Disclaimer: Sengoku BASARA from CAPCOM.


Di sekolah Basara, Mouri Motonari dipanggil oleh wakil ketua OSIS. Mouri menuju ke ruang OSIS dan membuka pintu ruang osis dan menemui Hanbei yang sedang duduk di kursi kepala OSIS. Hanbei sedang membaca sebuah surat yang ia terima. Hanbei menatap Mouri yang sudah berdiri di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Mouri.

"Aku butuh bantuanmu," ucap Hanbei.

"Bantuan?" tanya sekali.

"Yah... Akhir-akhir ini klub musik yang kamu pimpin di ambang kehancuran, iya kan?" Hanbei melirik ke Mouri, Mouri tidak menggubris Hanbei saat mengenai klub yang dia pimpin. Memang benar, kini klub Mouri hampir terpecah belah dengan adanya konflik dengan klub mekanik.

"Aku tidak mau membuatmu merasa kecewa atau sedih, tapi anggaran biaya yang kami berikan kepada klubmu akan terbuang sia-sia jika hasilnya tidak dapat memuaskan ketua OSIS," ujar Hanbei.

"Jadi kau tidak akan membantu klub musikku?" tanya datar Mouri.

"Sebagai wakil ketua OSIS, aku yang menangani biaya dan masukan yang didapat setiap bulannya untuk masing-masing klub, jadi aku juga yang menangani klub yang tidak berkembang. Dan untuk sekarang, klubmu akanku jeda sementara," ujar Hanbei dengan menyilangkan tangan di bawah dagu.

"Hmph..." dengus Mouri."Aku belum mengatakan selamat tinggal kepada para anggota..." kata-kata Mouri dipotong dengan lanjutan ucapan Hanbei tersebut.

"Tapi, aku dengar anggotamu melakukan sesuatu yang aneh pada motor milik ketua dari klub mekanik, kan." kata Hanbei dengan serius.

Mouri terdiam datar memandang Hanbei."Apa aksi kami tertangkap kamera?"

"Anggap saja, aku memiliki anggota yang suka mengintai. Mereka sedang di kelas tapi aku bisa mempertemukan mereka denganmu," ujar Hanbei.

"Cukup basa-basinya, Hanbei. Katakan apa maumu," ketus Mouri.

"Aku ingin kau memancing ketua klub Mekanik untuk beraliansi dengan Hideyoshi," kata Hanbei.

"Aliansi?" tanya Mouri.

"Ya. Beberapa hari yang lalu setelah kepergian kepala sekolah Oda Nobunaga, Hideyoshi berniat untuk mengganti posisi sebagai kepala sekolah. Tapi, salah satu anggotaku keluar dari OSIS dan berniat sama dengan Hideyoshi. Dalam kurun waktu, Hideyoshi menerima banyak tugas sehingga dia jatuh sakit akibat kurang beristirahat. Jadi, aku meminta bantuanmu dan juga teman rivalmu untuk bergabung denganku demi kemajuan sekolah Basara," kata Hanbei.

"Hmph... Jika kemenangan berpihak kita, apa yang akan kudapatkan?" tanya Mouri.

"Kau bisa memiliki kembali klubmu dan juga fasilitas-fasilitas klubmu akan terpenuhi. Sama juga dengan orang yang akan kami rekrut," kata Hanbei.

"Hm... Memancing dengan umpan kecil tidak dapat membuatnya tertarik, menurutku," ujar Mouri.

"Tentu. Saat anggotaku keluar dari OSIS dan dia berniat sama dengan Hideyoshi, itu membuat kami merasa terbebani. Tapi, saat kami mengetahui dia bersahabat dengan rivalmu, ini membuat kami mendapat peluang untuk mengambil kursi panas kepala sekolah," ujar Hanbei.

Mouri diam dan mencerna penjelasan Hanbei."Ini mungkin agak sulit bagimu untuk membawanya ke sini, tapi kami sangat membutuhkan ahli mesin untuk membuat serangan."

"Jelaskan mengapa?" tanya Mouri.

"Dalam rencana kelompok ini... Uhm, maksudku 'kita'. Kita membutuh seseorang yang pintar merakit senjata maupun cara pemakaiannya. Di pihak Tokugawa, mereka sudah mengambil Saika Magoichi guru penembak jitu, dan ada beberapa guru yang ikut bergabung dengan mereka seperti Pak Mogami, Pak Hojo, dan Pak Sakai. Di pihak kita, Pak Shingen, Pak Uesugi, Pak Shimazu, dan petugas sekolah Tachibana, mereka sama sekali tidak bisa melawan dengan jarak jauh. Jadi kita membutuhkan Motochika untuk menjadi seorang pembuat dan pemakai," ujar jelas Hanbei. Mouri terdiam paham.

"Apa kau bisa melakukan misimu?" tanya Hanbei.

"Ya. Akan kupertimbangkan," ucap Mouri.


Ke esokan hari, Chosokabe Motochika ketua klub mekanik memarkirkan motornya di parkiran sekolah dekat dengan ruang klubnya. Dia menuju ruang klubnya yang dekat dengan ruang musik milik rivalnya. Saat dia berada di depan pintu ruangannya dan membuka pintu, betapa kejutnya dia saat melihat ruangannya hancur lebur dan banyak bekas coretan dinding yang terbuat dari oli. Motochika marah, sangat marah dengan siapa yang melakukan ini kepadanya. Dia mengecek seluruh ruangannya dan tidak mendapatkan petunjuk sama sekali. Pelaku ini sangat cerdas. Tidak satupun sidik jari atau bekas-bekas dari si pelaku. Chosokabe marah besar, serasa dia ingin memukul tembok hingga hancur, memukul seseorang hingga babak belur.

"Apa yang terjadi?" gumam Chosokabe.

Chosokabe keluar dari ruang klubnya untuk menenang pikirannya. Motochika mendekati motornya dan memerhatikan motornya tersebut. Selang beberapa waktu kemudian.

.

.

.

"Klik," terdengar suara tombol di balik gedung.

.

.

.

"Boooooomm!"

.

.

.

Motornya meledak dengan sendirinya di hadapan Chosokabe. Ledakan itu sangat besar sehingga membuat Chosokabe terkejut dalam kejadian dramatik tersebut, namun Chosokabe terhindar dan kepalanya membentur dengan keras ke aspal hingga mengeluarkan darah. Asap hitam tebal terbang ke atas dan api mulai melahap motor Chosokabe tersebut. Chosokabe menatap bingung, marah, kesal, sedih, dan kecewa. Lima perasaan itu di ungkapkan dengan wajahnya yang tak terima dengan kejadian ini. Pertama ruang klubnya hancur lebur dan kedua motor ninjanya meledak tanpa sebab. Padahal motornya sudah di cek mesinnya dan di perbaiki ulang, tapi... Kenapa?

"Kau tidak apa?" ucap Mouri yang berada di belakang Chosokabe.

Chosokabe menoleh ke belakang dan menggenggam kerah baju seragam Mouri hingga mencekik lehernya dan menaikannya ke atas.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?" murka Chosokabe di muka Mouri.

Mouri memberi tampang bingung di hadapannya.

"Akh... Apa maksud...mu? Aku...sudah... menolong nyawamu dan... inikah balasan... mu kepadaku?" kata Mouri yang hampir kehilangan oksigen. Chosokabe menurunkan Mouri dengan kasar.

"Uhuk... Uhuk... Uhuk... Uhuk," batuk Mouri saat dicekik Chosokabe."Katakan... Apa kau termasuk dalam kejadian ini?" tanya Chosokabe kecil. Mouri menoleh ke Chosokabe, sesaat kemudian Chosokabe menutup matanya dan pingsan akibat tak dapat menahan luka yang ada di kepalanya.

Api yang berkobar dipadam dengan air. Para guru dan siswa-siswa menolong untuk mematikan kobaran api tersebut, ada juga yang meratapi api dari kejauhan. Chosokabe tertidur di ranjang UKS di sekolahnya. Kepalanya di perban dan kedua tangannya diperban juga akibat terkena api. Chosokabe membuka mata satunya dan dia melihat sosok kecil di hadapannya. Chosokabe sadar bahwa dia merasakan mata kirinya terbuka bebas tanpa memakai eyepatch sehingga dia terbangun dan mencari-cari eyepatchnya.

"Mencari ini?" tanya seseorang yang berada di UKS.

"Mouri?" kata Chosokabe yang melihat sosok yang berada di UKS bersamanya.

"Jangan khawatir, mata kirimu bukan apa-apa bagiku," ucap Mouri yang mengambil segelas air putih.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya kau harus pergi ke kelas, belajar, dan melakukan sesuatu yang biasa dilakukan para orang-orang jenius," kata Chosokabe.

"Semua orang pergi ke rumah akibat insiden tadi pagi," kata Mouri.

"Huh..." bingung Chosokabe.

"Kau lupa? Motormu meledak dan aku menyelamatkanmu," ujar Mouri dengan jelas.

"Jadi... Kau yang membawaku ke UKS?" tanya Chosokabe.

"Yang membawamu adalah anggota klubmu. Mereka sangat histeris melihatmu terluka saat aku merangkulmu, jadi mereka memohon kepadaku untuk membawamu ke UKS," ucap Mouri. Mouri memberikan air putih ke Chosokabe, Chosokabe menerima air putih itu dan meminumnya.

"Terima kasih," ucap Chosokabe. Mouri diam dan membelakangi Chosokabe.

"Kau tahu, dirimu sedang diteror seseorang?" tanya Mouri yang menoleh sedikit ke Chosokabe.

"Teror?" tanya Chosokabe bingung.

"Uh huh. Beberapa hari yang lalu aku juga pernah diteror orang. Ruang klubku berantakan dan alat instrument berserakan di mana-mana. Dan kini terjadi lagi saat aku berangkat sekolah jam tujuh saat aku ingin menaruh note buku. Saat aku membuka pintu, jendela kaca pecah, alat instrumen dan banyak sekali rusak. Aku menemukan surat di mejaku dan itu tertulis 'klubmu dan klub mekanik banyak mengganggu kami. Sebaiknya, klubmu dan klub mekanik musnah saja sebelum sekolah ini mendapatkan kepala sekolah baru,'" ujar Mouri.

"Surat? Berarti kau juga!?" tanya pelan Chosokabe. Mouri mengangguk dengan pertanyaan tersebut.

Chosokabe diam duduk di ranjang dan menundukkan kepala serta menggelengkan kepalanya. "Mereka b*ngs*t atau apa?" gumam Chosokabe.

Mouri terdiam saja mendengar ocehan Chosokabe. Chosokabe bangun dari ranjang dan pergi keluar dari ruang UKS.

"Mau ke mana kau?" tanya Mouri.

"Jangan ganggu aku," bentak Chosokabe. Mouri hanya menggelengkan kepalanya.

"Dasar keras kepala," gumam Mouri.

Mouri mengikuti Chosokabe dari belakang untuk memastikan dia baik-baik saja. Di halaman sekolah, sama sekali tidak ada anak dari klub baseball dan sepak bola di lapangan. Semuanya sepi, sama sekali tidak ada orang. Yang masih tertinggal adalah tempat parkiran motornya Chosokabe menjadi hitam dan dinding depan ruang klub Chosokabe juga. Chosokabe mendekati tempat kejadian itu.

Melihat-lihat kejadian itu membuat Chosokabe marah dengan orang dibalik semua kejadian ini. Chosokabe membuka pintu ruang klubnya dan menemukan anggotanya masih berada di sekolah.

"Bos!" kata Yosuke (klub mekanik)

"Bos!" ucap senang semua anggota Chosokabe.

"Kenapa kalian tidak pulang?" tanya Chosokabe.

"Kami sangat khawatir kepada Bos dengan apa yang terjadi tadi pagi," kata Yosuke.

"Huh..."

"Saat Mouri menyelamatkan Bos, kami semua bersyukur bahwa Bos selamat dari kecelakan maut itu."

"Jadi kami memutuskan untuk tetap di sini hingga Bos sadar."

Chosokabe terharu melihat kelompoknya sangat perhatian kepadanya. Chosokabe memberi 'pelukan Bro.' Mouri yang berada di belakang Chosokabe hanya melihat dengan datar.

"Apa ini semacam keluarga besar atau semacamnya," kata Mouri dari belakang Chosokabe. Chosokabe dan kelompok menoleh ke Mouri.

"Kak Mouri," ucap beberapa kelompok Chosokabe.

"Aku sedang memburu si biang keladi. Mau ikut bergabung?" tanya Mouri.

"Bergabung?" tanya balik Chosokabe.

"Sesuai dari bukti-bukti yang aku dapatkan si pelaku memberi petunjuk hanya memberikan surat, tapi dia hanya menaruh di tempat mejaku, dia bahkan tidak memberimu surat itu. Berarti kau ada hubungannya dengan si pelaku tersebut," kata Mouri.

Chosokabe menyimak seksama yang Mouri katakan. Dia memikirkan kembali awal dia masuk ke ruang klubnya. Tidak ada petunjuk, sidik jari, bekas darah, dan juga surat. Seperti yang melakukannya itu setan. Mouri menaruh tangannya di saku celana dan mengeluarkannya, namun dia memegang surat yang berada di sakunya.

"Ini suratnya. Jika kau mengenal tulisan ini atau kau mendapat petunjuk lain kita pasti tahu siapa si pelaku tersebut," kata Mouri yang menyerahkan surat itu kepada Chosokabe.

Chosokabe membaca surat itu, dia menemukan suatu keanehan. Tulisannya tidak asing baginya, gaya penulisan dan ciri khas tulisan tersebut tidak lain dan tidak bukan.

"IEYASU!"geram Chosokabe dengan menggertakkan giginya.

.

.

To be continued…