Saiki Kusuo no Ψ-nan

Fan Fiction

"To Get Her"

Fan Fiction ini dirancang untuk melanjutkan ending Saiki Kusuo no Ψ-nan yang menurut saya sendiri agak "gantung"

Enjoy :)

"Yo, Saiki." sapa Kaidou seperti biasa seakan akan kejadian kemarin itu bukan apa-apa.

"Oh, Aibou!" kata Nendou ikut menyapa. Dia juga tidak mempermasalahkan kejadian itu. Ya, mungkin karena dia itu bodoh.

Semua orang bersikap seperti biasa. Kuboyasu, Yumehara-san, Saiko, Hairo, begitupun dengan Mera-san. Aku heran kenapa mereka bisa menerimanya dengan mudah padahal aku sudah sangat khawatir, yare-yare.

Yang belum bisa menerimanya hanya Teruhashi-san. Hal itu wajar saja karena sifat asli yang dia sembunyikan selama ini ternyata telah diketahui olehku dari awal.

"Apa?! Kau seorang cenayang? Yang bisa menerbangkan benda-benda seperti acara sulap di tv itu?" Kata Kaidou dengan ekspresi kaget.

"Bukan cuma menerbangkan benda, aku juga bisa berbagai hal lainnya. telepati, pyrokinesis, teleport, clairvoyance, dan berbagai hal lainnya. Singkatnya, tak ada hal yang tak bisa kulakukan." Lanjutku menjelaskan.

"Dan sekarang kau kehilangan kekuatanmu karena telah menggunakan alat yang dibuat oleh kakakmu sendiri? Lalu bagaimana caramu menjelaskan kaca yang pecah tadi? Maaf tapi sulit bagiku menerimanya." Balas Kuboyasu yang pada awalnya memang tidak percaya hal hal supernatural.

"Ya, kekuatanku harusnya telah hilang. Tapi entah kenapa aku masih bisa memecahkan kaca tanpa menyentuhnya sama sekali." Jawabku yang masih bingung.

"Akan kutanyakan hal ini pada kakakku nanti." Sambungku.

Saat ini aku tidak bisa membaca pikiran mereka tapi aku tahu kalau mereka sedang kebingungan. Berusaha menerima fakta bahwa aku memiliki kekuatan mengerikan yang tidak pernah kubicarakan pada mereka.

"Jadi, selama ini Saiki-kun bisa mendengar isi hati kita?" Kata Teruhashi.

"Dan bisa melihat seluruh sudut tubuh kita." Lanjut Yumehara.

Ya, aku sudah siap dengan ini. Ini adalah hal wajar apabila mengetahui bahwa sesuatu yang kau tidak ingin orang lain ketahui, dapat diketahui dengan mudahnya oleh orang lain. Apalagi orang itu tidak mengatakan apa-apa.

"Tapi aku percaya Saiki-kun adalah orang yang baik. Buktinya dia tidak pernah memberitahukan rahasia kita kepada orang lain, maupun menggunakan kekuatannya untuk hal hal yang buruk." Kata Hairo yang pada awalnya memang orang yang baik.

"Ya, Saiki tidak mungkin melakukan hal buruk dengan kekuatannya kan?" Lanjut Kaidou.

"Meski sulit menerima ceritanya tapi aku percaya padamu, Saiki." Ikut Kuboyasu.

Yare-yare, mereka semua benar-benar orang yang baik. Tak kusangka mereka akan menerima hal ini dengan mudahnya.

"Semuanya, terima kasih." Kataku.

"Apa yang kau katakan Saiki? Tidak perlu berterima kasih. Kita ini teman kan? Teman itu harus menerima satu sama lain, bukan?" Balas Kaidou dengan wajah ceria.

Tapi saat itu aku menyadari, bahwa Teruhashi-san masih belum bisa menerima hal ini. Dapat dilihat dari wajahnya yang terlihat masih bingung dan masih berpikir.

Ah, andai saja aku berbicara dengannya kemarin mungkin saat ini dia sudah berperilaku seperti biasa.

Yare-yare, padahal aku sudah cukup tenang tapi harus berhadapan dengan hal merepotkan lagi. Aku akan coba bicara dengannya sepulang sekolah. Semoga dia bisa menerimanya dengan baik.

Ngomong-ngomong soal kekuatanku, mereka sudah menghilang. Yah, walaupun tidak benar benar menghilang. Kemarin aku bertanya pada kakakku tentang kekuatanku yang belum sepenuhnya menghilang, namun dia justru menanggapinya dengan gembira. Mungkin karena dia bisa menantangku lagi untuk mengusir kebosanannya.

"Aku membuat alat ini 6 bulan lalu dengan menggunakan analisis terhadap kekuatanmu saat itu. Namun kau baru menggunakannya kemarin. Menurutku kekuatanmu tidak menghilang karena kekuatanmu telah berkembang sejak 6 bulan lalu saat aku membuat alat penghilang kekuatan yang kau pakai."Jelasnya.

"Aku sudah menduga hal ini dan melakukan beberapa penelitian. Kusuo, kekuatanmu akan tetap berkembang namun lebih cepat dari sebelumnya. Mungkin waktu perkembangan kekuatanmu akan kembali normal setelah kekuatanmu kembali sepenuhnya." Lanjutnya.

"Kapan itu?"

"Aku juga tidak tau kapan pastinya sih, tapi sepertinya akan kembali dalam waktu dekat. Mungkin sekitar sebulan?"

Aku tak menyangka bahwa kekuatanku akan kembali lagi. Bahkan dalam waktu singkat.

Saat ini aku belum dapat membaca pikiran orang lain. Tapi tadi pagi aku mulai merasakan kalau kekuatan telekinesisku telah kembali, aku sudah bisa menerbangkan benda tapi baru yang ringan-ringan saja. Tadi pagi aku baru bisa mengangkat rumah saja.

Bel pulang telah berbunyi. Aku harus bicara dengan Teruhashi-san. Tidak perlu repot-repot mencarinya. Saat ini, kami duduk bersebelahan. Yah, tanpa kekuatanku mana bisa aku bisa mengalahkan dia yang dicintai oleh Dewa.

"Teruhashi-sa--" Saat aku memanggilnya dia buru-buru membereskan barang-barangnya dan mencoba untuk keluar dari kelas dengan segera.

"Teruhashi-san!" Kataku mencoba menghentikannya. Namun dia tetap saja berjalan dan tak menghiraukanku.

Dia seakan mencoba lari dariku. Tentu saja aku tidak akan membiarkannya. Aku pun meraih tangannya dan menghentikannya.

"Tunggu sebentar Teruhashi-san. Aku tahu kau sedang bingung tapi tolong dengarkan aku sebentar."

Dia tidak menoleh seakan tidak ingin melihat wajahku. Memang seharusnya aku mengatakan ini sejak awal, yare-yare.

"Teruhashi-san, aku memiliki kemampuan ini sejak lahir. Aku telah mendengar banyak suara hati orang-orang. Oleh karena itu aku bisa mengetahui kalau kalian semua adalah orang yang baik. Aku tidak ingin perilakumu berubah karena kekuatanku ini."

Dia berbalik, melihat ke arahku. Kulihat matanya basah. Aku tidak tahu pikirannya saat ini karena kekuatanku belum kembali sepenuhnya.

"Jadi bagaimana?" tanyanya, terisak

"Bagaimana apanya?"

"Tentu saja perasaanku, baka. Kau sudah melihat isi hatiku selama ini 'kan? Tentu saja kau tahu kalau aku sebenarnya menyukaimu." Pipinya memerah, mencoba menahan rasa malu.

Ah, aku tidak memikirkannya sampai kesitu. Bagaimana aku akan menanggapinya?

"Mengenai hal itu, bisakah kau memberikanku waktu sebentar? Aku butuh waktu untuk memikirkan hal itu." Tanyaku ragu.

Wajah Teruhashi-san cemberut, tapi aku tahu kalau perasaannya sudah lebih baik. Sekarang aku harus memikirkan tentang perasaan Teruhashi-san.

Yare-yare, bukannya menyelesaikan masalah aku malah menambah masalah baru. Ya biarlah, aku akan memikirkannya di rumah nanti.

Bersambung...