I HATE THAT I LOVE YOU
Byun Baekhyun hanya gadis bodoh yang terlalu mencintai pria sempurna bernama Park Chanyeol. Baekhyun bisa mendapatkan seluruh tubuh Chanyeol tapi tidak dengan hatinya. Bodoh memang, karena Baekhyun dengan senang hati menikmati rasa sakit yang selalu Chanyeol berikan padanya. Chanbaek. Baekyeol. Chanyeol. Baekhyun. GS. Genderswitch. NC. M. Mature. BDSM(?). Kris. EXO.
.
.
lollipopsehun proudly present
CHANBAEK GS
Little bit BDSM
Don't like don't read
Repost with CR (ask first)
Mind to review?
Enjoy~
.
.
I hate you. I love you.
I hate that I love you.
Don't want to but I can't put nobody else above you.
I hate you. I love you.
I hate that I want you.
You want her. You need her. And I'll never be her.
Air mata Baekhyun kembali membasahi pipinya yang tirus ketika seorang pria bertubuh jakung memasuki tubuhnya dengan kasar, tanpa memberinya jeda untuk mengambil napas, pria it uterus mendorongnya dengan paksa. Gerakan tark ulur yang sangat kuat itu membuat tubuh mungil Baekhyun tersentak-sentak. Jemarinya harus menggenggam erat kaki meja yang sekarang menjadi satu-satunya benda untuk menahan tubuhnya tetap berpijak pada tanah. Otot kakinya lemas sementara ia kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri.
Bersamaan dengan itu, dibelakang sana, seorang pria jakung dengan geraman buas menyentaknya dengan kasar. Tangan kokohnya beberapa kali melayangkan pukulan pada tubuh Baekhyun atau jika pria itu bosan, tangannya akan menarik rambut Baekhyun kuat-kuat –cukup membuat Baehkhyun menjerit karena nyeri.
Dan kemudian, Baekhyun akan lagi-lagi merasakan pukulan pada tubuhnya saat ia menjerit protes.
Sampai pria itu selesai, Baekhyun tak akan pernah bisa lepas.
Feeling used, but I'm still missing you.
And I can't see the end of this.
Pria angkuh itu benama Park Chanyeol, pria itu pula yang selalu membuat Baekhyun merasa hina dengan dirinya sendiri selama hampir satu tahun ia melakukan ini. Chanyeol selalu menggunakannya sebagai objek pelampiasan nafsu bejat –atau pelampiasan amarah– dan Baekhyun terlalu bodoh untuk tidak memberontak dengan apa yang Chanyeol lakukan padanya.
Baekhyun harus rela Chanyeol memperlakukannya seperti ini daripada harus berpisah dengan pria itu.
Just wanna feel your kiss against my lips.
And now all this time is passing by.
Tanpa peduli rasa sakit yang terus menerus menguasai tubuhnya –atau bahkan menguasai hatinya, Baekhyun tetap merindukan sentuhan Chanyeol jika pria itu tidak menjamah tubuhnya seperti sekarang ini. Baekhyun tak tau kapan rasa sakitnya akan berakhir jika sebenarnya ia sendiri tak ingin mengakhiri kegilaan ini.
Entah sampai kapan kehidupan menyedihkan ini ia jalani, Baekhyun tak bisa menentukan.
Mungkin Baekhyun bukan lagi bodoh, tapi Chanyeol sudah membuat otaknya benar-benar tidak bekerja.
Hentakan demi hentakan Baekhyun terima dengan air mata perlahan turun membasahi pipinya lagi. Baekhyun tau, bagaimanapun ia selalu menginginkan sentuhan Chanyeol, hatinya –atau sudut hati nuraninya yang masih belum hancur– menjerit karena hal ini. Di depan Chanyeol, tak ada lagi harga diri yang tersisa, apa yang pria itu mau, Baekhyun harus memberikannya tanpa protes sedikitpun.
Dan Chanyeol akan memberikan hukuman jika Baekhyun mengeluh.
Sebuah hukuman yang benar-benar menyakitkan baginya.
Ada pepatah mengatakan, cinta membuatmu bodoh, dan ya, mungkin pepatah itu benar-benar terjadi pada Baekhyun. Lebih gilanya, Baekhyun terlalu mencintai Chanyeol hingga membuatnya rela menjadi 'boneka' pria itu. Boneka yang selalu siap Chanyeol gunakan tanpa protes, sama dengan kebanyakan boneka pada umumnya, ketika sudah usang, mungkin sang pemilik akan membuangnya ke tempat sampah.
Dan tentu saja, itu mungkin saja terjadi pada Baekhyun.
Apakah Chanyeol mencintainya?
Pertanyaan itu selalu membuat Baekhyun tertawa, terdengar sangat lucu ditelinganya. Bicara soal apakah Chanyeol mencintainya, itu terlalu jauh bahkan untuk sekedar dipikirkan. Parahnya, Chanyeol tak pernah menganggap Baekhyun sebagai 'manusia hidup' lalu bagaimana Chanyeol bisa mencintai gadis itu.
Lucu sekali.
Cinta Chanyeol sudah berhasil gadis lain dapatkan, gadis lain yang Baekhyun rasa jauh lebih sempurna dibandingkan dengannya. Gadis itu sudah berhasil mendapatkan seluruh cinta Chanyeol –tapi tidak dengan tubuh pria itu. Chanyeol tidak bisa meniduri gadisnya seperti ia meniduri Baekhyun, entah bagaimana menyebut ini, gadis itu mengalami sakit parah yang membuat Chanyeol tak pernah menjamah tubuhnya sama sekali.
Singkat kata, gadis yang Chanyeol cintai itu sedang sekarat, meregang nyawa di atas ranjang dingin rumah sakit.
Dan hal itulah yang membuat Chanyeol melakukan ini pada Baekhyun, menidurinya seperti seorang pelacur, dan siap membuangnya seperti sampah kapanpun. Chanyeol hanya butuh pelampiasan nafsu, bukan cinta.
Chanyeol tidak bercinta dengan Baekhyun, pria itu hanya meniduri Baekhyun layaknya pelacur murahan yang sering ia temui dipinggir jalan.
It's hurt every time I see you.
Realize how much I need you.
Rasa sakit luar biasa selalu Baekhyun rasakan ketika Chanyeol tak pernah berhenti menggaungkan keindahan gadis yang ia cintai di depan wajahnya, Baekhyun benci saat Chanyeol selalu mengatakan gadisnya yang agung itu tak sebanding dengan Baekhyun yang kotor, Baekhyun selalu mengutuk semua kata cinta yang Chanyeol tujukan untuk gadisnya itu.
Tapi ia sadar, bagaiamapun, melihat Chanyeol saja sudah cukup membuat hatinya tenang, jadi Baekhyun mengabaikan rasa sakit itu. Secara tidak langsung, Baekhyun sudah sangat membutuhkan Chanyeol.
Hanya butuh kehadiran pria itu, bukan cintanya.
Bicara omong kosong soal cinta, Baekhyun sendiri sudah lama mencintai Chanyeol –bahkan sebelum Chanyeol mengenal gadis yang telah mendapatkan cintanya. Sejak bangku sekolah menengah, Baekhyun sangat mengagumi sosok Chanyeol yang menakjubkan, ia sadar Chanyeol adalah pria yang terlalu sempurna untuk gadis sepertinya, dan itu cukup membuatnya tau diri dengan penolakan Chanyeol –secara langsung dan tidak langsung.
Lambat laun, Baekhyun menyadari perasaan itu berubah menjadi cinta yang sangat besar.
Baekhyun terlalu memuja, sangat mendamba.
Anggaplah Baekhyun terlalu bodoh karena memuja pria brengsek macam Chanyeol layaknya dewa, tapi ia juga tak bisa mengendalikan semua itu. Termasuk saat ia menemukan Chanyeol seperti orang gila karena gadis yang dicintainya nyaris meregang nyawa, Baekhyun berusaha masuk dalam kehidupan pria itu. Baekhyun rasa cintanya kepada Chanyeol teramat besar hingga membuat akal sehatnya lenyap.
Dan Chanyeol akhirnya melihat Baekhyun –untuk yang pertama kalinya, bukan sebagai manusia, tapi sebagai boneka yang bisa ia mainkan sepuasnya.
Meskipun Baekhyun sering menangis karena perlakuan kasar Chanyeol padanya –atau saat Chanyeol malah mengerangkan nama gadisnya saat menjamah tubuh Baekhyun, disaat pria itu dalam keadaa sadar maupun tidak, Baekhyun tetap menerima dengan lapang dada, meskipun di dalam hatinya ada kebencian yang tak bisa ia ungkapkan pada siapapun.
Baekhyun rela melakukan ini semua, karena ia mencintai Chanyeol.
Bodoh?
Memang.
I hate you. I love you.
I hate that I want you.
You want her. You need her.
And I'll never be her.
Setiap kali nama gadis yang Chanyeol cintai keluar dari bibir pria itu, Baekhyun merasakan rasa sakit luar biasa pada ulu hatinya. Tak bisa ia pungkiri, Baekhyun berharap dirinya menjadi gadis itu, meski sampai kapanpun, Baekhyun tak akan pernah bisa.
Chanyeol hanya membutuhkan gadisnya sebagai pelampiasan cinta, sedangkan Baekhyun hanya Chanyeol butuhkan sebagai pelampiasan nafsu.
Berbeda, bukan?
All alone I watch you watch her.
Like she's the only girl you're ever seen.
You don't care you never did.
You don't give a damn about me.
Chanyeol tak pernah melihat gadis lain seperti gadis yang dicintainya itu. Rasanya, Chanyeol hanya bisa melihat gadis itu di dunianya yang terlalu sempit. Ia tak peduli dengan apa yang Baekhyun lakukan, apa yang Baekhyun berikan padanya, Chanyeol tak pernah melihat ketulusan dalam diri Baekhyun. Dan saat Baekhyun melihat tatapan menyedihkan Chanyeol ketika pria itu menatap gadis yang dicintainya merasakan sakit, Baekhyun merasakan rasa sakit juga.
Baekhyun tak butuh Chanyeol melihat ketulusannya, ia hanya butuh pria itu menganggapnya seperti manusia normal.
How is it you never notice
That you are slowly killing me.
Dan Chanyeol mungkin tidak akan pernah menyadari, apa yang ia lakukan itu mungkin akan membunuh Baekhyun perlahan.
Satu tarikan kuat dirambutnya, diiringi dengan hentakan kasar pada belakang tubuhnya, Chanyeol menggeram buas, melepaskan semua gairahnya di dalam tubuh Baekhyun yang berpeluh dan penuh rasa sakit. Tanpa sadar, Baekhyun mendesah lega karena Chanyeol sudah selesai. Ia bisa merasakan Chanyeol melepaskan tautan mereka yang sesak, kemudian berjalan pergi meninggalkan Baekhyun begitu saja.
Begitu Chanyeol berjalan menjauhinya, tubuh Baekhyun langsung merosot ke lantai yang dingin. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, ia berusaha mengatur napasnya yang memburu, sedangkan rasa nyeri mulai menggerayangi pangkal pahanya.
Bahkan Chanyeol sama sekali tidak melihat Baekhyun setelah apa yang sudah ia lakukan pada gadis itu, begitu ia selesai, Baekhyun kembali tak dianggap ada.
Sambil menyandarkan tubuhnya pada kaki meja, Baekhyun meringis menahan perih. Tanpa sadar, air mata kembali membasahi pipinya.
Baekhyun tidak membenci Chanyeol, ia hanya membenci dirinya sendiri yang terlalu mencintai Chanyeol.
I hate you.
I love you.
I hate that I love you.
Don't want to but I can't put nobody else above you.
.
.
Pagi menjemput, Baekhyun bisa merasakan seluruh tubuhnya nyaris kaku. Semalam, setelah Chanyeol menungganginya dengan kasar, tenaga Baekhyun benar-benar terkuras habis. Baekhyun ingat ia hampir merangkak menuju kamar di lantai dua karena rasa nyeri luar biasa pada pangkal pahanya yang begitu menyiksa.
Ah, Baekhyun ingin menggerutu, tapi ia sadar tak punya kuasa untuk melakukan itu.
Pagi ini, sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Baekhyun harus bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Ia harus meminimalkan suaranya agar Chanyeol tidak terbangun dan terganggu karena kegiatannya itu. Baekhyun selalu melakukan ini, ia senang bangun lebih pagi untuk membuatkan Chanyeol sarapan, lalu pergi dengan cepat sebelum pria itu bangun.
Bukannya Baekhyun tak ingin melihat Chanyeol dipagi hari, hanya saja, pria itu tidak suka melihat Baekhyun di awal harinya.
Chanyeol bilang melihat Baekhyun dipagi hari hanya akan merusak keseimbangan mood-nya seharian.
Ah, persetan dengan itu.
Jadi Baekhyun menuruti apa keinginan Chanyeol, ia akan menyibukkan diri dengan urusan dapur sebelum matahari muncul di ufuk timur, setelahnya, ia harus mengendap-endap keluar untuk pergi bekerja. Yah, Baekhyun bekerja sebagai fotografer sebuah majalah ternama, beruntung, itu pekerjaan itu menuntut seseorang menjadi sibuk, jadi Baekhyun tidak terlalu memikirkan kehidupannya yang menyedihkan.
Berada di kantor seharian sangat melegakan baginya.
Setelah kehidupan kantornya berakhir, Baekhyun akan pulang –ah, biasanya dia pulang ke apartemen Chanyeol atau apartemennya sendiri. Jika ia pulang agak malam, Baekhyun akan pergi ke tempat Chanyeol, karena apartemennya sedikit lebih jauh –hampir menyentuh batas ibukota, atau jika Chanyeol mengirimkan pesan tidak sopan untuk menyuruhnya datang, Baekhyun akan datang.
Persis seperti wanita panggilan, bukan?
Tapi yang berbeda, Baekhyun tidak Chanyeol bayar seperti pelacur yang biasa para pria sewa, yah, meskipun tak Baekhyun pungkiri Chanyeol selalu memberi seluruh kebutuhannya tanpa diminta. Chanyeol menyediakan satu kamar untuk Baekhyun, lengkap dengan barang-barangnya di dalam sana. Bahkan Chanyeol membiarkan Baekhyun memakai salah satu mobilnya untuk kegiatan gadis itu sehari-hari.
Dan Baekhyun tak menggunakan mobil itu sama sekali.
Mobil itu sebenarnya akan Chanyeol berikan sebagai hadiah ulang tahun gadisnya, tapi karena gadis yang ia cintainya itu tak bisa meninggalkan ranjang rumah sakit, Chanyeol menyerah dengan hadiah itu. Ia mengijinkan Baekhyun menggunakannya, tapi sama sekali Baekhyun tak ingin menyentuh barang yang memang bukan untuknya.
Harga diri?
Yah, itu mungkin masih tersisa sedikit di dalam diri Baekhyun.
Hari sudah siang saat Baekhyun melangkahkan kaki ke dalam sebuah studio foto bertema biru menyejukkan. Satu yang Baekhyun suka dari pekerjaannya adalah ia bisa melihat ekspresi menakjubkan dari banyak orang, dan yah, itu sedikit menghiburnya mengingat Chanyeol tak pernah sedikitpun menunjukkan senyum bahagia untuknya.
"Kau tampak pucat, Byun," ucap salah satu kru-nya, Kris Wu. Pria jakung dari China yang sudah lebih dari satu tahun menjadi partnernya untuk melakukan pemoretan majalah.
"Yah, aku melupakan lipstikku hari ini," Baekhyun tersenyum tipis, membuka lembaran kertas berisi konsep foto yang akan mereka ambil hari ini.
Kris terkekeh ringan, mulai mengambil kameranya untuk mengatur cahaya. "Kau merasa tidak enak badan?" tebak Kris.
Yah, memang sejak pagi tubuh Baekhyun sudah tidak benar rasanya. Setelah Chanyeol menyetubuhinya dengan brutal, Baekhyun merasa sakit pada sekujur tubuh. Bukan sakit seperti yang biasa ia rasakan setelah Chanyeol menyiksanya, tapi mungkin karena cuaca yang tidak tentu membuat tubuhnya berantakan.
Yah, ini pergantian musim.
Wajar saja.
Baekhyun menggeleng ringan, sedikit menyentuh lehernya yang hangat. "Sudah hampir musim dingin, wajar kan kalau aku akan terkena flu?" Baekhyun sedikit mengeryit, kembali membuka gambar-gambar pada lembaran kertas.
Kris mendesah malas. "Setidaknya pakai masker, aku tak ingin modelku terkena flu karena virusmu itu," pria itu terkekeh ringan.
Sial, selalu saja.
"Membantu sekali, Kris," balas Baekhyun kesal.
Kris tertawa lepas, ia mengulurkan sebuah bungkusan kertas kecil pada Baekhyun, membuat gadis itu memandangi Kris dengan kening berkerut dalam. "Apa?" tanyanya, menerima benda itu dari tangan Kris.
"Obat flu," jawabnya acuh.
Baekhyun tidak bisa menyembunyikan senyum, ini yang dia suka dari partnernya itu. Kris selalu memperhatikan rekan kerjanya walaupun tanpa ia tunjukkan di depan umum. Dan Baekhyun tak pernah smenganggap itu sebagai hal yang special karena Kris memang selalu memberikan perhatian khusus pada semua kru.
Singkat kata, Baekhyun anggap Kris sebagai seorang gentleman.
"Terima kasih," ucap Baekhyun sambil tersenyum lagi.
Kris menggumam tidak jelas. "Jangan salah sangka, itu demi kebaikan model kita," ia terkekeh geli.
"Aku tau kau hanya peduli pada gadis cantik bertubuh indah," Baekhyun mencibir.
"Kau sangat mengenalku dengan baik," balas Kris dengan satu kedipan ringan. Dan keduanya tertawa lepas.
Salah satu hal yang bisa membuat Baekhyun tertawa lepas adalah saat menyenangkan di tempat kerja.
.
.
Mungkin Kris benar tentang virus flu karena perubahan cuaca ekstrem yang membuat tubuh Baekhyun berantakan. Setelah jam kerjanya berakhir, Baekhyun nyaris tidak bisa sampai di apartemen Chanyeol. Tubuhnya gemetar –menggigil karena demam, sedangkan kepalanya berdenyut nyeri sejak tadi.
Bahkan obat yang Kris berikan tidak berdampak apapun pada tubuhnya.
Setelah menguatkan diri untuk mandi air panas sebentar, Baekhyun merebahkan tubuh di atas ranjang, kemudian menarik selimut tebal untuk mengurangi rasa menggigil yang menyerang tubuhnya. Baekhyun beruntung saat ia pulang Chanyeol belum ada di apartemennya, sehingga Baekhyun tak perlu mencari alasan untuk berpura-pura bahagia di depan Chanyeol.
Yah, selama ini, sebisa mungkin Baekhyun selalu menunjukan rasa bahagia di depan Chanyeol. Baekhyun tau Chanyeol sudah memiliki masalah yang berat di luar sana –masalah pekerjaan dan juga masalah gadisnya itu. Jadi Baekhyun tak ingin Chanyeol semakin merasa tertekan saat di rumah.
Berkorban?
Ah, bukan, Baekhyun hanya berharap Chanyeol tidak semakin membencinya.
Baru Baekhyun merebahkan dirinya beberapa menit –ia bahkan belum terlelap, sebuah suara pintu yang dibanting dengan keras membuat gadis itu mendongak. Ia sedikit mengerang saat kepalanya berdenyut lagi. Dari kejauhan, dengan penerangan remang, Baekhyun melihat Chanyeol berdiri disana. Pria itu melangkahkan kakinya dengan cepat memasuki kamar Baekhyun.
Kumohon jangan sekarang.
"Oh, Chanyeol, kau sudah pulang?" sapa Baekhyun, sedikit mengangkat kepala dan tersenyum pada pria itu.
Kening Baekhyun berkerut menahan sakit.
Chanyeol mengernyit, sedikit melonggarkan dasi berwarna abu-abu pekat yang membingkai lehernya. "Apa kau tak bisa melihatnya?" balas Chanyeol angkuh.
Baekhyun tersenyum lagi, berusaha untuk mengendalikan kesadarannya yang tipis. Kepalanya mulai berdenyut nyeri lagi, memberontak meminta istirahat. "Aku membelikanmu udon, masih hangat, kuletakkan di atas meja makan," bisik Baekhyun, suaranya terdengar parau, nyaris habis.
"Apa kau pikir aku tak punya mata untuk melihat itu?" balas Chanyeol, kini sudah berada di samping ranjang Baekhyun dan memandangi gadis itu dengan pandangan tidak suka yang terpancar jelas di dalam keremangan cahaya samar.
Baekhyun tersenyum. "Maaf," ucapnya pelan.
"Bangun," perintah Chanyeol dengan suara keras, ia menarik tangan Baekhyun dengan kasar. Gadis itu sedikit memekik saat ia merasakan tubuhnya menyentuh udara dingin dan kepalanya yang semakin berdenyut.
Sial.
"Chanyeol, jangan, kumohon," Baekhyun merintih saat Chanyeol membuka piyama tidurnya dengan paksa. Jemari pria itu nyaris merobek kancing piyama Baekhyun dengan satu gerakan cepat. Deru napas Chanyeol mulai memburu karena gairah yang menguasainya.
Chanyeol tertawa mengejek, ia berhasil meloloskan piyama Baekhyun sehingga membuat tubuh polosnya mengigil karena udara dingin. "Sudah kubilang jangan pernah menolakku," balas Chanyeol dengan suara berat.
Baekhyun mengerang saat tubuhnya dengan kasar membentur ranjang empuk di bawahnya –kepalanya benar-benar berdenyut nyeri sekarang. Dengan cepat, Chanyeol merangkak di atas tubuhnya, sebelah tangan menahan tangan Baekhyun yang sedikit meronta, sedangkan sebelah tangan mulai membuka kemejanya sendiri.
Chanyeol memandangi Baekhyun dengan tatapan menyeramkan, dan Baekhyun harus menahan napas karena itu.
Kumohon jangan sekarang.
Bibir Chanyeol yang panas dengan paksa meraup bibirnya –itu membuat Baekhyun semakin kehabisan napas dan terengah. Bibir Chanyeol begitu menuntut, bergerak dengan paksa, menyesap dan menggigit bibirnya dengan gerakan cepat. Baekhyun kehabisan napas, tubuhnya melemas di bawah cengkeraman dan ciuman Chanyeol.
Sakit, Chanyeol, kumohon berhenti.
Baekhyun berusaha tidak meronta karena itu hanya akan membuat tenaganya habis dan kepalanya semakin sakit.
Bibir Chanyeol perlahan melepaskan bibirnya –membuat Baekhyun berhasil mengambil napas dengan rakus. "Chanyeol, kumohon," suara Baekhyun terdengar seperti orang sekarat.
Dan ya, mungkin dia sedang sekarat sekarang.
"Diam," bentak Chanyeol kasar. Bibir pria itu perlahan menyusuri leher Baekhyun, ia membuat jalan setapak basah dari leher, terus turun menuju dada, dan perlahan menyentuh perut gadis itu. "Aku penasaran," bisik Chanyeol dengan suara mengerikan, bibirnya menyesap dada Baekhyun dengan kasar. "Bagaimana rasanya mencintai tanpa dicintai, Byun Baekhyun?" ia terkekeh ringan dengan tawa mengejek.
Sakit.
"Chanyeol," rintih Baekhyun saat pria itu sudah berhasil melepaskan celananya –membuatnya telanjang. "Jangan lakukan ini, kumohon," tambah Baekhyun lagi.
Chanyeol tertawa lepas, terdengar angkuh ditelinga Baekhyun, ia menarik diri dari tubuh Baekhyun yang tidak terlindungi apapun. Dengan gerakan cepat, pria itu melepaskan celananya sendiri. Giginya yang tajam merobek bungkusan alumunium foil yang entah ia dapat dari mana, dan Baekhyun menahan napas.
Kepalanya benar-benar memberontak sekarang, Baekhyun mulai tak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Ia terlalu lemah, semuanya terlalu sakit untuk dirasakan.
Tapi Baekhyun sudah siap menerima rasa yang lebih sakit dari ini.
Dan Chanyeol mungkin akan membuat tubuhnya semakin memburuk.
"Kau yang menawarkan diri sebagai pelacurku, jadi berhentilah pura-pura menolak, Byun Baekhyun," suara Chanyeol terdengar penuh ancaman.
Chanyeol, kumohon.
Dan bersamaan dengan itu, tubuh Baekhyun melengkung saat Chanyeol memasukinya dengan dorongan kasar. Pria itu menyentaknya dengan cepat, bahkan sebelum Baekhyun menyadari apa yang Chanyeol lakukan, ia sudah memenuhi Baekhyun dengan sempurna.
Sakit, Chanyeol.
Tubuh Baekhyun terhentak-hentak di bawah kungkungan Chanyeol, ia tidak bisa melawan, tidak bisa menggerakkan tubuhnya untuk mendorong Chanyeol menghentikan kegilaan ini. Yang Baekhyun lakukan hanya melemaskan tubuh, merasakan rasa sakit yang perlahan menguasai dari puncak kepala hingga ujung kaki.
Cengkeraman Baekhyun pada lengan Chanyeol perlahan mengendur, pegangan gadis itu lepas dari tubuh Chanyeol yang sudah bergerak liar tanpa aturan. Bibirnya terbuka lebar untuk mendapatkan udara yang mendadak saja menjadi sesak. Baekhyun pikir ia mengerang, tapi suaranya terdengar seperti rintihan orang sekarat.
Sebelumnya, tubuh Baekhyun nyaris hancur, dan sekarang –dengan Chanyeol berada di dalamnya– Baekhyun sudah benar-benar tidak bisa merasakan apapun.
Semuanya terlalu sakit.
Dorongan Chanyeol yang semakin kuat di dalam tubuhnya membuat Baekhyun tak bisa memikirkan apapun. Kepalanya yang berdenyut nyeri perlahan terasa kosong, suara geraman buas Chanyeol ditelinganya pun semakin samar terdengar. Baekhyun pikir matanya terbuka, tapi ia mulai tak bisa melihat wajah Chanyeol di atas tubuhnya. Bayangan wajah Chanyeol perlahan memudar, tergantikan oleh warna hitam keabuan yang semakin pekat.
Dan saat warna hitam itu benar-benar mengusai kepalanya, suara geraman samar Chanyeol sudah tak bisa ia dengar lagi.
.
.
Baekhyun sedikit menggeliat saat matanya terbuka pagi ini, ia baru terbangun dari tidur –atau pingsan. Perlahan ia melirik jam dinding dan mendesah lega karena masih lama menuju kata terlambat. Entahlah, seolah sudah ada alarm di dalam kepalanya, Baekhyun selalu bangun sebelum matahari muncul.
Ia sedikit melirik ranjangnya yang kosong, sama seperti malam-malam sebelumnya, ia tak pernah mendapati Chanyeol di ranjangnya setelah menghabiskan malam panas bersama.
Baekhyun mengerang sedikit saat kembali merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Dengan kepala yang berdenyut nyeri, pangkal paha yang terasa ngilu, serta otot-otot tubuhnya yang kaku, Baekhyun berusaha bangkit. Tubuhnya sedikit oleng sebelum ia berhasil meraih pinggiran meja riasnya.
Desahan napas Baekhyun terdengar berat. Ia memandangi tubuhnya sendiri yang telanjang di dalam pantulan cermin besar. Perlahan, tangannya terangkat untuk menyentuh memar berwarna keunguan di sekitar dada dan juga pinggulnya. Mungkin cengkeraman Chanyeol semalam meninggalkan bekas ini.
Tanpa sadar Baekhyun tersenyum miris, semalam ia benar-benar tak bisa merasakan apapun. Melihat pangkal pahanya yang lebih sakit dari sebelumnya, Baekhyun berani bertaruh Chanyeol menidurinya berulang kali ketika dia sudah tidak sadar.
Luar biasa.
Dengan langkah yang sedikit gontai dan terhuyung, Baekhyun berusaha berjalan keluar kamar menuju kamar mandi. Ia harus membersihkan diri, membuatkan Chanyeol sarapan, dan pergi bekerja sebelum pria itu bangun.
Susah payah, akhirnya Baekhyun bisa meraih dapur setelah mandi dan berpakaian. Kepalanya masih berdenyut nyeri, tapi Baekhyun berusaha mengabaikan itu. Membuatkan Chanyeol sarapan dan segera pergi dari tempat itu jauh lebih penting daripada ia harus berhenti untuk beristirahat karena kepalanya yang luar biasa sakit.
Tanpa sadar, Baekhyun menjatuhkan pisau perak yang ia pegang, suaranya cukup melengking saat menyentuh lantai. Ia mengernyit sedikit, berharap suara keras barusan tidak membangunkan Chanyeol. Dengan suara yang lebih tipis, Baekhyun mengambil pisau lain dan kembali mengoleskan selai cokelat ke atas roti panggang.
Hanya itu yang mampu ia buat pagi ini.
Suara pintu terbuka dengan keras benar-benar membuat Baekhyun terkejut. Harapannya untuk tidak membangunkan Chanyeol lenyap saat ia melihat pria itu berdiri di depan pintu dengan wajah yang masih kusut.
Napas Baekhyun tercekat, mendadak rasa gugup menyerangnya.
Dengan cepat Baekhyun bangkit dari duduknya –dan berhasil mengerang karena kepalanya berdenyut lagi. Baekhyun harus cepat keluar dari sini sebelum Chanyeol semakin murka padanya.
"Tak bisakah kau diam," ucap Chanyeol dengan suara bentakan kasar.
Baekhyun tersenyum ringan. "Maaf, aku tidak sengaja," rintih Baekhyun dengan kening berkerut menahan sakit. Ia membungkuk untuk mengambil pisau yang jatuh itu, kemudian mengerang saat kepalanya berdenyut lebih keras dari sebelumnya.
Dengan mata terpejam, Baekhyun berusaha menghalau rasa sakit itu, ia mencengkeram pinggiran meja makan, samar-samar ia melihat Chanyeol yang memandanginya dengan tatapan bingung. Kemudian saat Chanyeol memanggil namanya dalam sebuah bentakan keras, Baekhyun tak bisa melihat apapun selain warna hitam.
Baekhyun bisa merasakan tubuhnya membentur sesuatu yang keras, tapi ia tidak merasakan sakit.
Begitu saja, Baekhyun kembali tak bisa merasakan tubuhnya.
.
.
Hal pertama yang Baekhyun lihat saat kedua matanya terbuka adalah lampu terang benderang yang menyilaukan. Ia harus mengerang tipis karena cahaya lampu itu seolah menusuk matanya, membuat kepalanya kembali berdenyut.
Dimana ini?
Perlahan, Baekhyun dapat merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ada rasa nyeri aneh yang menjalar dari pergelangan tangan menuju seluruh tubuhnya.
"Baekhyun, kau baik-baik saja?" sebuah suara yang sudah sangat Baekhyun kenal dengan baik terdengar ditelinganya. Baekhyun menoleh kearah suara itu, ia mendapati sosok pria jakung yang sedang memandanginya dengan tatapan penuh kecemasan.
Kris.
"Apa yang terjadi?" bisik Baekhyun, suaranya nyaris tak terdengar.
Kris mendesah lega. "Kau pingsan karena kelelahan. Bagaimana tekanan darahmu bisa serendah itu?" omel Kris.
Tunggu dulu.
Apa yang terjadi?
Tadi pagi..
Chanyeol..
"Bagaimana aku bisa disini?" tanya Baekhyun tiba-tiba, mendadak mengingat kejadian tadi pagi sebelum ia tidak sadar.
Kris menghela napas. "Aku menghubungimu karena kau terlambat kerja, dan seorang pria mengatakan kau sedang di rawat di UGD. Aku langsung berlari kemari," jelas Kris.
Chanyeol?
Baekhyun memejamkan mata saat nyeri di kepalanya kembali datang. "Dimana pria itu?" tanya Baekhyun dengan suara parau.
Kris menggeleng ringan. "Saat aku baru sampai, dia langsung pergi. Katanya sudah terlambat bekerja," Tanpa sadar, Baekhyun mendesah ringan.
Bajingan.
"Dia temanmu?"
Kuharap begitu.
Baekhyun mengganguk ringan, hanya sekedar tidak ingin membuat Kris bertanya lebih jauh tentang Chanyeol. "Apa aku sakit parah?" tanya Baekhyun dengan kekhawatiran yang jelas.
Kris menggeleng lagi. "Beruntungnya tidak, kau boleh pulang sore ini setelah menghabiskan satu botol infus lagi," pria itu sedikit tersenyum.
Tiba-tiba saja otak Baekhyun memutar kembali kejadian menyeramkan saat Chanyeol menyiksanya semalam. Ia tak boleh bertemu Chanyeol dulu sekarang karena pria itu hanya akan menyetubuhinya lagi tanpa ampun. Baekhyun harus menghindari Chanyeol hingga tubuhnya membaik dan siap menerima siksaan Chanyeol lagi.
Tapi kemana aku harus pergi?
Baekhyun tak bisa pulang ke apartemennya karena Chanyeol bisa saja menyeretnya keluar dari sana.
Tanpa sadar, Baekhyun menoleh kearah Kris. "Kris?" panggilnya dengan suara lemah. Kris hanya menjawab dengan gumaman ringan, mendekatkan wajahnya agar bisa mendengar suara Baekhyun lebih jelas. "Bisa aku minta tolong satu hal padamu?"
Kris mengangguk yakin. "Katakan saja,"
Baekhyun membuang napas satu kali. "Bawa aku pulang bersamamu, kumohon,"
"Apa kau bilang?"
.
.
TBC (?)
.
.
Hello~ FF ChanBaek lagi nih dalam rangka Birthday Event PCY, jadi sebenernya udah janji bakalan update FF berjamaah bareng kakak-kakak Author CB lainnya, jadilah saya upload FF ini (kok banyak banget FF ChanBaek yang kutulis, ya, btw, tapi gapapa) Ini FF request-an dari kak NaomiRB soalnya pengen lihat CY jadi semacam jahat gitulah, akhirnya kepikiran untuk buat seperti ini, semoga tidak mengecewakan ya kakak NaomiRB~
Ide cerita awal terinspirasi oleh lagu I Hate You I Love You – Gnash ft. Olivia O'Brien, jadi mungkin sebagian lirik lagu itu saya masukin disini /asyik/ oke, lanjut. Kan di FF lain yang ChanBaek pada baik-baik kan CY-nya pada so sweet so sweet gitu kan, tapi untuk sekarang ini akan kujadikan dia pria jahat /apasih/ pokoknya gitu lah.
Jangan tanya siapa nama pacar CY, nggak akan dikasih nama, biar semua readers fokus sama ChanBaek aja. Dan karena POV BBH, jadi pacar CY nggak diceritain mendetail /bayangin aja cewe itu sesuai imajinasi readers masing-masing, uhuk/ Silahkan kalo mau nanya hal-hal yang masih bingung, kali aja kalo ada chapter depan bisa dijawab kan ya~
Masih nggak tau juga ini mau dibikin one-shoot atau ber-chapter, bergantung kalo ada yang minat baca /apasih(2)/
Baru kali ini nulis FF sambil gemeteran, soalnya ngrasa nggak kuat kalo diposisi BBH /eh, ga ding, ternyata Authornya nulis pas laper, apasih(3)/
Udahlah, daripada semakin random, silahkan review ya~ sampaikan saran komentar kritik di kolom review, Author tunggu.
Sekian, lebih kurangnya mohon maaf dan terima kasih sudah membca~~
Chapter depan nunggu respon readers dulu lah~
Jangan lupa review ya~
With love,
lolipopsehun
Update with redapplee, hyurien92, pupuputri, sayaka dini, jongtakgu88, flameshine, summerlight92, myka reien, princepink, oh lana, baekhyeol, chanbaexo, cactus93, honeymellow, ichativa, mashedpootato, parkayoung, baekbychuu, railasha61, uput0461, chiakibee, brida wu, mtrmd. Please kindly check their stories too~
