Magical Mirror

Summary: Rin yang selama ini kesepian dan tak memiliki teman, akhirnya bertemu dengan Len.

Disclaimer:Vocaloid bukan punya saya, tapi punya Yamaha.

Warning: Angst, abal, mungkin alur cerita tidak beraturan, dan sekali lagi abal.

Don't like, don't read. Thanks.

.

.

.

Songfic. Chapter one.

.

.

.


Prolog.

Terdapat sebuah loteng yang cukup besar di rumah keluarga Kamine. Loteng yang sudah tak terawat, penuh barang-barang bekas, dan berdebu. Tentu saja loteng itu terdapat di keluarga Kamine. Keluarga Kamine tak pernah kembali ke rumah semenjak kecelakaan pesawat 2 tahun lalu. Mereka meninggalkan seorang anak perempuan yang bernama Kamine Rin. Semenjak hari itu, Rin selalu kesepian dan sendirian. Ia pun hanya belajar lewat perpustakaan yang ada di rumahnya karena tak bisa pergi ke sekolah. Sampai suatu hari keajaiban datang.

2 tahun kemudian...

Rin Pov.

Suatu hari, aku memasuki loteng yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya. Ruangan yang sudah sangat tua dan berdebu. Aku hanyalah seorang gadis lemah yang selalu sendirian. Tak ada teman atau keluarga yang tinggal bersamaku. Dan aku tak bisa berjalan dengan baik karena suatu penyakit. Kehidupanku? Sudah pasti suram. Aku juga mencari uang sendiri dengan menjual berbagai gambarku.

Kemudian, aku melihat sebuah cermin tua. Tiba-tiba di dalam cermin itu munculah seorang anak laki-laki. Dia memperkenalkan dirinya sebagai seorang penyihir. Memang mustahil, tapi mungkin memang bisa terjadi. Dunia ini penuh keajaiban, bukan? Dia tersenyum padaku. Dan wajahnya sangat mirip denganku.

Kehidupanku mulai berubah semenjak hari itu. Aku sangat senang. Aku tak lagi merasa kesepian atau menderita. Apakah tak apa jika aku memanggilmu 'teman'? Dia adalah teman pertamaku. Orang pertama yang mengisi hidupku. Kertas kehidupanku yang awalnya kosong dan buram, kini sudah terisi tulisan-tulisan kecil yang bermakna. Hidupku mulai bermakna sekarang.

Dengan ragu aku menyentuh telapak tangannya, kemudian mengenggam tangannya. Hangat. Itu yang kurasakan. Aku berkata, "bolehkah kau menyebut namaku?" padanya. Ia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya. "Rin," itu yang dia katakan padaku.

Dimulai dari menyentuh tanganmu, aku dapat mendengar suaramu. Suaramu begitu hangat. Aku menangis. Apa? Aku menangis? Hei, tunggu aku menangis bahagia, bukan sedih. Baru pertama kali aku mendapatkan teman sepertimu. Bisakah aku selamanya memegang tanganmu? Sudah sekian lama aku menunggu kehangatan seperti ini.

Kau mengabulkan semua permohonanku. Sekarang, penyakitku sudah hilang dan aku dapat berjalan dengan lancar sekarang. Ah, senangnya! Sudah bertahun-tahun aku ingin berjalan dengan lancar.

Perang telah lama berakhir. Dan kini yang tersisa hanya canda dan tawa. Sudah kunantikan situasi seperti ini.

Dulu, aku pernah bermimpi. Di mana aku ingat, bahwa dulu aku menjadi seorang putri di sebuah istana yang indah. Dan aku masih mengingatnya dnegan jelas. Dan semua itu sudah menjadi kenyataan, seperti sekarang.

Semua keinginanku dalam mimpi sudah terkabulkan. Namun, bolehkah aku minta lebih? 'Ajaib' itu hanya bisa dilakukan olehmu. Jika boleh, aku akan minta "Tolong jangan lepaskan tanganku…."

Aku selalu menginginkan kita selalu bersama seperti ini. Tapi, apakah itu berlaku untuk selamanya? Aku sangat kesepian sampai tak bisa tidur. Maukah kau mengatakan namaku sekali lagi? Aku selalu menunggumu.

Apakah sihir itu terlalu pendek? Kini mimpi seorang gadis yang kesepian telah terwujud. Akankah kau bertahan di sini selamanya, Len?


Len Pov.

Maafkan aku, Rin. Sihirku takkan bisa bertahan lebih lama lagi. Aku harus segera pergi dari sini. Aku tak bisa menggenggam tanganmu selamanya…. Sekali lagi, maaf. Hanya kata itu yang bisa kuucapkan sekarang.

"Aku harus pergi,"

"Jangan pergi!"

"Sihirnya tak akan bertahan lebih lama lagi," kataku sambil tersenyum sedih."Aku harus mengucapkan selamat tinggal padamu,"

"Jangan katakan itu…,"

"Jangan menangis…,"

"Jangan pergi!"

Segala sesuatu di sisi lain dari cermin adalah 'bayangan cermin' dari segala sesuatu di sisi ini. Nasib yang berlawanan tak mengizinkan kita untuk selalu bersama. Kau di dunia nyata, aku di cermin. Usaha seperti apapun takkan membuahkan hasil. Gomenasai.

"Aku hanya mengembalikan apa yang telah kau berikan padaku."

Aku takkan pernah melupakan senyuman dan air matamu. Jadi, jangan lupakan aku.

"Sayonara, Rin."

Prang…


Rin Pov.

Prang…

Aku mendengar kaca pecah itu dengan jelas. Air mataku tak bisa berhenti mengalir. Kutatap cermin tua itu –atau lebih tepat disebut cermin retak. Kacanya sudah pecah dan Len lenyap bersamanya . Aku masih tak mempercayai ini.

Len… orang pertama yang menjadi temanku… orang pertama yang mengisi hari-hariku… orang pertama yang menghiburku….

Len… kenapa kau pergi? Ah, mungkin memang sudah takdir. Pertanyaan konyol itu takkan memberikan jawaban.

Aku berharap kau tinggal di sini selamanya. Bahkan, tanpa sihir pun aku ingin tetap berada di sisimu. Aku berharap, kau datang ke sini lain waktu. Aku akan memoles cermin tua ini dan menunggumu datang kembali. Tak peduli seberapa lama, aku akan tetap menunggumu di sini.


Jangan lupa kritik dan sarannya. Kritik dan saran anda akan membuat saya termotivasi dan bisa menulis cerita lebih baik lagi.

RnR, please? Thanks.