"Draco, a-aku, m-maafkan aku Draco, salahku, bodohku yang tak bisa menolaknya"
"Bukan, sweetheart, ini bukan salahmu, ini salah si Weaselbee itu, dia terlalu percaya diri"
"Tapi apa bisa Draco, apa bisa aku bersamamu ? untuk selamanya ? sedangkan semua persiapan pernikahan hampir selesai, a-aku tak bisa begitu saja meninggalkan ini"
"Don't cry sweetheart, if we can't together, althought we not together, I always in your heart, accompany you day by day"
"Draco, tapi, aku, harus bagaimana aku ini Draco ? aku-aku hanya ingin bersamamu, tap-tapi aku tak bisa meninggalkannya, aku bingung Draco"
"Sweetheart, mungkin kita memang tak bisa bersama saat ini, karena sebenarnya orang tuaku sudah menjodohkan aku dengan Astoria Greengrass, dan aku juga tidak bisa menolaknya, Mione, mungkin dikehidupan lain, kita bisa bersatu, I always love you"
"I always love you too"
Reinkarnasi
Pairing : Draco Hermione
Disclaimer : J.K. Rowling
Summary : Ketika cinta tak bisa bersatu, bukan tak mungkin mereka tak bisa bersama di lain waktu
"Aku tak menyangka seorang Malfoy percaya pada reinkarnasi" kata seorang gadis.
"Ehm, aku tak percaya Hermione, aku terlalu mendalami hal itu karena dulu para peri rumah selalu menceritakan hal itu" jawab seseorang yang bernama Malfoy itu.
"Oh, benarkah ?" tanya gadis yang bernama Hermione itu.
"Malfoy tak pernah percaya takhayul Granger, aku hanya salah bicara, apa kau meng-confudus ku 'Mione ?" tanya pria itu.
"Aw, kau membuat ku terluka dengam perkataanku" jawab gadis itu dengan tampang manja yang dibuat-buat
"Pardon me, Lady" jawab sang pria yang bernama Draco Malfoy itu.
Kemudian, sang pria mencium gadisnya itu, menciumnya dengan lembut, dalam dekapannya yang hangat, waktu terasa sangan lambat. Tangan sang gadis menahan kepala sang pria, mendorongnya lebih dekat, tak ingin melepaskannya. Lidah sang pria dengan lihai menggelitik bibir baha sang gadis, giginya menggigit-gigit kecil bibir ranum itu, meminta lebih, dan gadis itu membukanya, memberi jalan untuk lidah sang pria yang mulai melancarkan aksinya. Menyapu, mengabsen deretan gigi-gigi mungil sang gadis, bergelut dengan lidah sang gadis, tak ada yang tak tersapu oleh lidah itu. Sang gadis mendesah, menambah gairah sang pria, ciuman itu makin mengganas, sang pria dan sang gadis makin merasa membutuhkan. Hening, nikmat, hangat, itu yang mereka rasakan.
Ketika oksigen mulai sangat berkurang, mulai terasa susah untuk dihirup, mereka melepaskan diri, bibir ranum sang gadis yang mungil kini menjadi sangat memerah dan membengkak. Dan setelah merek telah mengambil oksigen untuk kembali mengisi dengan penuh oksigen dalam paru-paru mereka, mereka tertawa.
"Kau bertanggung jawab atas ini, Mister" kata sang gadis sambil menunjuk bibirnya.
"Aku tak mau, karena penampilanmu malah bertambah baik saat ini" sergah sang pria.
"Apa maksudmu dengan kata 'bertambah baik' itu Mister ?" tanya sang gadis sambil mengernyitkan dahi
"Kau makin seksi, sweetheart, your lips look so sexi now" bisik sang pria ke telinga gadisnya memberi jawaban
Sang gadis yang menerima perlakuan itu merinding, merasakan sensasi bisikan prianya yang menggoda, nafasnya yang berbau mint itu, mengingatkannya dengan kenyataan bahwa sebentar lagi dia tak bisa menghirupnya lagi.
"Mengapa kau menangis sweetheart ?" tanya Draco.
"Aku, a-aku tak bisa lagi memilikimu Draco, itu, itu yang membuatku menangis" jawab Hermione sambil terisak.
"Hatiku selalu milikmu sweetheart, cintaku selalu menjadi budakmu, ada dimana pun kau berada" jawab sang pria menenangkan.
Sang gadis, Hermione Granger, memeluknya, dengan hangat dan erat, "aku tak bisa, tak ingin melepaskanmu Draco baby" kata sang gadis dalam hati. Seakan membalas perkataan itu, sang pria, Draco Malfoy, mebalas pelukan itu dengan lebih erat lagi, "Kau pikir ini tak berat bagiku sweetheart ? ini sangat berat, lebih berat dari Millicent Bulstrode dan Crabber juga Goyle!" canda sang pria.
"That's not funny, Draco baby" lata sang gadis kepada sang Cassanova.
"Benarkah ? kalau begitu katakana padaku mengapa kau tertawa Princess ?" tanmya sang Cassanova sambil berpura-pura memasang wajah ingin tau.
"Itu karena wajahmu terlihat sangat konyol sebagai seorang Malfoy" jawab sang gadis sambil tertawa.
"That's hurt, sweetheart, that's hurt" jawab Draco Malfoy dengan wajah kecewa yang dibuat-buat, membuat Hermione Granger melupakan kesedihannya, kenyataanya bahwa Ia akan kehilangang sang Cassanovanya, Pangeranya.
.
.
"Sudah waktunya untuk kembali, Draco" kata Hermione dengan berat, tak ingin hari itu menjadi hari terakhirnya bertemu dengan miliknya, Draco Malfoy
"Ya, dan jaga dirimu baik-baik, sweetheart, I always love you" balas Draco dengan nada yang sama seperti Hermione, berat, berat untuk melepaskannya
"I always love you, too" balas Hermione
Dan mereka bercumbu lagi. Oke, jangan ganggu mereka untuk kali ini, biarkan, biarkan mereka berdua merasakan indahnya cinta, saling menangis dalam hati dikenyamanan ini, biarkan air mata Hermione mengalir deras, sederas hujan yang turun membasahi bumi saat ini, biarkan, biarkan tubuh Draco basah, sebasah dedaunan, rerumputan yang ada disekitar mereka, biarkan, biarkan mereka mencurahkan segalanya saat ini, biarkan, jadikan ini hal yang paling berkesan untuk mereka, untuk terakhir kalinya, jadikan malam ini malam yang panjang, yang terindah, dan yang paling menyakitkan dalam hidup mereka, karena saat ini adalah saat terakhir mereka, ciuman ini, pelukan ini, hembusan nafas, desahan, dan sentuhan ini akan menjadi yang terakhir kali mereka rasakan bersama, Tak akan ada lagi ciuman, pelukan, desahan, hembusan nafas, sentuhan, detak jantung, ketenangan, kengangatan, kenyamanan, kenikmatan, dan suara yang selama ini menghidupkan mereka lagi dalam hidup mereka. Ini yang terakhir kalinya, Romeo dan Juliet harus mengakui, kisah dua sejoli yang saat ini sedang bercumbu ini jauh lebih mengharukan dari cerita mereka.
Pasokan oksigen mereka mulai habis, setelah mengisi dengan penuh kembali paru-paru mereka dengan oksigen, mereka kembali bercumbu, melupakan dunia, melupakan bahwa dinginnya malam dapat membunuh mereka saat ini juga, tapi, mereka tak perduli, jika memang itu terjadi, mereka tidak peduli, mungkin mereka akan jauh lebih bahagia karena kematian mereka yang sangat menyenangkang ini. Dengan posisi yang sungguh menyentuh, oh, adakah cerita ini menjadi cerita Opera yang fantastis ? cerita Novel yang mengharu biru ? cerita Sinetron yang panjang episodenya ? atau hanya sebuah kenangan, kenangan yang tertinggal dalam memori mereka, kenangan yang hanya mereka saja yang tau. Bagaimana kelanjutannya ? hanya mereka yang tau. Tinggalkan mereka, kau akan menangis jika terus menerus melihatnya.
Mind to review ?
