Anya in here! *tebar-tebar confetti
Inilah fic pertama saya! Jangan flame dulu, ya? Masih belajar soalnya…
O ya, disini Kakashi umurnya 19 tahun dan belum ketemu sama Naruto DKK.
Heheheh…
CHAPTER 1 : Ini Hanya Ilusi
Disclaimer : Naruto tuh punyanya sapa seh? *Plakk!* Ooh punyanya Oom Kishi ya? *Plakk* Eeh, salah. Punyanya Masashi Kishimoto
Rate : T
Genre : Misteri
Warning : OC, GaJe deh kayaknya…
Summary : Kakashi diberi misi untuk menyelidiki hilangnya beberapa penduduk desa di suatu hutan misterius, tapi ia tiba-tiba diserang oleh ilusi-ilusi yang mengacaukan pikirannya. My first fic.
Happy Read!
Seorang pemuda bertubuh tegap melompat-lompat dari satu titik ke titik lainnya dengan sangat cepat. Wajahnya terlihat tegang dilengkapi dengan peluh yang membasahi sekujur tubuhnya.
"Kakashi…Apakah…Apakah kamu tak mau memeluk Okaa-sanmu sebelum pergi…?"
Terngiang ditelinganya suara merdu seorang perempuan. "AAAAARRGGGHH..!" pemuda itu semakin terlihat tegang ketika muncul suara bisikan itu.
"Kakashi…Kakashi…Kakashi…"
Bisikan itu terus terngiang di telinganya. Larinya semakin melambat seiring dengan kesadarannya yang terserap habis. Dan ia pun akhirnya menyerah.
Kegelapan pun menyelimutinya.
Ia melihat dirinya sendiri sedang berdiri ditengah kerumunan orang ang berlalu lalang di sekitarnya.
"Kakashi, apakah kamu tak mau memeluk Okaa-san mu sebelum pergi?"
Terdengar suara lembut seorang wanita. Kakashi berbalik dan mencari di mana asal suara itu.
"Tidak, aku kan sudah besar, jadi tidak perlu memeluk Okaa-san lagi."
Lalu terdengar lagi suara seorang anak laki-laki. Kakashi berusaha mencari asal suara itu. Tapi, ditengah orang-orang yang berlalu lalang itu, ia tak bisa menemukan asal suara itu. Meskipun suara itu terdengar sangat jelas ditelinganya.
Terlihat seorang anak kecil berambut keperakan sama sepertinya, berlari dengan wajah cerianya menuju kearahnya.
"Kakashi…Kakashi…Kakashi…"
SET!
"Akh!"
Tiba-tiba kerumunan orang itu lenyap dan tepat didepan matanya, seorang perempuan paruh baya berambut hitam bersimbah darah.
"OKAA–SAN!" Anak laki-laki itu berteriak dan langsung membantu perempuan itu untuk duduk.
"Kakashi…kenapa kamu tidak mau memeluk Okaa-sanmu?" Tanya perempuan itu dengan tubuh penuh dengan darah.
"Okaa-san…Jangan mati…" ucap anak itu dengan air mata yang berlinang.
"Apakah kamu…membenciku? Apakah kamu benci padaku?" Tanya perempuan itu lembut.
Kakashi hanya diam mematung ditempatnya berdiri sambil menyaksikan kejadian itu.
"Dasar anak sialan! Apakah kamu membenciku?" Tanya perempuan itu kasar.
"Tidak…Tidak…TIDAAAK!"
.
Seorang pria berambut silver terbangun dari tidurnya. Segera saja ia menyentuh kepalanya yang masih terasa sangat berat, diiringi sebuah erangan melompat dari bibir tipisnya.
Pagi yang cerah, dilengkapi dengan suara burung yang berkicau riang.
Meski rasa kantuknya sudah terserap habis, ia tetap tak bisa bangkit. Kepalanya terasa tiga kali lebih berat dari sebelumnya. Ditambah rasa nyeri pada tubuhnya yang membuatnya semakin merasa tak berdaya.
"Dimana…?" gumamnya pelan.
Kakashi berusaha bangkit dari tidurnya. Dengan segenap kekuatan ia berusaha untuk duduk, tetap saja tidak bisa.
Akhirnya ia pun menyerah pada kondisinya sekarang. Hanya menunggu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya.
Tap…tap…tap…tap…
Terdengar suara langkah kaki yang pelan.
Tap…tap…tap…tap…
Suara itu semakin mendekat menuju sebuah ruangan yang Kakashi tempati sekarang.
Tap…tap…tap…tap…tep.
Langkah kaki itu berhenti tepat didepan ruangan yang cukup luas untuk sebuah kamar itu.
Cklek.
Tak lama terdengar suara pintu dibuka perlahan.
Seorang bertubuh tinggi dengan yukata laki-laki berwarna putih terlihat dibalik pintu yang masih terbuka setengah itu.
Seseorang–atau bisa disebut pemuda–itu masuk tanpa permisi ke dalam ruangan–atau bisa juga disebut kamar–itu. Rambutnya berwarna putih panjang dan diikat ekor kuda kebelakang. Rambutnya bukan berwarna keperakan seperti yang dimiliki Kakashi. Tapi putih polos layaknya salju.
"Hum? Kau sudah bangun, ya?" tanyanya dengan suara barithon khas laki-laki dewasa.
Kakashi hanya bisa menatapnya dengan tatapan bingung.
Pemuda itu berjalan mendekati ranjang yang dipakai Kakashi, dan tersenyum kearahnya.
"Kau sangat beruntung. Jika saja adikku tidak menemukanmu di pinggir hutan kabut merah tiga hari lalu, kau pasti sudah mati sekarang." Ucap pemuda berambut putih panjang itu ringan.
"A…apa? Hu-hutan kabut merah? Tiga hari lalu?" Tanya Kakashi semakin bingung.
"Ya, tiga hari lalu, kau ditemukan adikku di pinggir hutan yang disana itu," jawab pemuda itu sambil menunjuk arah Barat Daya.
Kakashi hanya mendengarkan sambil mencerna perlahan-lahan kata-kata yang diucapkan pemuda itu.
"Kau sedang pingsan dengan luka yang lumayan parah di sekujur tubuhmu. Lalu adikku membawamu kemari dan mengobati semua luka-lukamu." Jelas pemuda itu.
Kakashi baru sadar dari tadi ia tak mengecek keadaan tubuhnya.
Dengan susah payah Kakashi menggerakkan tangannya untuk menyibak selimut putih itu dan mengintip keadaan tubuhnya.
Oh, betapa terkejutnya dia ketika mendapati tubuhnya memakai kimono laki-laki putih. Padahal sebelum ia pingsan, ia masih memakai baju ninjanya. Dan baru disadarinya juga, wajahnya yang..ehm..Kawaii itu juga tidak ditutupi sehelai benang pun.
'Terinjak-injak sudah harga diriku…Apakah aku masih perjaka(?)?' batin Kakashi.
'Apakah…adiknya laki-laki, atau perempuan? Kalau laki-laki masih mending… Eh, katanya tadi dia membawaku kesini, berarti dia laki-laki, kan?' batin Kakashi lagi.
'Eh, tapi kalau adiknya YAOI trus gimana…?'
'Owh, Kami-sama bagaimana kalau ke-perjaka-an(?)ku sudah diambil(?)?' batin Kakashi panik.
Kakashi memejamkan matanya dan berharap tak berpikir aneh-aneh.
"Oh ya, kalau kau mau bertemu adikku, di mungkin sedang ada di halaman belakang istana bersama ikan-ikan Koi-nya." Ucap pemuda itu.
"Is-istana…?" gumam Kakashi kaget.
Pemuda itu memukul keningnya dengan telapak tangan. "Uh, aku lupa mengatakan padamu… Namaku Fukuto Hibara. Ini adalah istana milik kami–aku dan adikku–Shiroi Bara." Ucap pemuda itu.
Shiroi Bara? Mawar Putih? Kakashi tak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Ia hanya memasang wajah bingung.
"Kau pasti belum pernah dengar, ya? Yah, kerajaan ini dulunya adalah kerajaan yang besar dan makmur." Ucap pemuda itu.
"Sejak kerajaan kami berperang dengan kerajaan seberang, kerajaan Kuroi Bara, rakyat berpindah tempat ke tempat lain karena kehidupan mereka disini yang sudah tak menjanjikan kebahagiaan lagi." Terusnya.
"Kerajaan ini berangsur sepi dan akhirnya hanya tinggal anggota kerajaan saja yang hidup di negeri ini setelah perang usai. Kami adalah pewaris kerajaan ini ketika ayah dan ibu kami meninggal saat kami masih sangat kecil." Ucapnya lagi.
"Kami diurus oleh seorang pelayan yang sangat setia sampai kami sudah cukup dewasa. Tapi pelayan kami itu meninggal beberapa tahun lalu karena sudah tua. Dan sekarang, kami hanya tinggal berdua." Ia menyelesaikan ceritanya.
"Kalian…hanya tinggal berdua? Kalian tidak pernah keluar dari sini?" Tanya Kakashi sambil berusaha duduk dan di bantu oleh Fukuto.
"Yah, mau bagaimana lagi? Kami harus menjaga istana ini sampai akhir hayat kami." Jawab Fukuto.
"Lalu bagaimana kalian menghasilkan...ehm...menghasilkan keturunan?" tanya Kakashi.
"Hum? Eerr... entahlah, umur kami saja baru 17 tahun. Kami belum memikirkan itu." Jawab Fukuto.
"Tujuh belas tahun?" gumam Kakashi.
"Hwaah, aku lupa. Namamu siapa? Dari tadi kita ngobrol kesana kemari tapi belum saling mengenal," ucap Fukuto sambil nyengir lebar dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Namaku...Kakashi Hatake," Jawab Kakashi.
"Aah...Kakashi, ya? Boleh kupanggil begitu?" tanya Fukuto. Dan dijawab anggukan saja oleh Kakashi.
"Kau sudah bisa jalan? Sudah lapar, kan?" tanya Fukuto memegangi perutnya yang sudah berdisko.
Kakashi mengangguk.
"Kalau begitu, ayo kubantu kau berjalan sampai ke ruang makan. Fuuh...lapar aku," ucap Fukuto sambil membantu Kakashi agar bangkit dari duduknya. Fukuto membantu Kakashi untuk berjalan.
Mereka berjalan melewati lorong yang panjang berlantaikan kayu. Suara langkah kaki Fukuto dan Kakashi menggema di lorong itu.
Mereka sampai di sebuah ruangan yang luas dengan sebuah meja yang panjang dan bantal-bantal untuk tempat duduk di sekitar meja rendah itu. Dimeja itu sudah disiapkan berbagai macam makanan yang sudah siap untuk dimakan. Dan makanan kesukaan Kakashi, Sup Miso juga terhidang di situ.
Fukuto membawa Kakashi duduk di sebelah kiri tempat duduk utama, tempat duduknya.
"Waah, sepertinya enak masakan adikku. Eh, dia sudah makan belum? Hum, dasar anak itu, ikan Koi saja yang diurus. Dirinya sendiri dilupakannya." Gumam Fukuto.
'Masakan adiknya? Jangan-jangan...jangan-jangan...adiknya itu...BANCI?' batin Kakashi sambil komat-kamit gaje dalam hati.
Fukuto berjalan menuju pintu geser yang sangat besar yang terletak di depan Kakashi dan membukanya.
Terlihat halaman yang sangat luas, dilengkapi sebuah kolam ikan yang lumayan luas. Di pinggir kolam itu terlihat sepasang getta*.
Terlihat seorang yang tinggi dan berperawakan hampir sama dengan Fukuto hanya lebih pendek sedikit dan lebih ramping sedang berdiri membelakangi Kakashi ditengah kolam dengan rambut putih panjangnya yang diikat ekor kuda sama dengan Fukuto.
Sosok itu terlihat membungkuk dan mencelupkan jari tangan kanannya ke dalam kolam. Ikan-ikan Koi segera mengerumuninya dan berebut makanan yang diberikan sang majikan. Ia mengenakan yukata perempuan berwarna putih dengan motif bunga teratai. Kakinya terendam air kolam yang jernih itu setinggi lutut.
Kakashi sempat terpana melihat orang itu. Semua pikiran negatif tentang dirinya sudah menguap dan hilang entah kemana.
Fukuto tersenyum lembut ketika melihat orang itu. "Imouto," panggilnya pada orang itu.
Orang itu menoleh perlahan ke arah Fukuto.
"Kau sudah lupa waktu, rupanya. Kau sudah satu jam berdiri disitu. Apakah kau tidak lelah? Tidak lapar?" tanya Fukuto.
Orang itu berbalik dan mulai berjalan perlahan ke arah Fukuto. Sekarang terlihat dengan jelas wajahnya yang cantik beserta kulitnya yang putih layaknya salju. Kaki gadis itu menapak perlahan pinggiran kolam yang terbuat dari batu sungai yang lumayan besar.
Ia kemudian memakai gettanya dan berjalan dengan anggun menuju ruang makan itu.
"Aniki, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa mengatur waktuku sendiri." Ucap orang itu halus, namun terlihat jelas ketegasan di suaranya itu.
"Ya, ya, ya, tapi kamu tetap adikku, kan?" ucap Fukuto.
"Aniki hanya lahir 10 detik lebih cepat dariku. Bukan berarti aku harus diatur-atur seperti itu." Ucap perempuan itu dengan suara merdu nan tegasnya sambil melewati Fukuto.
Fukuto tertawa kecil. "Ya, tapi jangan lupakan 10 detik itu." Ucap Fukuto sambil tersenyum.
Perempuan itu sempat bertatap mata sebentar dengan Kakashi. Tapi ia tetap meneruskan jalannya dan duduk dihadapan Kakashi. Fukuto juga ikut duduk di tempat duduk utama.
"Nah, Kakashi, kau pasti belum mengenal Fukumi. Dia adalah adik yang kuceritakan padamu itu. Oh ya, ayo perkenalkan dirimu," ucap Fukuto.
"Eh, i-iya, namaku Kakashi Hatake." Ucap Kakashi.
"Kau...ninja." ucap Fukumi.
"Eh?" Fukuto agak kaget.
"Iya, se-sebenarnya aku..." gumam Kakashi.
"Ada urusan apa seorang ninja pergi ke hutan kabut merah?" tanya Fukumi penuh selidik.
"Imouto, jangan terlalu dingin begitu pada tamu kita ini." Tegur Fukuto.
"Sebenarnya, aku mendapat misi dari Nona Hokage untuk menyelidiki hilangnya beberapa penduduk desa yang hilang secara misterius di hutan itu."
"Hilang secara misterius?" tanya Fukuto. Fukumi mengerutkan alisnya.
"Ya, kami baru mendapat laporan sekitar sebulan yang lalu kalau beberapa penduduk, tepatnya sudah 12 orang hilang secara misterius ketika melewati pinggiran hutan itu." Jawab Kakashi.
"Apakah gadis?" tanya Fukuto.
"Ah, iya. Gadis-gadis yang masih perawan." Jawab Kakashi.
Fukuto terlihat terkejut, sementara Fukumi menatap horor Kakashi.
"Imouto, mulai sekarang, kamu jangan keluar dari istana, mengerti?" ucap Fukuto serius. Suasana menjadi tegang. Fukumi lalu mengangguk pelan.
"A-ada apa?" tanya Kakashi bingung.
"Kakashi, tolong ceritakan detailnya." Pinta Fukuto.
"Uuh, ya, semua gadis-gadis itu berumur 17-18 tahunan. Mereka menghilang saat bulan purnama, dan mayatnya sama sekali belum ditemukan." Ucap Kakashi menjelaskan.
"Saat bulan purnama?" gumam Fukuto.
"Sebenarnya ada apa?" tanya Kakashi yang makin bingung karena dari tadi pertanyaannya tidak juga dijawab.
"Kakashi, kamu tahu kan legenda Putih yang baik dan Hitam yang jahat?"(ini cuma hasil ngarang author =_=")Tanya Fukuto.
Kakashi jadi tambah bingung. Apa hubungannya? Dan akhirnya ia hanya mengangguk.
"Aniki, acara makan kita bagaimana?" tanya Fukumi mengingatkan.
Fukuto menepuk jidadnya. "Hum, baiklah. Sebaiknya kita makan dulu, baru cerita." Ucap Fukuto sambil tersenyum ramah, meski tersirat kecemasan di balik senyum yang terukir di wajah tampannya itu.
Mereka makan ditemani hening.
Kakashi merasa sangat canggung berada di ruangan itu. Ia hanya makan dengan perlahan. Tak seperti cara makannya yang biasanya super cepat.
Fukumi menyelesaikan sarapannya dengan cepat. Ia lalu menunggu kakaknya selesai makan.
Setelah Kakashi dan Fukuto selesai makan, Fukumi membereskan meja makan. Sementara Fukuto cuci piring. Ya, sejak pelayan mereka satu-satunya meninggal, mereka harus mengerjakan semua urusan rumah tangga berdua.
Dan sepertinya mereka sudah membagi tugas masing-masing. Contohnya, Fukumi beres-beres meja makan, masak, ngasih makan semua peliharaan mereka setiap hari(banyak loh peliharaannya ga cuma ikan Koi aja), beresin kamar, dan semuanya yang termasuk beres-beres adalah tugas Fukumi.
Sementara tugas kakaknya adalah bersih-bersih. Contohnya, cuci piring, cuci baju, nyapu seluruh ruangan istana, bersih-bersih toilet, dan semua tugas yang termasuk bersih-bersih adalah tugas Fukuto. *loh, loh, kok jadi nyambung ke sini, seh? Bukannya tadi kita sedang membicarakan tent..- #PLAAK! BANYAK BACOT LOE!
Selesai dengan tugas mereka, Fukuto mengajak adiknya dan Kakashi untuk masuk ke ruang perpustakaan.
Di dalam, ia langsung mencari-cari sesuatu.
"Ah, ini dia."
TBC
HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA...!
Fic pertamaku nih senpai-senpai semua, jangan flame dulu yaah?
ARIGATTOU,
REVIEW PLEASE? ^_^
