wanita yang dicintainya terkena racun nista ini.

Di perjalanan Sasuke melihat sesosok wanita menghampirinya. Bisa dilihat jelas dari penampilannya bahwa wanita itu adalah wanita penghibur. Sasuke menghentikan mobilnya dan sedikit membuka kaca jendelanya. Sang wanita tampak tergoda akan paras Sasuke yang sempurna. Berulang kali wanita itu meneguk ludahnya sendiri saat memandang paras Sasuke.

"Tuan, apa Tuan ingin kepuasan?" rayu wanita itu pada Sasuke. Bibir wanita itu yang terpoles lipstick merah merona mungkin akan memabukkan setiap lelaki tapi tidak dengan Sasuke. Sasuke masih diam dan memasang wajah Uchiha nya.

Wanita itu semakin berani dan memasukkan tangannya ke dalam mobil Sasuke melalui kaca mobil yang dibiarkan terbuka oleh Sasuke. Dia mulai mengelus wajah Sasuke secara perlahan. Bibirnya mulai berbisik mesra di telinga Sasuke, "Tuan, aku jamin kau akan puas selama bersamaku."

Mulut Sasuke membentuk seringai kejam walau hal itu semakin menambah ketampanannya. "Akan ku coba," batin Sasuke.

"Kau serius ingin memuaskanku?" ucap Sasuke masih dengan seringai kejam di mulutnya.

"Tentu Tuan," ucap wanita itu masih sambil mengelus wajah Sasuke, mengagumi setiap seluk kesempurnaan wajah Sasuke.

"Kalau begitu, biar aku bisikkan sesuatu," Sasuke lalu membisikkan sesuatu pada wanita itu. Tiba-tiba saja wanita itu serasa melihat malaikat pencabut nyawa di hadapannya. Bola mata wanita itu hampir keluar saat mendengar kata-kata yang dibisikkan Sasuke. Dengan segera dia melepaskan tangannya yang sedang mengelus wajah Sasuke. Terhuyung-huyung wanita itu menjauh dari Sasuke.

"Lupakan Tuan! Aku masih ingin hidup!" teriak wanita itu lalu pergi dari hadapan Sasuke.

"Cih! Bahkan wanita rendah seperti itu pun menolak saat aku memberitahukan rahasiaku!" Sasuke pun menginjak gas sekencang-kencangnya.

7 hari kemudian

Malam ini aku sudah berniat untuk melakukannya. Ya, 7 hari adalah waktu yang cukup bagiku untuk mentoleransi sikap Itachi. Sejak kejadian malam pertama sampai dengan hari ini, Sasuke belum pernah menyentuhku sedikitpun. Dia seolah mengindar dariku. Padahal saat masa pacaran, Sasuke cukup berani dengan menciumku di depan umum. Tapi kenapa sekarang, di saat statusku sudah menjadi istrinya, dia malah menjauh dariku. Seolah aku adalah virus yang harus dia hindari.

Aku tidak sabar menunggu kepulangannya kali ini. Aku memandang diriku berkali-kali. Aku kini memakai kimono tidurku yang cukup tipis untuk menampakan setiap seluk beluk tubuhku. Buah dadaku pun terlihat menantang di balik kimono ini. Aku sama sekali tidak memakai pakaian apa-apa lagi di balik kimono ini. Bahkan bra pun tidak ku pakai, mengingat aku harus berhasil menarik perhatian Sasuke malam ini. Aku menyemprotkan parfum ke tubuhku, aroma mawar menyeruak memenuhi kamar ini.

Aku mendengar pintu depan dibuka. Ya, Sasuke pasti sudah pulang. Aku langsung bersembunyi di balik pintu kamar. Ceklik.. pintu kamarku terbuka. Aku langsung memeluk Sasuke dari belakang. Perlahan Sasuke membalikkan badannya dan kami pun berhadapan. Dia sedikit terkejut melihat penampilanku. Aku merasa senang saat Sasuke membelai lembut wajahku dengan jemarinya. Dia mulai menundukkan wajahnya, hingga hidung kami kini bersentuhan, sedikit lagi bibir kami pun akan berpagutan. Dan tiba-tiba kenyataan menghantamku. Kebahagiaan yang baru sejenak ku alami terenggut paksa dariku. Karena Sasuke langsung mendorongku. Mendorongku hingga aku jatuh menabrak dinding di belakangku.

"Sasuke..," aku tidak tahu lagi kata-kata apa yang harus ku ucapkan untuk menyatakan betapa kecewanya aku pada sikapnya. Betapa sakitnya hatiku sebagai seorang wanita dan istri saat menerima penolakan tadi.

"Sakura, aku.."

"Cukup, CUKUP!!" teriakku. Aku melihat Sasuke keluar dari kamar.

Aku menangis, meraung, kenapa? Kenapa kau seperti ini, Sasuke? Kenapa kau sama sekali tidak menginginkanku!? Kenapa kau menikahiku jika kau sama sekali tidak ingin bercinta denganku? Apa kau tidak mencintaiku? Kenapa?! Entah sampai kapan aku menangis dan merutuki nasib yang menimpaku, karena aku pun tertidur.

Sasuke's POV

Maafkan aku Sakura, aku tau aku bersalah padamu. Aku tidak lagi mendengar isakan tangis Sakura setelah beberapa jam. Beberapa jam yang amat menyiksaku. Kalian tahu, betapa aku merasa tersiksa mendengar tangis wanita yang paling ku cintai. Ironisnya, aku sendirilah yang menebabkan wanita itu mengeluarkan air matanya.

Setelah memastikan Sakura sudah tertidur, aku masuk ke dalam kamark. Aku menatap wajah Sakura saat tertidur. Aku mengecup pelan kening Sakura. Sudah kuputuskan, aku akan menerima tawaran Itachi. Aku percaya Itachi pasti bisa menyembuhkanku. Aku mengambil ponsel di saku celanaku. Jemariku memencet nomor telepon yang sudah ku hafal.

"Halo.. kakak?" tanyaku pada suara di seberang yang menjawabku.

"Hnn."

"Aku menerima tawaranmu," ucapku.

"Baiklah. Besok kita berangkat," ucap Itachi.

"Baik," aku pun memutuskan telepon.

To be continue

Hiaa… Gomen, gomen..(bungkuk-bungkuk)

Ay kembali mengeluarkan fic abal. Gomen..

Ay mohon maaf sebesar-besarnya kalau fic ini masih jauh dari kata bagus.

Mmm.. Kakashi belum muncul di sini, tapi di chap selanjutnya pasti ada..

Terima kasih buat reader yang yang udah bersedia baca fic ini, jangan lupa ripiunya ya..*puppy eyes*

Ok.. ay minta ripiunya ya..

Supaya ay semangat meneruskan fic ini..

Arigato^^