"AAKH"
Seorang pria tinggi berteriak ditengah - tengah jembatan yang sunyi. Pria itu terlihat kacau. Dengan seragam yang terlihat kusut. Tangannya ia arahkan keatas. Perlahan namun pasti. Tiga per empat cairan berkandungan alkohol tinggi itu masuk membasahi kerongkongannya. Sedangkan, tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk tumpuan pada pegangan jembatan. Berharap semua akan baik - baik saja. Ini mimpi, dan saat ia terbangun esok pagi. Ia akan melihat semuanya kembali seperti norma.
Tangannya kembali ia arahkan keatas. Tapi sebelum permukaan kaca itu menyentuh bibirnya. Sebuah tangan kecil lebih dulu mengambil botol berisi cairan berkandungan alkohol itu dari genggamannya. Tangan kecil itu terangkat menuju bibir plumnya. Menegak habis semua cairannya dan membuangnya asal. Mengusap sudut bibir yang terkena lelehan alkohol tadi dengan punggung tangannya.
"Hoek ! Rasanya tidak enak "
Pria mungil itu mensejajarkan tubuhnya dengan pria yang lebih tinggi. Kedua tangannya ia gunakan untuk tumpuan pada pegangan jembatan.
"Jangan pernah meminumnya lagi ?"
"Kau tidak tau apa - apa" datar dan dingin itulah yang mendeskripsikan ucapan pria tinggi itu.
"Memang" ucapnya santai. Tatapan mereka bertemu. "Kau tidak akan bisa menyelesaikan masalah dengan cara itu" hening. karna tidak ada balasan ia melanjutkan ucapannya "itu hanya sesaat." ia menghembuskan napas. "Dan saat kau terbangun esok" pria yang lebih mungil membawa tatapannya kearah bintang yang redup. "Kau akan mendapati masalah yang sama".
Pria mungil itu kembali menatapnya. Namun kali ini dengan senyum yang terlihat sangat cantik. Dan itu sukses membuatnya ikut tersenyum.
" jangan meminumnya lagi ?"
Alisnya terangkat sebelah. Tidak mengerti dengan apa yang dimalsid pria mungil itu. Namun ia tetap mengangguk. Pria mungil itu mengacungkan jari kelingkingnya
"Janji ?" ucapnya semangat. Sedangkan pria yang lebih tinggi tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya sambil bergumam 'janji'.
Mungkin terlihat bodoh. kamu berkekenalan dengan seseorang kurang dari setengah jam. Bahkan kamu belum tentu akan bertemu dengannya lagi. Tapi kamu berjanji padanya sesuatu yang belum pasti bisa kamu lakukan.
Pria yang lebih tinggi tertawa. "Wae ?" tanya pria mungil itu heran. "Aku baru menyadarinya". Apa yang dikatakan pria jakung tadi sukses membuatnya bingung. "Aku baru menyadari bahwa kau seorang pria" pria jakung itu tertawa lepas saat melihat lawan bicaranya memalingkan wajahnya yang memerah. Pria mungil itu senang saat melihat pria yang lebih tinggi darinya tersenyum. Senyum sesungguhnya. Bukan senyum yang dipaksakan. Juga senyum yang sangat tampan
"Astaga !" pekik pria mungil itu. Melihat ke arlojinya dan berbalik hendak pergi. Namun, baru beberapa kali ia melangkah. Ia berbalik.
"Luhan ?"
Pria yang dari tadi terus memperhatikan pria mungil itu mengerutkan keningnya.
"Luhan. Xi luhan ! Siapa nama mu ?"
"Oh sehun. Panggil aku sehun" ucap pria yang lebih tinggi itu memperkenalkan diri.
"Senang berkenalan dengan mu sehun-ssi" pria mungil bernama xi luhan itu pergi meninggalkan seorang oh sehun yang masih terdiam disana. Menatap punggung yang semakin mengecil dengan senyum dan menggumamkan nama itu berulang kali.
Tbc
