wah, akhir'y jadi jga ni fic. qu kira ga akn slsai.

karena ni fic pertama qu. plizz R&R!!

disclaimer: semua tokoh punya'y Square Enix. BGM'y punya leona lewis. saya cuma pinjem ja

I wake in the morning
Tired of sleeping
Get in the shower
and my make my bed alone

Aku sudah tidak ingat lagi kapan terakhir kalinya aku bisa tertidur lelap. Karena disetiap malam mimpi itu selalu saja menghantuiku. Kenapa hingga saat ini aku masih juga belu dapat melupakannya? Pertanyaan itu selalu saja ada setiap aku bangun ditengah malam karena mimpi buruk. Sudah 3 tahun berlalu sejak aku kehilanganmu. 3 tahun aku berusaha untuk bangkit dari semua keterpurukanku karena kehilanganmu. 3 tahun lalu kau pergi tanpa mempedulikan perasaanku yg kehilanganmu. Harusnya aku bisa melupakanmu, karena kau dengan egoisnya pergi meninggalkanku tanpa tahu betapa hancurnya aku saat tahu kalau kau pergi meninggalkanku dengan semua kenangan saat kau masih disisi. Tapi mengapa bayangmu selalu saja muncul?

I put on my make up
Talk into the mirror
Ready for a new day, Without you
And I walk steady on my feet
I talk my voice obeys me

"Pagi light."

"Pagi Serah." Sahutku.

"Oh ya Light, hari ini aku dan Vanille akan menemui Fang. Kau mau ikut?" Tanya Serah.

"Maaf Serah, sepertinya aku tidak bisa ikut. Aku ada pekerjaan hingga sore nanti." Tolakku halus

"Ayolah Light. Inikan hari libur, jangan sibukan dirimu dengan bekerja." Pinta Serah

"Tapi Serah……" Sahutku

"Aku tidak menerima kata "tidak" kali ini Light." Tegas Serah.

Belum sempat aku membalas perkataan Serah, tiba-tiba Vanille datang.

"Kau akan ikut denganku dan Serah, dan kau tidak akan pergi kemana pun selain ikut dengan kami."

"Hai Serah." Ucap Vanille sembari menyalami adikku.

"Hai Vanille." Jawab adikku

"Kau selalu saja bekerja dan bekerja. Light, kau juga perlu beristirahat." Tambah Vanille.

"Tapi……"

Tiba-tiba Vanille menggandeng tanganku dan menarikku keluar rumah, Serah mengikuti dari belakang. Vanilla memaksaku untuk naik ke mobilnya, walau pun aku tidak mau, tapi aku hanya bisa pasrah saat Serah juga memaksaku untuk naik ke mobil.

I go out at night
Sleep without the lights
And I do all of the things I have to
Keeping you on my mind
But when I think I'll be alright
I am always wrong cause

Dan itulah yg sekarang bisa aku lakukan. Semejak kepergianmu dari sisiku. Aku selalu menyibukkan diriku dengan pekerjaan. Mencoba membuangmu dari pikiranku. Aku tahu apapun yg aku lakukan tidak akan mengubah situasi. Bahwa kau selalu ada dipikiranku. Tapi aku mencoba menyangkalnya. Disaat aku menyangka bahwa aku sudah dapat bernafas tanpamu. Ternyata aku salah. Aku selalu salah, karena kau lah udara yg aku perlukan untuk bernafas. Karena disetiap nafas yg berhembus selalu tersebut namamu

My hands
Don't wanna start again
My hands
No they don't wanna understand
My hands
They just shake it try to break whatever piece I may find
My hands
They only agree to hold
Your hands
And they don't wanna be without
Your hands
And they will not let me go
No they will not let me go

Flashback

Suatu hari, saat kami sedang duduk ditaman.

"Light".

"Ya."

"Kenapa kau bisa menyukaiku?"

"Eemmhh…"

Ku palingkan wajahku. Ku tatap matanya. Mencoba untuk membaca apa yg sedang dipikirkannya. Aku tak mengerti, mengapa aku bisa jatuh oleh orang seperti ini? Teman-temanku juga heran. Karena selama ini aku selalu menutup diriku. Mereka bilang selama ini aku terlalu dingin dengan setiap pria yg mencoba mendekatiku. Bahkan terhadap Snow dan Sazh, bahkan Hope sekalipun. Suatu hari Serah pernah bertanya kepadaku kenapa aku begitu dingin kepada setiap pria termasuk tunangannya, Snow. Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk bersikap dingin terhadap mereka. Mungkin untuk Snow pengecualian, entah kenapa hingga saat ini aku masih belum bisa percaya kalau Snow adalah pria yg baik untuk adikku Serah. Sungguh aku tidak mengerti mengapa Serah bisa jatuh cinta dengan pria seperti Snow. Maksudku masih banyak pria diluar sana yg lebih baik dari Snow.

Suatu hari aku bertanya kepada Serah.

"Kenapa harus Snow?"

Tapi Searah dengan santainya menjawab.

"Tak ada alasan khusus untuk mencintai seseorang. Aku pun tak tahu kapan aku jatuh cinta padanya." Jawab Serah sambil tersenyum.

"Tapi Serah, apa yg kau lihat dari Snow?" "Maksudku, Snow itu orang yg suka seenaknya, terlalu santai, belum lagi gayanya yg urakan, dan…"

"Aku tak peduli akan apa yg orang katakan tentang Snow. Karena bagiku, Snow adalah pria yg telah aku pilih untuk mendampingiku." Potong Serah

Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah adikku itu. Aku tahu, apapun yg kukatakan tidak akan mengubah pendiriannya.

"Kau pun suatu saat nanti akan merasakanny Light." Ucapnya

"Entahlah." Jawabku sambil menggangkat bahu

"Kau tahu, tidak butuh alasan bagi seseorang untuk jatuh cinta." Jawabku sambil tersenyum.

"………………"

"Kenapa?" tanyaku.

"Aku hanya heran, sejak kapan kau bisa bicara seperti itu" jawabnya dengan senyum meledek.

"Maksudmu?"

"Tidak, hanya saja sepertinya tadi itu bukan kata-katamu saja"

"Jadi maksudmu aku tidak bisa bicara seperti itu!!" tambahku.

"Bukan tidak bisa, tapi tidak biasa." Jawabnya.

"Noct…!!" panggilku geram.

"Hey, jangan marah begitu. Aku kan hanya bercanda Light."

Aku tidak menjawab. Aku membalikan badanku, hingga kini punggungku yg menghadapinya.

"Light…"

"Light, ayolah. Maafkan aku" pintanya

Entah mengapa aku tidak pernah bisa marah padanya jika dia sudah berkata seperti itu. Hatiku selalu saja luluh saat dia bicara dengan nada seperti itu. Aku heran, mengapa sekarang aku jadi lemah begini. Padahal biasanya aku ini tidak mudah luluh oleh apapun kecuali oleh adikku Serah. Aku sungguh tidak mengerti mengapa terhadap orang ini aku mudah sekali menyerah. Seakan-akan aku tidak mempunyai kekuatan untuk menolaknya. Aku hanya bisa menuruti apa katanya. Aku hanya bisa tersenyum.

"Baiklah tuan Noctis Lucis Caelum. Kali ini kau ku maafkan." Jawabku sambil tersenyum

"Terima kasih Light." Jawabnya sambil memelukku.

"Noctis, lepaskan. Malukan dilihat oleh orang lain." Pintaku

Tapi bukannya melepaskan pelukannya. Dia malah mempererat pelukannya. Lalu ia mencium pipiku. Ya Tuhan, aku yakin, pasti sekarang wajahku semerah tomat.

"Noct!!"

"Harusnya kau lihat wajahmu saat ini." Candanya

"Noctis, lepaskan." Pintaku lagi

"Baiklah nona." Jawabnya

Akhirnya Noctis melepaskan pelukannya. Ia pun berdiri. Tapi kemudian ia membungkukkan badannya. Ia memdekatkan wajahnya kewajahku. Entah kenapa saat itu seluruh tubuhku tidak bisa kugerakkan. Aku hanya bisa menatap kudua bola matanya. Sungguh aku terlarut dalam pandangannya. Tiba-tiba……

Oh gods, he pecks my lips.

Dan aku hanya bisa diam mematung. Ketika aku masih shock karena kejadian tadi, aku tidak sadar kalau dia telah berlari meninggalkanku sambil tertawa. Saat aku tersadar, aku langsung mengejarnya.

"Noctis……!!" Teriakku

"Coba kejar kalau kau bisa." Ejeknya

"Awas ya kau!!" "Akan kutangkap kau!!" jawabku

Akhirnya kami saling berkeja-kejaran di taman. Untung saja saat itu taman tidak terlalu ramai. Karena taman itu ramai. Aku tidak akan mau mengejarnya. Dulu aku pasti menganggap kalau bermain kejar-kejaran itu hanya untuk anak kecil. Tapi sekarang? Entah sejak kapan aku mulai berubah. Bersamanya aku bisa melakukan hal-hal yg aku pikir tidak pernah akan kulakukan sebelumnya. Aku jadi lebih bisa mengekspresikan diriku. Sebelumnya aku sempat berpikir kalau apa yg terjadi pada diriku ini tidak baik. Tapi ternyata aku salah, bersama Noctis aku lebih bisa menjadi diriku sendiri tanpa peduli akan apa yg orang pikirkan tentangku. Sekarang aku jadi mengerti apa yg perkataan Serah. Aku hanya bisa tersenyum mendapati diriku yg sekarang telah jauh berubah.

Setelah cukup lama aku mengejar Noctis, akhirnya aku dapat menangkapnya. Setelah menangkapnya aku mulai menggelitikinya.

"Noctis, kau tahukan kalau aku ini tidak suka dengan public affection."

Tapi ia tidak menjawab dan hanya tertawa

"Baik-baik, aku menyerah Light." Ujarnya sambil tertawa.

"Tidak akan." Ancamku.

"Light, geli. Hentikan…" pintanya sambil tertawa.

Bukannya berhenti menggelitiki. Tapi aku malah semakin gemas untuk menggelitikinya. Melihat wajahnya yg sedang tertawa selalu bisa membuatku senang.

"Baiklah, jika kau tidak mau berhenti." Ancamnya

Tiba-tiba ia menarik tanganku dan memelukku dari belakang.

"Noctis…!!"

Dan ia mulai menggelitikiku. Sepertinya ia ingin balas dendam karena aku sudah menggelitikinya. Kami terus begitu entah untuk berapa lama. Rasanya saat itu tidak ada orang orang lain, hanya kami berdua di dunia kecil kami. Betapa bahagianya saat itu. Aku berharap saat-saat itu akan selamanya.

"Noctis, noct……" "Kumohon, hentikan." Pintaku

"Emm…" "Tidak akan, tadi aku memintamu untuk berhenti, tapi kau tetap menggelitikiku." Ujarnya

"Noct…" Melasku

"T.i.d.a.k."

"Noct…"

Dia hanya terdiam sambil tersenyum licik. Sepertinya ia sedang memikirkan cara untuk membalas tindakanku tadi. Tapi melihatku yg sudah mulai mengeluarkan air mata karena tidak tahan untuk digelitiki.. Akhirnya ia menyerah.

"Baaaiiiik."

Tapi bukannya melepaskanku, ia malah mendudukanku dipangkuannya, dan memelukku di tempat. Aku yg kaget atas tindakannya yg mendadak, hanya bisa terpaku.

"Noct…"

"Ssssshhh"

Ia mengelap air mataku dengan satu tangannya. Sedangkan tangannya yg lain masih memelukku. Aku hanya terdiam atas perlakuannya terhadapku. Kupandangi wajahnya.

"Noct."

"Eemmhh."

"Kenapa kau menyukaiku?" aku mengulangi pertanyaannya kepadaku.

"Kenapa menanyakan hal yg sama?"

"Karena aku ingin tahu jawabanmu." Jawabku

"Karena aku telah memilihmu." Jawabnya sambil tersenyum.

Aku hanya bisa terharu mendengar perkataannya. Karena menurut diriku sendiri, aku ini bukanlah tipe wanita yg menarik. Tapi mengapa pria dihadapanku ini bisa jatuh terhadapku? Masih banyak wanita yg lebih dalam segala hal, yg rela melakukan apa saja agar Noctis mau memilih mereka.

"Terima kasih." Bisikku

"Untuk?" Tanyanya

"Segalanya." Ujarku tersenyum

Ia pun tersenyum kepadaku, kami saling bertatapan. Entah untuk berapa lama, aku pun tidak tahu. Tatapan dari matanya selalu menghipnotisku. Aku merasa kecil dan tak berdaya dihadapan bola mata azure itu. Perlahan ia menghilangkan jarak antar wajah kami. Sambil memelukku, perlahan ia menyapukankan bibirnya kebibirku. Kupejamkan mataku saat bibir kami bertemu. Dia mengecupku dengan perlahan dan lembut. Ciuman itu berlangsung tidak lebih dari beberapa detik. Dapat kurasakan nafas hangatnya di wajahku saat dia melepaskan bibirnya dari bibirku. Kemudian dia mencium keningku. Aku membenamkan wajahku dibahunya.

"Harusnya aku yg mengucapkan terima kasih, karena kau mau menerimaku." Ucapnya

"Aku sangat mencintamu, Éclair." Tambahnya

Aku hanya bisa tersenyum saat itu. Betapa bahagianya diriku saat dia mengucapkan kata itu.

End of flashback

I talk about younow
And I do without crying
I go out with my friends now
I stay home all alone
And I don't see you everywhere
And I can say your name easily
I laugh bit louder
Without you

Kini aku menjalani hariku dengan lebih baik. Ku lakukan semua untuk adikku dan semua orang yg masih menyayangiku. Aku tidak ingin terlihat rapuh dihadapan mereka. Sekarang aku bisa bercerita tentang masa laluku sambil tersenyum. Aku bisa menyebut namamu dengan mudah. Aku bisa tertawa, hal yg tidak bisa aku lakukan disaat kepergianmu.

And I see different shades now
And I, I'm almost never afraid now
But when I think I'll be ok
I am always wrong cause

Aku mencoba hidup lebih baik setelah kau pergi. Mencoba melihat dari sisi lain atas kepergianmu. Kini aku tidak takut untuk melangkah tanpamu.

My hands
Don't wanna start again
My hands
No they don't wanna understand
My hands
They just shake it try to break whatever piece I may find
My hands
They only agree to hold
Your hands
No they don't wanna be without
Your hands
And they will not let me go
No they will not let me go

Sometimes I wait
I see them reaching out for you
Quietly break
Whatever shields I spent so long building up
I cannot fake
Cause when they cry I'm almost broken...
They miss holding my baby

Tapi terkadang, dikala malam aku mencoba mencarimu dalam alam bawah sadarku. Perlahan, dinding yg kuciptakan mulai runtuh. Aku tidak dapat selamanya berpura-pura jika aku bisa bertahan. Karena pada kenyataannya. Seluruh hidup dan nafas ku telah kau ambil bersama kepergianmu. Seluruh tenaga kukerahkan untuk memnpertahankan dinding ini. Tapi disetiap mimpiku, aku tahu bahwa aku sungguh-sungguh kehilanganmu. Disetiap mimpiku, aku mencoba meraihmu. Tubuhku sudah lelah selalu berpura-pura dihadapan dunia. Mereka merindukan sentuhanmu, pelukanmu, telingaku rindu mendengarkan alunan suaramu, mataku rindu akan tatapan itu. Jiwaku lelah menantimu, karena hatiku merindukan kasihmu, cintamu. Mereka tidak mau mengerti kepedihanku. Karena mereka tak mau jika tanpamu. Dan mereka tidak akan melepaskanku dari rasa kesepian dan penderitaan ini. Mereka tidak akan melepaskanku.

My hands, My hands

No they don't wanna understand
They just shake it try to break whatever piece I may find

My hands
Your hands
They don't wanna be without
And they will not let me go
No they will not let me go