Ansatsu Kyoshitsu © Matsui Yuusei

.

Warning : OOC, miss typo, etc.

.

Enjoy it!

.

Srak.

Karma menjauh dari daun pintu yang begitu ia geser debu langsung beterbangan ke arahnya. Ia mengibaskan tangannya di depan wajah. Nagisa diam-diam tersenyum kecil melihat tingkah temannya itu.

"Apa yang mau kita cari di dalam sini Karma?"

"Sesuatu. Hal yang biasanya disembunyikan mati-matian oleh seseorang. Kotak rahasia," jawab Karma dengan nada yang dibuat misterius.

Remaja yang sudah menjadi laki-laki dewasa mapan dan tampan itu melangkah masuk ke ruang guru dan menjelajah setiap inchi meja mendiang guru gurita mereka. Membuka tutup laci dan mengintip ke berbagai celah di mana sesuatu mungkin dapat disimpan.

"Menemukan sesuatu?" tanya Nagisa yang lelah mengamati dari tadi.

"Tidak ada. Dia memang cerdik menyembunyikan sesuatu."

"Yah, kalau memang itu benar ada."

Karma berjalan ke sisi lain ruangan. Memeriksa berbagai tempat dengan jeli. Ia masih tak ubahnya seperti bocah yang penasaran.

Tak. Tak.

Kakinya menekan-nekan lantai kayu di bawahnya. Ia menyeringai kecil saat mendengar bunyi yang berbeda dari lantai tepat di bawah kursi kerja Koro-sensei. Tangannya cekatan membuka celah yang ada di sana.

Karma tidak kesulitan. Toh menemukan lubang di bawah lantai itu sama seperti mengambil senjata rahasia mereka yang disembunyikan di bawah lantai kelas. Kelewat mudah dan sudah menjadi kebiasaan.

"He... Ternyata dia tidak cukup pintar," ujarnya sambil mengeluarkan kotak kayu berukuran sedang yang sangat berdebu. "Ayo kita buka Nagisa."

"Jika dia masih hidup, Koro-sensei akan menangis kalau kau membuka kotak rahasianya."

Karma mendongak ke langit-langit. "Mungkin kau benar. Kotak ini pasti berisi barang memalukan koleksinya yang berharga."

Karma meniup tutup kotak itu, menerbangkan debunya. Ia beruntung kotak itu tidak menggunakan gembok. Atau mungkin karena kecerobohan pemiliknya kotak itu lupa digembok.

"Hanya ada tumpukan kertas yang sudah kusam," beritahunya pada Nagisa yang ikut mengintip.

Karma tampak tidak tertarik. Tapi tidak dengan Nagisa. Laki-laki dengan surai biru yang dipotong pendek itu mengambil satu lembar kertas dan mulai membaca yang tertulis di sana.

Ia tersenyum pada Karma.

"Kau harus membaca kertas-kertas ini juga Karma."

.

.

.

Kolam renang di musim panas memang yang terbaik.

Mereka sangat menikmatinya. Mereka bersenang-senang. Meskipun hari ini sangat panas, mereka bergembira.

Dan aku senang bisa membuat mereka merasakan seperti apa rasanya menjadi anak-anak SMP biasa.

.

Musim dingin yang buruk.

Tidak ada rencana pembunuhan. Tidak ada yang bersemangat menyusun strategi. Tidak ada yang pergi latihan tambahan.

Tidak ada perayaan tahun baru yang menyenangkan.

Akhir tahun yang buruk.

.

Praktikum memasak yang menyenangkan.

Semua murid-murid berusaha membuat makanan terbaik mereka walau masih banyak kekurangan di sana-sini. Aku senang melihat mereka bekerja keras.

Dan, Karma-kun tidak bisa mengalahkanku hari ini. Menyenangkan sekali melihat wajah kesalnya yang malu-malu.

.

Benar-benar agenda yang hebat, membuat album kenangan paling hebat yang pernah ada. Berkeliling dunia dalam waktu satu hari. Tidak ada yang bisa melakukannya kecuali aku, Koro-sensei!

Nyunyahahaha!

Mereka kelihatannya sangat bahagia bisa pergi ke luar negeri dengan pelayanan khusus.

.

Sudah jauh-jauh pergi ke Italia membeli gelato... Tapi Karma-kun malah memakannya.

Menyebalkan sekali!

Lihat saja... aku akan memberikan pelajaran berharga untuknya!

.

Bencana datang!

Murid baruku ternyata juga memiliki tentakel! Apa-apaan dia?! Apakah ini juga ulah Yanagisawa? Aku tidak akan memaafkannya jika sampai itu benar.

Aku sangat marah. Aku juga bingung. Bagaimana aku bisa menyelamatkan Itona?

.

Nakamura-san ternyata anak yang bandel. Lagi-lagi dia menembak di tengah pembelajaran.

Tingkat percaya dirinya tinggi sekali. Tapi aku menyukai itu.

Nurufufufu.

.

Irina-sensei menyebalkan!

Karasuma-sensei menyebalkan!

Mereka tidak pernah memanggil namaku barang sekalipun! Mereka kejam!

.

Hari ini sangat lucu.

Aku ingin tertawa terbahak-bahak, tapi tidak bisa karena menjaga citraku sebagai guru. Aku tidak mungkin menertawakan muridku sendiri atau aku akan dicap sebagai guru yang gagal.

Tapi, apa-apaan murid baru itu? Dia mesin! Mesin!

Nyunyahahaha!

Gawat—aku tertawa berlebihan! Karasuma-sensei menatapku curiga.

.

Maehara-kun bodoh!

Padahal Okano-san sudah berjuang keras mengumpulkan keberaniannya untuk memberikan cokelat valentine. Tapi kenapa dia malah tidak sadar?

Dasar playboy rendahan! Bocah ingusan sepertinya yang tidak memahami perasaan seorang gadis harus diberi pelajaran.

.

Kayano-san...

Aku sedih mengetahui siapa kau sebenarnya. Tapi aku paham bagaimana perasaanmu.

Yang terpenting adalah, kenapa kau menyakiti dirimu sejauh itu hanya demi balas dendam padaku? Jika kau mau, aku bisa mati untukmu. Kau tidak harus menyakiti dirimu sendiri.

.

Apakah mereka berdua akan baik-baik saja?

Apa yang dirasakan Karma-kun dan Nagisa-kun?

Ini pertama kalinya mereka pergi ke luar angkasa. Dan juga tanpa pengawasan. Aku sangat khawatir!

Tapi aku juga ingin pergi ke sana...!

Semoga mereka baik-baik saja.

.

Ah...! Apa-apaan anak-anak ini. Mereka sekumpulan bocah ingusan yang membosankan.

Kenapa tidak ada dari mereka yang memiliki kisah cinta yang menarik? Membosankan.

.

Okuda-san,

...kau benar-benar sesuatu!

Kau anak yang pintar. Membuat racun itu adalah hal yang luar biasa. Kau pintar, tapi tidak dengan mulutmu.

Aku tidak bisa berhenti tertawa setiap mengingat bagaimana caramu menyerahkan racun itu padaku.

.

Kenapa Kimura-kun malu dengan namanya? Padahal itu nama yang bagus. Aku lumayan menginginkan nama yang tidak biasa juga.

Tapi, kalau aku yang mendapat nama itu sudah pasti aku akan memukul ayahku.

.

Terasaka.

Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan badut kelas ini. Tapi aku percaya dia masih menyembunyikan hal baik yang ada pada dirinya.

Masalah yang dia miliki adalah otaknya yang berisi otot!

.

Hari Valentine!

Aku tidak pernah menyangka akan melihat hari yang indah ini berubah menjadi hari yang konyol.

Anak-anak ini masih sangat polos dalam memberikan cokelat. Oh, dan Hazama-san, itu sungguh cokelat kutukan yang bagus.

Tapi ini hari yang menyenangkan. Dan aku sangat menyukai hadiahku.

Terima kasih Pak Kepala Sekolah!

.

Lihat! Lihat! Lihat!

Lihat anak-anak kelas E yang menakjubkan! Itu semua berkat bimbingan dariku!

Kalian pasti tidak percaya mereka bisa sejauh ini. Nurufufufu.

Dan pertandingan merobohkan tiang hari ini sangat hebat! Isogai keren sekali!

.

Ini sangat lucu!

Melihat Maehara mati-matian membuat Okano menerima cokelat pemberiannya sangat menghibur.

.

Isogai-kun.

Kataoka-san.

Kalian itu cocok dan serasi. Kenapa tidak pacaran saja?

.

Nagisa-kun.

Kau sangat cocok memakai pakaian perempuan. Kenapa dewa sangat memberkatimu?

.

Ini menyedihkan.

Melihat mereka sangat kecewa dengan hasil ujian ini juga membuatku sedih. Guru apa-apaan aku ini? Kenapa aku sangat bodoh? Memberikan mereka target yang sulit di awal...

Maafkan aku. Aku kembali menjadi orang egois yang mementingkan hasil yang cepat.

.

Bagaimana keadaannya sekarang?

Setelah kalah dari Karasuma-sensei di saluran pembuangan air itu, apa yang bisa dia pikirkan?

Bagaimana keadaannya?

Maaf, karena terlambat untuk mengkhawatirkanmu. Tapi aku tetap tidak memaafkanmu jika sampai menyakiti murid-murid kesayanganku lagi.

.

Apakah mereka takut? Ataukah mereka kagum?

Aku pasti sangat keren saat membuat topan di lapangan tadi.

Tapi aku kesal karena mereka sangat putus asa dengan belajar.

.

Drama! Drama! Drama!

Aku tidak sabar menantikan drama untuk besok!

Lihat saja anak-anak gedung utama, lihat betapa hebatnya kami!

Beri mereka pelajaran, kelas E!

.

Aku senang mereka menikmati festival budaya ini meski mereka tidak menang. Mereka belajar banyak hal tentang alam di sekitar mereka.

Kalian yang terbaik, anak-anak!

.

Memberi mereka tamparan ternyata juga sangat menyakiti perasaanku. Aku marah pada mereka... dan juga pada diriku sendiri yang tidak bisa menahan diri.

Wajah sedih mereka tidak ingin kulihat lagi.

.

Itu adalah pengalaman selama satu minggu yang akan selalu kalian ingat. Pengalaman itu akan membuat kalian tumbuh dewasa.

Memperhatikan orang yang lemah saat kau menjadi kuat itu penting, jangan sampai lupakan hal itu.

Bukankah menyenangkan saat kekuatan kalian berguna untuk orang lain?

.

Hari ini adalah hari bimbingan karier untuk mereka.

Aku harap aku bisa mendukung impian semua murid-muridku. Tapi sebelum itu dan juga yang paling penting, semoga mereka bisa menemukan impian yang benar-benar sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

.

.

.

Nagisa tersenyum membaca catatan acak yang ditulis oleh gurunya. Tidak ada tanggal atau bulan yang tertulis, tapi dia bisa mengingat kapan semua kejadian itu dengan sangat jelas.

"Dia memang Koro-sensei," komentar Karma sambil mengibaskan lembaran-lembaran kertas yang barusan dibacanya.

Nagisa tersenyum simpul.

"Ya."

"Nagisa, masih ada satu catatan lagi di tanganmu."

"Ini agak panjang dari yang lainnya. Kau mau membacanya juga?"

Karma mendekat sebagai jawaban. Ia berdiri bersandar di meja di samping Nagisa untuk membaca satu catatan terakhir itu.

Karma dan Nagisa hanya terdiam setelah membacanya. Tidak ada yang perlu dibicarakan karena perasaan mereka saat ini sama.

Jika mereka membuka mulut, yang akan keluar adalah sesuatu yang akan berujung isak tangis. Dan mereka tidak ingin menangis lagi. Kenangan tentang kelulusan mereka adalah hari keberhasilan mereka.

Mereka yakin Koro-sensei tidak suka jika mereka mengingat hari itu dengan penuh tangis. Mereka harus merasa lebih bangga.

"Karma, kau tidak mengembalikan kertas-kertas ini ke dalam kotaknya lagi?" tanya Nagisa yang menyadari Karma keluar dari kantor guru sambil membawa kertas-kertas di tangannya.

"Tidak adil kalau hanya kita yang membacanya kan?"

"Apa yang akan kau lakukan?"

Karma hanya menolehkan kepalanya. Ia menyeringai kecil.

"Sesuatu yang membuat kotak rahasia itu tidak lagi menjadi rahasia milik Koro-sensei."

.

.

.

Isogai tertawa kecil dan canggung melihat penampakan kelas mereka yang sangat berantakan. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Teman-teman, sepertinya pekerjaan kita banyak hari ini."

"Cih! Siapa yang membuat kertas-kertas ini berserakan di lantai?!" ujar Maehara kesal.

"Sangat merepotkan," keluh Okajima. Meski begitu ia tetap memotret kelas mereka yang kotor sambil menggumamkan sesuatu seperti nostalgia.

"Lihat. Ini semua adalah kertas catatan," ucap Kataoka yang memegang dua lembar kertas. "Dan ini sepertinya milik Koro-sensei."

Semua anak langsung memunguti kertas-kertas itu. Mereka membaca satu persatu tiap catatan yang mereka ambil. Dan setiap mereka membacanya ada beragam ekspresi yang tercetak.

"Apa-apaan ini. Kenapa Koro-sensei merasa sangat kewalahan kalau aku ini mesum?!"

"Aku tsundere? Benarkah?"

"Aku banyak dipuji di catatan ini. Koro-sensei memang baik."

"Kenapa dia malah membahas code name? Aku masih ingat namaku sama sekali tidak diganti."

"Aku juga belum lupa dengan julukan tokoh utama game dewasa."

"Menyebalkan! Tapi membuat rindu."

Isogai tersenyum melihat reaksi teman-temannya. Bagaimanapun, walau ada banyak protes, mereka tidak bisa menahan senyuman mereka mekar setiap membaca catatan itu.

"Sepertinya Koro-sensei sangat memperhatikan kita. Dia membuat catatan dari setiap kejadian," kata Kataoka.

Isogai menyetujuinya.

"Ini seperti buku hariannya."

"Hei, hei, tapi siapa orang yang membuat semua kekacauan ini dan meminta agar kita yang membereskannya?!" seru Okajima.

Laki-laki itu menunjuk papan tulis yang bercoretkan; tolong bereskan semuanya dan masukkan ke dalam kotak rahasia ini.

Yada mengambil kotak yang dimaksud dari atas meja guru.

"Masih ada satu catatan lagi. Ini yang paling panjang dari yang lain," ujarnya. "Akan kubacakan."

Ini satu tahun yang menyenangkan. Semua hari yang kulalui bersama mereka sangat menyenangkan.

Sangat disayangkan aku harus terkurung di sini sebelum hari kelulusan mereka.

Tapi aku sudah membuatkan album kenangan yang sangat berharga. Kuharap mereka menyukainya.

Meskipun aku akan mati dan lenyap dari dunia ini, aku tidak akan pernah melupakan satu tahun yang berharga ini. Aku tidak akan melupakan saat-saat di mana mereka terpuruk dan bisa bangkit lagi.

Aku benar-benar tidak akan melupakan wajah mereka, senyum mereka, tawa mereka, tangis mereka, penyesalan mereka, kebanggaan mereka... aku tidak akan pernah melupakan semuanya.

Mungkin ini adalah saat-saat terakhirku bisa mengenang semua ini. Tapi aku tidak menyesalinya meskipun ini hanya setahun. Ini adalah satu tahun terhebat dalam hidupku.

Terima kasih untuk satu tahun yang sangat berharga ini, anak-anak. Aku bangga kalian tumbuh sehebat ini.

Mereka saling tatap dalam diam. Perasaan mereka sama; terharu, sedih, rindu, bahagia, bercampur menjadi satu.

"Teman-teman, kita harus segera membereskan ini. Jangan sampai ada yang tertinggal," komando Isogai.

"Ha'i...!"

Maehara berdiri di depan papan tulis. Ia memegang penghapus dan menatap tulisan di papan.

"Kalau melihat siapa yang pantas ditunjuk sebagai dalang dari semua ulah ini, pasti tentu saja dia adalah—"

"Akabane Karma."

.

.

.

Owari.

Hai, hai, apa kabar mina-san?

Saya kembali dengan fic ringan yang menghangatkan hati setelah lama tidak muncul XD

Maaf kalau fic ini mengecewakan. Doakan saya agar bisa semangat nulis lagi.

Bye-bye! See you next fiction!

RnR, please?