Disclaimer : Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi

Warning : Nggak tau ini AU apa Canon, OOC (semoga nggak), EYD berantakan, pergantian sudut pandang yang tiba-tiba, typo(s), cerita ngawur dan banyak ngayal, DLDR

.

Tiba-tiba Vee ngetik fic kayak gini gara-gara baca ficnya AkabaneKazama-san yang bikin Vee ketakutan sendiri, sampai sekarang masih kebayang. Entah kenapa sejak itu mood romance berubah menjadi mood horror. Hahaha.../ketawa/tapi fic romance tetep bakal Vee selesaiin kok.

Langsung aja kalau begitu. Enjoy!

.

Kuroko Tetsuya

.

Berlari! Berlari! Terus berlari!

Sepatu yang dipakainya basah, tapi tak menjadi penghalang akan perasaan tegang yang menimpanya. Takut, khawatir, juga was-was, kini mendominasi otaknya. Perasaan campur aduk itu melekat pada syaraf, membuat pemuda itu lantas berlari lebih kencang. Pengalamannya tempo hari membuatnya tak mau mengulangi hal serupa, tak ingin masuk ke lubang yang sama untuk kedua kali. Karena tak terlalu memperhatikan suara ganjil di belakangnya, ia dihadang (lebih tepatnya disusul) oleh sesosok makhluk ganjil di pertigaan jalan.

Cepat! Cepat! Lebih cepat!

Hal itu berawal dari suara-suara aneh di belakangnya, lantas mulai membuat prespeksi negatif keluar tak kala pemuda itu tak mendapati sosok apapun yang terpantul di bola mata. Dan pas sekali, cuaca yang cerah seperti senyuman salah satu temannya, Kise Ryouta, berganti menjadi cuaca yang menggambarkan kemarahan Akashi Seijuuro. Langit mulai meneteskan cairan hambar yang membuat basah, sedangkan udara mulai bergerak lebih cepat, menciptakan angin kencang yang membuatnya menggigil.

Mendekat! Mendekat! Sepertinya ia mendekat!

Perasaan lega merayapi saat pintu coklat telah masuk ke pandangan, sayup-sayup ia bisa mendengar suara besi yang beradu dengan kayu dari dalam rumah. Tangannya menggapai gagang pintu, lantas melesat masuk. Langkahnya berhenti sejenak di dekat pintu, lantas memandang figura seorang perempuan yang disayangnya, yang sering membelainya hingga terlelap. Bunga-bunga mengering terletak di sekitar figura itu. Ingatkan ia untuk mengganti bunganya besok.

Aman, ia tak akan bisa masuk ke dalam rumah ini.

Jantungnya masih berlari, nafasnya tak beraturan, sedang pakaian basahnya mulai terasa tak nyaman. Pemuda itu masuk melangkah ke dalam rumah, masuk lebih jauh untuk mencari apa yang ia butuhkan. Invasinya ke kediaman itu semakin dalam, tapi terhenti begitu jari-jari pucat menyentuh pundaknya.

Bagaimana? Bagaimana ia bisa masuk?

Tubuhnya semakin menggigil. Perasaan takut dan pakaian basah menambah nilai plus dalam hal penurunan suhu tubuh. Kalau boleh mengambil termometer sekarang, mungkin suhu tubuhnya berkisar antara sepuluh derajat celcius. Tidak-tidak, itu berlebihan.

"...chan, Tet-chan!"

Tetsuya tersentak dari delusinya, tak sengaja menyenggol gelas kaca di meja hingga pecah ke lantai. Pemuda bernama lengkap Kuroko Tetsuya itu mengerjap, kemudian berbalik. Sang ibu berdiri di sana, menghapuskan semua perasaan was-was yang belakangan ini mendominasi tubuhnya.

Bahkan tak ada yang berniat membersihkan pecahan di lantai.

Tangan terulur, menggapai wanita yang surainya identik dengan dirinya. Tapi... kenapa, kenapa tubuh yang kini digapainya terasa dingin?

"O-okaasan?"

Surai biru pendek dibelai, tangan-tangan pucat milik sang ibu berusaha menyalurkan kehangatan semu. "Tet-chan jangan khawatir. Okaasan ada di sini. Memangnya, apa yang Tet-chan khawatirkan?"

Kuroko menelan ludah, memaksa cairan itu masuk ke tanggorokannya yang kering. Matanya membulat sempurna, menengada memandang ke langit-langit putih kusam. Pupil itu mengecil seukuran biji jagung sedang mulutnya terbuka, berusaha mengeluarkan apa saja yang bisa membuatnya terbebas dari kondisinya saat ini.

Entah kenapa, Kuroko lebih suka berhujan-hujan di luar daripada masuk ke dalam rumah.

Buk!

Suara buku yang dihempaskan ke meja membuat Kuroko terduduk tegap. Matanya masih memancarkan sorot tegang. Otot-ototnya kaku karena dipaksa bekerja kilat.

"Kuroko, kau tak mau pulang? Tak ada latihan basket hari ini."

Oh, ternyata Kagami yang sengaja mengagetkan Kuroko dengan buku bertumpuk yang kini telah kembali tergenggam di tangannya. Mendesah lega, Kuroko mengangguk. "Sepertinya sudah waktunya kembali, Kagami-kun."

"Apa yang kau bicarakan, Kuroko? Bel sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Aku bahkan tak habis pikir bagaimana bisa kau tertidur dari istirahat ke dua hingga pulang. Dan hebatnya, sensei sama sekali tak menyadari. Kadang aku iri dengan kemampuan alamimu."

Oh, ternyata ia tertidur.

Kuroko memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, lantas berjalan mengekori Kagami yang memimpin di depan.

"Sepertinya hujan belum kunjung reda."

Kuroko melayangkan pandang ke arah jendela. Benar saja, tetesan tak berwarna jatuh dari atas sana, menciptakan genangan yang mungkin dikutuk bahkan disumpahi oleh kebanyakan orang. Seingatnya cuaca masih cerah sebelum ia tertidur.

Kuroko dan Kagami keluar dari gedung sekolah saat hujan mulai reda. Tapi di tengah perjalanan, hujan kembali bertambah intensitasnya.

"Ayo berteduh dulu, Kuroko."

Memeluk tubuhnya sambil meringkuk, Kuroko memandang datar hujan di hadapannya.

Tuk! Tuk!

Mata Kuroko membulat, suara itu lagi! Jari-jari yang mengetuk lempengan besi kembali terdengar. Paranoid, Kuroko mulai menggigil. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri dengan gelisah.

Tapi kegelisahan itu sedikit menghilang saat mendapati tangan Kagamilah yang mengetuk lengan kursi yang kini mereka duduki. Beberapa remaja terlihat berlarian sambil mengangkat tas mereka, berusaha menghilangkan efek basah yang menempel di baju seragam.

Sepertinya halte yang seharusnya berfungsi sebagai tempat menunggu bus, mulai beralih fungsi menjadi tempat singgah sementara.

"Ah, hujan sudah reda," ujar Kagami sambil menengadah, mengamati sang surya yang mngintip di ufuk barat.

Tuk! Tuk!

"K-kagami-kun."

"Ada apa, Kuroko?"

Tuk! Tuk!

"Bisa mengantarku pulang?"

Heran, pemuda berambut merah-hitam mengernyitkan alis bercabangnya . "Kau tak seperti biasanya, Kuroko. Apa ada yang menganggumu?"

Tuk! Tuk!

Kuroko menggeleng cepat. "Aku hanya merasa tidak enak badan, Kagami-kun."

Tak tega dengan Kuroko, lantas Kagami mengiakan. Meskipun dalam hati agak sedikit keberatan karena seharusnya bisa pulang lebih cepat, tapi ditepisnya perasaan itu. Dimatanya sekarang, Kuroko memang terlihat tak enak badan. Tubuhnya gemetar hebat, wajahnya pucat pasi, dan peluh terlihat di pelipisnya padahal sekarang suhu cukup rendah.

Kagami berjalan di samping Kuroko, memegang sebelah tangannya karena takut pemuda bersurai baby blue itu akan kehilangan kesadaran. Entah ini hanya perasaan Kagami, atau memang Kuroko berjalan agak tergesa, seperti berusaha menghindar dari sesuatu.

Setelah perjalanan dalam hening, rumah Kuroko telah terlihat. "Kagami-kun, tak masuk dulu?" tawar Kuroko.

Kagami menggeleng, ingin cepat pulang karena malam suhu udara semakin turun padahal sang bulan belum menampakkan diri, masih tertahan oleh kehadiran sang matahari yang dengan betahnya menciptakan guratan senja.

"Sampai jumpa, Kuroko."

"Sampai jumpa, Kagami-kun."

Pintu tertutup dengan cepat, sempat membuat Kagami yang baru melangkah beberapa meter menoleh ke belakang.

Ah... sepertinya Kuroko ingin cepat beristirahat.

Di dalam rumah, Kuroko berjalan ke kamar, mengabaikan pecahan di kaki meja. Dihempaskannya tubuh itu ke tempat tidur. Tapi baru sepersekian detik tubuhnya menyentuh benda empuk hangat, rasa sakit luar biasa menyerang penggungnya.

Kuroko berlari kecil ke arah cermin, lantas melihat punggungnya, ah... rasanya ingin berteriak.

Pandangannya mulai bergerak, memindai kamarnya dengan kecepatan tinggi. Matanya memaku pandang pada sesuatu yang meneteskan liquid di sudut ruangan. Keinginannya untuk berteriak semakin menjadi-jadi.

Kini, ia tau apa yang tengah terjadi.

Rasanya tak ingin melihat ke belakang.

Di apartemen Kagami...

"Ah ya, halo, Fukuda."

"Kenapa baru sekarang kau mengangkat panggilanku?"

"Maaf, aku baru mengantar Kuroko pulang. Kami terjebak hujan sehingga harus berteduh. Dan aku tak mengecek ponsel."

"Mengantar Kuroko pulang? Bukanya dia sudah pulang sebelum istirahat kedua tadi?"

"Benarkah?"

"Tentu saja. Saat itu aku ada di koridor bersama Furihata. Dia bilang tak enak badan."

Ah... sepertinya Kagami harus menanyakan ini pada Kuroko besok.

FIN

.

Hai-hai, Vee udah taruh beberapa keganjilan di ch ini, ada yang bisa nebak keganjilan apa aja?

Jawaban akan Vee publish bersamaan dengan meng-update Ch 2.

Next, atau delete? *tumben minta pendapat dulu xD

Bisa request mau siapa yang jadi tokoh utama di ch selanjutnya, suara terbanyak Vee pakai/emang ada yang mau request?

Abaikan A/N setelah ini.

Well, Vee gagal hiatus, tentu saja. Gomen para readers Zashiki Warashi-san!, meskipun gagal hiatus, tapi Vee baru bisa update tgl 9. Nggakpapa ya?

Sumpah, ngetik fic horror di malam hari menciptakan efek samping tersendiri/nggak bisa tidur dan nggak berani ke belakang sendiri. Tapi entah kenapa tangan rasanya gerak sendiri/nah loh siapa itu yang gerakin!

See you next chap... ^^

.

Terima kasih sudah membaca :D... Dimohon kritik dan sarannya.