Kaki itu terus berlari tak tentu arah melewati gang-gang sempit, sesekali dia menengok ke belakang. Seseorang berpakaian hitam dengan membawa sebuah pedang yang cukup panjang tengah mengejarnya.
Gadis berseragam sekolah itu masih terus berlari sambil menahan rasa sakit pada tangannya. Tangan kanannya sudah merasakan tajamya pedang itu. Darahnya terus mengalir tak mau berhenti.
Dengan sekuat tenaga dia menekan lukanya agar dia tidak kehabisan darah. Gadis itu masih belum ingin mati, ini sebuah kesalahan fatal yang tidak ia sengaja. Seharusnya dia tidak menolong wanita tadi.
Langkahnya tiba tiba berhenti saat dia menabrak seseorang.
Seorang lelaki berambut pirang yang sama berpakaian hitam.
Entah mengapa mata gadis itu tak mau lepas dari laki laki yang ada di hadapannya. Pikirannya sudah tidak bisa bekerja sekarang.
Tanpa sadar lelaki yang mengejarnya tadi sudah berada tepat di belakangnya hendak mengayunkan pedangnya pada leher gadis itu.
Dengan cepat lelaki yang di tabraknya tadi menahan pedang itu agar tak menembus lehernya. Darah mengucur deras dari tangannya. Dengan sekuat tenaga lelaki berambut pirang itu menendang lelaki yang membawa pedang, hingga dia terhuyung ke belakang.
Tangannya yang berdarah meraih tangan gadis itu, mengajaknya untuk berlari lagi. Tanpa sengaja telapak tangannya yang terluka memegang tangan gadis itu yang juga terluka.
Darah mereka menyatu.
Sebuah keanehan pada tubuhnya di rasakan lelaki itu. Dia berhenti tiba-tiba, yang membuat gadis itu juga ikut berhenti. Nafasnya tercekat, tubuhnya terasa lemas tidak bisa di gerakan.
Darah mereka menetes pada jalanan yang basah akibat hujan. Gadis itu menoleh kebelakang, laki laki yang membawa pedang tadi sudah dekat.
Dia begitu panik.
Ingin mengajak lelaki yang bersamanya ini berlari lagi. Tapi, tubuh laki-laki itu sudah ambruk menimpanya.
Gadis itu jatuh terduduk dengan lelaki itu yang berada di pelukannya. Saat ini dia sudah tidak bisa berbuat apa apa lagi, sepertinya dia menyerah. Lelaki yang membawa pedang tadi sudah beberapa langkah di depan mereka.
Lelaki itu melangkah pelan menghampiri mereka, seringaian tampak terukir pada wajahnya.
Gadis itu hanya menunduk. Dia terlalu takut untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.
Tangan lelaki bersurai pirang itu mulai lemas, pegangan tangannya terlepas dari gadis itu.
Darah yang masih mengalir dari gadis itu menetes mengenai kalung yang di pakai lelaki itu.
Tiba tiba saja sebuah angin besar datang dan cahaya yang sangat terang muncul, seperti keluar dari dalam tanah.
Gadis itu memejamkan matanya karena silau, saat dirasa cahaya terang dan angin besar tadi menghilang dia kembali membuka matanya perlahan.
Dan, semua menghilang. Matanya mengitari setiap sudut jalan. Tidak ada apapun. Bahkan lelaki yang berada di pelukannya tadi pun ikut menghilang.
Dia membuka telapak tangannya perlahan, entah sejak kapan dia menggenggam satu kelopak mawar bewarna biru.
Luka yang cukup dalam pada tangannya juga menghilang, semua ini seperti tak pernah terjadi sesuatu.
Perasaannya bercampur antara takut dan tidak mengerti. Kepalanya mendadak pusing, pandangannya menjadi kabur dan selanjutnya, dia tidak tahu apa yang terjadi.
PARALLEL UNIVERSE
Daehyun X Youngjae
By : Dienai
Chapter 1
.
.
.
Hiruk-pikuk kota metropolitan Seoul, saat pagi hari adalah waktu untuk memulai kesibukan penghuninya.
Sama halnya dengan penghuni salah satu rumah di tengah padatnya perumahan di kota itu. Seorang wanita yang sudah memasuki umur empat puluhan tengah sibuk dengan peralatan masaknya. Meski usianya sudah berkepala empat. Wanita itu masih terlihat cantik.
Sama halnya dengan seorang laki-laki manis berambut coklat, tampak sibuk memasang dasi sekolahnya di depan cermin yang berada di kamarnya. tiga puluh menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi. Sedangkan jarak rumah dan sekolahnya cukup jauh.
Samar-samar terdengar suara wanita yang berada di lantai satu meneriakan namanya. Menyuruhnya untuk cepat turun.
Setelah selesai, dia menyahut tas dan blazernya kemudian bergegas menuju meja makan.
"apa nanti kau tidak terlambat Youngjae ?. kau bawa bekal yang sudah bibi buat saja." Ujar wanita itu saat melihat keponakannya duduk untuk makan.
"tidak usah bibi. Aku tidak akan terlambat."
Youngjae menikmati makanannya meski sedikit terburu-buru. Setelah makanannya habis, dia berpamitan pada adik ibunya itu dan bergegas keluar sambil memakai blazernya.
.
Beberapa murid tampak sedikit berlari memasuki gerbang sekolah. Termasuk seorang siswa tampan dengan name tag 'Mark Tuan' pada seragamnya.
Dia tiba-tiba berhenti lalu berdiri di depan gerbang. Sedang menunggu temannya.
Laki-laki manis berambut coklat sedang berjalan santai di kejauhan. Laki-laki tampan itu melihat jam tangannya dan menatap temannya jengah. Lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. Kenapa laki-laki manis itu bisa sangat santai.
"Youngjae-ah cepat !." teriak Mark. Sedangkan yang di teriaki terlihat tak peduli.
"kenapa kau berdiri disini." kata si manis Youngjae saat berada di depan lelaki tampan itu.
"menunggumu bodoh."
Sesaat kemudian bel masuk berbunyi nyaring.
"ya! Kita harus cepat. jika terlambat kita akan di habisi Ahn Seonsaengnim." Mark mulai berlari sedangkan Youngjae tetap berjalan santai.
"Mark, jangan berlari. Ahn Seonsaengnim tidak akan masuk kelas hari ini."
Mark tiba-tiba berhenti, Youngjae merangkulnya saat mereka sudah sejajar.
"benarkah ?."
"mungkin saja." Youngjae mengendikan bahunya.
Mark sudah akan kembali berlari, tapi Youngjae menarik kerah bajunya. Dan laki-laki manis itu kembali merangkulnya.
"setidaknya jika kau di hukum, aku akan menemanimu." Ujar Youngjae.
"pikiran macam apa yang seperti itu."
"aku kan setia kawan."
"aku tidak tahu kenapa aku punya teman sepertimu." Gumam Mark.
Youngjae hanya tertawa dan menepuk punggung Mark sambil berjalan santai menuju kelas mereka yang berada di lantai tiga.
.
.
Saat jam istirahat, beberapa siswa tampak berkumpul di pinggir lapangan. Melihat tim basket sekolah mereka yang sedang berlatih untuk perlombaan antar sekolah bulan depan.
Youngjae yang sudah menampakan raut bosan, duduk di bangku pinggir lapangan bersama seorang laki-laki manis berambut hitam.
"Jinyoung-ah. Kita ke kantin saja. Aku sudah lapar." Keluh Youngjae pada teman manisnya itu.
"sebentar lagi mereka selesai." jawab Jinyoung.
Tak lama beberapa siswa yang berada di tengah lapangan membubarkan diri setelah mendapat arahan dari pelatih.
Jinyoung meninggalkan Youngjae. Dengan membawa handuk dan satu botol air mineral, dia menghampiri kekasihnya. Mark.
Youngjae menatap jengah pada dua teman sekelasnya itu kemudian menyangga kepalanya dengan tangan. Kenapa mereka tidak bisa memilih tempat jika ingin bermesraan.
.
Seorang laki-laki bersurai pirang dengan pakaian khas bangsawan Eropa berdiri di atas rooftop gedung setinggi empat lantai itu. Mata tajamnya tak pernah lepas dari sosok manis berambut coklat yang duduk di pinggir lapangan.
Dia mendongak menatap langit lalu kembali memperhatikan laki-laki manis itu sebelum menghilang dari sana. Meninggalkan beberapa kelopak mawar biru yang kemudian di terbangkan oleh angin.
Salah satu kelopak mawar itu jatuh tepat di bawah kaki Youngjae. Dia menautkan alisnya sebelum merendahkan tubuhnya untuk mengambil kelopak mawar itu.
Lalu, hazelnya bergerilya ke seluruh sudut sekolah. Darimana datangnya ini ?. setahunya tidak ada tanaman mawar di sekolahnya. Apalagi bewarna biru. Bukankah mawar biru hanya mitos ?.
"Youngjae." Suara Mark mengintrupsinya. Dia menoleh pada laki-laki tampan itu.
"sedang mencari apa ?." tanya Mark.
"tidak. Ini-"
Youngjae membuka genggaman tangannya kemudian matanya membola.
Kelopak mawarnya hilang.
"kenapa ?." tanya Jinyoung.
Youngjae tak menjawab, dia hanya mengedip-ngedipkan matanya karena kebingungan. Apa dia hanya berhalusinasi tentang kelopak mawar itu.
"Youngjae. Kau ini kenapa ?." tanya Jinyoung kembali. "apa karena lapar kau jadi seperti orang bingung ?." lanjutnya.
"ya sudah. kita ke kantin saja. Sebelum bel masuk." Sahut Mark.
Youngjae berdiri dan mengendikan bahunya. Tak mau memikirkannya lebih jauh. Mungkin dia benar berhalusinasi.
Karena lapar ?.
.
.
Daejae
.
.
Laki-laki manis dengan seragam sekolah lengkap itu mendengus sebal saat memasuki sebuah ruangan besar yang di penuhi buku buku. Untuk laki-laki semacam dirinya ini adalah tempat asing.
"Youngjae-ah kau cari di sebelah sana." Intrupsi Jinyoung yang datang bersamanya tadi dengan menunjuk rak yang di penuhi buku buku tebal.
Youngjae lagi lagi mendengus sebal. Walau begitu dia tetap melakukannya.
Dia terlihat bingung harus memilih buku yang mana untuk dijadikan refrensi tugas kelompoknya.
"Kenapa semua bukunya tebal. Sama sekali tidak ada yang bisa dipilih." omelnya sendiri.
matanya menangkap sebuah buku yang begitu berbeda dari buku buku yang berjejer di depannya.
Tanpa ragu dia mengambil buku itu. Dia menengok sekitar. Di blok ini tempat khusus buku buku setebal kamus. Tapi kenapa buku bersampul beludru bewarna hitam, setebal novel picisan ini berada disini ?.
Knight of The Darkness
Adalah judul yang tertera disana.
"Youngjae-ah"
Youngjae mengurungkan niatnya saat akan membuka buku tersebut.
"Kau sudah menemukannya ?" tanya Jinyoung.
"Belum."
"Mungkin ini bisa di jadikan refrensi." Jinyoung menunjukan buku yang di pegangnya "Itu buku apa ?." tanyanya kemudian dia menunjuk buku yang di pegang Youngjae.
"Entahlah. Sepertinya seseorang tidak mengembalikan pada tempatnya." Youngjae mengacungkan bukunya.
"Ah, buku fiksi." ucap Jinyoung setelah membaca judulnya.
"jika sudah dapat kita pulang saja. Aku tidak betah disini." Ajak Youngjae.
Mereka berdua segera menuju meja penjaga perpustakaan. Jinyoung melirik Youngjae saat dia memberikan buku bersampul hitam tadi pada penjaga perpustakaan untuk dicatat.
"Kau mengambil buku itu ?" tanya Jinyoung.
"Aku juga butuh hiburan."
.
.
matahari sebentar lagi sudah akan tenggelam. Youngjae dan Jinyoung berjalan beriringan menyusuri jalanan perumahan. Mereka berhenti saat sampai di sebuah pertigaan
"Youngjae. Nanti aku datang ke rumahmu dulu atau kita langsung bertemu saja di rumah Mark." Ucap Jinyoung.
"kita bertemu di rumah Mark saja, jam delapan. Ok." Jawab Youngjae dengan menunjukan 'OK' sign.
Kemudian, mereka berpisah. Jinyoung berjalan lurus sedangkan dia belok kanan.
Youngjae berjalan pelan, meski hari semakin gelap. Rumahnya sudah tak terlalu jauh. Bibinya juga pasti belum pulang.
TAP
TAP
Dia berhenti saat mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Kemudian menengok, tak ada siapapun.
Apa hanya salah dengar ?.
Laki-laki manis itu kembali berjalan. Dan suara langkah kaki itu kembali terdengar.
Dia berhenti, suara langkah itu juga ikut berhenti. Saat menengok ke belakang pun masih tetap tak ada siapapun.
Merasa takut, Youngjae segera berlari. Dan suara langkah kaki itu juga terdengar seperti berlari. Dia mempercepat larinya, hingga tak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri.
BRUUK
Youngjae meringis karena telapak tangan dan lututnya membentur aspal. Lututnya sepertinya baik-baik saja karena dia mengenakan celana panjang. Tapi telapak tangan kirinya berdarah karena tergores aspal.
Suara langkah kaki itu menghilang. Dia kembali menengok ke belakang.
"kau baik-baik saja ?."
Youngjae berjinggat hingga dia terduduk di aspal.
Seorang laki-laki bersurai pirang berada di hadapannya.
Sejak kapan ?
Dia menatap laki-laki itu yang tengah tersenyum padanya. dia tak mengerti, tubuhnya seperti tak bisa di gerakan. Senyuman laki-laki ini seakan menyedot seluruh energinya.
Laki-laki itu meraih tangan Youngjae yang terluka, mengusap darahnya dengan sebuah sapu tangan. Kemudian membantu Youngjae untuk berdiri.
"cepat pulang, dan obati lukamu." Laki-laki bersurai pirang itu kembali tersenyum dan mengusap rambut coklat Youngjae sebelum meninggalkannya.
Youngjae hanya bisa terpaku pada tempatnya kemudian memegang rambutnya yang baru saja di usap laki-laki itu.
Dia merengut, memikirkan sesuatu. Kenapa laki-laki itu berpakaian aneh. Persis seperti seorang bangsawan eropa yang sering ia lihat di film.
Youngjae segera menoleh kebelakang, laki-laki itu sudah tak ada.
"cepat sekali perginya. Aku lupa mengucapkan terima kasih." Gumamnya sendiri.
.
.
Youngjae melempar tasnya sembarangan pada meja belajar setelah membuka jendela kamarnya dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.
Hari ini sangat melelahkan. Dia ingin tidur sebentar, baru setelah itu mandi.
Tapi baru saja terpejam, dia kembali membuka matanya. Teringat akan buku yang di bawanya dari perpustakaan tadi.
Dia segera bangkit dan mengambil bukunya. Duduk di depan meja belajarnya yang langsung menghadap jendela.
Dia membaca judul bukunya sekali lagi sebelum membuka halaman pertama. Halamannya bewarna kecoklatan seperti buku berpuluh tahun yang lalu.
'Sebuah dunia yang tidak pernah kau tahu.'
Youngjae menautkan alisnya.
Hanya itu ?.
Lalu, membalik halamannya lagi. Kosong. Tak ada tulisan apapun.
Dia membaliknya lagi secara acak. Dan berhenti, saat menemukan sebuah tulisan.
'Hanya ada kehancuran dan ketidak bahagian. Semua karena kegelapan itu.'
Youngjae kembali membalik halamannya.
'Langit telah memilih para Knight nya.'
Lagi-lagi dia mengerutkan keningnya sebelum kembali membalik halaman selanjutnya.
'jika kau ingin masuk dan bergabung.'
'kau bisa memberikan jiwamu'
'melalui darahmu.'
Youngjae melempar buku itu begitu saja ke atas meja belajar. "buku macam apa ini ? tidak menarik." Gerutunya.
Dia kembali menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur kemudian memejamkan matanya. Dengan perlahan kesadarannya mulai tertarik ke alam mimpi.
Angin berhembus lembut masuk ke dalam kamar Youngjae, menerbangkan tirai jendelanya.
Beberapa helai kelopak mawar biru terbawa angin masuk ke dalam kamarnya. Helaian kelopak mawar itu mulai membentuk sosok laki-laki bersurai pirang.
Laki-laki itu menghampiri Youngjae yang sedang tertidur pulas. Dia tersenyum.
"kenapa kau bisa begitu sangat manis. Mirip dengan Suyeon." Ucap laki-laki itu pelan.
Dia beranjak dari sana menuju meja belajar Youngjae, mengeluarkan sapu tangan yang dia gunakan untuk mengusap darah Youngjae dan meletakannya di tengah halaman buku bersampul hitam itu.
Laki-laki bersurai pirang itu menengok pada Youngjae sebentar sebelum menghilang dari sana membawa serta buku itu.
.
.
Daejae
.
.
Youngjae mengerjapkan matanya saat dirasa ada yang menepuk pipinya pelan. Perlahan, seseorang tertangkap mata sayu khas orang bangun tidurnya.
Dia mengerutkan kening ketika dia benar benar sudah terbiasa dengan cahaya matahari yang masuk ke retinanya.
Matahari ?
Apa ini sudah pagi ?
Dia ingat jika memiliki janji dengan Jinyoung dan Mark.
Youngjae terperanjat. Maksud hati ingin menengok jam dinding tapi hanya bangunan rusak sejauh matanya memandang. Berada dimana dia sekarang ?.
Mimpi ?
"Kau tidak apa ?." intrupsi seseorang menyadarkan kebingungannya.
Youngjae menatap orang di depannya dengan pakaian bewarna biru bergaris putih, berambut hitam dan membawa seperti sebuah pedang yang tersampir di punggungnya. Di belakangnya juga terdapat orang dengan ciri ciri yang sama hanya berambut kemerahan.
"Ini dimana ?." tanya Youngjae.
BOOM
Terdengar suara ledakan keras. Reflek, laki-laki berambut hitam di depan Youngjae memeluknya. Kepulan asap muncul tak jauh dari mereka.
"Daehyun, lebih baik kita kembali ke tempat kita. Disini terlalu berbahaya." intrupsi laki laki berambut kemerahan.
"Kau baik-baik saja kan ? Bisa berjalan ?." Daehyun nama laki laki berambut hitam itu menuntun Youngjae agar berdiri.
"kemana ?" tanya Youngjae yang masih tidak mengerti.
"Ketempat yang lebih aman." jawab Daehyun.
.
.
.
Daejae
.
.
.
TBC
Outfit nya Daehyun dan teman-temannya nanti. Bisa di bayangkan waktu B.A.P era Badman. Hehehe~
Mind to review ? :)
Krisar ? Juseyo~
