Minna-chan! (teriak heboh)#plakdiambaka#...
Yeo yo come back dengan cerita baru #lemparsendal# minna : mana lanjutan "monster" baka!
Hehehe gomen minna...
Yeo yo lagi terinspirasi cerita baru nih...
Terinspirasi dari sesuatu hihihi, setelah melalui proses casting #plaklebay# akhirnya terpilihlah Sai-koi sebagai aktornya soalnya karakternya cocok banget sama dia. Lalu berhubung saya pecinta Sakura, yah akhirnya terpilihlah dia sebagai aktris utama. Dan Sasuke-kun sebagai pemeran aktor lainnya soalnya cocok karakternya sama yang aku cari wkwkwk.
Jangan khawatir minna-chan, fic "monster" lagi dalam proses pembuatan, mungkin hari sabtu dah updet. Gomen lama banget. Yeo yo lagi uts soalnya. Ni fic yeo yo buat di tenga-tengah kegalauan dan kejenuhan #plaklebay# yeo yo menghadapi uts.
Oke ga usah lama-lama langsung saja yeo yo persembahkan jengjengjeng...
INNONCENT MAN
Naruto milik Masashi Khisimoto Sensei
Innoncent Man punya Yeo yo chan
Boleh di copy ga boleh di paste
Genre : Ga jelas, kayaknya sih banyak Actionnya, tapi di genre ffn ga ada pilihan action. Yang menang banyak sih Friendship, Hurt/Comfort, romance. Silahkan minna-chan tentuin sendiri sesuka hati.
Pairing : Sai, Sakura, Sasuke, Naruto
Rate : M buat jaga-jaga soalnya nanti ada adegan sedikit vulgar hehehe fic rate M percobaan semoga ga gagal#plakk#
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kalo ada kesamaan crita, plot, alur dan setting, itu hanya kebetulan semata. Tapi kalau ada kesamaan nama, tempat dan sifat itu memang disengaja wkwkwk
Summary : Sai, pemuda yang dididik dari lahir dalam lingkungan militer fanatik untuk menjadi manusia tanpa emosi. Hanya ada dua pilihan dalam hidupnya. Hidup atau mati. Sasuke, pemuda yang rela berkhianat dan menjadi buronan negaranya demi cinta pertamanya. Namun pengkhianatan sang pujaan hati menghilangkan semua emosinya. Hanya ada balas dendam di hidupnya. Sakura, gadis emosional yang bermental baja dan mudah meledak-ledak. Kelemahannya hanya satu. Naruto. Saudara angkatnya. Bagaimana benang merah takdir mengikat mereka?
Chapter 1 : Cat Women dan her seven soul
"Eagle eyes roger... alpha 001 masuk ganti roger"
"Alpha 001 diterima ganti roger"
"tim kalian sudah siap? ganti roger"
"Kami siap ganti roger"
"Ice Bear roger...alpha 001 masuk ganti roger"
"Alpha 001 diterima ganti roger"
"Kalian sudah siap ganti roger"
"Kami selalu siap ganti roger"
"Good... semua bergerak kalau..."
DOOOR...DOR...DOR
DOR...DOR...DOR
Belum selesai Sakura memberi intruksi, suara dua senjata yang saling beradu tembak membuatnya tersentak kaget. Secepat kilat ia menoleh dan terbelalak kaget kala melihat seorang pemuda berambut pirang yang keluar dari persembunyiannya dan berusaha menembak seorang pria bermasker hitam yang sedang berusaha untuk masuk kedalam gedung tua di depan mereka. Sakura berdecih saat tahu pemuda pirang itu bergerak tanpa intruksinya terlebih dahulu.
"Cih seperti biasa..." desisnya pelan. Ia terbelalak saat melihat seorang pria bertopeng lainnya dari arah yang sedikit serong dari posisi rekan pirangnya itu mengancungkan senjatanya pada pemuda itu. Dengan segera ia berlari dan menggulingkan tubuhnya kemudian mengambil posisi berjongkok lalu menembak pria itu. Detik berikut pria itu ambruk setelah sebelumnya ia sempat menembak Naruto yang sepertinya tidak mengenai sasaran karena Sakura melihat rekan pirangnya itu masih berdiri kokoh. Tanpa pikir panjang lagi ia segera enyah dari situ untuk mencari tempat persembunyian, begitu pula dengan rekan pirangnya itu
Sakura terengah sambil berusaha menyembunyikan tubuhnya di balik sebuah tembok yang sudah ambruk separuh bagiannya. Sambil memegang handgun yang di arahkan kebawah dengan kedua tangannya, gadis itu mengedarkan pandangannya menatap rekannya untuk memastikan keadaannya. Banyak emosi yang terpancar dari manik emeraldnya. Takut, panik, kesal bercampur menjadi satu.
Di depannya ia bisa melihat seorang pria berambut pirang jabrik tampak memegang handgun dengan sebuah luka gores di pipi kanannya. Melayangkan pandangan kesal pada pemuda yang kini juga tengah menatapnya karena tindakan cerobohnya, Sakura hanya mengumpat saat tidak mendapatkan tatapan bersalah sedikitpun dari rekannya itu.
"Terima kasih Sakura-chan. Kau menyelamatkanku" Sakura berang mendengar kata-kata sahabat pirangnya melalui earphone yang di pakainya.
"Baka! Sudah ku bilang berapa kali! Bergerak kalau sudah kuberikan intruksi! Apa kau tuli!" bentaknya. Naruto hanya cengengesan mendengarnya membuat Sakura hanya mendengus menatapnya.
"Gomen Sakura-chan. Jangan terlalu kaku begitu. Aku hanya reflek karena melihat salah satu dari mereka tadi. menunggu intruksimu terlalu lama. Bisa-bisa mereka akan berhasil kabur" kata-kata yang membuat Sakura naik darah. Tidak tahukah pemuda pirang itu, kalau Sakura tadi mengkhawatirkannya? Yah Sakura takut. Ia sangat takut Naruto terluka. Membayangkannya membuat giginya bergemerutuk marah. airmatanya mengambang.
"Baka! Kau mau membuatku gila hah!"
"Hentikan Sakura!" suara yang terdengar dari earphone menghentikan perdebatan mereka berdua. Sakura berusaha mengatur nafasnya yang tidak teratur karena emosinya tadi. sakura mengenali suara ini. Shikamaru. "Jangan buang waktu dan energimu. Fokus!" kata-kata tegas itu membuat Sakura kembali ingat akan misi mereka. Misi untuk menangkap seorang penyusup. Penyusup yang telah membuat keributan di pusat pemerintahan kota Tokyo. Ingatannya melayang pada perkataan Komandannya yang membuatnya saat ini begitu menggebu untuk meringkus penyusup tersebut.
"Kemungkinan pengeboman kantor kedubes Amerika Serikat ini, ada hubungannya dengannya" perkataan yang sontak membuat rahang Sakura mengeras seperti saat ini. Sedikit menggeram, Sakura mengalihkan perhatiaannya dari Naruto dan kembali memperhatikan bangunan tua di depannya.
"Si baka itu akan kubunuh nanti" batinnya geram. Ia melihat pria yang tadi ditembak sudah tidak bergerak. Agaknya pria itu telah meregang nyawa. Ia kembali memperhatikan sekeliling.
"Eagle Eyes ... apa kau melihat tanda-tanda berbahaya di sekeliling gedung itu?" Sakura berbicara melalui earphonenya.
"Tunggu sebentar, aku akan memastikan" jawaban dari seberang membuat Sakura sedikit mengerutkan alisnya tegang. "Tidak ada tanda-tanda orang di sekitar halaman, apa rencanamu?" setelah beberapa saat kembali terdengar jawaban dari seberang.
"Fire Wolf masuk! Eagle Eyes segera beritahu kalau kau melihat sesuatu dari luar! Ice Bear segera masuk bila kuberi tanda!" perintah Sakura.
"Baik!" sontak semua bagian menjawab kompak. Sakura memberi tanda dengan tangan membuat beberapa pemuda termasuk dirinya mulai mendekati gedung tua itu dengan langkah mengendap-endap. Tampaknya merekalah yang menjadi tim Fire Wolf. Sakura sedikit melirik Naruto yang berada tak jauh darinya. Menghela nafas frustasi, ia mencoba untuk mengendalikan emosinya pada pemuda itu.
Mereka berdiri beberapa saat di sebelah pintu masuk gedung itu. Sakura memberi kode kepada dua orang pemuda untuk terlebih dahulu yang dijawab dengan anggukan dari keduanya. Kemudian ia memberi kode kepada dua pemuda lain untuk masuk kemudian. Sama seperti dua pemuda sebelumnya mereka hanya mengangguk patuh. Terakhir ia memberi kode untuk Naruto untuk melindungi keempat pemuda itu bersama dirinya. Sedikit tidak terima dengan keputusan Sakura karena bukan dirinya yang di depan, Naruto berdecih namun akhirnya ia mengangguk tidak ikhlas.
Sakura mengangkat tangannya di udara seperti menyuruh mereka menunggu, ia kemudian sedikit melongok ke dalam gedung itu. Merasa yakin ia kemudian mengayunkan tangannya, memberi kode kepada mereka semua untuk menjalankan apa yang diintruksikan. Detik berikutnya, secepat kilat dua orang masuk diikuti beberapa orang tim di sebelahnya kemudian dua orang lain mengikuti beserta beberapa orang timnya dan terakhir Sakura masuk bersama Naruto bersama timnya. Mereka berdiri sambil mengancungkan senjata mereka siaga. Namun yang membuat dahi Sakura berkerut, ia tidak menemukan apapun di ruangan ini. Padahal ia yakin sekali kalau tadi para penyusup itu masuk ke gedung ini. Sakura berdecih kemudian membuka helm anti pelurunya. Sementara anak buahnya mulai menyisir seluruh ruangan.
"Eagle Eyes ... apa yang kau lakukan! Mereka tidak ada di sini! Apa saja yang kau perhatikan dari tadi?!" bentaknya geram.
"Tapi tidak ada tanda-tanda mereka keluar. Aku yakin!" jawaban dari seberang membuat dahi Sakura tambah berkerut.
"Lalu bagaimana mereka bisa menghilang?! Aku yakin mereka masuk kesini!"
"Aku tidak tahu" Sakura menggeram.
"Sakura-chan!" Sakura reflek menoleh khawatir mendengar suara yang berteriak memanggilnya. Ia tahu suara ini. Naruto. Ada apa? Ia mendapati sahabatnya itu bergetar menatap sesuatu. Dengan panik bercampur cemas Sakura berlari mendekat ke arah Naruto.
"Naruto ada apa?!" teriaknya penuh kekhawatiran. Ia menyentuh pundak pemuda itu. Dengan tangan bergetar Naruto menunjuk ke depan. Sontak Sakura menoleh ke arah yang di tunjuk Naruto. Matanya terbelalak melihat pemandangan di depan. Beberapa pria bermasker yang tadi mereka kejar kini dalam kondisi yang mengenaskan. Tubuh mereka tersayat-sayat pedang dan dapat Sakura pastikan mereka semua telah tewas. Sakura masih terpaku di tempatnya sebelum sebuah benda berdetik membuyarkan keterkejutannya. Nafasnya tercekat melihat benda tersebut. Ia maju mendekat dengan langkah perlahan. Naruto mengikutinya.
"Mundur Naruto!" perintahnya.
"Tapi Sakura-chan...?" Naruto yang hendak memprotes menghentikan kalimatnya saat melihat Sakura menoleh ke arahnya dengan tatapan membunuh. Ia menelan ludahnya susah payah. Menentang perintah Sakura berarti ia sudah siap untuk mati. Ia tahu itu. Karenanya ia memilih untuk diam dan tidak melanjutkan kata-katanya.
Sakura sendiri kembali menoleh ke depan dan melanjutkan jalannya ke depan dengan langkah siaga. Takut kalau-kalau ini hanya jebakan musuh. Bisa saja salah satu dari mayat-mayat di depannya masih ada yang hidup. Ia memegang kuat handgunnya di depan tubuhnya. Dengan langkah hati-hati ia berjalan mendekat ke arah mayat-mayat itu.
Sesampai di depan salah satu mayat, ia menendang tubuhnya untuk mengecek. Tidak bergerak. Ia mengecek nadi mayat itu. Tidak ada detak. Ia mengancungkan handgunnya kearah kumpulan mayat itu sambil berjalan menjauh menuju benda berdetik tadi. Ia sedikit melirik sambil tetap mengarahkan handgunnya ke arah mayat-mayat itu. Matanya kembali melebar melihat benda yang ada di sampingnya.
"Ini..." ia tidak percaya apa yang ada di hadapannya.
"Semua keluar dari gedung ini!" teriak Sakura sambil berlari ke arah Naruto dan menarik pemuda itu keluar. Semua yang ada di situ tanpa pikir panjang mengikuti Sakura untuk keluar dari gedung itu.
"Ada apa Sakura-chan?!" teriak Naruto panik. Ia selalu tidak suka jika Sakura memerintahkannya tanpa ada alasan yang jelas. Tipe pemuda penuh ingin tahu. Begitulah Naruto. Sakura tidak menjawab ia terus berlari.
"Semua menjauh dari gedung ini. Ice Bear cepat menjauh dari gedung ini!" perintahnya lewat earphone.
"Ada apa Sakura?!" terdengar seorang pria yang bertanya melalui earphone. Shikamaru.
"Ada bom di gedung itu!" Naruto terkejut. Begitu pula pria yang tadi bertanya dan semua orang yang bisa mendengar jawabannya dari earphone.
"Waktu yang ada enam puluh detik lagi, lari menjauh sebisa kalian. aku tidak tahu seberapa besar daya ledaknya!" jelas Sakura lagi.
"APAA!"
"Ice Bear mundur, menjauh sekarang. Aku yakin kalian masih bisa selamat semua!" Sakura terdiam sebentar. "Fire Wolf"..." ia berkata dengan pelan tapi masih bisa di dengar. "Berlarilah sejauh yang kalian bisa, aku harap kita masih bisa bertemu lagi" katanya sambil menoleh ke arah Naruto. Pemuda itu syok mendengar apa yang dia katakan. Sakura tersenyum padanya.
"Tenang saja Naruto. Kau akan selamat. Aku janji" ia menoleh ke depan. Airmata mengalir tanpa bisa Naruto lihat. Sakura adalah agen wanita yang paling cerdas dalam satuannya. Ia sudah menjadi seorang agen selama dua tahun. Dan dalam dua tahun itu ia belajar banyak hal dengan cepat. Tidak heran dalam dua tahun itu ia berhasil menduduki pemimpin divisi Penyerang Utama sekaligus ketua tim penyerang JIA, kesatuan interpol Jepang. Sifat tegas dan keras kepalanya membuatnya mendapat kepercayaan dari komandannya.
Dan karena kecerdasannya itulah ia dapat tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Bom yang tadi ia lihat, ia tahu jelas bom jenis apa itu. Walau ia tidak begitu tahu spesifikasinya. Tapi Sakura tahu bom itu mempunyai daya ledak yang tidak main-main. Apalagi mengingat ledakan yang terjadi di kedubes AS kemarin. Sakura yakin jika pelaku ledakan itu sama dengan penyusup yang sedang mereka kejar sekarang, berarti daya ledak bom yang dilihat tadi mungkin sama dengan ledakan di kedubes AS.
Ia menelan ludahnya.
"Semua... semoga Tuhan melindungi kalian." ujarnya lirih. "Maaf" sambungnya kemudian.
"Naruto aku akan melindungimu sekuat tenagaku" kali ini dia berkata dalam hati. "Paman, Bibi tolong bantu aku melindungi Naruto. Aku mohon" sambungnya dalam hati. Naruto menggeram mendengar kata-kata terakhir Sakura.
"Apa yang kau katakan Sakura!" bentaknya geram. Sakura terkejut mendengar bentakan Naruto, ia menoleh ke arah pemuda itu. "Semua dengarkan aku! Kita pasti akan selamat!" teriaknya. Kata-kata yang membuat bukan hanya Sakura tapi yang mendengarnya terkejut. "Percaya itu! Jangan patah semangat! Lakukan sebaik yang kalian bisa! Lari sekuat yang kalian bisa! Dan katakan kuat-kuat dalam otak kalian! Aku akan selamat!" Sakura terbelalak mendengarnya. Namun sesaat kemudian wajahnya melembut. Ia tersenyum sambil masih menangis.
"Naruto, arigatou" katanya dalam hati. Ia menatap kedepan kemudian terus berlari sekuat tenaganya.
"heh" Shikamaru hanya tersenyum miring mendengar kata-kata Naruto lewat earphone. Secara tidak langsung kata-kata Naruto barusan membuat semua tim Fire Wolf mempunyai semangat untuk bertahan hidup. Shikamaru sadar itu. Tanpa menunggu lama ia lalu mengutak-atik laptopnya. Sebagai ketua dan tim pengatur siasat, ia tahu saat seperti ini ia harus bertindak. Beberapa saat kemudian ia tersenyum.
"Semua tim Fire Wolf dengarkan aku!" kata Shikamaru tegas mengambil alih komando melalui earphone. "Arah jam 2 dari gedung ada sebuah danau buatan, dari arah jam 11 ada sebuah hutan. Jika aku hitung dari waktu yang di katakan Sakura, kini tinggal tiga puluh detik lagi. Alpha 004, alpha 005 dan semua yang merasa melihat mereka berdua segera berlari ke arah jam 2, segera masuk ke danau buatan" ia menghela nafas kemudian melanjutkan kata-katanya. "Alpha 001, alpha 002, alpha 003, posisi kalian terlalu jauh dari danau buatan, segera masuk hutan. Pohon bisa sedikit menolong kalian terhindar dari pecahan ledakan. Tapi tetap berhati-hati dengan pohon yang tumbang. Segera cari tempat berlindung setelah memasuki hutan. Selain tiga orang yang kusebutkan tadi. segera menuju danau buatan" Shikamaru menghentikan kata-katanya sebelum kemudian melanjutkan lagi. "Apa kalian mengerti?"
"Dimengerti!" teriak mereka bersamaan. Shikamaru tersenyum.
"Bagus" Shikamaru memejamkan matanya. "Semoga kalian berhasil" katanya sambil membuka matanya. Naruto tersenyum, alpha 001, alpha 002, adalah kode untuknya dan Sakura. ia kurang tahu tentang alpha 003, namun sepertinya itu adalah kode ketua tim terdepan tadi. ia menoleh ke arah Sakura, dan pemandangan di depannya membuatnya terkejut.
"Sakura-chan kemana helm anti pelurumu?!" pekiknya kaget. Sakura yang mendengarnyapun tak kalah terkejut. Kini ia sadar kalau ia tidak memakai helm. Ia panik dan kemudian seperti tersadar. Saat memasuki gedung tadi ia melepas helmnya dan menjatuhkannya saat mendengar teriakan Naruto yang terkejut melihat mayat-mayat tadi. dan saat ia menemukan bom ia segera berlari keluar tanpa mempedulikan helmnya itu. Narutopun sepertinya baru menyadarinya karena tadi panik mendengar kata bom dari mulut Sakura.
"Cih, Kuso!" hanya umpatan yang mampu di ucapkannya.
"Naruto, Sakura, ada apa?" suara Shikamaru kembali terdengar.
"Helm Saku..."
"Helmku tertinggal di gedung" jawab Sakura pasrah. Shikamaru menggeram.
"Bagaimana bisa Sakura-chan?!"
"Sudahlah Naruto, tidak ada gunanya di sesali. Sudah terlanjur. Tadi aku terlalu panik mendengar teriakanmu hingga terjatuh. Dan tidak mengambilnya kembali karena menemukan bom itu. Aku tidak apa-apa, tenang saja. aku bisa bertahan tanpa helm itu" katanya kemudian. Naruto terdiam dan menatap Sakura. ia kemudian mencoba membuka helmnya.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Biar kau pakai helmku" jawab Naruto. Sakura menahan tangannya. Naruto menatapnya heran.
"Apa yang kau lakukan!" bentak Naruto. Sakura menatapnya tajam.
"Tetap pakai helm itu Naruto!" ujarnya dingin. Naruto yang mendengarnya saja langsung merinding. Namun segera di tepis pikiran itu.
"Tapi Sakura..."
"Jangan menghambat Naruto! Kau akan memperlambat langkah kita kalau kau masih berpikir untuk memberikan helm itu padaku. Lebih baik kau berpikir untuk mencari tempat yang aman untuk kita berlindung!" seru Sakura. naruto menatapnya tidak percaya. "Lagipula..." Sakura bergumam lirih. "Aku tidak bisa membiarkanmu terluka" airmatanya mengambang
"Tapi Sakura-chan, kau perempuan. Harusnya..."
"Jangan remehkan aku baka!" kata-kata terpotong dengan bentakan Sakura. naruto terkejut mendengarnya. Ia tahu Sakura bukan tipe perempuan cengeng yang suka minta dilindungi. Dan Sakura paling benci di remehkan. Naruto mengerti itu. Tapi entah sekarang kenapa ia merasa Sakura sedang menyembunyikan sesuatu. Seperti ingin memikul sesuatu sendiri.
"Sakura-chan..."
"Kalian berdua hentikan itu!" suara Shikamaru menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sakura benar Naruto. Tindakanmu memberi helmmu akan memperlambat langkah kalian. Kalian sudah mulai memasuki daerah hutan. lebih baik kau fokus mencari tempat berlindung dari ledakan. Waktu kalian tinggal sepuluh detik lagi sebelum ledakan" katanya kemudian. Naruto mendengus tapi kemudian ia melaksanakan perintah Shikamaru. Matanya beredar untuk mencari tempat yang bisa di jadikan perlindungan. "Dan Sakura..." walau tetap fokus mencari, Naruto masih bisa mendengar ucapan Shikamaru. "Tolong jangan libatkan emosimu saat misi" sakura menegang, naruto mengerutkan alisnya tidak mengerti. Dia tahu Sakura memang orang yang sangat mudah marah, tapi ia seperti menangkap maksud lain dari kata-kata Shikamaru barusan. Ia menoleh menatap Sakura yang kini sedang menundukan kepalanya.
"Sakura-chan..." gumamnya dalam hati. Ia memutuskan kembali fokus mencari tempat perlindungan saat mendengar Shikamaru menghitung mundur.
"10"
"9"
"8"
Mata menangkap sebuah batu besar berada pada jarak seratus meter di depannya. ia segera menarik tangan Sakura untuk mempercepat langkahnya menuju batu tersebut.
"7"
"6"
Naruto melompat ke belakang batu tersebut. Ia kemudian memeluk kepala Sakura. sakura kaget karena tindakan Naruto. Ia mengurungkan niatnya untuk berontak saat mendengar suara Naruto.
"Diamlah Sakura!" bentak Naruto. Sakura bungkam.
"..."
"Aku tidak akan membiarkanmu terluka. Apapun yang terjadi padamu, ingatlah ada aku di sampingmu. Aku akan selalu melindungimu" sambungnya lagi dengan suara yang lebih lembut. "Itu janjiku seumur hidup" airmata Sakura mengalir deras.
"5"
"Naruto, harusnya itu kata-kata yang aku ucapkan" ucapnya dalam hati sambil menangis.
"4"
"Paman, bibi, maafkan aku. Maafkan aku yang lemah ini"
"3"
"Harusnya akulah yang memeluk dan melindungi Naruto. Tapi aku janji..."
"2"
"Aku janji, di lain kesempatan. Akulah yang akan melindunginya. Aku janji, Paman, Bibi!"
"1"
"Ini janjiku seumur hidupku"
BOOOOOMMMMMMMM!
Ledakan maha dasyat terdengar melebihi suara kembang api pada festival kembang api yang sering Sakura datangi. Ia merasa tubuhnya terhempas ke belakang akibat efek ledakan bom tersebut walau mereka sudah bersembunyi di belakang batu besar. Naruto berusaha sekuat tenaga untuk tetap memeluk kepala Sakura.
"Aaaarrrggghhh" teriakan Naruto membuat Sakura sontak mendongakkan kepalanya khawatir untuk melihat keadaan sahabatnya itu. Pelukan pada kepala Sakura mengendur. Ia membelalakkan matanya saat melihat batu di depan mereka terhempas mengenai punggung Naruto. Secepat kilat Sakura langsung menahan batu itu dengan kaki kirinya. Namun ia mendengar suara seperti retak.
"Ugghhh" ia meringis saat merasa sakit yang teramat sangat pada kaki kirinya. Sekuat tenaga ia mencoba mendorong ke belakang batu itu. Berhasil. Batu itu tidak lagi menyentuh punggung Naruto. Tapi akibat tendangan tadi tubuh mereka semakin terhempas cepat ke belakang. Naruto yang sadar pelukan pada kepala Sakura telah terlepas membuka matanya pelan dan berusaha untuk kembali memeluk kepalanya. Namun terlambat. Sakura membentur sebuah batu di belakangnya. Darah merembes keluar dari kepalanya.
Pandangannya mengabur. Ia masih bisa mendengar rintihan Naruto yang sedang setengah memeluk tubuhnya. Dan di ambang batas kesadaran terakhirnya, ia melihat sebuah serpihan benda yang melaju cepat ke arah mereka. Dengan segenap kekuatan terakhirnya ia membalikkan tubuhnya untuk melindungi Naruto. Dan detik berikutnya, ia mendengar suara benturan keras diiringi rasa sakit yang mendera punggungnya dan semuanya menjadi gelap.
"Paman, bibi. Aku sudah menepati janjiku. Kalau aku masih di beri kesempatan hidup. Aku akan tetap menepati janjiku..."
123456789
Sakura merasa sekelilingnya gelap. Sangat gelap. Gelap dan dingin. Ia hanya dapat melihat tubuhnya sendiri. Ia berdiri mematung di dalam kegelapan itu. Tidak ada siapa-siapa dalam kegelapan ini. Dimana Naruto? Dimana Shikamaru? Naruto bilang akan melindunginya? Apa dia gagal? Sakura tersenyum miris. Tidak semestinya ia berpikir begitu. Harusnya dialah yang melindunginya. Ia sudah berjanji pada ayah dan ibu Naruto. Ya, ia sudah berjanji pada Paman Minato dan Bibi Kushina untuk selalu menjaga naruto.
Ia ingat karena sudah gagal melindungi Bibi Kushina. Ia bersalah. Ia merasa sangat bersalah. Padahal Paman Minato sudah mempercayakan mereka berdua padanya. Tapi ia gagal. Ia jatuh terduduk. "Paman aku gagal, aku bodoh, aku lemah" isaknya dalam kegelapan. Seberkas ingatan masa lalu kembali melintas dalam benaknya. Wajah Bibi Kushina yang tersenyum padanya sesaat sebelum meninggal. Senyum yang menenangkannya. Senyum yang mengatakan semua bukan salahnya. Senyum yang mengatakan semua akan baik-baik saja. senyum yang memintanya untuk terus hidup dan menjaga Naruto. Ia menangis sekuat tenaganya.
Ditengah kekalutannya, ia mengingat wajah itu. Wajah yang selalu membuatnya tenang. Wajah yang selalu membuatnya terus kuat bertahan untuk tetap melindungi Naruto. Wajah yang membuatnya tersenyum. Wajah yang membuat hatinya berdebar untuk pertama kalinya. Dan wajah yang membuatnya patah hati untuk pertama kalinya.
"Sasuke-kun, kau bilang kau akan selalu di sampingku. Kau bilang kau akan selalu membantuku melindunginya. Kau bilang...kau bilang..." tak sanggup Sakura melanjutkan kata-katanya.
"Kenapa Sasuke-kun? Kalau kau membenciku tidak apa-apa. Kalau aku tidak berharga bagimu, itu tidak masalah. Tapi kenapa kau juga meninggalkan Naruto? Kenapa kau tidak memkirkannya?" airmatanya mengalir deras saat mengucapkannya. ia menatap nanar ke depan.
"Paman, Bibi, aku ingin menyusul kalian, apa boleh?" ia menutup matanya. Tubuhnya menghitam. Perlahan menghilang.
"Apa kalian akan memarahiku kalau kita bertemu nanti?" kini separuh tubuhnya telah menghilang.
"Aku sudah lelah paman, bibi" kini hanya sebatas dada keatas yang terlihat.
"Apa Naruto akan baik-baik saja?" tubuhnya menghilang sepenuhnya.
Naruto.
Naruto.
Naruto.
Naruto.
"Sakura-chan!"
"..."
"Sakura-chan, jangan pergi!"
"Siapa?"
"Sakura, jangan tinggalkan aku!"
"Siapa itu?"
"Kumohon, buka matamu!"
"Siapa?"
"Mana janjimu! Kau bilang akan selalu di sampingku? Kau bilang tidak akan pernah meninggalkanku? Kau bilang ingin melindungiku. Kumohon buka matamu! Tepati janjimu!"
"Naruto?"
"Kau bohong Sakura! kau pembohong Sakura!"
"Naruto kau kah itu?"
"Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kau. Aku mohon kembalilah. Bagaimana aku hidup tanpamu Sakura-chan?!"
"Tidak, jangan bicara seperti itu Naruto!" cahaya perlahan mulai kembali menyelimuti kepala Sakura. kepalanya kembali terlihat.
"Ini salahku ! Aku akan menyusulmu Sakura. kalau kau berani meninggalkanku aku bersumpah akan menyusulmu!"
"Tidak Naruto! Jangan pernah lakukan itu!" seketika seluruh tubuh Sakura dikelilingi cahaya. Seluruh tubuhnya kini terlihat. Suara-suara tadi menghilang. Sakura membuka matanya. Menoleh ke kanan kiri mencari sahabat pirangnya itu. Tidak ada. Kemana Naruto? Ia panik. Ia mencoba berdiri lagi. Berhasil. Saat ia berdiri tegak. Ia melihat seberkas cahaya jauh di depannya. ia berjalan. Cahaya itu semakin dekat. Semakin dekat. Ia berlari. Terus berlari. Tinggal sedikit lagi. Tinggal sedikit lagi. Sekuat tenaga ia kembali berlari. Ia berhenti saat melihat cahaya itu di depan matanya. Ia mengulurkan tangannya seperti hendak meraih cahaya itu. Dan ia tersenyum saat merasakan kehangatan dan kenyamanan saat tangannya menyentuh cahaya itu. Ya, ia ingat. Ini mirip saat ia melihat senyum Naruto. Hangat dan terasa nyaman di hati. Ia ingin melihat senyum itu. Ia tidak ingin kehilangan senyum itu. Ia tidak ingin melihat kesedihan menggantikan senyum itu. Ia melangkah memasuki cahaya itu. Ia terkejut saat merasa tubuhnya melayang jatuh. Namun kemudian ia menutup matanya dan tersenyum.
"Aku akan bertahan untuk melihat senyummu Naruto!"
Setelah mengucapkan itu, ia merasa tubuhnya meringan. Ringan. Dan semakin ringan. Belum pernah ia merasa senyaman ini. Seperti tidak ada beban di pundaknya. Tidak ada lagi yang di khawatirkannya. Damai. Tenang. Ia melihat Paman Minato dan Bibi Kushina yang tersenyum padanya. Dan di depan mereka ia melihat Naruto yang juga tengah tersenyum padanya.
"Naruto" gumamnya lirih.
"Sakura-chan?"
Suara itu lagi. Suara itu kembali lagi. Suara yang membuatnya kembali kepada cahaya. Ia mencoba membuka matanya. Tapi. Ada apa ini? Kenapa semua terasa berat? Kenapa matanya susah untuk di buka? Kemana semua rasa ringan tadi? ia menatap wajah tersenyum Naruto di depannya. mencoba mencari kekuatan di sana.
"Sakura-chan, kau bisa dengar aku?"
Masih berat. Kenapa? Kini ia menggerakkan tangannya. Mencoba hendak meraih wajah Naruto. Tidak bisa. Ia merasa sakit yang luar biasa di tangannya. Ada apa ini? Kenapa aku merasa sakit? Naruto tolong?
"Naruto, tolong"
"Sakura-chan, Shikamaru panggil Dokter! Tenang Sakura-chan, aku ada disini! Aku tidak akan meninggalkanmu!"
Shikamaru? Sekuat tenaga ia mencoba menggerakkan tangannya. Hanya bisa sedikit. Kenapa bisa seberat ini? Namun detik berikutnya ia merasa kehangatan menyambut telapak tangannya. Terasa nyaman. Ia mencoba tersenyum. Berat. Kenapa? Kenapa hanya tersenyum saja berat? Ia melihat lagi wajah Naruto di depannya. bayangan itu perlahan menghilang. Tidak! Ia melihat wajah Paman Minato dan Bibi Kushina. Sama. Wajah keduanya menghilang. Tidak. Jangan.
"Kumohon jangan pergi, Naruto"
"Aku disini Sakura-chan! aku tidak kemana-mana!"
Bayangan itu menghilang. Kini ia hanya sendiri. Takut. Ia sangat takut.
"Ada apa Naruto?!"
"Sakura sadarlah buka matamu! Ini aku! lihat aku!" ia mendengar suara yang sangat ribut. Tapi kenapa di sini sepi sekali. Darimana asal suara itu. Ia ingin menuju suara itu. tapi dimana?
"Jangan tinggalkan aku, Naruto"
"Sakura-chan, Lihat aku! Aku masih disini"
Ia semakin takut, apa yang harus ia lakukan? Ia datang untuk Naruto, tapi kenapa Naruto meninggalkannya sendiri. Ia menangis.
"Aku takut. Kenapa kau pergi, Naruto"
"Apa yang kau katakan?! Aku masih disini! Kumohon, buka matamu! Lihat aku!"
Ia mendengarnya. Suara itu. suara Naruto. Tapi dimana dia? Naruto menyuruhnya membuka mata. Ia mencoba. Berat. Mencoba lagi. Tapi sangat berat. Ia ingin menyerah. Tapi ia tidak ingin sendiri di sini.
"Sakura-chan, jangan menangis. Aku mohon! Jangan menangis! Buka matamu! Ini aku!" kehangatan di telapak tangannya menghilang. Tidak. Jangan. Kemana kehangatan itu? namun sedetik kemudian ia merasa wajahnya yang hangat. Ada apa ini?Ia mencoba membuka mata lagi. Tidak bisa. Ia benci keadaan ini.
"Sakura-chan, jangan menangis. Jangan menangis. Buka matamu. Aku masih disini. Aku tidak akan meninggalkanmu"
Kenapa? Kenapa suara ini begitu menyayat hati? Kenapa suara ini penuh kesedihan? Ia merasa kehangatan wajahnya bertambah dengan titik air yang jatuh di wajahnya. Ada apa? Apa sedang hujan?
"Kumohon Sakura-chan, jangan menangis. Buka matamu!"
Ia tahu sekarang. Naruto. Apa ia sedang menangis? Tidak Naruto. Jangan menangis. Ia berusaha sekuat tenaganya untuk membuka matanya. Berhasil. Ia membuka sedikit matanya. Apa ini? Kenapa di sini begitu terang. Ia kembali menutup matanya. Mencoba lagi. Kini ia dapat menangkap sebuah wajah. Ia kembali menutup matanya. Mencoba lagi. Bayangan itu bertambah jelas. Itu Naruto. Wajah itu begitu dekat.
"Naruto"
Ia kembali menutup matanya. Ia merasa wajah itu menjauh.
"Sakura-chan"
Ia kembali mencoba membuka matanya. Ia melihatnya dengan jelas. Naruto. Ia kembali menutup mata kemudian mencoba membukanya lagi.
"Naruto"
123456789
Naruto terengah. Ia berlari sempoyongan melewati koridor gedung itu tanpa mempedulikan tatapan membunuh para perawat karena suara bising yang diciptakannya karena aksinya itu. Di belakangnya, Shikamaru mengikuti langkahnya sambil sesekali berusaha menahan langkahnya.
"Naruto tenangkan dirimu. Ingatlah kau masih terluka!" serunya mengingatkan. Ia tidak peduli. Ia sudah tidak peduli dengan dirinya. Ia sudah tidak peduli dengan semua perban di badan dan tangannya. Saat ini yang ada di dalam pikirannya adalah Sakura. Sakura, gadis yang menyelamatkan nyawanya. Mengingat hal itu, ingin rasanya ia mengubur dirinya hidup-hidup. Dimana harga dirinya sebagai laki-laki? Bagaimana bisa ia di selamatkan oleh seorang perempuan? Harusnya ia yang menyelamatkan Sakura. bukan malah sebaliknya. Dan parahnya kini sang gadis terbaring koma karena benturan di kepalanya. Harusnya ia yang koma. Harusnya ia yang terbaring disana. Kenapa ia hanya pingsan sehari? Luka di tubuhnya tidak sebanding dengan luka-luka yang di derita Sakura. tentu saja. itu sudah pasti.
Setelah ledakan itu, Naruto tidak tahu apa yang terjadi padanya. Yang ia ingat terakhir adalah saat punggungnya tertimpa batu besar yang menjadi tempat berlindung ia dan Sakura. Setelah itu ia merasa Sakura membalik badannya dan ia melihatnya jatuh tak sadarkan diri. Setelahnya itu iapun ikut pingsan. Namun betapa terkejutnya ia saat sadar dari pingsan. Shikamaru menceritakan kondisi Sakura dan serpihan besi yang ada dipunggungnya. Kini ia tahu kenapa gadis itu membalikan posisi tubuhnya. Sakura sadar ada potongan besi yang melayang ke arah mereka. Dan ia membalikkan badannya untuk melindunginya.
"Dasar gadis bodoh! Apa yang dipikirkannya!" umpatnya dalam hati.
"Cih, kuso!" hanya itu yang bisa di lontarkannya. Di dadanya, gemuruh amarah bergumul. Ia marah. sangat marah. tapi ia juga bingung. Ia marah pada siapa? Pada Sakura, yang menyelamatkannya? Pada dirinya sendiri? Karena di selamatkan oleh seorang gadis? Pada Shikamaru? Jelas salah alamat. Lalu untuk apa ia marah? untuk siapa amarah yang ia ciptakan? ia hanya bisa menggeram memikirkannya.
Matanya melihat sebuah ruangan. Langkahnya terhenti. Ia berjalan pelan ke hadapan pintu ruangan itu. Ia menatap nanar pintu itu. Shikamaru berdiri di sampingnya. Pemuda itu menepuk pundak Naruto.
"Kau tidak boleh masuk Naruto. Dokter tidak memperbolehkan siapapun untuk..."
"Masuklah" sebuah suara memotong ucapan Shikamaru. Sontak Shikamaru menoleh. Tapi tidak dengan Naruto. Ia seperti takut. Ia takut melihat Sakura. ia takut melihat keaadaan gadis itu. gadis yang telah menyelamatkan nyawanya. "Masuklah Naruto. Tapi kau hanya boleh melihatnya dari jauh" sambung pria itu. tidak ada jawaban. Naruto hanya berdiri mematung. Kenapa? Kenapa tadi ia begitu terburu ingin melihat kondisi gadis itu. namun sekarang kenapa ia jadi takut. Ada apa dengan dirinya?
"Ada apa Naruto?" tanya pria itu lagi. Yah, itu juga yang ingin Naruto ketahui. Ada apa dengannya? Ia menunduk. Airmatanya turun membasahi lantai.
"Aku takut Kakashi sensei" ia memegang kenop pintu itu.
"..."
"Aku takut melihat wajah Sakura-chan. aku takut melihat keadaannya. Aku takut tidak kuat melihat luka-lukanya"
"..."
"Kenapa ia sangat bodoh Kakashi sensei? Bukankan ia gadis paling cerdas di satuan kita? Kenapa sekarang dimataku ia jadi gadis yang paling bodoh di dunia?"
"..."
"..."
"Ia akan menjadi gadis yang paling bodoh jika ia tahu tapi malah membiarkanmu terkena besi itu" pria yang di panggil Kakashi itu membalas setelah beberapa saat mereka terdiam.
"..."
"Akupun akan melakukan hal yang sama jika aku berada pada posisinya"
"..."
"Kalau kau tidak ingin melihatnya, sebaiknya kau kembali..." belum selesai ucapan Kakashi suara pintu terbuka memotong kata-katanya. Kakashi menatap Naruto yang membuka pintu ruang ICU tempat Sakura di rawat. Naruto melangkah perlahan ke dalam. Langkahnya bergetar. Ia menatap ke depan. Sebuah sekat tirai plastik tertangkap matanya. Suara mesin pendeteksi detak jantung terdengar di telinganya membuat kepalanya mendadak pusing. Ia limbung ke kanan dan hampir jatuh kalau saja sebuah tangan tidak menopang lengannya. Ia melirik. Shikamaru. Pemuda itu menatap ke depan.
"Kalau kau tidak siap. Sebaiknya batalkan niatmu Naruto" kata pemuda itu tanpa menoleh ke arahnya. Naruto menepis tangannya kemudian kembali melangkah mendekati tirai plastik itu diantar dengan pandangan khawatir dua pria di belakangnya. Tangannya bergetar menyingkap tirai itu. dan apa yang dilihat selanjutnya sungguh membuat jantungnya seperti berhenti berdetak.
Sakura. Gadis itu. Ia hampir tidak dapat mengenali tubuh yang ada di hadapannya ini. Seluruh tubuhnya di lilit perban. Kepalanya. Tangannya. Tubuhnya. Ia tidak memakai bajunya dengan benar. Karena ada alat pendeteksi detak jantung di jari tengah dan juga dadanya yang terlilit perban. Sementara di kepalanya tertempel alat pendeteksi gelombang otak. Ya, wajar, ia sedang koma. Ada alat bantu pernapasan yang menutupi setengah wajahnya. Selang infus menancap di tangannya. Naruto tersenyum miris. Kurang apa lagi? Sepertinya semua alat kedokteran bisa tertangkap indra penglihatannya. Kurang apa lagi penderitaannya?
Tangan Naruto yang menyibak tirai bergetar. Kepalanya mendadak berputar. Ia merasa kesulitan bernafas. Detik berikutnya ia merasa semua di sekitarnya menghitam. Yang dapat ia dengar terakhir adalah suara Shikamaru dan Kakashi yang memanggil namanya.
123456789
Naruto membuka matanya. Ia mengedarkan pandangannya menatap ke sekelilingnya. Berusaha mengenali ruangan yang sedang di tempatinya saat ini. Ia tahu kalau ini bukan kamarnya. Ya, ia ingat sekarang. Ia berada di rumah Sakit. Sudah lebih dari seminggu ia berada di sini. Ia mencoba untuk bangkit. Kepalanya sakit. Tangannya sakit. Punggungnya sakit. Ia melirik tangannya yang terperban. Efek benturan batu di punggungnya masih belum hilang. Kata dokter tulang punggungnya retak. Cukup mengerikan mendengarnya. Tapi kalau di bandingkan dengan kondisi Sakura, keadaannya saat ini tidak ada apa-apanya.
Sakura ya? Mengingat gadis itu, Naruto jadi mengingat peristiwa seminggu yang lalu. Saat dirinya tidak sadarkan diri setelah melihat kondisi gadis itu. Apa gadis itu juga merasa sakit sama seperti dirinya? Pasti iya. Dan rasanya pasti berkali-kali lipat dari rasa sakit yang di rasakannya. Tentu saja. coba lihat saja luka-luka yang di deritanya. Tapi kalau ia merasa sakit, kenapa ia tidak menangis? Kenapa ia tidak menjerit? Kenapa ia hanya diam saja? kenapa ia malah tertidur dengan nyenyak?
Naruto menangis. Ia tidak tega melihat kondisi sahabatnya itu. Jangankan melihat, membayangkannya saja ia takut. Kalau boleh ia memilih, lebih baik ia memilih dirinyalah yang terbaring di sana. Ya harusnya ialah yang berada di sana. Bukan malah sahabat merah mudanya.
Tiba-tiba ia merasa rindu yang begitu menyesakkan di dadanya. Ia rindu pada senyum sahabatnya. Ia rindu pada teriakan marah sahabatnya. Ia rindu jitakan kesal darinya. Ia rindu segalanya tentang Sakura. dan kini di antara perasaan rindu itu, terselip rasa bersalah yang amat sangat. Rasa bersalah yang membuatnya tidak kuat untuk hanya sekedar menengok sahabatnya itu. Padahal dokter yang merawatnya sudah memperbolehkan beberapa orang untuk mengunjunginya dan berbicara padanya supaya merangsang gelombang otaknya. Harusnya ia datang. Harusnya ia yang berbicara pada Sakura. Harusnya ia yang berusaha menyadarkan gadis itu. tapi kenapa ia jadi begitu takut? Kenapa ia jadi pengecut seperti ini?
Ia memijit pangkal hidungnya dan mencoba untuk turun. Berlama-lama di tempat tidur tidak baik untuk tubuhnya. Ia ingin berjalan-jalan untuk meregangkan ototnya. Ia berjalan ke arah pintu dan meraih kenopnya sambil membawa selang infusnya. Namun apa yang di dengarnya begitu ia membuka pintunya membuat dunianya serasa runtuh.
"Apa yang kau katakan Shikamaru?! Jangan bercanda!" Suara seorang gadis yang di ketahui Naruto sebagai Ino, salah satu dari tim pengendali, patner Shikamaru yang juga sahabat dekat Sakura yang menjaganya selama ia di rumah sakit, terdengar berbicara dengan seseorang melalui ponselnya yang diketahuinya adalah Shikamaru dari nama yang di sebut gadis itu.
"Aku tidak bercanda Ino"
"Itu tidak mungkin. Itu tidak mungkin!" ia berteriak histeris dan kemudian menangis. Ia jatuh terduduk. Hey, apa yang membuatnya begitu histeris. Tidak tahukah dia ini rumah sakit? Naruto menatap Ino bingung. Ia merasa ada firasat buruk yang menghampirinya.
"Ino tenangkan dirimu. Kau harus menerima kenyataan"
"Itu tidak mungkin hikhikhik... kau pasti bohong! Sakura gadis yang kuat. Ia tidak mungkin menyerah hikhikhik!" Lutut Naruto lemas mendengar nama Sakura. ada apa? Ada apa dengan gadis itu. Ia ingin berteriak menanyakan apa yang terjadi. Namun entah mengapa, ia juga merasa takut mendengar kenyataan yang mungkin sama dengan firasat buruk yang tadi di rasakannya.
"Demi Tuhan Ino tenanglah. Aku tidak bohong. Dokter yang mengatakannya. Sakura sudah meninggal. Mereka sudah melakukan yang terbaik. Ku mohon Ino tolong terima kenyataan ini. Satu lagi Ino tolong jangan katakan apapun dulu pada Naruto. Biar aku yang bicara padanya"
"Sakura tidak mungkin meninggal Shika! Hikhikhik... Dokter pasti salah! Itu tidak mungkin! Dokter itu pasti bohong!" Naruto merasa dunianya runtuh seketika. Apa yang ditakutkan terjadi sudah. Selang infus yang di bawahnya terjatuh tanpa bisa di cegah. Ino terkejut dan menoleh. Tangisnya berhenti seketika. Ia menatap horor Naruto sambil masih bersimbah airmata.
"Naruto?!"
"Ada apa Ino?!"
"..."
"..."
"Hei Ino, ada apa? Ada apa dengan Naruto?" Naruto menatap nanar pada Ino. Ino tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia hanya balik menatap Naruto.
"Shika" gumamnya lirih.
"Ya ada apa?"
"..."
"Shika?" Naruto belum bergerak.
"Ino jangan membuatku takut! Ada apa!" bentak Shikamaru dari seberang. Tiba-tiba Naruto mencabut jarum infus di tangannya. Dan berjalan cepat meninggalkan Ino.
"Naruto!" teriak Ino.
"Ino ada apa?!" Shikamaru kembali membentak namun tidak di gubris Ino. Ia berdiri dan mengejar Naruto.
"Naruto kau mau kemana?!" serunya sambil menahan lengan Naruto. Naruto menepis tangan Ino dan kembali berjalan tertatih. Ino menatap kepergian Naruto kemudian kembali terisak. Ia kembali menempelkan ponselnya ke telinganya.
"Shika, Naruto dia..."
"Ya aku paham, aku akan mengurusnya. Kau tenangkan dirimu. Kalau sudah siap baru kesini." Jawab Shikamaru dari seberang kemudian memutuskan percakapan itu. Ino mematikan ponselnya sambil kembali terisak.
"Sakura..."
123456789
Naruto menatap nanar dua pria yang ada di hadapannya sekarang. Kedua pria itu menatapnya prihatin. Kasihan mungkin. Itu yang ada di benak Naruto. Tanpa pikir panjang ia kemudian berjalan cepat setengah berlari dengan langkah tertatih menuju pintu ruang ICU dihadapan kedua pria itu. ia menepis kasar tangan pria yang mencoba untuk menahan langkahnya.
"Naruto hentikan! Tidak ada gunanya kau masuk! Sakura sudah tiada!" Shikamaru kembali mencoba menahan pundaknya tapi kembali di tepis lagi oleh Naruto. "Naruto!" bentaknya. Naruto berbalik dan kemudian memukul wajah Shikamaru tanpa mempedulikan nyeri yang di rasakan karena efek tulang punggungnya yang retak. Kakashi terbelalak melihat aksi Naruto. Ia kemudian menahan tangan Shikamaru yang mencoba membalas memukul Naruto agar pemuda itu sadar kalau apa yang di lakukannya sia-sia. Laki-laki memang mengerikan kalau merasa harga dirinya jatuh.
"Biarkan saja dia" Shikamaru berdecih. Naruto masuk tanpa banyak bicara. Ia melihat para dokter akan mencabut semua peralatan medis dari tubuh Sakura. Sempat matanya menangkap alat pendeteksi jantung yang sudah tidak menunjukan tanda-tanda detak jantung lagi.
"Hentikan kalian!" bentak Naruto. Shikamaru dan Kakashi terkejut mendengarnya.
"Tapi Tuan... Nona ini sudah meninggal...kami..."
"Sudah kubilang hentikan! Berani kalian menyentuhnya! Aku akan membunuh kalian!" para dokter tercekat. Mereka saling tatap kemudian melempar pandangan ke arah Kakashi. Shikamaru yang hendak maju untuk menyeret Naruto keluar terhenti karena Kakashi menahannya.
"Biarkan saja dulu" bisiknya. Shikamaru mendengus. Namun agaknya ia ingin sedikit mengerti perasaan Naruto. Iapun hanya diam sambil menatap ke arah Naruto. Kakashi memberi tanda pada para Dokter untuk keluar. Mereka hanya mengangguk dan kemudian keluar.
Naruto merasa seperti semua ini hanya mimpi. Ia menatap Sakura nanar. Ingin rasanya ia menampar pipinya sendiri agar ia bangun dari tidurnya. Ini tidak mungkin terjadi. Sakura tidak mungkin meninggal. Ia tidak mungkin meninggalkannya sendiri. Ia pernah berjanji untuk selalu melindunginya walau semua di anggap angin lalu bagi Naruto karena ia menganggap Sakura tidak mungkin melakukan itu. Sakura itu perempuan dan ia yakin dirinyalah yang akan melindunginya. Tapi kini Sakura membuktikan kata-katanya. Ia kehilangan gadis itu. ia kehilangan bunganya. Ia kehilangan satu-satunya orang yang sudah di anggapnya keluarganya. Dan semua karenanya. Semua untuk melindunginya. Dan apa yang bisa di lakukannya? Dia tidak berbuat apa-apa. Dia hanya bisa pingsan saat melihat kondisi Sakura. Ia bahkan tidak mau menemuinya setelah itu. ia pecundang. Ya ia pecundang.
Ia berjalan gontai menuju Sakura. kini dapat dilihat jelas bagaimana keadaan Sakura. Sama seperti terakhir ia lihat. Tapi bedanya, tubuh yang ada dihadapannya kini sudah tidak bernyawa.
"Sakura-chan?" ucapnya pelan seperti takut mengganggu tidur gadis itu.
"..." tidak ada jawaban
"Sakura-chan!" kali ini dia sedikit membentak
"..." masih tidak ada jawaban.
"Sakura-chan, jangan pergi!" teriak Naruto histeris.
"..."
"Sakura, jangan tinggalkan aku!" kini ia menangis.
"..."
"Kumohon, buka matamu!" serunya sambil mengguncang tubuh gadis di depannya.
"..."
"Mana janjimu! Kau bilang akan selalu di sampingku? Kau bilang tidak akan pernah meninggalkanku? Kau bilang ingin melindungiku. Kumohon buka matamu! Tepati janjimu!"
"..."
"Kau bohong Sakura! kau pembohong Sakura!" kini Naruto memeluk Sakura. Kakashi dan Shikamaru yang melihat pemandangan itu hanya dapat menatapnya prihatin. Mereka melangkah mendekati Naruto.
"Naruto sudahlah. Itu tidak ada gunanya. Sakura sudah pergi" kata Shikamaru mencoba menenangkan.
"Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kau. Aku mohon kembalilah. Bagaimana aku hidup tanpamu Sakura-chan?!" Naruto seperti tidak mendengar kata-kata Shikamaru.
"Naruto!" Shikamaru membentaknya.
"Ini salahku ! Aku akan menyusulmu Sakura. Kalau kau berani meninggalkanku aku bersumpah akan menyusulmu!"
Shikamaru sudah hendak membentaknya lagi sebelum ia dikejutkan dengan bunyi alat pendeteksi jantung yang kembali mendeteksi adanya detak jantung Sakura walau sangat lemah. Shikamaru terbelalak tidak percaya. Ia sadar dari keterkejutannya saat mendengar suara Kakashi yang berteriak memanggil dokter. Ini di luar logika. Ia menatap takjub pada sahabat pirangnya. Sebegitu dekatnyakah ikatan mereka? Sakura seperti mendengar ancaman Naruto tadi.
Shikamaru segera mundur saat melihat beberapa Dokter memasuki ruangan tersebut. Kakashi tampak menarik Naruto untuk mundur. Banyak emosi yang terpancar dari ekspresi wajah pemuda itu. shikamaru dapat membacanya. Bahagia, takut, khawatir tercampur menjadi satu. Mereka memandang para Dokter dari luar ruangan. Alat pendeteksi gelombang otak yang tadi sudah sempat di lepaskan kembali di pakaikan dikepala Sakura. Seorang dokter tampak sedang memancing detak jantung Sakura untuk menguat dengan alat pacu jantung.
Naruto tidak pernah melepas pandangannya dari Sakura. Ia masih setia berdiri di depan pintu sambil melihat ke dalam, walau Kakashi sudah mengajaknya untuk duduk. Shikamaru yang melihatnya hanya menghela nafas kemudian bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju Naruto dan menepuk pundak pemuda itu.
"Tenang saja, ia pasti selamat" ucapnya kemudian. Naruto tidak membalas. Shikamaru kembali menghela nafas. "Maaf" ucapnya kemudian.
"Tidak ada yang perlu di maafkan Shikamaru" jawab Naruto tanpa menatap kearahnya. Shikamaru menatapnya dengan pandangan penuh arti. "Aku hanya yakin Sakura-chan tidak mungkin pergi meninggalkanku" sambungnya lagi. Shikamaru tersenyum mendengarnya.
"Yah, aku tahu" jawabnya singkat kemudian berjalan pergi meninggalkan tempat itu.
"Kau mau kemana Shikamaru?"tanya Kakashi yang melihat Shikamru berjalan meninggalkan mereka.
"Aku akan ke tempat Ino untuk menyampaikan kabar gembira ini" katanya sambil berlalu. Sepanjang perjalanan Shikamaru berjalan sambil tersenyum.
"Naruto, kau benar-benar hebat. Aku tidak menyangka ikatan kalian begitu kuat. Sampai seorang keras kepala seperti Sakura bisa patuh padamu. Hah" katanya sambil berlalu.
123456789
Shikamaru menatap malas pemuda yang kini sedang tertidur di sisi Sakura. ia menghela nafas. Apa tidak pegal pemuda itu tidur seperti itu terus selama lima hari berturut-turut. Naruto tertidur sambil duduk di sisi ranjang Sakura. Sejak kejadian kembalinya nyawa Sakura kemarin,ia terus duduk di samping Sakura dan tidak beranjak sekalipun kecuali hendak makan atau ke kamar mandi. Dokter sebenarnya melarangnya karena kondisi fisiknya dan juga Sakura. Tapi karena kekeraskepalaan Naruto, ia akhirnya di perbolehkan berada di situ.
Kini matanya bergulir menatap Sakura. Ini sudah lima hari sejak Dokter menyatakannya sudah tidak koma lagi. Ya, sejak kejadian kemarin, Sakura sudah tidak koma lagi. Begitu kata dokter, berdasarkan hasil rekam gelombang otak Sakura. Tapi alat rekam otak masih menempel di kepalanya untuk antisipasi. Tapi yang membuat Shikamaru merasa heran, kenapa sampai sekarang Sakura masih belum sadar juga? Apakah sebegitu parahnya kondisinya sampai ia belum sadar? Ia kembali menghela nafas sebelum akhirnya tangannya terangkat untuk mengguncang tubuh Naruto.
"Naruto, bangunlah" katanya kemudian membuat pemuda di depannya menggeliat.
"Engghh" lenguh pemuda di depannya mengganti posisinya tapi kemudian kembali terlelap. Shikamaru mendengus.
"Naruto, bangun. Ini sudah pagi" katanya setengah berseru. Naruto kembali menggeliat. Namun sepertinya usaha Shikamaru akhirnya berhasil. Naruto bangun sambil mengucek-ngucek matanya.
"Shikamaru ada apa?" tanyanya sambil menatap Shikamaru dengan mata mengantuk.
"Mandilah lalu sarapan kemudian minum obatmu. Biar aku yang menjaganya. Sebentar lagi Ino juga akan ke sini" jawab Shikamaru.
"Oh, baiklah" jawab Naruto singkat sambil mengalihkan pandangannya pada Sakura yang masih tertidur.
"Kau masih tidur Sakura?" katanya pada gadis di depannya. " Cepatlah bangun dan mandi kemudian makan dan minum obatmu. Apa kau tiak capek tidur terus" sambungnya lagi.
"Naruto"
Naruto mengerjabkan matanya. Sepertinya ia barusan mendengar suara Sakura memanggilnya. Apa ia tidak salah dengar? Ia menoleh menatap Shikamaru yang juga tengah menatap Sakura dengan ekspresi terkejut.
"Sakura-chan?" panggilnya untuk memastikan pendengarannya.
"..." tidak ada jawaban. Apa ia tadi salah dengar. Lalu kenapa Shikamaru juga berekspresi kaget. Ia kembali menatap Shikamaru dengan pandangan memastikan. Shikamaru hanya mengangguk mengiyakan tatapan Naruto. Ia paham maksud tatapan naruto. Ia juga mendengar Sakura menggumamkan nama Naruto meski hampir tidak terdengar. Namun ia yakin ia mendengarnya. Buktinya Naruto juga mendengarnya.
"Sakura-chan, kau bisa dengar aku?" Naruto kembali memanggil Sakura.
"Naruto, tolong" Mata Naruto terbelalak mendengarnya.
"Sakura-chan, Shikamaru panggil Dokter! !" reflek ia menoleh ke arah Shikamaru yang hanya di jawab dengan anggukan oleh sang pemilik nama dan kemudian pemuda itu langsung berlari mencari dokter yang menangani Sakura. Ia kembali menatap Sakura. "Tenang Sakura-chan, aku ada disini! Aku tidak akan meninggalkanmu" naruto sendiri kini menggenggam tangan Sakura berharap gadis itu sadar akan keberadaannya di sisinya.
"Kumohon jangan pergi, Naruto" Naruto panik.
"Aku disini Sakura-chan! aku tidak kemana-mana!" teriaknya histeris. Kakashi yang sedang berjalan bersama Ino dan seorang pemuda berambut hitam ke ruangan itu saling bertukar pandang mendengar teriakan Naruto. Detik berikutnya mereka berlari masuk ke kamar Sakura.
"Naruto ada apa?!" teriak Ino tegang melihat wajah Naruto yang juga tegang. Naruto tidak menjawab. Ia masih menatap Sakura panik. Karenanya Ino menuju ke samping Sakura. ia mengguncang tubuh Sakura.
"Sakura sadarlah buka matamu! Ini aku! lihat aku!" Seru Ino sambil masih tetap mengguncang tubuh Sakura. bersamaan dengan itu Shikamaru datang bersama seorang dokter. Shikamaru yang melihat Ino mengguncang tubuh Sakura langsung menarik lengannya untuk mundur, memberi ruang untuk dokter memeriksa Sakura.
"Jangan tinggalkan aku, Naruto" gumam Sakura lagi.
"Sakura-chan, Lihat aku! Aku masih disini" seru Naruto frustasi. Ia semakin mengeratkan genggamannya.
"Aku takut. Kenapa kau pergi, Naruto" gumamnya lagi. Airmatanya mengambang di pelupuk matanya.
"Apa yang kau katakan?! Aku masih disini! Kumohon, buka matamu! Lihat aku!" kini Naruto sudah tidak dapat menahan emosinya lagi. Ia membentak Sakura yang masih menutup matanya. Namun alangkah terkejutnya ia saat melihat airmata Sakura yang jatuh bebas. Ia tercekat. Genggamannya terlepas.
"Sakura-chan, jangan menangis. Aku mohon! Jangan menangis! Buka matamu! Ini aku!" kali ini dia berbicara dengan lembut. Ia menangkupkan kedua tangannya di pipi Sakura dan menyentuh kening Sakura dengan keningnya sendiri.
"Sakura-chan, jangan menangis. Jangan menangis. Buka matamu. Aku masih disini. Aku tidak akan meninggalkanmu" Ia sudah tidak dapat menahan airmatanya. Ia menangis. Airmatanya jatuh membasahi pipi Sakura. Ino yang melihat pemandangan memilukan itu hanya mampu terisak di pelukan Shikamaru.
"Kumohon Sakura-chan, jangan menangis. Buka matamu!" ucapnya hampir tanpa suara.
"Naruto" Naruto menjauhkan kepalanya dari wajah Sakura untuk melihat wajah gadis itu saat mendengar suaranya lagi.
"Sakura-chan" Naruto memanggilnya lembut. Matanya terbelalak saat melihat melihat mata Sakura terbuka lemah.
"Naruto" ucapnya lemah. Naruto menatapnya tak percaya namun detik berikutnya ia tersenyum senang. Sakura bisa melihat sisa airmatanya.
"Sakura-chan! Syukurlah! Akhirnya kau sadar! Syukurlah!" katanya sambil memeluk Sakura dan menangis. Sakura membuka matanya lemah. Ia melihat ke sekelilingnya perlahan. Ia bisa menangkap beberapa sosok yang di kenalnya. Ia menatap satu per satu sosok itu. Kakashi, Shikamaru, Ino. Matanya terhenti pada satu sosok berambut hitam di ruangan itu. Mata emerald redupnya bersiborok dengan mata hitam pemuda itu. siapa dia? Sakura tidak mengenalnya. Sakura memutuskan kontak mata dengan pemuda itu saat mendengar suara yang memekikan telinga lainnya yang adalah milik sahabat pirang lainnya.
"Huwwaaaaaa! Sakura! Yokkata!" teriaknya menangis sambil berhamburan memeluk Sakura tanpa mempedulikan Naruto yang agak terjungkal karena aksi berdesak-desakannya dengan pemuda pirang itu. "Syukurlah kau selamat, jidat! Aku sangat mengkhawatirkanmu! Kau tahu?! hikhik" isaknya.
"Kau... berisik , pig" ucap Sakura lemah putus-putus.
"Apa yang kau katakan jidat lebar menyebalkan! Kau tahu, aku sangat mencemaskanmu?!" ia berkata sambil melepaskan pelukannya dan menatap Sakura marah. sakura dapat melihat gurat kekhawatiran di wajahnya. Detik berikutnya Ino kembali memeluk Sakura. "Jangan pergi lagi Sakura. jangan membuatku takut lagi" sambungnya lirih namun masih bisa terdengar oleh yang lain. Semua yang diruangan itu hanya tersenyum melihat keduanya.
"Maaf" hanya itu yang mampu di ucapkan Sakura.
"Aku tahu kau kuat. Kau wanita terkuat yang pernah ku temui. Jadi kumohon jangan pernah berpikir untuk menyerah lagi. Kau mengerti!" kata-kata yang membuat mau tak mau Sakura tersenyum. "Aku akan membunuhmu kalau kau berusaha pergi lagi. Aku bersumpah!" bentak Ino sambil terisak. Sakura ingin mengangkat tangannya untuk mengusap punggung Ino namun hal itu tertahan saat ia merasa sakit yang luar biasa pada tangan kirinya.
"Uugghhh" Sakura menyerngit kesakitan. Melihatnya Shikamaru langsung menarik lengan Ino.
"Ino, kau menyakitinya" Ino yang masih terisak kemudian hanya menatap Sakura sambil berjalan mundur memberi ruang buat para dokter untuk memeriksa kondisi Sakura. Naruto hanya menatap Sakura sambil penuh raut kekhawatiran.
"Selamat datang kembali Sakura-chan"gumamnya lirih. Sakura menoleh ke arahnya. Ia menghapus airmatanya kemudian berbalik membelakangi Sakura. "Tolong..." bahunya bergetar. Sakura diam seakan menunggu kelanjutan ucapan Naruto. "Tolong jangan pergi lagi" Sakura tersenyum lemah. Mata redupnya hanya mampu menatap punggung Naruto yang berjalan menjauh.
"Naruto, arigatou" gumamnya lirih.
123456789
Naruto berjalan mendekati seorang gadis berambut pirang yang tengah membantu seorang gadis lainnya yang berambut pink, turun dari ranjang untuk duduk pada kursi roda. Sang gadis berambut pink tampak meringis kesakitan saat dirinya mencoba berdiri dengan satu kaki karena kaki yang lainnya terluka. Sang gadis pirang sedikit limbung menahan berat tubuh gadis pink itu. naruto yang melihatnya spontan langsung menangkap lengan gadis pink itu untuk membantu sang gadis pirang memapah gadis pink menuju kursi roda. Namun lagi-lagi sang gadis pink meringis kesakitan karena Naruto menyentuh tangannya yang terbebat perban.
"Ittai Naruto, lenganku belum pulih. Jangan menyentuhnya" seru gadis itu kesakitan. Naruto cengengesan.
"Kau seperti mumi Sakura-chan. Aku bingung harus memegang di sebelah mana. Tubuhmu di perban semua begini." Jawabnya santai. Kini Sakura telah duduk di kursi rodanya.
"Apa katamu?!" semprot Sakura. ino hanya menghela nafas. Ia memberi tas Sakura pada Naruto.
"Selalu seperti ini" batinnya. "Kau tidak berubah Sakura. Walau dalam keadaan mengenaskan begini, kau tetap mengerikan" gumamnya pelan tapi masih dapat di dengar Sakura. Membuat gadis pink itu murka.
"Apa kau bilang Ino! Kau ingin mati?hah!" semburnya. Ino kelabakan. Sepertinya salah bicara.
"Ano, uhmm...Aku hanya bercanda Sakura hahaha" Ino tertawa aneh. Cepat-cepat ia segera mendorong kursi roda Sakura untuk mengalihkan kemarahan gadis itu. Bisa gawat kalau Sakura sudah marah. "Sebaiknya kita berangkat sekarang" sambungnya lagi. Sakura mendengus. Meraka melangkah perlahan keluar dari ruangan ini dan berjalan di koridor rumah sakit.
"Kalian selalu saja membuatku emosi. Bisa tidak, tidak menggangguku sehari saja!" gerutunya sewot. "Hah, rasanya tenagaku cepat terkuras habis kalau bertemu kalian berdua" sambungnya masih dengan omelannya. Naruto tersenyum tipis mendengarnya.
"Syukurlah..." Sakura dan Ino reflek menoleh penuh tanda tanya ke arah Naruto saat mendengar gumaman pemuda pirang yang hampir tidak terdengar itu. Naruto yang melihat tatapan bertanya dari kedua gadis itu hanya cengengesan sambil menggaruk belakang kepalanya. "Hahaha... maksudku syukurlah Sakura sudah kembali seperti semula" jawabnya yang tidak di jawab oleh kedua gadis itu. mereka hanya diam menatap Naruto penuh arti. Naruto yang sadar kemudian ikut diam. "Aku sangat senang kau sudah kembali seperti dulu Sakura-chan. Aku pikir aku tidak akan melihatmu yang seperti ini lagi" sambungnya pelan. Sakura yang tadinya terdiam kemudian mendengus.
"Maksudmu apa? Kau pikir akan melihatku menjadi mayat? Begitu?" balas Sakura sarkastik.
"Jangan bicara seperti itu Sakura! Aku tidak suka!" bentak Ino marah. airmatanya mengambang. Sakura sedikit tercekat mendengarnya. Namun kemudian ia hanya bisa menghela nafas.
"Gomen, gomen, jangan terlalu berlebihan begitu Ino" jawabnya singkat. "Semuanya sudah lewat. Jadi lupakan saja. Aku juga tidak apa-apa kan?" sambungnya santai. Ino hanya menghapus airmatanya. Ia memukul lengan Naruto di sebelahnya.
"Ini gara-gara kau, baka!" serunya kesal.
"Ittai, Ino! Lenganku masih sakit! Kenapa kau malah memukulku!" Naruto meringis memegang tangannya yang masih di gips.
"Kau yang memancing-mancing Sakura, baka! Jangan pernah singgung hal itu lagi! Awas kau!" semprot Ino sambil memukul lengan Naruto lagi tanpa peduli dengan rintihan pemuda pirang itu. Sakura hanya terkekeh mendengar pertengkaran keduanya. Tanpa sadar mereka telah keluar dari rumah sakit itu. ino mengedarkan pandangannya kesekeliling halaman rumah sakit itu kemudian melambai tangannya semangat kearah seorang pemuda yang sedang bersandar pada sebuah mobil sedan hitam yang di parkir di bawah sebuah pohon rindang sambil bersedekap.
"Shikamaru!" panggilnya penuh semangat sambil masih melambai-lambaikan tangannya. Sakura hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. sedangkan pemuda yang dipanggil mendengus keras saat merasa beberapa orang yang menoleh ke arah mereka karena mendengar teriakan Ino. Ia segera memasuki mobil dan membawanya mendekati mereka. Sambil mengomel ia turun dari mobil sedan itu.
"Baka! Kenapa teriak-teriak begitu?!" katanya memarahi Ino. Yang dimarahi hanya merengut kesal. Shikamaru kemudian menatap Sakura.
"Kakashi-sama sudah menunggu. Jam sepuluh pertemuan akan dimulai. Kau masih punya waktu dua jam untuk itu. apa kau mau pulang dulu?" tanyanya pada Sakura. sakura menggeleng.
"Tidak ada yang bisa ku lakukan di rumah" jawabnya kemudian. "Baju- bajuku juga sudah dibawa pulang oleh Ino kemarin. Jadi sudah tidak alasan lagi untukku pulang. Kita langsung saja" sambungnya lagi. Shikamaru mengangguk kemudian membuka pintu belakang mobilnya.
"Aku akan menganggkatmu" katanya yang dijawab dengan anggukan oleh Sakura. sakurapun kini telah berganti tempat menduduki kursi belakang mobil Shikamaru bersama Ino. Naruto sendiri menempati kursi depan di samping Shikamaru. Menit berikutnya, mobil itu melaju meninggalkan halaman rumah sakit.
Selama perjalanan tidak ada yang memulai percakapan. Ino tampak asyik membaca majalah fashionnya. Naruto tengah menatap keluar. Sedangkan Sakura menunduk sambil memejamkan matanya. Namun ia tidak tidur. Shikamaru menatapnya lewat spion di depannya.
"Bagaimana keadaanmu Sakura?" tanya Shikamaru membuat Naruto spontan menoleh ke arahnya. Sakura membuka matanya, ia mengangkat wajahnya untuk menatap ke arah Shikamaru. Ino? Jangan tanya, gadis itu tampaknya tidak ambil pusing dengan pertanyaan Shikamaru. Sakura menghela nafas.
"Seperti yang kau lihat" jawabnya ringan. "Sebulan di rumah sakit tanpa melakukan apa-apa membuat ototku hilang" sambungnya lagi membuat Ino di sampingnya terkikik karena jawabannya. Naruto tertawa mendengarnya.
"Tentu saja hilang, kau seperti mumi begitu" celetuk Ino memancing amarah Sakura.
"Diam Pig!" umpat Sakura yang di balas juluran lidah Ino. Shikamaru hanya menghela nafas melihat mereka berdua.
"Apa tidak apa-apa?" tanyanya lagi. Sakura mengangkat sebelah alis tidak mengerti.
"Nngg?"
"Aku dengar dari dokter yang merawatmu, tubuhmu belum cukup kuat untuk beraktivitas. Bukankah itu berbahaya bagimu?" Sakura memutar matanya jengkel.
"Keadaanku justru akan semakin parah jika aku terlalu lama di rumah sakit" jawabnya sarkastik. "Lagipula kau tahu kan, Kakashi sensei ingin mengadakan pertemuan setelah aku keluar dari rumah sakit? Aku tidak mau membuatnya menunggu terlalu lama" sambungnya ringan. Shikamaru tersenyum miring.
"Kau benar-benar mengagumkan Sakura" pujinya membuat Sakura mendengus.
"Apa maksudmu?" jawabnya tidak suka. Shikamaru meliriknya lewat spion.
"Kau tahu, di kantor pusat kau sedang jadi bahan pembicaraan karena kejadian kemarin?" Sakura mengangkat alisnya tidak mengerti. Mendengar kata-kata Shikamaru mau tak mau membuat Ino menyingkirkan majalahnya. Matanya menatap Shikamaru antusias.
"Memangnya apa yang sedang di bicarakan Shika?" tanya Ino berbinar-binar sedang Sakura hanya berdecih melihatnya.
"Kemana saja kau? Bukankan seharusnya kau yang paling tahu hal-hal semacam itu?" tanyanya mengejek. Ino menatap Sakura cemberut.
"Siapa yang membuatku harus meminta cuti untuk menginap di rumah sakit dan merawatnya?" balas Ino mengejek. Sakura melotot tapi tidak membalas. Ino tersenyum menang. Ia lalu menoleh ke arah Shikamaru yang sedang menutup mata sambil menggeleng-geleng karena melihat perdebatan mereka berdua.
"Jadi apa yang mereka bicarakan tentang Sakura, Shika?" tanyanya menggebu-gebu.
"Hanya sesuatu yang tidak penting" jawabnya yang kemudian dibalas dengan tatapan mengerikan dari Ino seperti seolah mengatakan "kau ingin mempermainkanku?". Shikamaru mendesah melihat tatapan Ino.
"Mereka memberimu sebuah julukan" kata Shikamaru sambil menatap Sakura dari Spion. "Cat Women" sambungnya lagi. Lagi-lagi Sakura harus mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti.
"Apa?" tanya Sakura spontan. Disebelahnya Ino mengambil pose seperti orang yang sedang berpikir. Ia meletakan telunjuknya di dagu sambil menatap ke atas. Entah apa yang dipikirkannya. Mungkin hanya membandingkan. Sakura dengan kucing. Sakura dengan kucing? Naruto sendiri hanya menatap mereka tidak mengerti.
"Wanita dengan tujuh nyawa" balas Shikamaru singkat menjawab kebingungan Sakura. ia melirik spion untuk melihat reaksi gadis itu. Sakura mendengus keras-keras sambil tersenyum sinis. Kini dia mengerti maksud Shikamaru.
"Yang benar saja" jawabnya sinis. Ino masih dalam pose berpikir. Sedangkan Naruto menatap mereka dengan tatapan tidak mengerti. Shikamaru hanya tersenyum miring mendengar jawaban Sakura.
"Sepertinya itu memang benar Sakura" gumamnya lirih. Sakura tersenyum samar.
"Yah kau benar" pikirnya. "Dan ketujuh nyawaku ada padanya" sambungnya dalam hati. Ia melirik Naruto. "Selama kau ada aku akan tetap hidup. Aku janji"
123456789
Sakura menatap bosan beberapa mata yang tengah menatapnya dengan ekspresi campur aduk. Antara kagum dan penasaran. Di ruangan ini berkumpul semua ketua dari semua tim di divisi Interpol. Dapat di tangkap oleh matanya Nara Shikamaru Pemimpin Tim Pengendali sekaligus Ketua Divisi Pengatur Strategi, Hyuga Neji ketua Divisi Penembak Jitu, Eagle Eyes, Rock Lee Ketua Divisi Ice Bear, Inuzuka Kiba Ketua Divisi Pelacak, Liu Tenten Ketua Divisi Penjinak bom, Yamanaka Ino Ketua Divisi Investigasi. Sedikit mengerutkan alisnya penuh tanda tanya saat ia menatap seorang pemuda berambut hitam yang hadir juga dalam pertemuan itu. Rasanya ia pernah melihat pemuda itu. tapi segera ia tepis pemikiran yang menurutnya tidak penting itu. Untuk kesekian kali ia menghela nafas frustasi. Ia menoleh ke arah Kakashi yang tengah menatapnya dengan pandangan geli dan senyum yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Kakashi-sama, bisa kita segera mulai pertemuan ini? Hari ini acaraku bukan hanya untuk duduk diam dan menjadi bahan tontonan seperti ini. Banyak yang akan ku kerjakan" ucapnya sinis. Kakashi terkekeh.
"Baik...baik.." balasnya santai. "Sebenarnya tidak ada yang memaksamu untuk memulai pertemuan hari ini. Aku kan sudah bilang sampai kau sembuh total dulu" sambungnya lagi. Sakura mendengus.
"Aku tidak suka membuatmu menunggu Kakashi-sama" jawabnya malas yang di balas dengan kekehan dari Kakashi.
"Kau tidak berubah. Cat Women yang tangguh" balas Kakashi sambil tersenyum menggoda. Sakura mendecih sambil memutar bola matanya bosan.
"Tidak usah basa-basi Kakashi-sama. Ini bukan waktunya bercanda. Aku tidak punya waktu untuk berlama-lama di sini" Kakashi hanya mengangguk-angguk mengerti.
"Baiklah aku akan langsung pada intinya" katanya memulai pertemuan itu. "Pertemuan ini di adakan untuk membahas sedikit perubahan formasi dalam JIA" ia melirik Sakura. Sakura mengerutkan alisnya. Kakashi menghela nafasnya sejenak seperti sedang menyiapkan mental untuk menerima konsekuensi yang akan di ucapkannya nanti. "Haruno Sakura, kau akan di pindah dari bagian Divisi Penyerang Utama Fire Wolf ke Divisi Penembak Jitu Eagle Eyes" dalam satu tarikan nafas Kakashi mengucapkan isi dari pertemuan hari itu. Mata Sakura terbelalak.
"APAA!" serunya tidak percaya. Kakashi menatapnya dengan tatapan yang seolah mengatakan "apa kau tidak bisa dengar kata-kataku tadi?". Tentu saja Sakura kaget. Hei, dia adalah agen paling berpotensi untuk tim Fire wolf. Dia merasa dirinya paling cocok menjadi agen dalam tim yang bergerak paling depan. Memang kemampuan Snipernya tidak bisa di remehkan. Tapi kalau ia disuruh memilih, tentu ia akan lebih memilih masuk Tim Fire Wolf daripada Eagle Eyes. Oh Tuhan, tidak bisa di bayangkan kalau ia harus menjadi seorang sniper. Ia akan lebih banyak diam dan berkonsentrasi. Dan ia tidak terlalu suka itu. berbeda sekali dengan Tim Fire Wolf yang cenderung banyak terjun di lapangan secara langsung. Lagipula ia tidak bisa berada dalam tim yang berbeda dengan Naruto. Lebih tepatnya ia tidak mau. Itu bisa membuatnya tidak dapat melindungi pemuda itu. Ia menatap geram pada Kakashi. Jangan-jangan ini juga tujuan atasannya itu. Memisahkannya dengan Naruto.
"Apa maksudnya ini Kakashi-sama?" katanya tidak suka.
"Maksudnya kau akan di pindahkan ke Divisi Eagle Eyes. Hanya itu tidak ada maksud lain" jawabnya santai. "Ah, kalau maksudmu tentang kepemimpinan. Tenang saja. kau masih tetap kepala bagian tim lapangan"sambungnya santai. Sakura menggeram.
"Atas dasar apa anda memutuskan hal itu Kakashi-sama?!" ia menaikan satu oktaf suaranya. Kakashi menatapnya datar.
"Mempertimbangkan kondisimu sekarang sangat tidak mungkin kau terjun langsung ke lapangan. Jadi kuputuskan..."
BRAAKKKK
"Itu bukan alasan Kakashi-sama!" bentak Sakura menggebrak meja. Ia mengacuhkan rasa perih yang menjalar di tangannya akibat tindakannya itu. Semua yang di situ tercekat. Shikamaru menghela nafas malas.
"Sakura jaga sikapmu"tegurnya kemudian. Sakura seperti tidak mendengarnya. Ia menatap marah pada Kakashi.
"Kau tahu bagaimana aku! Aku tidak akan mati hanya karena luka kecil ini!" Oh yeah, Shikamaru tersenyum sinis mendengarnya. Luka kecil? Sedikit sombong, tapi Shikamaru harus akui kali ini Sakura benar.
"..."
"Jadi jangan membuatku tertawa dengan alasan konyol itu! katakan apa maksud semua ini?!" bentaknya lagi.
"..."
"Apa ini karena Naruto? Kau ingin memisahkanku dengannya?!"
"..."
"..."
"Aku tidak pernah mengatakan hal itu Sakura?" Sakura tercekat.
"Tapi kalau kau sudah menyadarinya, itu bagus. Dengan begitu aku tidak perlu susah-susah memberimu pengertian" Sakura menatapnya tidak suka.
"Kau tahu kan, aturan-aturan dalam interpol?" Kakashi menatapnya serius. Sakura tidak menjawab.
"Aku sudah pernah memperingatkanmu berkali-kali. Jangan pernah kau libatkan emosimu jika sedang dalam misi" tegas Kakashi.
"..."
"..."
"Aku rasa kau harusnya paham apa maksudnya itu" sambung Kakashi saat tidak mendapat tanggapan dari Sakura. sakura tetap tidak bereaksi. Tetap pada posisinya, menatap Kakashi tidak suka. Karenanya Kakashi menghela nafas.
"Ini permintaan dari Departement Pertahanan" jawab Kakashi akhirnya. Sakura mengerutkan alisnya. Sedikit terkejut dan bingung. Departemen Pertahanan? Apa hubungan JIA dengan Departemen itu?
"Sebagaimana kau tahu, JIA adalah satuan Inteligent di bawah kuasa langsung Perdana Menteri Jepang" lanjut Kakashi menjawab kebingungan Sakura. sakura masih belum dapat menangkap hubungan dari kata-kata Kakashi dengan keputusan kepindahannya ke Divisi Penembak Jitu. Kalau tentang hal itu, ia juga tahu. Ia hanya diam mendengar lanjutan kata-kata Kakashi.
"Kita hanya menjalankan perintah langsung dari Perdana Menteri. Kita tidak berhubungan dengan Departement Pertahanan. Tugas kita hanya menjalankan misi-misi kenegaraan, misi Internasional dan pengamanan negara, bukan hal-hal yang berbau militer"
"..."
"Tapi saat Sidang Parlemen lima tahun yang lalu, terjadi perbedaan pendapat tentang hal ini. Jenderal tertinggi Departemen Pertahanan, Shimura Danzo ingin agar JIA dan Departement Pertahan tidak terpisah kesatuan. Menurutnya hal ini akan memecah kekuatan militer Jepang. Ia ingin agar kedua satuan bekerja sama untuk keamanan Negara" sambung Kakashi lagi. Oke, sejauh ini Sakura tidak melihat ada masalah karena hal itu. lalu kenapa ia di pindah divisi?.
"Lalu dimana masalahnya Kakashi-sama?" tanyanya sarkastik. Kakashi menghela nafas malas.
"Tidak sabaran" keluhnya dalam hati.
"Setelah lima tahun usul itu di berikan, Perdana Menteri akhirnya menyetujui usul itu beberapa bulan yang lalu" Sakura menaikan sebelah alisnya. Jadi sekarang JIA adalah satu kesatuan dengan Departemen Pertahanan. "JIA dan Departemen Pertahanan menjadi satu unit militer Jepang. Sekarang JIA ada di bawah naungan Departemen Pertahanan. Setelah di resmikan kita tidak hanya akan mendapat perintah dari Perdana Menteri, tapi juga dari Jenderal Departement Pertahanan Shimura Danzou" kini alis Sakura yang bertemu. Shimura Danzou? Dia pernah mendengarnya. Bukankah itu salah satu kandidat Perdana Menteri Jepang yang kalah dua puluh tahun yang lalu? Sakura tidak begitu yakin karena waktu itu ia masih berusia dua tahun, hanya saja dari yang dia dengar Shimura Danzou di tolak menjadi Perdana Menteri karena sifat keras dan tegasnya yang terlalu ekstrim. Ia adalah seorang bertangan besi dan berhati dingin. Ia akhirnya dipilih untuk memimpin satuan militer karena sifatnya itu. Shimura Danzou selalu melatih para prajuritnya tanpa menggunakan hati. Pantas saja ia di tolak menjadi Perdana Menteri. Namun tidak dapat di pungkiri, dari seluruh Jenderal yang pernah memimpin, masa kepemimpinan Danzoulah yang paling gemilang. Jepang memiliki kesatuan militer terkuat kedua setelah USA.
Tapi kalau Sakura tidak salah ingat, waktu itu juga sempat tersiar gosip kalau Danzou ingin melengserkan posisi Perdana Menteri yang sekarang. Tujuan utamanya sebenarnya adalah menguasai seluruh Jepang dan menjadikan negara itu menjadi negara Adikuasa satu-satunya di dunia. Tentu saja banyak yang protes tentang hal itu karena dapat memicu perang. Tapi pihak Danzou membantah isu itu. dan seiring berjalannya waktu isu itupun hilang. Pada akhirnya lima tahun yang lalu, ia memberikan ide penyatuan kesatuan dengan JIA. Entahlah motif apa yang mendasarinya.
Awalnya Sakura tidak begitu peduli dengan penjelasan Kakashi tentang Departement Pertahanan. Yang ia inginkan adalah penjelasan tentang kepindahannya. Namun setelah ia mendengar hal ini, ia jadi sedikit melupakan fokus utamanya.
"Tunggu Kakashi-sama" ucapnya membuat Kakashi menoleh ke arahnya. "Apa itu berarti kita berada di bawah kuasa Tuan Shimura Danzou? Bukankah itu berbahaya bagi posisi Perdana Menteri? Mengingat masalah masa lalu mereka, kita tidak tahu apa yang motifnya. Dan apa kita juga akan dilatih seperti kesatuan militer itu?" oh hell, mengingat pelatihan yang menurut Sakura tidak manusiawi. Ia pernah melihatnya. Kakashi tersenyum mendengar pertanyaan Sakura.
"Cerdas dan gegabah. Seperti biasa" pikirnya. Ia melirik pemuda asing berambut hitam yang ada di ruangan ini. Tidak berekspresi. Kemudian ia melirik Shikamaru yang menatapnya sambil tersenyum miring. Pemuda itu kemudian mengangkat bahu. Kakashi kembali menatap Sakura.
"Tentu tidak Sakura. Setiap perintah yang turun pada kita, akan terlebih dahulu melalui Perdana Menteri. Kita akan melakukan perintah jika di setujui oleh Perdana Menteri. Kecuali untuk keadaan-keadaan Emergency. Tapi itupun melalui persetujuanku dan akan sesegera mungkin aku laporkan pada Perdana Menteri. Dan tentang ada atau tidaknya motif dibalik semua ini, aku rasa kita tidak punya kuasa untuk itu. Itu adalah masalah internal dalam politik, kita tidak berhak untuk ikut campur. Kita hanya melaksanakan perintah dari atas tentang keamanan negara. Tapi tentu kita tidak akan membiarkan orang-orang yang ingin membahayakan Perdana Menteri bukan?" jelas Kakashi dan kemudian menatap pemuda berambut hitam yang tidak diketahui namanya oleh Sakura. Sakura menatap bingung pada Kakashi. Seperti tersirat sesuatu pada kalimat terakhir pria itu. Ia menatap arah pandang Kakashi. Irisnya menangkap pemuda pucat berambut hitam yang asing baginya. Akhirnya timbul keingintahuannya tentang pemuda itu. siapa dia? Ia kembali menatap Kakashi.
"Akan ada beberapa perubahan formasi dalam divisi. Tuan Danzou meminta adanya pertukaran personil kepemimpinan antara JIA dan kemiliteran. Dan dengan tegas aku menolak. Agen-agen JIA adalah agen terbaik yang sudah terlatih. Bukan hanya kemampuan fisiknya tetapi juga kemampuan sniper dan mengatur strateginya. Aku akui memang kemiliteran sangat mengagumkan kemampuan fisik,perang dan daya tahan hidupnya, tapi tetap saja JIA membutuhkan orang-orang yang terlatih untuk menyelesaikan misi secara rahasia bukan karena kemampuan perang. Dan menurutku orang-orang militer akan susah untuk menyesuaikan diri. Dan juga tentu saja aku akan kehilangan orang-orang yang aku butuhkan untuk misi mengingat personil inti JIA yang sangat sedikit. Karena itulah aku mengusulkan penambahan pada pihak kita saja" Sakura agak tidak mengerti maksud kalimat terakhir Kakashi.
"Akan ada penambahan di pihak kita dari personil Departement Pertahanan. Tuan Danzou menyetujuinya dengan syarat personilnya harus menduduki peranan penting dalam divisi. Perdana Menteri menyetujuinya" Sakura mengerutkan alisnya. Agaknya ia mulai paham dengan arah pembicaraan ini. Dan sepertinya ia mendapat firasat buruk.
"Aku diberi kekuasaan penuh oleh Perdana Menteri untuk mengatur tentang perubahan formasi ini. Dan menurutku posisi yang cocok untuk personil Departement Pertahanan adalah Divisi Penyerang Utama dan Divisi Penyerang Pertahanan" Nafas Sakura tercekat. Jadi ini alasannya.
"Aku akan membagi Divisi Penyerang Utama dan Divisi Penyerang Pertahanan menjadi dua bagian. Sebagian akan tetap di tim dan sebagian lain aku tarik ke divisi lain" Kakashi menatap Sakura serius. Ia melihat gadis itu menatapnya tidak suka.
"Seperti yang kita tahu, setiap divisi ada pemimpin dan Wakilnya. Aku hanya perlu memilih salah satunya. Untuk Divisi Penyerang Utama, aku sudah memutuskan untuk menarik Pemimpin Divisi Haruno Sakura ke Divisi Penembak Jitu"
"Tapi Kakashi-sama..."
"Dari antara kau dan Naruto, kaulah yang paling cocok untuk masuk Divisi Penembak Jitu. Aku tidak mungkin menempatkan orang yang salah pada suatu Divisi. Aku harap kau mengerti Nona Haruno" potong Kakashi sebelum Sakura menyelesaikan protesnya. Sakura hanya bisa mengepalkan tangannya geram.
"Karena kau adalah pemimpin Divisi Penyerang, kau berhak memilih tim yang tinggal dan yang ikut denganmu" sambungnya sambil menatap Sakura tegas. Kemudian ia menoleh menatap Rock Lee.
"Dan untuk Divisi Penyerang Pertahanan akan aku umumkan setelah mengambil voting. Agak sangat membingungkan memilih Rock Lee dan Akimichi Chouji" Sakura mendengus. Tentu saja membingungkan. Kedua orang itu memang yang paling cocok di Divisi Penyerang Pertahanan mengingat fisik mereka dan juga mereka bukanlah tipe orang yang tenang. Apa Kakashi sudah gila memindahkan mereka? Kakashi kemudian menatap satu per satu wajah yang ada di hadapannya. Matanya terhenti saat melihat wajah kusut Sakura. ia hanya menghela nafas kemudian memandang mereka lagi satu per satu.
"Apa ada yang belum di pahami? Atau ada yang ingin berkomentar?" tanyanya pada mereka yang hanya di jawab dengan gelengan oleh mereka kecuali Sakura. karenanya Kakashi menatap gadis itu. "Sakura?" Sakura menoleh malas.
"Memang apa yang bisa ku komentari? Menolak juga tidak ada gunanyakan?" jawabnya sarkastik. Kakashi hanya menatapnya datar.
"Baiklah kalau begitu. Aku anggap kalian sudah paham dan setuju keputusanku" katanya kemudian diikuti dengusan Sakura. "Setelah ini aku minta Haruno Sakura dan Nara Shikamaru untuk menemuiku, ada yang ingin ku bicarakan sebentar" sambungnya diikuti tatapan bertanya dari Sakura, namun tidak di gubrisnya. "Ah ya, ada satu lagi" Ia menatap pemuda pucat berambut hitam yang dari tadi membuat Sakura bertanya-tanya tentang identitasnya. "Shimura-sama, bisa kau perkenalkan dirimu?" Alis Sakura naik sebelah. Ia menoleh ke arah pandang Kakashi. Pemuda berambut hitam tadi. pemuda itu berdiri.
"Shimura Sai" Kakashi tersenyum kaku saat beberapa mata disini yang kini beralih menatapnya bingung karena tidak dapat penjelasan lebih tentang identitas pemuda ini kecuali nama lengkapnya. Shimura? Sakura menatapnya penuh tanda tanya. Apa hubungannya dengan Tuan Danzou?
"Ah baiklah, dia adalah Shimura Sai. Salah satu Pemimpin Divisi di Departement Pertahanan. Ia yang terpilih untuk masuk ke JIA" Kakashi sedikit menghentikan kalimatnya untuk melirik Sakura, melihat reaksi gadis itu. sakura, tidak perlu di tanya, kini ia sudah sukses melotot mendengar perkataan Kakashi.
"Jangan bilang..." ucapnya dalam hati.
"Dia yang akan menggantikan posisi Sakura dalam Divisi Penyerang. Ia pemimpin Divisi Penyerang yang baru" Sakura menatap tajam pada Sai. Sai menggulirkan matanya pelan ke arah Sakura. dan apa yang di lakukan pemuda itu setelahnya membuat Sakura kaget. Ia tersenyum ke arah Sakura. senyum yang membuat Sakura tidak suka. Seperti menghina.
"Suatu kehormatan bisa mengganti posisi Cat Women JIA" ucapnya membuat muka Sakura merah menahan geram. Tapi kemudian ia hanya mampu berdecih. Ia tersenyum sinis.
"Senang bisa bertemu denganmu Tuan bermulut manis" balasnya sarkastik. Pemuda tadi tetap tersenyum.
"Senang juga bisa bertemu denganmu Nona mumi jelek" balas pemuda itu yang sukses membuat semua yang ada di situ menganga tidak percaya. Sakura?
"..."
"..."
"..."
"Apa katamu! Hah!"
TO BE CONTINUE
Gimana? Gimana? Dilanjutkankah? Ataw mending buang sampah?
Kritik dan sarannya yah
