Pancake With Love

Chapter 1

The beginning

Disclaimer:

NCT milik SM Entertainment

Cuma pinjam nama dan delusi wajah kikiikii

Lee Taeyong

Jung Jaehyun

Nakamoto Yuta

Seo Johnny

Chittapon Leechaiyapornkul/Ten

NCT + (SM Rookies) member menyusul

JaeYong, YuTae, TaeTen/TenTae

Warning:

YAOI (BoyXBoy)

Rated T

Hope you like it ^^/

Enjoy..

KYUTT

KYUTT

SNAP

SNAP

SNAP

"Jae?"

"Jaeee"

"Yak Jung"

"Jung Jaehyun"

"Jahe.."

"Jahe, kunyit, lengkuas,.."

"APA!"

..."_"..

"hehe.."

SNAP SNAP SNAP

"Yakk, pantas saja budeg, dipanggil dari tadi juga." mencebilkan bibirnya sambil berputar. Seenaknya saja pake earphone dan dia memanggil-manggil daritadi dicuekin.

Malam itu, tepatnya menjelang pukul sebelas malam, dua sosok pemuda –katakan mereka tampan, yang satu tinggi, Jung Jaehyun namanya, yang satu si otak rata-rata bermulut besar, si Nakamoto Yuta, berjalan dengan santai dan beriringan, tapi mereka bukan sepasang kekasih lo, mana mau si pria sempurna, Jung Jaehyun mau sama orang secerewet Yuta-kecuali author ^^? -.

"Jae, kau yakin lewat sini?" Yuta berbalik, pemuda dengan tubuh ramping yang masih menggunakan celana sekolah dan sweater appolo itu terlihat ragu.

Kini mereka memang sedang berada di jalan yang cukup sepi, suatu daerah bernama Gurogu yang jaraknya kira-kira hanya sepuluh km dari sekolah mereka, Gung-Dong High School.

"Salah siapa kita pulang selarut ini, heh bakamoto."Jaehyun terlihat kesal, ia berbalik dan mendelik menatap si pria asal Jepang, Yuta. Menghiraukan sahabat kentalnya itu dan terus berjalan melewati tanjakkan didepannya "Lagi pula sebentar lagi sampai halte, dari sini saja sudah terlihat."

Menatap ke depan, ah iya, disana, berjarak 10 meter dari posisi mereka berdiri, ada halte. Yeayyy...tapi kemudian yuta berjalan dengan emosi menuju sahabatnya itu dan..

PLAKK

PLAKK

"YAKK..Aduh..kau apa-apaan sih?"

Sukses menggeplak kepala tampan sahabatnya. Poor Jung Jaehyun.

"Kau bodoh atau apa hah, ini sudah jam 11 malam, mana ada bis, kau pikir kereta."Melangkah masa bodoh meninggalkan pemuda dibelakangnya yang masih mengusap-usap kepala.

"Hey tunggu.."dan mereka terus berjalan melalui jalan itu, diam dan merasa aneh.

*,*/

.

.

.


"Jae kau dengar itu?" yuta berhenti. Berdiri diam di belakang Jaehyun.

"Ani." terus berjalan.

"Kau benar-benar tuli."

Jaehyun tau kalau temannya ini juga bermulut pedas. Tapi ia juga tau kalau ia benar-benar bodoh. Namanya juga Bakamoto.

"Sudah, ppali ppali..." Jaehyun tetap berlalu, tak menghiraukan si Nakamoto, tetapi..

BRAGG

BLUMM

PRANGG

Mereka berhenti karena suara berisik di atas mereka, tepatnya di salah satu rumah, dimana mereka tengah berhenti sekarang. Di atas rumah –ruko tepatnya- ada jendela besar berwarna coklat, dan dari situlah semua berasal.

Yuta dan Jaehyun mendongak menatap ruko bergaya klasik itu. Ruko dengan tangga besi memanjang lurus didepannya, dan beberapa pot tanaman tropis tergantung manis. Rumah yang aneh.

Mereka sedang menduga-duga, apa sih malam-malam begini ribut sekali. Mereka pikir makhluk hidup satu-satunya di lingkungan ini hanya mereka berdua.

"Jae,kajja.." Yuta tersadar dari mari -kita ber bengong ria-, melanjutkan hidupnya, melangkah melewati Jae, dan ia mendengar jendela diatas itu terbuka.

BLAMM

Yuta dan Jaehyun mendongak lagi, kali ini penasaran, jangan-jangan diatas sana..

PLUKK

"Yee..?"

"Hehh.."

Yuta menatap horror pemandangan didepannya. Hanya dalam hitungan detik, kini kepala tampan sahabatnya itu sudah tertutupi sesuatu. Benda bulat berwarna –entahlah tak jelas, sudah malam- kuning mungkin, atau coklat, yang pasti sudah bertengger manis diatas rambut sahabatnya. Lelehan madu terlihat turun dengan sexy nya dari jidat lebar Jaehyun.

"Demi dewa, Jae kau.."

"Apa ini?" itu suara teriakan Jaehyun. Menyentuh makanan lembek diatasnya yang sewangi madu –memang madu Jae-. Menatap horor melihat apa yang ada ditangan kananya. Wajah Jaehyun yang putih jadi tambah pucat sekarang. Senyumnya yang berhias dimple menghilang menjadi ekspresi ingin membunuh.

"Pancake, Ya Tuhan, Pancake di kepalaku Yut?" menimang-nimang makanan didepannya. Demi Tuhan, ia sedang serius mendongak keatas melihat dan ingin tau suara apa itu, lalu jendela lebar itu terbuka, dan bamm, tiba-tiba ia kejatuhan pancake plus madu. Tepat diatas rambut spike nya yang mirip Suho EXO. Jaehyun ingin berkata kasar.

"Kau lihat itu, jatuh dari atas jae?"

"Aku tau." masih menatap pancake nya dengan tajam.

"Wushh,Lalu mendarat dikepalamu."

"Ya, aku tau." Tatapan jaehyun semakin tajam, tangannya meremas pancake itu.

"Dan diatasnya ada madunya juga Jae."

"Aku juga tau itu." tatapannya kini seakan-akan mau menelan bulat kue ditangannya setelah puas meremas-remas, seakan-akan itu buah dada Reon Kaneda.

"Err..kau tak apa-apa." Yuta bertanya ragu-ragu.

"Jung Yoon Oh, kau OKE." Tangannya hampir maju membersihkan madu yang masih tersisa di atas kepala Jaehyun

"Jae.."

"DEMI APAPUN BAKAMOTO AKU SEDANG SEPERTI INI KAU BILANG OKE." Jaehyun tak tahan lagi, melototkan mata sipitnya ke sahabat Jepangnya ini.

"Omo.." Yuta tersentak." Ehh aku kan.."

"Sudah diam, dan bantu aku selesaikan ini." Jaehyun mengakhiri, menunduk membersihkan jaketnya yang terkena lelehan madu.

Tangan Yuta mengambil sapu tangan di saku yang selalu dibawanya kemana-mana. Mengusapkannya kerambut Jaehyun. Thanks saputangan.

"Jangan diratakan Nakamoto ssi." Jaehyun benar-benar jengah. Sudah tau berlepotan, eh yang di elap lelehan madu kesekitar rambutnya.

"Sowreyy..hehe."menjawab santai, pria Takoyaki itu menjilat lelehan madu itu.

"Enak,ehm" Ia lalu menatap pancake yang bernasip malang, tergeletak di aspal tak berdosa. Meminta tolong untuk dimakan –jika kau mau-.

"Kau bukannya suka pancake Jae?" berkata dengan polos pada sahabat didepannya.

"Lalu, kau pikir aku harus memakan pancake itu begitu." Menunjuk pancake di aspal. Gila saja, dia memang suka pancake kan. Tapi bukan yang begitu juga kan. Lalu melanjutkan acara membersihkan rambutnya yang lepek. Ia merasa sial hari ini. Semua karena sahabat Jepangnya yang menggilai Ramyun ini. Dasar event gila. Ia jadi sial terus.

"Hehehe.."nyengir, menggaruk tengkuknya, "kalau kau mau si, ya silahkan.." ngomong seperti orang tak berdosa

Jaehyun sudah tak tahan, tangannya sudah gatal ingin menggeplak Yuta dan otak pentium satunya "Ishh, kau benar- benar.."

.

.

...

"Kalau tak suka, aku pergi saja.."

Sebelum suara ini, orang yang berteriak di atas sana menghentikan aksi Jaehyun –Mari menistakan Yuta-.

Yuta dan Jaehyun mendongakkan kepalanya keatas –lagi-. Sekarang jendela di atas sana terbuka lebih lebar. Dan suara orang bertengkar itu –mungkin bertengkar- terdengar lagi.

Yuta dan Jaehyun saling memandang. Mengernyitkan dahi dan menghendikkan bahu. Mendongak ke atas lagi bersamaan dengan suara..

.

.

"JANGAN KEMBALI LAGI SANA ANAK SETAN"

"Setan?Ada hellboy di rumah itu?" pertanyaan bodoh Yuta.

Jaehyun memutar kedua bola matanya, jengah sekali dengan orang satu ini.

" Diamlah!"

"Aye ayee.."

"Aku akan meminta pertanggung jawaban orang itu, mumpung dia masi hidup malam ini."

"Heh, kau mau keatas sana, kau gila." Yuta menggelengkan kepalanya, menatap sahabatnya dengan sok heran, "Lewat mana coba bray."

"Tangga." Menunjuk tangga besi rapuh yang sudah berkarat dipojok ruko.

"Iyuhh Jae, jangan gila pliss." Yuta tidak setuju. "Sudah ayo pulang, kita kelamaan disini." Menarik lengan sahabatnya, mau mengajak jalan lagi.

"Enak saja, sebentar" melepas tarikan Yuta dan melangkah kedepan. Berjalan ke arah tangga, sedang sahabat di belakangnya sudah menatap horror si nomor satu itu.

"Jae, sudahlah, selesaikan besok saja." Yuta membujuk. Tapi sahabatnya terus melangkah kedepan. Bahkan kaki kanannya sudah berpijak ke anak tangga pertama.

"Jangan gila whoyy." Yuta masih kukuh. Frustasi, menghentakkan kakinya dan melambaikan tangannya.

"Okay, aku tak ikut-ikutan, aku pulang, bye." Berbalik dan melambaikan tangan. Sahabat macam apa si Nakamoto ini. Memutar kedua bola matanya, Jaehyun masa bodoh dan menapaki tangga kedua.

Disana, diujung jalan, Yuta tak tega juga "Hahh.." menghela nafas dan berbalik. Kalau ada apa-apa dengan si prince itu, bisa mati juga dia. Dan rekomendasi ayah Jaehyun di salah satu Agency besar di Korea bisa lenyap juga.

"Shitt.." hey Yuta, kau berkata kasar. Berbalik dengan malas dan matanya membola.

Si Jung Yoon Oh sudah berada di atas sana. Dan hey, itu seperti bukan jendela tapi seperti pintu yang besar. Tapi, tunggu tunggu, itu memang jendela kok, dibawahnya ada pembatas tembok dan diatasnya ada ventilasi, tapi lebar sekali.

"Yakk..Jung Yoon Oh, turun kau." Yuta berteriak, benar-benar pusing dengan sahabatnya ini, kalau sudah ada maunya, maka bikini bottom akan berubah jadi syar'i bottom.

Jaehyun membalikkan badannya. Menatap sahabatnya di bawah sana. Tinggi balkon ruko yang ia naiki ini kira-kira lima meter dari sahabatnya berdiri disana.

Tersenyum kecil –sok menyeringai- dimplenya nampak "Pulanglah, bakamoto cemen, sana hush hush.."usir usir cantik.

"Hey kau ini, bocah gila, turun." Memelankan intonasi suaranya. Yuta mengendap-endap. Mengedarkan pandangannya kekiri dan kekanannya. Hey ini sudah larut malam dan dia harus cepat pulang.

"Turun jangan buang-buang waktu." Semakin jengkel, Yuta melangkah kebawah tangga. Ditatapnya tangga itu. Iyuhh, pasti tidak pernah dibersihkan, dan banyak plankton disana. Yuta, pliss.

Jaehyun tersenyum remeh "Kaa, pulang sana kau Cinderella tua, penakut" memutar jempol tangannya kebawah, "PE-NA-KUT." Jaehyun semakin menjadi, mengejek Yuta dibawah sana.

"Kau, benar-benar yaa.." Yuta hampir melangkah naik, tapi tidak-tidak, artinya dia kalah dong diejek si Jahe tua, bhak, ia tak akan tertipu. Tapi nanti dia dibilang pengecut lagi.

"Hey Yuta." Jaehyun berbalik menatap kedalam jendela yang ternyata bertralis agak lebar. Pantas saja Pancake tadi bisa terlempar keluar. Tapi orang macam apa yang tak menghargai makanan dan malah membuangnya dimalam hari. Sungguh Jaehyun benci itu.

Jaehyun melongokkan kepalanya lebih dalam. Di dalam kamar itu ada ruangan yang sempit, mungkin fungsinya kamar -atau bukan- dengan satu set tempat tidur kecil –ia yakin sekarang itu kamar- dan meja belajar kecil dipojok dinding.

Jaehyun semakin tertarik, ia menoleh sebentar dan kembali melongok kebawah.

Dibawah tangga, Yuta memainkan ponselnya, benar-benar bukan sahabat sejati, tapi setidaknya ia tak meninggalkannya bukan.

BLAM

Pintu kamar itu terbuka. Jaehyun diluar jendela tersentak kaget. Dia yang awalnya ingin marah pada si pelempar pancake malah jadi gugup. Aduh bagaimana ini. Jaehyun malah kebingungan, merapatkan punggungya di daun jendela, lalu bersembunnyi dibelakangnya. Cemen kedua.

Dibawah sana, Yuta lebih panik. Ia kira Jaehyun ketahuan dan bakal habis. Maka ia masuk kebawah tangga yang gelap dan pekat, tak ada penerangan. Bersembunyi dibawah sana. Berdoa agar sahabatnya tidak babak belur diatas sana.

Jaehyun sudah menyiapkan mentalnya. Ia siap meledak, memaki orang yang masuk kekamar ini. Ia yakin ia pelakunya, siapa lagi memang.

Orang ini bagi Jaehyun sangat jahat. Pertama membuang makanan selezat dan seimut pancake. Kedua, melemparnya kebawah dan mengenai kepalanya. Ketiga, berteriak dimalam hari dan mengganggu siapapun disini, sungguh brengsek kan.

Maka Jaehyun mulai melangkah keluar dari tempat persembunyiannya yang gelap, dan ia harus berhenti, karena..

GLOTAKK

KLANG

Teralis jendela didepannya terjatuh kebawah, tepatnya kelantai balkon, dan itu didepannya. Apa, jadi orang ini dari tadi membobol teralis. Dan Jaehyun tak sadar itu.

"Dia pikir aku takut apa." Itu bukan suara Jaehyun, apalagi Yuta yang entah dimana.

"Lihat saja, aku akan pergi." Orang ini bersuara lagi, tapi wujudnya tak nampak-nampak daritadi. Jaehyun penasaran, melongokkan kepalanya, mengintip sedikit.

Ahh pantas, orang tadi masuk kedalam, menyibukkan dirinya didepan almari coklatnya. Mengambil baju usang dan memasukkan kedalam ranselnya. Kamarnya yang remang-remang membuat Jaehyun tidak bisa melihat rupa si pria ini –ia yakin itu suara pria-.

Pria itu sepertinya sudah selesai dengan almarinnya, duduk ditepi kasur dan memakai nike airmax nya.

Jaehyun bisa melihatnya, sosok itu, tubuhnya tidak terlalu tinggi, mungkin sejajar dengan Yuta –atau lebih pendek-, badannya kurus, kulitnya bersih tapi tak seputih dia. Rambutnya berwarna hitam keabu-abuan dan ia yakin, ia pria dari suaranya yang kekanakan dan cempreng itu.

Pria itu berdiri, mengambil kunci kamarnya, hampir mengunci kamarnya, tapi tiba-tiba pintu kamarnya menjeblak lebar dan..

BLAKK

"Kau pikir kau mau kemana hah anak nakal." Pria bertubuh besar keluar dan memegangi tangan kurusnya. Pria itu berontak, menginjak kaki si pria tua yang memakai sandal rumahan.

"Yakk, brengsek kau tikus busuk." Pria tua itu mengumpat lagi memegangi kakinya yang kesakitan, berpegangan pada pintu. Si pria kecil tertawa kecil, mengejek, lalu merasa bahwa ini kesempatan untuknya, ia mundur kebelakang, berbalik dan berniat lari. Tetapi..

"Kena kau.." Kali ini seorang wanita, berperawakan tinggi, rambut sebahu, berwajah tirus dan badannya kurus. Tapi Jaehyun yakin, tenaganya bagaikan buffalo. Jaehyun, si penonton setia di ujung daun pintu, jadi kasian dengan pria muda itu. Tubuhnya kecil tapi melawan dua orang itu. Dia jadi ingin melakukan sesuatu. Tapi apa ya, maka Jaehyun masih menjadi penonton setia.

"Kemari, ayo tarik dia."

"Angkat, kurung dibawah, jangan sampai lepas."

"Kemari kau kucing nakal."

" Yakk, lepaskan aku, lepas kubilang kalian brengsek." Si pria kecil itu meronta. Tubuhnya diangkat oleh pria gempal itu, sedang kakinya ditarik oleh si wanita galak.

"Tidak akan kubiarkan.." dan dalam hitungan detik, si pria kecil menendang dada wanita itu, lalu wanita itu terjengkang kebelakang. Menabrak gagang pintu, Jaehyun harap ia tak mati. Dan tangan kanannya, memelintir kepala pria gempal itu, badanya kecil tapi tenaga banteng luar biasa menular padanya. Pria itu terjerembab. Terjungkal kebelakang. Kepalanya terantuk ujung meja. Mampuss, Jaehyun membatin diujung derita.

Si pria kecil puas, ia berbalik bersiap kabur melalu jendela yang sudah tak terpenjara. Saat berbalik itulah, mereka bertemu, bertatapan. Jaehyun termangu di tepi jendela. Dan si pria kecil ini memandang Jaehyun dengan segala kebingungannya. Dan, takut?.

Jaehyun melihat wajahnya, wajah si pria kecil itu. Wajahnya sangat tampan, tapi juga manis secara bersamaan. Teksture wajahnya sangat sempurna, ia benar-benar seperti boneka. Tapi Jaehyun seketika tersadar dari keterkejutannya, karena hanya dalam hitungan detik, pria itu berjalan –berlari- dan melompat kearahnya.

Pria itu terjatuh dalam dekapannya, tersandung teralis yang teronggok sebagian kedalam. Apa ia juga terpesona pada Jaehyun, kumohon sadarkan Jaehyun sekarang juga.

Dan saat Jaehyun tersadar ia sudah memeluk pria itu. Tubuhnya pas sekali dalam dekapannya, enak sekali dipeluk.

Jaehyun tau kenapa pria ini tersandung, pasti bukan hanya karena teralis itu, tapi juga, pria ini menepis tangan si wanita yang masih berusaha menangkapnya. Tapi satu hal yang tidak Jaehyun ketahui, ia kini berdiri diujung balkon. Luasnya hanya satu meter. Dan Jaehyun tidak hanya membawa beban dirinya, dengan bobot 63 kg, tapi juga si pria mungil didekapannya.

Jaehyun melihat tatapan horror pria didekapannya, matanya yang bulat terkejut menatap wajah Jaehyun. Dan Jaehyun juga melihatnya, dua orang, pria dan wanita dibelakang sana sama terkejutnya, bukan, lebih tepatnya menatap horror kearahnya. Jaehyun sadar arti tatapan mereka. Karena kini, ia sadar, tubuhnya ditepi balkon, sedetik lagi bersiap meluncur kebawah.

Melewati pagar balkon, Jaehyun bisa merasakan, tubuhnya terlontar, kebawah, melihat langit diatas sana yang dipenuhi bintang malam, juga wajah malaikat didepannya, didepan wajahnya. Matanya yang indah, bulat dan berbinar, ahhh indahnya.

Lalu teriakan diatas sana, teriakan ngeri manusia-manusia bangka, ahh sungguh busuk.

Dan Jaehyun merasa tenang, mati?

Ia tak tahu.

Brugg

Brugg

.

.

.

Terdorong kebelakang wanita itu tetap bangkit. Suaminya, terkapar dibawah. Si tikus nakal akan lari. Tidak bisa. Merayap, ia memegang sepatu si kucing nakal, dan sukses, si kucil nakal terjatuh, terlempar keluar jendela. Tapi tunggu dulu, siapa disana. Pria muda yang tampan, yang melihat semuanya, menangkap sikucing nakalnya. Dalam sekejap, ia bangkit. Matanya membola, menatap horror adegan didepannya. Kucing nakalnya dan si pria tampan berpelukan, dan dalam hitungan detik, terlontar kebelakang melewati pembatas balkon, dan...mereka terjun indah kebawah.

"ANDWAEE..Lee Taeyonggg.."

Ohh dunianya seakan runtuh.

*,*/

.

.

.

Yuta membalas Kakaotalk dari Jung Aboeji. Pertanyaanya seolah-olah ia ini koruptor atau pembunuh bersianida saja. Ayah dan anak sama saja. Luar biasa kepo. Ia akan mengetik ikon mengantuk –untuk mengelabui sang paman- kekekkekk...sebelum suara...

BRUGGG

BRUGGG

Jatuh didepannya

Menatap horor kedepan dan berjalan gontai.

.

.

"J-ja-jae.."

...

"Yaakk Jung Jaehyun.."

.

.

Cry Emoticon terkirim.

.

.


End

Ehhh

Tarik Bang Chanwoo

Hehehehe

TBC Atau End yaaaa

Lanjut enggag ni kakak kakak

^,^/

Nb: Fanfic percobaan dan response pliss, beri masukan juga boleh buat newbie ini, kali aja jelek, gaje, OOC, dan banyak banget salahnya..huhuu..harap maklum nee

Call me Luna nee..nama saya bukan si pahlawan pembawa palu...tapi saya pahlawan pewarna kekekekek

Gomawo yang sudah sudi baca fanfic abal ini nee..

Ghamsahamnida,,.

Shuttt...tebak siapa si wanita dan pria bangka, kekekee..