Title: My Family, My Treasure

Disclaimer: Persona Series bukan punyaku. Kalo punyaku ini sudah kujadiin FES-nya. –dilempar ke jurang-

A/N: Fuh, ujian2 gini sempet-sempetnya aku bikin fanfic. Di sini diceritakan Souji punya adik. Yah, aku memang pernah bikin fanfic yang ada adiknya, tapi ya namanya juga fanfic. Beda sedikit nggak apa, kan? Udahlah. Pokoknya enjoy, lah.

Souji melihat ke luar jendela kereta. Ia tersenyum. Dalam hati ia bersumpah untuk tidak melupakan petualangannya bersama teman-temannya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa justru dirinya akan mengalami sesuatu yang tidak dia inginkan.

HP Souji berdering. Dari adiknya, Karin. Ia mengangkat telepon itu. "Halo?" namun tidak ada jawaban. Hanya isak tangis yang terdengar. Isak tangis adik semata wayangnya. Ia mengambil inisiatif untuk bertanya. "Ada apa?"

Karin, yang semula hanya bisa terisak kini sedikit lebih tenang setelah ia mendengar suara kakaknya. Ia mulai bicara. "Tidakkah kau lihat berita pagi ini?" ia bertanya. Souji mengernyitkan dahinya. Ia berfikir. "Tidak. Ada apa?"

Isak tangis Karin kembali terdengar. "Pesawatnya..." kata-katanya terputus. Tiba-tiba Souji menjadi cemas. Pesawat. Ya, dengan kendaraan itulah orangtua mereka akan pulang ke Jepang. Dan mestinya, saat ini mereka sedang dalam perjalanan. Itulah mengapa ia menjadi cemas. Jangan-jangan...

"Kecelakaan..." katanya terbata. Seakan mendapat petir di siang bolong, Souji membelalak. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Pesawat itu mengalami kerusakan di udara dan meledak di dalam air. Di berita dikatakan bahwa tidak ada korban selamat..." katanya lagi. Souji benar-benar shock sekarang. Ia tidak pernah membayangkan hal itu. Teteapi ia tetap berusaha untuk tegar.

"Jika mereka berdua benar-benar telah pergi..." Souji terdiam sesaat. "Maka aku akan selalu di sisimu." Karin yang mendengar kata-kata itu, langsung merasa lebih baik. "Sungguh?" tanyanya. "Ya." Jawabnya sungguh-sunguh. "Kau berjanji." "Iya."

Namun, sesuatu yang paling tidak mereka inginkan terjadi. Kereta itu mengalami lepas kendali dan beberapa kerusakan lainnya. Remnya pun blong. Kereta yang tak terkendali itu terhempas jatuh ke dataran yang lebih rendah di bawah rel, dan melebur di situ. Souji tak bisa apa-apa lagi. Ia telah kehilangan kesadarannya. Karin mendengar bagaimana kereta itu terjatuh, dan jeritan para penumpang yang meregang nyawa. Seketika lututnya menjadi lemas. Ia tak bisa berkata-kata lagi. Air mata terjatuh ke pipinya. Pepohonan yang berada di dekat puing-puing kereta itu bergoyang perlahan. Menjadi saksi bisu kecelakaan yang memilukan tersebut.

-------------------------------------

Inaba. Dojima mendapat panggilan dari atasannya. Ia diperintahkan untuk melihat kondisi TKP kecelakaan kereta itu. Ya, ia pun telah mengetahui hal itu. Namun ia mencoba berpikir positif tentang keselamatan Souji. Dan yang paling memilukan, Nanako bertanya padanya, "Apa yang terjadi pada onii-san?" tentu saja ia tak bisa menjawab.

Keadaan kereta itu benar-benar mengerikan. Mayat-mayat penumpang yang saling tumpang tindih dengan kondisi yang tidak sempurna lagi itu bertebaran. Darah segar menggenang dimana-mana. Tim SAR sedang melakukan pencarian korban-korban yang tertimbun reruntuhan kereta. Dojima, yang menatap keadaan itu dengan mata kosong, tanpa sadar menuju ke bagian depan gerbong dua yang sekarang sudah tak berbentuk. Ia menggeser sebuah lempengan besi besar yang ada di sana. Dan tampaklah sesosok tubuh yang tidak asing lagi baginya. Ya, Souji berada di sana. Dojima hampir mengiranya tewas jika tangannya tidak bergerak sedikit. Di saat itu ia mendapat telepon lagi dari atasannya. "Bagaimana keadaan di sana?" Dojima menjawab dengan satu kata. Hancur. Tak lebih dan tak kurang. Hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Rumah Sakit. Souji yang kini tengah berada di Ruang Gawat Darurat, mengalami luka yang luar biasa parah. Dokter mengatakan bahwa dirinya yang selamat itu merupakan suatu keajaiban. Sebab, dia adalah satu-satunya korban selamat. Yosuke dan yang lainnya menunggu di luar. Rise menangis tersedu-sedu.

"Aku tidak percaya... Senpai..." ia merundukkan kepalanya. Ia tidak ingin menunjukkan air matanya kepada teman-temannya. Kanji menyandarkan kepalanya ke dinding dan menatap ke langit-langit. Ia pun tidak percaya dengan kejadian itu. Chie terisak di sebelah Rise. Yukiko menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Teddie terduduk di lantai dalam keadaan memasrahkan semuanya pada yang kuasa. Dan Yosuke... berdiri dengan wajah tertunduk di hadapan pintu ruang UGD. Dengan wajah pilu dan pucat. Semua bersedih. Leader mereka adalah harta mereka. Dan mereka tidak akan menerima bila pimpinan mereka meninggalkan mereka lebih dulu.

-------------------------------------

Tatsumi Port Island. Di sanalah Karin bersekolah selama tahun terakhir masa SMP-nya. Ia sedang berada di dorm tempat anggota S.E.E.S. dulu tinggal ketika ia menerima semua kabar buruk itu. Tempat itu masih digunakan oleh mereka untuk berkumpul. Dan Mitsuru yang kebetulan berada di sana, mengijinkan Karon menginap semalam di sana karena ia meraih prestasi yang tak kalah tinggi dengan kakaknya. Semua anggota S.E.E.S. ada di tingkat atas ketika Karin menerima semua cobaan itu. Ia terduduk lemas do samping sofa. TV di ruangan itu memberitakan tentang kecelakaan pesawat dan kereta itu, silih berganti.

Koromaru yang merasa 'tamu' mereka sedang dalam masalah, berlari turun. Yang lainnya hanya melihatnya dengan heran. "Kenapa dia?" tanya Junpei. Akihiko hanya mengangkat bahu. Ia tak tertarik untuk mengikuti anjing itu. Di bawah, Koromaru yang menyadari keadaan Karin yang seperti itu, langsung melihatke arah TV. Kecelakaan pesawat dengan tidak adanya seorang korban pun selamat, dan kecelakaan kereta dengan hanya SATU korban selamat. Ia berpikir, pasti ada hubungannya dengan air mata Karin. Koro mendekat, menjilati air matanya. Karin masih diam membisu. Ia tetap terduduk di situ, ketika Fuuka datang menyusul Koromaru.

"Karin-chan? Kenapa?" Fuuka tidak menyadari air mata anak itu. Ia mendekat, dan menyadari berita memilukan yang sedari tadi ditunjukkan silih berganti. Samar-samar ia mendengar isakan Karin. "...padahal kau sudah berjanji, untuk terus berada di sampingku..." Fuuka yang melihatnya merasa pilu. Ia yakin pasti ada apa-apanya dengan dua berita kecelakaan itu.

"Dalam kecelakaan yang terjadi 47 km dari Yasoinaba Station, hanya ada seorang korban selamat. Seorang pemuda berusia sekitar 17 tahun, yang bernama Souji Seta, saat ini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit..." Karin hampir berteriak ketika mendengar hal itu. Kakaknya masih hidup! Ia tidak menyagka. Ia berdiri. "Kalau begitu, berjanjilah untuk tetap bertahan sampai aku tiba di sana..." katanya kemudian beranjak. Tetapi Yukari yang tiba-tiba datang langsung menahannya.

"Kau mau ke mana?" tanyanya sedikit ketus. Anggota S.E.E.S. lainnya menyusul ke bawah. "Ada apa, Takeba?" Mitsuru melihatnya menggenggam tangan Karin. "Anak ini ingin pergi..." jawabnya. Fuuka menghela napas. "Karin-chan, coba kau jelaskan dulu apa yang terjadi," katanya lembut. Karin mengangguk perlahan, dan menjelaskan semuanya. Semua yang mendengarnya terenyuh. Mitsuru mengijinkan dia untuk pergi ke tempat kakaknya. "Bila ada apa-apa, hubungi kami," katanya. Karin mengangguk. Ia pun mulai mengemasi barang-barangnya.

-------------------------------------

Di Inaba, Naoto yang sedari tadi diam membisu hanya bisa berdoa. Perasaannya kacau. Ia menyayangi dan mencintai Souji. Ia hanya bisa berharap, 'semoga Senpai tidak bernasib seperti kakak.'

Fuh, sampai di sini dulu, lah. Pegel. Souji, kira-kira selamat atau tidak? Yah, itu masih rahasia. Err, review, please?