Disclaimer : Masashi Kishimoto

Yummy Cuma minjem tokohnya aja kok

Rate : T

Warning : Charanya OOC (mungkin), typo, kalo ada kesamaan cerita dengan fanfic lain itu benar-benar tidak disengaja (maapin kalo ide ceritanya pasaran)

Yummy bikin fanfic ini untuk meramaikan NHFD #5, semoga kalian suka ya~~

~Happy Read~

Pada akhir perang dunia shinobi ke-4 keadaan Desa Konoha mulai berangsur pulih. Para warga saling bahu membahu memperbaiki Desa tercinta mereka, tak terkecuali Uzumaki Naruto yang telah menjadi penyelamat dunia shinobi itu. Dunia shinobi belum sepenuhnya stabil, jadi mereka harus dengan segera memperbaiki desa. Maka dari itu selama 2 bulan terakhir ini para shinobi benar-benar sibuk dengan misi 'Membangun Desa' yang diberikan oleh Hokage mereka.

"Huaaa aku lapar -ttebayo", ujar Naruto yang sedang kelaparan.

"Iaaa aku juga lapar nihh", tambah Chouji yang sepertinya kelaparan juga.

"Ah baru membantu sedikit saja, sudah kelaparan begitu", ujar Ino kesal.

Ino, Chouji, dan Naruto baru saja membantu memperbaiki rumah para warga Konoha. Ya, memang belum ada misi keluar desa dan sepertinya Hokage-sama sedang berfokus pada pengembalian keadaan desa saat ini, walaupun sebenarnya misi ini termasuk kategori mudah bagi ninja-ninja elit seperti mereka.

"Ya sudah kita lapor Hokage dulu atas misi kali ini, baru kita pergi ke kedai yakiniku", ujar Ino lemas.

"Horeeee", sorak Naruto dan Chouji bersamaan.

"Hah kalian ini", gerutu Ino sambil memandang kelakuan kedua temannya ini.

Diperjalanan menuju kantor Hokage, Ino mendapatkan ide untuk menggoda Naruto yang sedang berjalan disebelahnya.

"Naruto, gimana keadaan Hinata sekarang?", tanya Ino.

"Eh...", Naruto yang sedang berjalan santai dengan menyandarkan kepalanya pada kedua tangan di belakang kepalanya itu sepertinya terkejut dengan pertanyaan Ino yang tiba-tiba.

Ino pun dengan kesabaran yang dipaksakan menunggu jawaban dari pemuda rubah itu.

"Sepertinya dia juga sedang mendapat misi membantu warga desa", jawab Naruto santai.

"Bukan itu yang aku maksud", ujar Ino mulai kesal.

"Maksudnya?", Naruto bingung.

"Bukankah kalian ini sudah menjadi sepasang kekasih semenjak 2 bulan yang lalu?", pancing Ino.

"Iya itu benar", jawab Naruto dengan semburat merah tipis diwajahnya.

"Kau tidak mengerti maksud pertanyaanku,hah?", Ino sudah mulai habis kesabaran.

"Ada apa denganmu sih Ino?!, aku memang ngga ngerti arah pembicaraanmu sekarang!?", Naruto jadi ikut-ikutan kesal.

Chouji sepertinya tidak terganggu dengan perdebatan Ino dan Naruto karena dia sedang asik makan camilan keripik kentang kesukaannya. (Author sweatdrop)

"Kau ini!, sudah jadian dengan Hinata masih saja bodoh seperti ini!", protes Ino.

"Huh...terserah, aku memang ga mengerti maksudmu Ino", wajah Naruto mulai merona.

Memang sejak 2 bulan yang lalu Hinata dan Naruto sudah resmi berpacaran. Tapi terkadang mendengar bahwa Hinata adalah pacarnya dan mendengar kata 'jadian', membuat Naruto tersipu malu.

"Hah~", Ino menyerah. Memang untuk masalah kepekaan Naruto memang benar-benar payah. Bertanya pada Naruto sepertinya harus to the point dan ngga bisa basa basi. "Maksudku, kalian kan baru jadian, nah apa kalian ga rindu satu sama lain? Soalnya aku ga pernah liat kalian jalan berdua".

"Kenapa ga langsung aja nanya gitu sih?!".

'Ano Yaro!', umpat Ino dalam hati.

"Kalian tau kan akhir-akhir ini banyak misi untuk membangun desa kembali, jadi sepertinya aku belum sempat mengajak Hinata jalan, hehe", Naruto menjelaskan dengan semburat merah tipis di wajahnya.

"Apaa?", ucap Ino dengan ekspresi tidak percaya ala sinetron.

"Ck, tidak usah sampai seperti itu Ino", Naruto sweatdrop.

"Kalian kan sudah pacaran 2 bulan, masa kau belum sekalipun mengajaknya berkencan?!, aku jadi kasian dengan Hinata", ujar Ino sambil menunjukkan ekspresi sedih yang dibuat setragis mungkin.

"Ya mau bagaimana lagi",ujar Naruto santai.

"Kamu seriuskan dengan Hinata?", selidik Ino.

"Tentu saja aku serius, apa maksud pertanyaanmu Ino?".

"Kukira kau menyukai Sakura?", ujar Ino blak-blakan (salahkan Naruto yang ga bisa di ajak basa-basi, jadi Ino memutuskan untuk bertanya to the point).

"Aku suka dengan Sakura", jawab Naruto santai.

"Apaa?, kau berniat menduakan Hinata?", tanya Ino kaget ala telenovela.

"Apa?", Naruto ikut-ikutan kaget karena tingkah Ino yang terlalu ekspresif. "Tentu saja tidak Ino!", Naruto buru-buru menyanggah ucapan Ino yang menurutnya ngawur tersebut. "Rasa sukaku ke Sakura dengan rasa sukaku ke Hinata itu berbeda", jelas Naruto.

Ino masih menunggu kelanjutan kata-kata Naruto dengan antusias.

"Aku menyukai Sakura sebagai teman dan saudara, kalau Hinata...", Naruto tampak sedang berfikir dengan posisi tangannya yang sedang memegang dagu.

"Kalau Hinata...?", Ino menunggu dengan sangat penasaran kata-kata Naruto selanjutnya.

"Kalau dengan Hinata aku merasakan ada yang aneh disekitar sini", Naruto menunjuk dadanya dengan ibu jarinya dengan wajah yang mulai merona. (Kyaa~imutnyaa~)

Ino yang mendengar kata-kata Naruto langsung ikut merona. 'Wah tak kusangka Naruto yang bodoh itu mulai mengerti cinta', batin Ino terharu.

"Naruto aku mendukungmu", ujar ino tiba-tiba.

Naruto tidak mengerti akan sikap Ino yang tiba-tiba berubah, tadi ia marah-marah sekarang malah mendukungku. 'Apa Ino sakit ya?', pikir Naruto.

"Oiya, apa kamu berniat mengajak Hinata jalan?, kan kita sudah menyelesaikan misi?", Ino masih saja KEPO urusan orang lain.

"Eh...Eto..hmm..", terlihat Naruto yang sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan Ino. "Aku ingin sih mengajak Hinata makan Ichiraku Ramen berdua", ujar Naruto sambil menggaruk salah satu pipi dengan jari telunjuknya.

"Apa?", ujar Ino shock.

'Apa lagi sih, Ino selalu melebih-lebihkan deh', Naruto mulai menatap aneh ke Ino.

"Kamu ini ga romantis Naruto, coba aku mau tau rencana kencan kamu!", pinta (paksa) Ino.

"Aku tidak merencanakan apapun, cuma ingin mengajak Hinata makan ramen di Ichiraku", jawab Naruto bingung.

"Ya ampun Naruto~", ujar Ino sambil menepuk jidatnya. "Selain ngga peka, kamu juga ngga romantis, masa kamu tidak membuat rencana untuk kencan pertama kalian?", jelas Ino.

"Rencana ya? Aku belum memikirkannya", ujar Naruto cuek.

"Hahh~", si bodoh ini benar-benar deh. "Ya sudah kalau begitu, rencana kencanmu aku saja yang atur ya?", usul (paksa) Ino sambil tersenyum mengerikan (yang terlihat di mata Naruto sekarang).

Sebenarnya Ino, Chouji, dan Naruto akan langsung masuk ke dalam gedung Hokage kalau saja mereka tidak berpapasan dengan Hinata, Shino, dan Kiba.

"Ah itu dia orang yang dari tadi kita bicarakan", ujar Ino sambil menyenggol Naruto dengan sikutnya. "Hinata, Shino, Kiba!", sapa Ino sambil berteriak dan melambaikan tangan karena jarak mereka yang lumayan jauh.

Hinata terlihat tersenyum sambil melambaikan tangan, sebelum Ia dan tim delapan mendekati Ino, Naruto dan Chouji.

"Konnichiwa minna", sapa Hinata hangat setelah jarak mereka sudah dekat.

"Yo, kalian semua", sapa Kiba ceria seperti biasanya.

"Hai", sapa Shino dengan suara misterius miliknya.

"Konnichiwa", jawab Ino dengan mengeluarkan senyuman manis andalannya.

"Hay", sapa Chouji yang masih memakan kripik kentangnya.

"Yo kalian", sapa Naruto sambil tersenyum lebar ditambah semburat merah tipis diwajahnya.

'Apa-apaan si baka ini, setidaknya khusus untuk Hinata sapaannya berbeda kan? Masa menyapa pacarnya seperti itu', batin Ino.

"Kalian mau bertemu dengan Tsunade-sama?", tanya Hinata.

"Iya, kami mau melapor atas misi yang baru saja kami selesaikan, bagaimana denganmu Hinata?", ujar Ino semangat.

"Kelompok kami baru saja melaporkan misi kepada Tsunade-sama", jawab Hinata singkat.

"Oiya sepertinya ada yang mau Naruto sampaikan padamu Hinata", jail Ino sambil mendorong Naruto menghadap Hinata.

Dan keduanya pun saling berhadapan. Sudah bisa ditebak ekspresi Hinata saat ini, wajahnya sudah merah sempurna, sambil memainkan kedua jarinya di depan dadanya. Walaupun sudah jarang pingsan saat berhadapan dengan pemuda yang disukainya itu, Hinata tetap saja tidak bisa menyembunyikan rasa gugup dan rona merah diwajahnya.

Naruto pun sepertinya tertular rasa gugup dari Hinata, dia sekarang sedang menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ano...Hinata-chan, apa besok kau sedang tidak ada misi?", Naruto memulai pembicaraan.

"Ti-Tidak ada Naruto-kun, ada apa memangnya?", tanya Hinata.

"Besok, kita pergi ke Ichiraku ya?, aku yang bayar deh", ajak Naruto sambil tersenyum.

"Un..", balas Hinata senang sambil menggangguk tanda menerima ajakan dari Naruto.

Sayang hal manis ini tidak berlangsung lama, karena kelompok 8 belum membuat laporan tertulis untuk Hokage.

"Baiklah kami harus pergi dulu, kami harus menyerahkan laporan tertulis sore ini. Jaa minna", ujar Hinata

"Hokage minta laporan harus selesai sore ini juga, jadi kami pamit", ujar Kiba

"Jaa", ujar Shino singkat.

Setelah itu Naruto, Ino dan Chouji mulai memasuki gedung Hokage untuk melapor.


"Ingat ya Naruto, lakukan rencana kencan yang aku buat untukmu dan Hinata ya!", ujar (ancam) Ino.

Ino benar-benar membuatkan Naruto rencana kencan untuknya. Isinya tentang apa yang harus dikatakan dan dilakukan selama berkencan, tempat-tempat yang bagus untuk berkencan, dan hal-hal lain yang seperti itu.

Naruto tidak habis pikir dengan temannya yang satu ini, jadi maksudnya Ino 'aku mendukungmu' tuh seperti ini? Tau gitu Naruto ogah deh didukung oleh Ino. Sekarang yang bisa Naruto lakukan hanya tersenyum kecut sambil memandangi note yang Ino kasih untuk dirinya.

Dengan langkah gontai Naruto pun pergi ke taman, tempat Hinata dan dia berjanji akan bertemu. Naruto hanya menggunakan pakaian santai dengan kaos berwarna orange dan celana panjang hitamnya.

"Hahh~", Naruto menghela nafas panjjaaanggg. Bukan ia tidak senang sebentar lagi akan berkencan dengan Hinata, tapi note dari Ino yang membuat ia tidak bersemangat. Naruto jarang dan hampir tidak pernah merencanakan sesuatu, semua ia lakukan spontan saja, atas keinginan dan insting ninjanya. Apalagi yang membuat Naruto bergidik ngeri adalah Ino sekarang sedang mengikutinya, sepertinya Ino akan memastikan apakah note yang diberikan olehnya dilaksanakan atau tidak oleh Naruto.

"Hinata-chan", sapa Naruto ketika ia melihat Hinata dari jauh. Moodnya sudah sedikit pulih karena melihat Hinata memakai dress biru langit dengan rok selutut membuatnya terlihat makin manis.

Yang dipanggil membalas sapaan itu dengan senyuman manis dan pipi yang sudah merona. Benar-benar membuat mood Naruto jadi bagus.

"Um..eh..sudah lama Hinata-chan?", tanya Naruto merasa bersalah. Pasalnya dia berniat tidak akan terlambat pada kencan pertamanya, salahkan Ino yang tiba-tiba menculiknya di perjalanan menemui Hinata hanya untuk menceramahinya tentang urusan cinta dan memberikan note itu.

"Hn", Hinata menggeleng pelan. "Tidak kok Naruto-kun, aku baru saja sampai", ujar Hinata menenangkan.

"Hehe syukurlah...", cengir Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ayo kita pergi sekarang Hinata", ajak Naruto.

"Kemana? Ke Ichiraku?", tanya Hinata polos sambil mengerjap-ngerjapkan matanya bingung.

"Ummm...", Naruto terlihat sedang berfikir. "Karena masih terlalu pagi bagaimana kalau kita pergi menonton dulu", ajak Naruto.

Note

Pegang tangan Hinata

Naruto membaca note yang diberikan Ino. 'Huh cuma pegang tangan ya? Itu sih gampang', batin Naruto. Naruto menyimpan note itu kembali ke saku celananya.

Naruto mulai mencuri pandang ke arah Hinata yang sedang berjalan disebelahnya. Dilihatnya wajah Hinata yang mulus, putih, bersih hampir tak ada cacat atau luka sedikit pun ditambah rona merah yang berada di pipinya membuatnya terlihat manis. Saat perang, Naruto juga pernah berada disamping Hinata seperti ini dan memegang tangannya. Naruto melihat tangan Hinata yang sedang berayun pelan ke arah depan dan belakang secara beraturan mengikuti gerak langkahnya.

Naruto menggerakkan tangannya, ingin rasanya menggenggam tangan hangat itu lagi, tangan yang telah memberikannya kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan dan keputusasaan saat perang.

BRAKK

"Kyaa, Naruto-kun!", Hinata terkejut melihat Naruto. "Daijoubu?".

Naruto sukses mendaratkan muka kharismatiknya pada tiang listrik yang keras dan membuatnya tergeletak dibawah karena ia dari tadi hanya fokus pada tangan Hinata dan tidak memperhatikan jalan di depannya. Sekarang keadaan Naruto benar-benar memilukan.

"Da-Daijoubu...", jawab Naruto.

Tak jauh dari tempat Hinata dan Naruto, Ino yang sedang mengikuti mereka secara sembunyi-sembunyi itu pun menepuk jidatnya. 'Haduh si bodoh itu, masa bisa nabrak tiang listrik sih. Apa benar dia pahlawan dunia shinobi yang telah mengalahkan Madara? Ckckck', batin Ino.

"Hahahaha"

'Eh suara tertawa siapa itu', batin Naruto.

Naruto pun sadar suara tertawa itu adalah milik Kurama yang ada di dalam tubuhnya, Naruto pun masuk ke dalam alam bawah sadarnya tersebut.

"Apa yang kau tertawakan Kurama!", ujar Naruto geram menunjuk Kurama dengan wajah yang sedikit memerah.

"HAHAHAHAHA", tawa Kurama bukannya berhenti malah makin kencang ditambah dengan berguling-guling dan memukul-mukul tanah (?). Sedangkan biju lainnya hanya terkikik geli melihat tingkah laku kedua sahabat ini.

"Ck", Naruto hanya berdecak dan memalingkan wajah yang sudah memerah itu dari Kurama.

"Ha..haduh bocah kau payah dalam hal seperti ini ya?", tanya Kurama setelah tertawanya berhenti.

"..."

"Kau tak bisa menyembunyikan kegugupanmu itu dariku bocah".

"Hah! Diam kau!, urus urusanmu sendiri", ujar Naruto sambil berlalu kembali ke alam sadarnya. Akhir-akhir ini memang Kurama selalu cerewet setelah Naruto jadian dengan Hinata, jika ada kesempatan seperti ini dia selalu saja menggoda Naruto. Masalahnya Naruto selalu saja mati kutu jika berdebat dengan Kurama mengenai dirinya dan Hinata, jadi kali ini ia memutuskan untuk mengabaikan Kurama.

"Naruto-kun, ayo aku bantu berdiri", tawar Hinata sambil mengulurkan tangannya.

Terlihat Naruto menyeringai sekilas. Naruto lalu menyambut uluran tangan Hinata. Tadinya Hinata hanya berniat membantu Naruto berdiri dengan uluran tangannya tersebut, akan tetapi tanpa diduga oleh Hinata, Naruto tidak melepaskan genggamannya walaupun ia sudah berdiri sekarang, malah mengeratkannya dengan menautkan jarinya dengan jari milik Hinata.

"Eh", Hinata terkejut dengan perlakuan Naruto padanya.

"Tak apa kan Hinata-chan?, aku merasa nyaman begini", ujar Naruto sambil tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya.

"Un...", Hinata mengangguk pelan dengan wajah merona.

Ino yang melihat hal itu dari jauh tersenyum senang. 'Si bodoh itu, bisa juga dia'.

Langkah mereka terhenti ketika telah sampai di depan gedung bioskop (emang di dunia shinobi ada bioskop ya?). Naruto pun mengeluarkan note dari Ino dari saku celananya secara sembunyi-sembunyi, khawatir Hinata melihatnya.

Note

Jika ingin nonton film, ajak Hinata nonton film romantis.

'Film romantis itu seperti apa ya?', Naruto berfikir keras tentang film yang akan dia dan Hinata tonton.

Sementara itu Ino yang sedang memperhatikan Hinata dan Naruto yang berdiri di depan gedung bioskop. 'Kenapa mereka cuma diam saja di depan gedung bioskop ya? Ayo dong Naruto ajak Hinata nonton film romantis', Ino mulai tidak sabaran dengan pergerakan Naruto yang lambat.

Naruto melihat poster-poster film yang akan ditayangkan hari ini, sepertinya ia benar-benar bingung. 'Ah apa yang posternya seperti itu ya', batin Naruto. Naruto melihat sebuah poster dimana terdapat sepasang manusia, laki-laki dan perempuan yang berbusana layaknya pangeran dan putri. Naruto beranggapan film romantis itu harus ada pasangan kan?

"Ok sudah diputuskan", ujar Naruto tiba-tiba.

"...", Hinata tak berbuat banyak untuk memilih film, mungkin jiwanya masih terbang melayang-layang karena tangannya masih digenggam sangat erat oleh Naruto. Toh apapun film yang dipilihkan Naruto untuknya, ia akan tetap senang selama Naruto berada disampingnya.

"Ayo Hinata-chan kita nonton film itu saja!", seru Naruto sambil menarik tangan Hinata untuk mengikutinya masuk ke dalam gedung untuk membeli tiket.

Naruto pun menghampiri loket

"Ada yang bisa saya bantu?", ujar bibi penjaga loket itu ramah.

"Aku ingin beli tiket", ujar Naruto semangat.

"Ohh Naruto-kun ya?", ujar sang bibi penjaga loket itu. Tidak heran bibi penjaga loket itu mengenal Naruto karena hampir seluruh warga desa Konoha mengenal Naruto. "Sedang berkencan ya?",goda sang bibi penjaga.

"Hehe...", Naruto menjawabnya dengan senyuman lebar dan semburat merah tipis diwajahnya.

Sedangkan Hinata yang mendengar godaan bibi penjaga loket, wajahnya makin merah padam saja.

"Aku mau menonton film yang itu", ujar Naruto sambil menunjuk poster besar disamping pintu masuk.

"Eh?, apa Naruto-kun yakin?", ujar bibi penjaga loket terheran-heran.

"Humm!", Naruto mengangguk antusias berkali-kali, sampai-sampai bibi penjaga loket ini takut jika mengganguk lebih dari ini kepala Naruto bisa jatuh dan menggelinding ke tanah.

"Baiklah, ini 2 tiket nonton 'Snow White' –nya", ujar bibi penjaga loket.

DONGG!

Ino yang mengikuti Naruto kedalam gedung -untuk mencari tahu film apa yang akan Naruto dan Hinata tonton- membatu dengan mulut ternganga lebar, dia benar-benar tidak percaya dengan film pilihan Naruto.

Sudah dapat diduga kalau yang menonton film itu adalah anak-anak, kalaupun ada orang dewasa, itu pun orang tua dari anak-anak yang menonton film.

Hinata berfikiran bahwa Naruto ingin menonton film ini, jadi dia sih ikut saja tanpa protes walaupun disekelilingnya banyak anak-anak kecil.

Film pun diputar, Hinata dan Naruto duduk bersebelahan. Hinata menonton film itu dengan tenang, karena baginya menonton film itu bagikan nostalgia, saat kecil ia suka sekali dengan film Snow White. Sedangkan Naruto benar-benar serius menonton film Snow White, ia mencari letak keromantisan film tersebut, siapa tau kan jika menonton serius dia bisa belajar menjadi orang yang romantis (?).

Karakter Snow White dalam film itu jika diperhatikan oleh Naruto mirip sekali dengan Hinata, wajahnya yang putih, perilaku yang lemah lembut benar-benar membuat Naruto membayangkan Hinata yang sedang menjadi Snow White.

Film Snow White pun hampir selesai, tinggal bagian akhir dimana Sang Putri tertidur dan yang dapat membangunkannya hanya ciuman dari sang pangeran.

Kedua mata Naruto membulat sempurna ditambah semburat merah tipis ketika melihat adegan akhir dalam film dimana Sang Pangeran sebentar lagi akan mencium bibir Snow White -yang telah Naruto bayangkan adalah Hinata-

Lampu bioskop yang redup kembali terang, pertanda film sudah selesai ditayangkan. Hinata tersenyum, memang film Snow White selalu memberikan kesan tersendiri bagi Hinata. Hinata mengalihkan pandangannya dari layar ke arah samping, dimana Naruto berada -duduk di sebelah Hinata-

"Naruto-kun?", Hinata memanggil Naruto, terdapat nada cemas disana. Tentu saja cemas melihat Naruto yang masih menatap layar bioskop dengan kedua matanya yang membulat sempurna dan mulut yang sedikit menganga.

Jantung Naruto benar-benar berdegup kencang, dia masih menatap layar dan sepertinya pikirannya sedang melayang entah kemana. Pasalnya pada saat adegan pangeran mencium bibir Snow White entah mengapa Naruto jadi membayangkan dirinyalah yang mencium bibir Snow White -yang telah Naruto bayangkan sebelumnya adalah Hinata- .

"Naruto-kun", panggil Hinata untuk kesekian kalinya.

"Eh..iya Hinata-chan",Naruto tersadar dari lamunannya. Ia membalikan kepalanya mengahadap Hinata. Ditatapnya wajah kekasihnya itu, namun entah mengapa pandangannya jadi turun ke bibir Hinata yang berwarna pink alami.

"Naruto-kun baik-baik saja?", Hinata makin khawatir karena Naruto tidak menjawab panggilannya berkali-kali tadi.

GLUP

Naruto menelan ludahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan fantasi liar yang baru saja hinggap di kepalanya tersebut.

"Ti-tidak apa-apa Hinata-chan",

Naruto sedang berdiri di depan gedung bioskop, ia sedang menunggu Hinata yang tiba-tiba saja ingin ke kamar kecil. Ino yang melihat Naruto yang sedang sendirian keluar dari tempat persembunyiannya berniat untuk memarahi Naruto karena memilih film Snow White.

DUAKK

Ino memukul Naruto telak di kepalanya.

"Ittai..", Naruto mengaduh kesakitan sambil mengelus-elus kepalanya yang menjadi sasaran kemarahan Ino. "Ada apa denganmu sih Ino?".

"Naruto kau bodoh ya!, masa kamu mengajak Hinata nonton film anak-anak!", ujar Ino kesal disertai munculnya kedutan di dahi Ino.

Naruto memalingkan wajahnya yang tiba-tiba memerah. "Huh film anak-anak apanya", gumam Naruto.

"Ha?", Ino melihat gelagat yang aneh dari Naruto. Belum sempat Ino berbicara lagi, ia sudah melihat Hinata yang mulai mendekat. "Euhh, pokoknya lakukan yang benar ya untuk Note selanjutnya Naruto!", ancam Ino sambil kembali ke tempat persembunyiannya untuk mengikuti pergerakan Naruto dan Hinata selanjutnya secara sembunyi-sembunyi.

"Sial sial sial, gara-gara Ino mengungkit film tadi debaran jantungku kembali menggila seperti ini", Naruto mengacak-acak rambut duriannya frustasi.

"Naruto-kun kenapa?", tiba-tiba Hinata muncul dihadapan Naruto dengan jarak yang lumayan dekat. Hinata memiringkan kepalanya tanda ia bingung dengan tingkah laku Naruto setelah mereka nonton film.

Namun munculnya Hinata yang tiba-tiba membuat Naruto hampir saja lupa caranya bernafas, ia begitu terkejut sampai memundurkan badannya beberapa senti dengan wajahnya yang sedikit merona. Karena bagi Naruto tingkah Hinata yang seperti itu membuat Hinata makin terlihat manis dimata Naruto.

"A-aku baik-baik saja Hinata-chan!, ayo kita pergi ke ichiraku sekarang", ajak Naruto.

"Un!", Hinata mengangguk semangat.

_TBC_