Tittle : FATED

Genre : Romance, Action

Rated : T+/YAOI

Cast : Luhan, Sehun & others

Disclaimer

LULU BABY 1412

.

Present

.

"::FATED::"

Chapter 1

.

AUTHOR POV

Luhan adalah pemuda manis yang baik hati. Semua orang mengagumi kesempurnaan yang dimilikinya. Rupanya yang menawan dan semua kebaikannya mampu membuatnya tampak begitu sempurna. Hanya satu hal yang membuatnya tampak kurang, dia penyuka sesama sejenis. Luhan tau bahwa sedikit banyak orang-orang yang menyeyangkan kekurangannya itu, tapi mau bagaimana lagi? Luhan sudah menerima konsekuensi dan terpaksa meninggalkan rumahnya untuk hidup sendiri. Dia masih ingat betul saat ayahnya menampar keras wajah Luhan dengan penuh amarah. Ya, sejak malam itu Luhan memutuskan untuk tetap kukuh akan jalannya sendiri.

Luhan tinggal disebuah flat sewaan yang sederhana. Tidak buruk, semua tetangga Luhan cukup baik dan mereka mau memberi Luhan pertolongan apa bila Luhan sedang butuh.

"Selamat pagi Jung-ahjumma! Pagi Seolwon-ahjusshi! Pagi Daenamboo!"

"Pagi Luhan!"

Begitulah suasana pagi hari ala Luhan. Penuh keceriaan sebelum pemuda dengan marga Xi ini menuju kampusnya. Ya, Luhan ingin dirinya mendapatkan gelar sarjana supaya mendapatkan pekerjaan yang layak untuk masa depannya kelak. Terlebih lagi, tidak mungkin kalau dirinya harus terus-menerus kerja paruh waktu siang hari di toko kue dan malamnya ia harus menjadi petugas pom bensin.

Luhan banyak mengukir senyuman dibibirnya saat menerima pelajaran dari dosennya. Mahasiswa yang disebut-sebut sangat berprestasi ini tak pernah melewatkan penjelasan dari dosennya sekalipun.

"Kau selalu seperti itu, Luhan…" celetuk Baekhyun, -teman dekat Luhan.

"Maksudmu apa Baek?" tanya Luhan yang kebingungan , sesuap nasi masuk kedalam mulutnya yang lucu.

"Hidupmu seperti tanpa masalah saja. Aissh, bagaimana bisa seseorang bisa sebahagia ini tiap hari? Apa kau benar-benar tak punya masalah serius?"

"Hehehe…" Luhan terkekeh kecil kemudian melanjutkan makannya lagi.

"Oke, aku mengerti. Nilaimu tak ada yang jelek, kau punya pekerjaan dan itu cukup bahkan lebih untuk kebutuhanmu, lalu kau tinggal sendirian dengan tetangga-tetanggamu yang ramah-ramah itu. Semuanya berjalan begitu mulus tanpa hambatan. Mungkin amalmu dikehidupan yang sebelumnya begitu banyak sampai-sampai Dewa memberimu kebahagiaan mutlak sekarang!" oceh Baekhyun.

Luhan menghentikan tangannya yang hendak menyuapkan sesuap sendok lagi. Dia tersenyum kemudian menatap lembut pada Baekhyun.

"Tidak begitu Baek, kurasa ini hikmah yang kudapat setelah apa yang terjadi pada orang tuaku dan aku waktu aku SMA. Aku memang bahagia, tapi tetap saja aku merasa berdosa pada mereka yang telah melahirkan dan membesarkanku. Beberapa bulan terakhir Mama menelepon dan memintaku untuk kembali, ia bilang akan menerimaku apa adanya. Tapi aku pikirkan juga soal Baba yang mungkin tak akan pernah memaafkan aku seumur hidupnya. Aku merasa diriku sangat penuh dosa…"

Baekhyun tertegun mendengar penjelasan Luhan. Bagaimana bisa dirinya menyebut Luhan hidup tanpa masalah dan dengan kebahagiaan yang sempurna? Luhan bahkan hidup sendirian tanpa orang tua.

"Maaf…" Gumam Baekhyun.

Luhan tersenyum lembut kemudian menggeleng.

"Aku tau semua orang akan menganggap hidupku begitu mulus. Anggap saja terus seperti itu. Sejujurnya aku sangat senang jika orang-orang iri akan kehidupanku yang sangat sempurna walau tanpa banyak materi dan kasih sayang…"

"Aigoo, kau curhat Lu? Kasih sayang? Sepertinya kau memang butuh pacar. Hey, kapan aku terakhir kali melihatmu bersama pria ya? Aku lupa kapan terakhir kali kau pacaran. Hahaha!"

Luhan tersenyum canggung mengingat Baekhyun adalah seorang straight tapi dia tidak segan untuk membicarakan orientasi Luhan yang menyimpang. Teman yang sangat sempurna dan mau menerima Luhan apa adanya.

Sempurna memang hidup Luhan. Kehidupannya cukup layak dan nyaman, ia juga punya teman yang menyenangkannya. Luhan lagi-lagi tersenyum memikirkan dirinya sendiri.

Sudah tengah malam, shift kerja Luhan di pom bensin sudah selesai. Luhan hendak meninggalkan mesin pengisi bensinnya, sampai seseorang dengan seribu langkahnya menuju kearah Luhan dengan buru-buru.

"Hahh, hahh, hahh! T-tolong aku! Tolong aku!"

Luhan terkejut sekaligus ketakutan pada pemuda yang tiba-tiba mencengkram erat seragam Luhan. Pemuda ini penuh keringat dan penampilannya acak-acakan. Wajahnya dipenuhi luka lecet.

"A-apa yang terjadi pada anda? B-bagaimana saya membantu anda?!" Kata Luhan. Entah mengapa melihat keadaan orang yang sepertinya sedang ketakutan ini ia merasa kasihan.

Pemuda yang lebih tinggi dari Luhan itu memeluk Luhan erat dan sesekali menoleh ke belakang. Pom bensin pinggir jalan ini begitu sepi. Luhan jadi ikut merasa gugup dan tiba-tiba saja dadanya berdebar-debar.

"T-tolong sembunyikan aku!"

Luhan menelan ludahnya kemudian mengangguk cepat. Secara reflek tangan Luhan menarik pemuda itu untuk mencari tempat yang cukup aman di area pom bensin.

"A-anda sebaiknya disini dulu. Saya tidak tau apa yang terjadi, tapi mungkin orang-orang yang mengejar anda tidak akan menemukan anda disini!"

Pemuda itu menunduk, ia berjongkok dibalik semak-semak yang cukup menutupi seluruh tubuhnya dari luar. Luhan berlari menuju tempatnya tadi. Keringat mengalir disekitar pelipisnya, Luhan tak bisa menyembunyikan kegugupannya. Semuanya terlintas dipikiran Luhan. Bagaimana pria tadi memohon dan memeluk Luhan erat.

Bruumm~

Sebuah GTR hitam sport memasuki areal pom bensin dan berjalan mendekati Luhan. Dengan gugup, Luhan memasang lagi topinya yang sempat ia lepas sebelum pergi ke ruang loker untuk pulang.

"A-ada yang bisa saya bantu tuan?" ucap Luhan dengan nada gugup. Orang didalam mobil tidak hanya satu. Benar, mungkin pria tadi dikejar-kejar oleh orang-orang ini.

"Apa kau tidak melihat seorang pria dengan jaket kulit hitam lewat disekitar sini? Diwajahnya terdapat luka-luka memar. Kami adalah temannya…"

Bohong, tidak mungkin kalian teman pria itu kalau ekspresi kalian saperti ingin membunuh seseorang begini…

"Pria dengan jaket hitam? Maaf tuan, saya tidak melihat. Dari tadi disekitar pom bensin sangatlah sepi karena sudah tengah malam. Apakah anda tidak berniat untuk mengisi bensin mobil anda?" Bohong Luhan sekaligus bertanya.

"Tidak perlu…"

GTR hitam itu meninggalkan pom bensin, Luhan menghela nafas leganya. Akhirnya mereka pergi juga. Ini menegangkan dan mirip sekali dengan di film-film action yang pernah Luhan tonton.

Luhan berjalan meninggalkan posnya karena temannya yang akan mengganti shiftnya baru saja datang.

"Yo! Luhan, maaf aku sedikit terlambat!"

"Tidak masalah. Kupikir kau tidak akan datang!"

"Hahaha! Terimakasih telah menungguku!"

Luhan mengangguk kemudian menuju tempat ia menyembunyikan pria tinggi tadi. Banyak pertanyaan melintas dikepala Luhan. Mungkin mengetahui beberapa hal dari pria itu tidak masalah kan? Luhan sudah menolongnya tadi.

"Eh?"

"Tuan? Anda dimana?"

Tempat itu kosong dan tak ada siapun disana kecuali rerumputan yang bergoyang karena angin malam. Mungkin orang itu sudah kabur sejak GTR itu dicegat oleh Luhan. Tidak masalah, setidaknya Luhan selamat dan tak ikut terlibat masalah orang itu.

Tapi, kenapa bayang-bayang wajah orang itu terus muncul dipikiran Luhan?

Luhan tidak sedang sakit bukan? Pria manis ini bahkan berpikir kapan dia bisa bertemu lagi dengan orang yang memeluknya tengah malam itu? Luhan akui, jika tanpa luka dan jejak kotor diwajahnya Pria itu pasti sangat tampan.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Luhan berharap bisa bertemu lagi dengan orang itu. Ini adalah malam minggu, Luhan memaksa untuk tetap di pom bensin bersama temannya.

Dengan penuh persiapan, Luhan menunggu disamping mesin pengisi bensinnya. Beberapa cemilan sudah menjadi temannya malam ini.

"Hhh, bodoh. Dia mana mungkin akan datang kemari lagi?!"

"Ada apa Lu?"

"Ehehe, tidak. Ngomong-ngomong ini jam berapa ya?"

"Jam 2. Ssh, sebentar ya? Aku rasa aku ingin buang kecil dulu. Hehe!"

"Aisshh, pergilah…"

Teman Luhan satu-satunya di pom bensin ini pergi menuju toilet. Sedangkan Luhan hanya tetap duduk ditempatnya menunggu sosok yang ia tunggu sejak kemarin-kemarin.

Srakk, srakk, srakk…

Luhan mendengar suara langkah kaki yang terdengar aneh. Seperti langkah yang bergesek kuat, terdengar menakutkan. Dengan seluruh keberaniannya, Luhan menoleh dan matanya membulat bukan main ketika melihat siapa yang datang.

Luhan berdiri kemudian berjalan kearah pria itu. Luhan berhenti karena tertegun melihat kondisi pria itu yang jauh lebih buruk dari beberapa hari lalu.

Srakk. Srakk, srakk…

"Hhh…"

Wajahnya dipenuhi luka lecet seperti bekas pukulan. Tangan kirinya memegang erat lengan kanannya yang penuh darah. Pria itu berjalan pincang kehadapan Luhan. Tepat dihadapan Luhan, pria itu menatap Luhan lama, hingga…

BRUKK!

Mulut Luhan membuka lebar dan matanya makin membelalak, ia berjongkok penuh ekspresi khawatir.

"Tuan!"

Pria itu pingsan, akhirnya mau tak mau Luhan membopongnya dan membawa pria itu pulang. Tidak mungkin kalau Luhan meminta tolong pada temannya. Itu bisa gawat karena mungkin orang-orang yang mengejar pria ini akan memaksa teman Luhan untuk jujur.

"Ahh, leganya. Aku harus jujur pada Luhan kalau sebenarnya aku buang air besar. Hahaha, pasti lucu melihat ekspresi wajahnya jika sedang kesal. Eh?"

"Luhan? Luhan? Kau dimana?" "Dasar, rusa itu pulang tanpa pamit padaku. Awas saja…"

. . . .

::FATED::

. . . .

Dikamarnya, Luhan merawat luka-luka pria itu. Sebuah baskom berisi air hangat Luhan bawa menuju kamarnya bersama dengan sebuah handuk kecil. Wajah Luhan memerah mengingat beberapa menit lalu ia membuka semua pakaian yang melekat pada Pria ini. Tidak pada bagian private pria ini juga, Luhan tidak mau selancang itu.

"Ssh…" Pria ini mendesis saat Luhan mengelap luka dilengannya. Luhan menggigit bibirnya sendiri, membayangkan luka robek itu.

Air hangat yang sebelumnya berwarna putih bening itu mulai berubah warna kemerahan setelah Luhan menyelesaikan pekerjaannya mengelap luka-luka pria ini.

"Tampan…" gumam Luhan sembari memperhatikan lekuk wajah pria yang sedang terbaring lemah dihadapannya ini. Luhan tersenyum sendiri mengingat apa yang terjadi.

Lama memandangi Pria tampan ini, Luhan rasa dirinya mulai mengantuk karena tak tidur sama sekali semalam suntuk. Luhan meletakkan kepalanya diaranjang, tepatnya disamping bahu pria tampan itu.

"Selamat tidur…" gumamnya sebelum menyamankan lengan dan kepalanya diatas ranjang kemudian menutup matanya perlahan.

. . . .

::FATED::

. . . .

Matahari sudah meninggi, sinarnya yang hangat dan sangat terik sangatlah mengganggu. Terlebih lagi ketika tirai jendela itu dibuka paksa. Membuat Sehun terpaksa membuka matanya. Dan rasa sakit menjalar diseluruh tubuhnya. Perih dari luka-luka diseluruh tubuhnya begitu terasa. Ia perlahan bangkit dan menyandar pada kepala ranjang. Mata tajamnya memandang jendela yang yang membiarkan sinar matahari memasuki kamar ini.

Kamar? Kamar siapa ini?

"Anda sudah bangun?" Seorang pemuda manis mengalihkan perhatian Sehun. Sebuah nampan yang dipenuhi makanan berada dipegangnya.

Pria manis itu duduk disamping Sehun. Satu hal untuk mendeskripsikan makhluk yang tengah menyiapkan sesuatu disampingnya itu.

"Cantik…"

Pria manis itu menatap Sehun dan tertegun sejenak. Betapa bodohnya engkau Oh Sehun, tepat setelah sadar kau mengucapkan kata nista itu? Bisa-bisa Sehun dikira tak waras oleh orang disampingnya ini.

"Anda terluka berat semalam. Jadi, saya membawa anda kemari. Maafkan kelancanganku…"

"Terimakasih, kau menolongku dua kali. Eumm…"

"Luhan. Nama saya Luhan, anda?"

"Terimakasih Luhan. Tidak perlu bicara seformal itu. Namaku Sehun…"

Sehun tersenyum lembut pada Luhan. Sehun rasa dirinya telah mati semalam dan sekarang ia berada di surga sekarang bersama malaikatnya. Sehun tau sosok disampingnya ini adalah laki-laki tulen, tapi entah kenapa Sehun rasa pria ini benar-benar manis dan cantik.

"N-nah, Sehun. Kurasa kau lapar, aku membawa makanan untuk sarapanmu. Makanlah?" Luhan meletakkan menyerahkan nampan itu pada Sehun.

"Ah, aku sungguh merepotkanmu. Terimakasih lagi Luhan…" Ucap Sehun canggung, kemudian meraih sendok untuk menikmati masakan Luhan. Luhan tersenyum memperhatikan Sehun makan dengan begitu lahap.

Aku tidak tau, tapi Sehun…

Kurasa aku menyukaimu…

Lama melamun dan hanya melihat, Luhan jadi tak sadar kalau Sehun sudah menghabiskan makanannya. Ia terlonjak kaget saat Sehun memanggilnya beberapa kali. Mereka tertawa kecil bersama-sama.

"Oh ya, pakaianmu. Aku minta maaf sebelumnya, aku mencuci pakaianmu karena itu sangat kotor. Untuk sementara kau bisa pakai bajuku, Sehun…" ujar Luhan. Setelahnya ia membuka lemarinya dan mencari-cari pakaian yang sekirang pas untuk Sehun pakai, mengingat perbandingan tubuhnya dengan Sehun cukup berbeda.

"Maaf, hanya ada ini yang sepertinya cukup kau pakai. Yah, walau ini masih cukup pendek kau pakai…"

"Hehe, tidak masalah. Terimakasih sebelumnya…"

Sehun memakai piyama yang ukurannnya paling besar milik Luhan. Itu piyama yang paling besar untuk Luhan, tapi tetap saja akan tampak kecil jika Sehun yang memakainya. Luhan tersenyum malu, badannya tidak bisa dibilang bagus untuk seorang pria. Dia lebih bisa masuk ke rata-rata badan perempuan.

. . . .

::FATED::

. . . .

Sehun dan Luhan sedang menonton TV, tepatnya acara favorit Luhan yakni acara Running Man. Sesekali mereka tertawa bersama melihat aksi kekonyolan pemain Running Man sendiri. Sampai acara tersebut berakhir, Sehun menatap Luhan lekat dan begitu lama. Pria manis disampingnya ini membuatnya tiba-tiba penasaran.

"Luhan…"

"Iya?" Luhan menoleh dan ekspresi wajahnya langsung tak nyaman melihat tatapan Sehun yang aneh.

"Apa kau tinggal sendirian disini?" Tanya Sehun. Tangannya memungut cemilan yang Luhan pegang, kemudian memakannya.

"Iya, aku tinggal sendirian semenjak orang tuaku mengusirku pergi dari rumah. Tidak, sebenarnya mereka tidak benar-benar mengusirku. Tapi aku yang memilih untuk pergi dari rumah…"

Dahi Sehun mengerut. Orang sebaik Luhan hendak diusir oleh orang tuanya? Bagaimana bisa?

Luhan tersenyum melihat perubahan ekspresi wajah Sehun, ia membuka bibirnya untuk menjelaskan lebih lanjut.

"Mereka tau kalau aku adalah gay…"

Mata Sehun membulat mendengar pernyataan Luhan. Jadi, Luhan adalah seorang Gay? Lalu apa masalahnya sampai Luhan harus diusir? Memangnya Gay itu harus dijauhi?

"Kau terkejut kan? Aku sudah terbiasa melihat ekspresi orang-orang yang mengetahui bahwa aku Gay…" Luhan tersenyum getir, kemudian menunduk.

"Bukan begitu, hanya saja aku heran kenapa seseorang sepertimu harus diusir? Kau sebaik ini dan mereka mengusir hanya karena orientasimu?"

Luhan mendongakkan kepalanya dan menatap Sehun tak percaya. Barusan itu apa yang dia dengar tidak salah kan? Selain Baekhyun, baru Sehun saja yang tidak menyalahkan jalan yang Luhan pilih. Tak ada yang mendukung Luhan seperti ini. Teman-teman Luhan yang lain hanya akan menyesal dan memberikan nasehat sia-sia untuk Luhan. Sedangkan Sehun? dia menanyakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua Luhan. Sehun tidak menyalahkan Luhan dan memberikan Luhan nasehat tak jelas.

"Tidak masuk akal jika orang-orang menjauh dengan orang sebaik dirimu. Kalau mereka bilang karena kau mempunyai sisi buruk, berarti mereka tidak tau diri karena belum tentu mereka punya sisik baik sepertimu. Lagi pula, orientasi menyimpang bukanlah hal yang begitu buruk. Itu tidak mengganggu selama kita tetap sopan dan berbuat baik pada orang lain…" jelas Sehun.

Luhan semakin tertegun mendengarkan penjelasan Sehun. Pria tampan itu menatap Luhan lama, bibirnya membuka hendak bicara lagi.

"Aku baru mengenalmu beberapa jam lalu, tapi dengan melihatmu seperti ini saja aku rasa kau oang baik. Luhan…" Sehun mengelap tepi bibir Luhan yang kotor karena cemilan. Setelahnya, Sehun melemparkan senyumannya pada Luhan.

Tidak, aku bukan menyukainya…

Aku jatuh cinta padanya…

. . . .

::FATED::

. . . .

Malam harinya, Luhan memasak hidangan spesial untuk teman barunya itu –Sehun. Ini adalah perayaan kedua setelah untuk Baekhyun beberapa tahun lalu. Luhan tak punya banyak teman yang sangat dekat, tapi Luhan rasa Sehun sudah masuk kriteria sebagai teman paling dekatnya layaknya Baekhyun. Sehun. yang entah mengapa, Luhan merasa dirinya ingin lebih dari sekedar teman saja.

Sehun duduk di meja makan, menunggu Luhan selesai –masih mengenakan piyama Luhan. Sejak tau bahwa Luhan akan memasak hidangan spesial malam ini hanya untuknya, Sehun menunggui Luhan dan sesekali menanyakan bagaimana bisa masakan Luhan begitu enak.

"Siap!"

Sehun terkagum-kagum melihat hasil masakan Luhan yang telah dihidangkan dihadapannya begitu rapi. Sudah cukup lama Sehun tak makan seperti ini.

"Wah, ini enak sekali! Terakhir kali aku makan yang seperti ini waktu aku masih kecil!"

Luhan mengernyit, ia ingat bahwa dirinya belum tau benar soal Sehun. Mungkin beberapa pertanyaan bisa ia ajukan bersamaan menghabiskan makanan yang cukup banyak ini.

"Oh iya, Sehun. Memangnya umurmu berapa?" tanya Luhan. Sehun tertawa kemudian tersenyum menggoda pada Luhan.

"Aku akan mencapai 17 tahun bulan depan!" jawab Sehun sambil tersenyum.

"April? Tanggal berapa? Hey, aku lahir di bulan April juga!"

"Benarkah? Aku tanggal 12? Kau?"

"Aku tanggal 20. Aku tak mengira kau masih 16 tahun. Hey, kau sekolah dimana? Oh iya, dan sebenarnya kau tinggal dimana?"

Tiba-tiba ekspresi wajah Sehun lesu. Ia menggelenglemah lalu menundukkan kepalanya. Luhan rasa ada yang tidak beres.

"Aku tidak sekolah semenjak lulus SMP. Dan, aku tidak punya tempat tinggal. Aku, juga tak punya orang tua…"

Luhan menatap Sehun iba, pemuda yang lebih muda 4 tahun didepannya ini malang sekali. Tak punya orang tua, tak sekolah, tapi ia dikejar-kejar oleh orang-orang jahat terus.

"Maaf Sehun…"

"Tidak masalah…" Sehun tersenyum getir lalu melanjutkan makannya.

"Aku penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi hingga kau dikejar-kejar oleh orang-orang jahat waktu itu. Dan, siapa yang menghajarmu hingga kau terluka sebegitu berat? Apa yang sebenarnya terjadi. Kalau kau dikejar-kejar oleh mereka kenapa kau tak minta bantuan polisi?"

Sehun menelan ludahnya. Pertanyaan Luhan kali ini adalah pertanyaan yang paling tak bisa dijawabnya. Luhan tidak boleh ikut campur dan masuk kedalam masalahnya. Luhan adalah orang baik dan jangan sampai ia jatuh ke jurang bersama Sehun.

"I-itu… aku tidak bisa memberitahumu. Aku minta maaf sebelumnya. Luhan-hyung…" Sehun menundukkan kepalanya.

"A-ah, maaf karena aku terlalu ingin tau banyak hal. Seharusnya aku tidak bertanya tentang. Sekarang kau makanlah lagi? Dan, sebutan Hyung itu lucu juga. Tapi, aku lebih suka kau memanggilku dengan 'Luhan' saja…"

Sehun mengangguk mematuhi keinginan Luhan dan ia melanjutkan makan malamya. Walaupun suasana canggung menyelimutinya, tapi Sehun tetap berusaha untuk memperhangat suasana dan akhirnya mereka pun mulai berbincang hal-hal lain yang setidaknya tidak mengganggu perasaan keduanya.

. . . .

::FATED::

. . . .

Maafkan aku Luhan, aku harus pergi sekarang. Terimakasih atas semua bantuanmu. Piyamamu, aku tidak sempat untuk mencucinya sebelum pergi. Tapi sebelumnya aku berterimakasih karena sudah mencuci pakaianku. Sekarang aku harus kembali ke tempatku. Terimakasih sebanyak-banyaknya Luhan…

Sehun.

Luhan hampir menangis saat membaca secarik kertas yang ditinggalkan Sehun untuknya. Mulut Luhan terbuka menyadari Sehun benar-benar pergi dan tak ada disekitarnya. Sehun, pemuda yang membuat Luhan jatuh cinta dipandangan pertama itu pergi begitu saja dan hanya meninggalinya sebuah surat?

Luhan jatuh terduduk dan menangisi seseorang yang berada diluar sana…

Luhan tidak mengerti mengapa ia jatuh cinta sekaligus sakit hati secepat ini…

"Sehunna, kau kemana?"
. . . .

::FATED::

. . . .

Epilog :

Ditengah malam, Sehun terbangun dan mengganti pakaiannya. Merobek sebuah kertas dari salah satu buku tulis Luhan. Dan merangkaikan beberapa kata dalam surat itu…

Sehun meletakkannya disamping Luhan tidur…

Ia mengusap pelan kepala Luhan, lalu mendaratkan kecupan hangat disana…

"Aku tidak tau. Tapi, sejak kali pertama melihatmu berdiri malam itu, kurasa kau adalah malaikat penolongku. Dan benar, kau yang terus menyelamatkan aku. Aku selalu melihatmu berdiri disana tiap malam seolah-olah menunggu. Saat aku datang kemarin aku tau bahwa kau memang menungguku. Aku memang menyukaimu sangat, tapi aku tak ingin membahayakanmu. Hiduplah dengan tenang, Luhan. Saranghae…"

. . . .

::FATED::

. . . .

Chapter 1

To be continued…

.

A/N

Alooo

Lagi males belajar untuk ujian semester nih

Jadi nangkring depan laptop dan nulis ini… -_-

Nggak panjang kok, makanya alur cepet

Tapi semoga menghibur readers yaa? ^^

Buat yang lagi ujian, semangat! FIGHTING!

Silahkan di review duluuu ^^

Sampai jumpa chapter depaann

WASSALAM